Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal sebagai wadah berbagai instrumen keuangan (sekuritas)

jangka panjang yang dapat diperdagangkan, dalam bentuk hutang maupun

modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, BUMN, maupun

perusahaan swasta. Instrumen keuangan yang dimaksud meliputi saham,

obligasi, valas, deposito, indeks harga saham, produk derivatif lainnya (Samsul,

2006). Dari berbagai pilihan sekuritas yang terdapat di pasar modal, investor

yang rasional harus dapat memilih sekuritas yang dapat memberikan tingkat

keuntungan yang sesuai dengan harapan dan risiko yang ditanggung.

Brigham dan Houston (2010:323) mendefinisikan suatu risiko sebagai

peluang dimana akan terjadi suatu peristiwa yang tidak menguntungkan.

Maka, pembentukan portofolio merupakan cara yang cukup baik dalam

mengurangi terjadinya risiko yang akan dialami oleh seorang investor.

Portofolio diartikan juga sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva

yang diinvestasikan dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun

lembaga (Sunariyah, 2011). Pembentukan ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan dan memilih beberapa sekuritas dan berapa porsi investasi

yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas yang telah dipilih.

Adanya hubungan positif antara return dan risiko dalam berinvestasi

dikenal dengan high risk-high return, yang artinya semakin besar risiko

yang harus ditanggung, semakin besar pula return yang dihasilkan. Setiap

1
2

investor tidak berhenti pada diversifikasi dengan pembentukan portofolio

untuk mengurangi risiko yang ada. Mereka juga menginginkan return yang

optimal dari investasi yang dilakukan. Untuk menentukan portofolio yang

optimal, yang pertama kali dilakukan adalah menentukan portofolio yang

efisien. Sedangkan, Jogiyanto (2013:307) menjelaskan bahwa, “Suatu

portofolio optimal juga sekaligus merupakan suatu portofolio efisien, tetapi

suatu portofolio efisien belum tentu portofolio optimal”.

Return dan risiko juga digunakan sebagai pertimbangan dalam

mengukur kinerja portofolio, serta 3 (tiga) metode ukuran kinerja yang

dikembangkan oleh William Sharpe, Michael Jensen dan Jack Treynor.

Ketiga pengukuran kinerja ini dinamakan ukuran kinerja Sharpe, kinerja

Jensen dan kinerja Treynor. Ketiga model tersebut mendasarkan analisisnya

pada return masa lalu untuk memprediksikan return dan risiko di masa yang

akan datang (Samsul, 2006).

Ketiga metode pengukuran kinerja portofolio tersebut menggunakan

dasar pengukuran yang berbeda. Metode Sharpe menggunakan dasar standar

deviasi sebagai pengukur risiko yang merupakan risiko total (systematic risk

dan unsystematic risk). Treynor menggunakan dasar pengukuran risiko

sistematis, yang dianggap relevan untuk mengukur risiko yang perlu

dipertimbangkan investor untuk menilai kinerja, dengan asumsi bahwa

portofolio telah terdiversifikasi dengan baik, sehingga hanya systematic risk

yang perlu dipertimbangkan. Sedangkan Jensen’s dalam pengukurannya

menggunakan alpha, bilamana nilai alpha positif menujukkan kinerja yang

baik atau superior, dan bila alpha negatif menunjukkan kinerja yang buruk
3

atau inferior, serta bilamana menunjukkan kinerja nol berarti kinerja

portofolio sama dengan kinerja pasar. Maka, penelitian ini mencoba

menguji kinerja portofolio yang dikembangkan menggunakan metode

Sharpe Performance measure, Treynor Performance measure, dan Jensen

Performance measure untuk menilai kinerja portofolio saham di Bursa Efek

Indonesia.

Penelitian mengenai pengukuran kinerja portofolio sebelumnya sudah

banyak dilakukan. Penelitian sebelumnya dalam mengukur kinerja

portofolio yang dilakukan oleh Citrayani (2013) menganalisa tentang

perbandingan kinerja saham LQ 45 tahun 2012 dengan metode Sharpe,

Treynor dan Jensen dengan uji beda ERi, menunjukkan adanya perbedaan

signifikan antara return hasil estimasi ketiga metode tersebut.

Pengukuran kinerja portofolio saham dapat dipermudah dengan

menggunakan suatu proksi. Proksi tersebut dapat berdasarkan jenis industri

emiten, seperti manufaktur atau perbankan, serta dapat juga menggunakan

indeks pasar. Indeks yang sering digunakan sebagai dasar pembentukan

portofolio saham adalah IHSG pada Bursa Efek Indonesia (Jogiyanto,

2003). Selain IHSG, adapun beberapa Indeks harga saham lainnnya yang

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, dimana salah satunya yang cukup

menarik minat investor adalah Indeks SRI-KEHATI.

Sustainable Responsible Investment-Keanekaragaman Hayati

Indonesia yang selanjutnya disebut dengan Sri-Kehati, merupakan indeks

hasil kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan

Keanekaragaman Hayati Indonesia. Indeks ini dimaksudkan untuk


4

memberikan tambahan pedoman investasi bagi investor yaitu dengan

membuat suatu benchmark indeks baru yang secara khusus memuat emiten

yang memiliki kinerja yang sangat baik dalam mendorong usaha-usaha

berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial

atau pemberdayaan masyarakat sekitar, memiliki tata kelola perusahaan

yang baik serta tetap menjalankan etika dalam berbisnis. Indeks ini terdiri

dari 25 saham perusahaan tercatat dan dipilih dengan pertimbangan-

pertimbangan yang memenuhi beragam kriteria.

Sri Kehati mulai diperkenalkan ke masyarakat pada bulan Juni 2009.

Dalam mekanisme seleksinya dilakukan melalui dua tahapan yaitu tahap

pertama, memilih perusahaan-perusahaan yang memenuhi persyaratan

sebagai perusahaan yang tidak bergerak dalam bidang usaha pestisida,

nuklir, senjata, tembakau, alkohol, pornografi, perjudian dan genetically

modified organism (GMO). Perusahaan-perusahaan tersebut juga diseleksi

dalam aspek keuangan seperti, memiliki Market Capitalism dan Asset diatas

satu triliun rupiah berdasarkan laporan keuangan teraudit tahun terakhir,

Free Float Ratio diatas 10% berdasarkan saham aktif di bursa dengan

kepemilikan publik, serta Price Earning Ratio (PER) yang positif dalam 6

(enam) bulan terakhir.

Pada tahap seleksi ke dua, perusahaan-perusahaan yang lolos seleksi

pertama akan dinilai kinerjanya pada aspek fundamental yang meliputi tata

kelola perusahaan, lingkungan, keterlibatan masyarakat, perilaku bisnis,

sumber daya manusia dan hak asasi manusia. Seleksi ini dilakukan melalui

review terhadap data sekunder, pengisian kuesioner oleh perusahaan-


5

perusahaan yang lolos seleksi dan berdasarkan data-data pendukung lainnya

yang relevan. Dari hasil review tersebut kemudian akan dipilih 25

perusahaan yang memiliki nilai tertinggi untuk dapat masuk dalam indeks

Sri Kehati. Pemilihan daftar 25 perusahaan yang masuk dalam Sri Kehati

dilakukan 2 kali dalam satu tahun yaitu setiap hari bursa pertama di bulan

April dan Oktober.

Indeks Sri Kehati merupakan indeks investasi hijau (green index)

yang pertama di ASEAN dan kedua di Asia berdasarkan data Exchange and

Sustainable Investment pada World-Exchange. Indeks ini juga masuk ke

dalam kategori socially responsible investing (SRI) atau ethical investing,

yakni strategi investasi yang mempertimbangkan, baik keuntungan finansial

maupun sosial yang membawa perubahan. Beberapa jenis indeks yang

masuk kategori indeks SRI di antaranya: Dow Jones Sustainability World

Index (dengan kurang lebih 340 konstituen), Ethical Europe Equity Index

(30 konstituen), FTSE4Good Global Index (883 konstituen), MSCI World

SRI Index (401 konstituen), SRI-KEHATI index (25 konstituen), SSE

(Shanghai Stock Exchange) Social Responsibility Index (100 konstituen),

dan S&P ESG India Index (50 konstituen).

Kehadiran Indeks Sri Kehati juga sejalan dengan komitmen dunia

internasional yang tertuang dalam Sustainable Stock Exchange (SSE)

Initiative yang diluncurkan Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui United

Nations Conference of Trade and Development (UNCTAD), United Nations

Global Compact, United Nations Environment Programme Finance

Initiative (UNEP-FI), dan Principles for Responsible Investment (PRI).


6

Melalui Inisiatif SSE tersebut, indeks bursa saham tak hanya

mempertimbangkan aspek finansial semata, tetapi juga mempertimbangkan

aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola atau yang akrab disingkat ESG

(environmental, social, and governance) ke dalam aturan listing dan

kerangka peraturan di bursa saham.

Indeks Sri Kehati juga merupakan indeks yang menggambarkan

perusahaan-perusahaan yang menguntungkan secara ekonomi dengan tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Indeks Sri Kehati kemudian

menjadi indeks dengan pertumbuhan yang baik sehingga merupakan indeks

yang memuat saham-saham dengan pertumbuhan yang baik pula.

Tabel 1.1
Kinerja Indeks 30 Desember 2016 - 21 Desember 2017

Annualized
Indeks Saham Return Korelasi Beta
Risk
SRI-KEHATI 22.60% 11.54% 91.35% 1.25
BISNIS27 20.99% 11.95% 93.50% 1.32
IDX30 20.20% 11.52% 95.64% 1.30
LQ45 18.10% 11.15% 97.13% 1.28
IHSG 16.74% 8.46% 100.00% 1.00
KOMPAS100 16.60% 10.46% 98.64% 1.22
JII 6.34% 11.59% 88.08% 1.21
PEFINDO25 -10.24% 15.33% 40.39% 0.73
sumber: infovesta (2017)

Melihat tabel kinerja indeks selama year-to-date ditahun 2017 diatas,

menunjukkan bahwa Indeks Sri Kehati memiliki return yang paling tinggi

dengan jumlah 22.60%. Perolehan return yang tinggi tersebut melampaui

perolehan pada indeks lainnya seperti LQ45, dimana merupakan indeks

yang terdiri dari saham-saham yang memiliki likuiditas dan kapitalisasi


7

pasar yang tinggi. Sri Kehati sendiri konsisten membukukan kinerja diatas

IHSG berturut-turut selama 5 tahun terakhir (Hendrayana, 2017). Ini

menjadi menarik karena dapat diasumsikan investor menyukai “green

stock” atau saham yang peduli terhadap lingkungan hidup. Juga

membuktikan bahwa investor menganggap usaha perusahaan tersebut telah

memiliki profit baik dan bisa sekaligus fokus dalam melakukan social

responsibility.

Menurut Hendrayana, bahwa indeks Sri Kehati juga mampu

berkinerja lebih baik karena terdiri dari saham blue chip dan saham

penggerak bursa dengan kapitalisasi sebesar 70%. Dengan melihat indeks

secara keseluruhan, IHSG pada 2018 bisa tumbuh 10% dengan asumsi

penutupan tahun ini menyentuh 6.000-6.100, maka indeks Sri Kehati bisa

lebih tinggi dari IHSG, sekitar 12% (Putriadita, 2017).

Berdasarkan fenomena yang diperoleh, untuk mengetahui konsistensi

dari ketiga alat ukur kinerja portofolio yang dapat membantu investor dalam

menentukan portofolio saham pilihannya, maka penulis bermaksud

melakukan penelitian dengan judul "Analisis Kinerja Portofolio Saham

Dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen (Indeks SRI-Kehati di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017)".

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas,

maka identifikasi permasalahannya adalah:


8

1. Bagaimana pengukuran kinerja portofolio saham yang dibentuk

menggunakan metode Sharpe pada Saham SRI KEHATI di Bursa Efek

Indonesia?

2. Bagaimana pengukuran kinerja portofolio saham yang dibentuk

menggunakan metode Treynor pada Saham SRI KEHATI di Bursa

Efek Indonesia?

3. Bagaimana pengukuran kinerja portofolio saham yang dibentuk

menggunakan metode Jensen pada Saham SRI KEHATI di Bursa Efek

Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

mencakup, sebagai berikut:

a. Mengukur kinerja portofolio saham yang dibentuk dari saham-saham

SRI KEHATI yang diukur dengan menggunakan model Sharpe.

b. Mengukur kinerja portofolio saham yang dibentuk dari saham-saham

SRI KEHATI yang diukur dengan menggunakan model Treynor.

c. Mengukur kinerja portofolio saham yang dibentuk dari saham-saham

SRI KEHATI yang diukur dengan menggunakan model Jensen.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka manfaat penelitian ini

mencakup, sebagai berikut:


9

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini memberikan manfaat untuk mahasiswa dalam

menambah wawasan tentang pembentukan portofolio saham dan

mengetahui cara mengukur kinerja portofolio dengan metode Sharpe,

Treynor dan Jensen dengan Indeks Sri Kehati.

2. Bagi Investor

Penelitian ini bermanfaat untuk para investor sebagai bahan

pertimbangan untuk melakukan investasi di pasar modal, khusunya

pada Indeks Sri Kehati. Serta, dapat memotivasi dan mendorong para

investor lainnya untuk mulai berinvestasi pada "green stock" atau

saham dari perusahaan yang perduli dan memperhatikan dengan

lingkungan hidup dalam menjalankan usahanya.

3. Bagi Universitas

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dasar perluasan

penelitian selanjutnya dalam mengembangkan penelitian mengenai

kinerja portofolio saham.

Anda mungkin juga menyukai