Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT


PERTAMA PADA PESERTA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN
SOSIAL KESEHATAN
(Studi Kasus di Puskesmas Neglasari Kota Tangerang)

Mutia Rizqa Firdiah, Ayun Sriatmi, Eka Yunila Fatmasari


Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: mutia.rizqa@gmail.com

Abstract : The high ratio of refeffals at the Public Health Center of Neglasari is
23,43% which exceeds the standard more than 5%. The results of the preliminary
study indicate that the referral in the Neglasari Community Health Center is due
to the condition of the patient who is required to be referred, the absence of a
change in the condition of the patient causing the patient to be referred, the
incomplete medication, the limited health equipment facility in the health services
for the BPJS Health participants. The purpose of this study was to analyze the
implementation of first referral to BPJS Health participants at Neglasari Public
Health Center Tangerang City. This research includes descriptive research using
qualitative method. The results showed that most diseases that had to be
referred are hypertension, diabetes melitus, heart disease, and leprosy. The
availability of doctors is not sufficient if seen from the ratio of the number of
doctors to the number of registered participants. The availability of drugs is
broadly available, but there are still some drugs that are inadequate supplies
such as sugar remedies, heart medicine, high blood pressure medicine, and
painkillers. Completeness of health equipment facilities is not yet complete. The
doctor’s understanding as a gatekeeper is good. If a patient asks for referral, but
if the patient still wants to be referred, the doctor will add “On Request” notes In
the referral letter. Suggestion from this research is hopefully Public Health Center
of Neglasari can improve health service quality to patient especially BPJS Health
patient with addition of health equipment facility. In addition, Puskesmas
Neglasari is also expected to assist BPJS Health in socializing the First
Outpatient Referral Regulation (RJTP) regulation in accordance with prevailing
regulations in BPJS Health. And for the BPJS Health is to review the contents of
the credential form on the part of health equipment facilities, and reprogram the
primary-care application so that doctors can refer patients appropriately.

Keywords : RJTP Referral, BPJS Kesehatan, Puskesmas

19
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN pelayanan kesehatan tingkat


Latar Belakang lanjutan dengan melakukan
Sistem rujukan pelayanan penapisan pelayanan yang perlu
kesehatan merupakan dirujuk sehingga mengurangi
penyelenggaraan pelayanan beban kerja rumah sakit. Dokter
kesehatan yang mengatur atau tenaga medis di fasilitas
pelimpahan tugas dan tanggung kesehatan tingkat pertama harus
jawab pelayanan kesehatan mampu membuat diagnosis
secara timbal balik baik vertikal klinik dan melakukan
maupun horizontal. Pelayanan penatalaksanaan penyakit
kesehatan perorangan terdiri dari secara mandiri dan tuntas
tiga tingkatan yaitu pelayanan minimal 144 daftar penyakit
kesehatan tingkat pertama, sesuai level kompetensi 4a
pelayanan kesehatan tingkat dalam Standar Kompetensi
kedua dan pelayanan kesehatan Dokter Indonesia (SKDI) tahun
tingkat ketiga. Pelayanan 2012 berpedoman pada
kesehatan dilaksanakan secara Panduan Praktik Klinis.6
berjenjang, sesuai kebutuhan Namun dalam menjalankan
medis rujukan, puskesmas belum
menjalankan fungsinya sebagai
dimulai dari pelayanan gatekeeper secara optimal, hal
kesehatan tingkat pertama. ini terlihat dari tingginya angka
Puskesmas rujukan kasus non-spesialistik
menyelenggarakan upaya nasional pada tahun 2015
kesehatan masyarakat dan sebesar 1,54 juta dari 11,9 juta
upaya kesehatan perseorangan kasus yang dirujuk atau sebesar
tingkat pertama, dengan lebih 12,9%.3 Idealnya, maksimal rata-
mengutamakan upaya promotif rata rasio rujukan non-
dan preventif, untuk mencapai spesialistik fasilitas kesehatan
derajat kesehatan masyarakat tingkat pertama ke rumah sakit
yang setinggi-tingginya di tidak boleh lebih dari 5%.7
wilayah kerjanya.5 Dalam Sejak awal tahun 2016,
menyelenggarakan upaya BPJS Kesehatan dengan
kesehatan, puskesmas dapat asosiasi fasilitas kesehatan
melaksanakan rujukan.5 Dalam tingkat pertama yang telah
melaksanakan rujukan, bekerja sama dengan BPJS
puskesmas berfungsi sebagai Kesehatan Tangerang telah
gatekeeper.6 menyepakati adanya
Gatekeeper adalah konsep pengurangan jumlah diagnosis
sistem pelayanan kesehatan penyakit non-spesialistik, dari
dimana fasilitas kesehatan jumlah 144 menjadi 123 jumlah
tingkat pertama dapat diagnosis penyakit non-
mengoptimalkan sistem spesialistik yang bisa
pelayanan kesehatan sesuai diselesaikan di fasilitas
dengan standar kompetensinya. kesehatan tingkat pertama.
Salah satu tujuan implementasi Pengurangan tersebut
dari gatekeeper ialah menata disesuaikan dengan kemampuan
sistem rujukan, dimana fasilitas fasilitas kesehatan tingkat
kesehatan tingkat pertama dapat pertama yang ada di wilayah
meningkatkan kualitas kerja BPJS Kesehatan
20
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tangerang. Walaupun demikian, kondisi pasien yang memang


rasio rujukan non-spesialistik diharuskan untuk dirujuk, tidak
pada fasilitas kesehatan tingkat adanya perubahan kondisi
pertama di Kota Tangerang pasien sehingga menyebabkan
khususnya Puskesmas Neglasari pasien dirujuk, obat-obatan yang
masih tinggi. terkadang tidak lengkap,
Berdasarkan hasil dari data keterbatasan fasilitas dalam
sekunder yang diperoleh dari menyelenggarakan pelayanan
BPJS Kesehatan KCU kesehatan bagi peserta BPJS
Tangerang, rata-rata rasio Kesehatan, serta keterbatasan
rujukan non-spesialistik di jumlah dokter di puskesmas.
puskesmas Kota Tangerang dari Berdasarkan hasil dari data
bulan November 2015 sampai sekunder yang diperoleh dari
dengan bulan April 2016 masih aplikasi primary-care, jumlah
melebihi dari standar rasio yang peserta terdaftar di Puskesmas
telah ditetapkan yaitu kurang dari Neglasari pada bulan November
5%. Hal ini menunjukkan bahwa 2016 sebanyak 32.364 peserta,
puskesmas belum menjalankan dan terdiri dari 2 dokter umum
fungsinya sebagai gatekeeper dan 2 dokter gigi, sehingga rasio
secara optimal. Dari 33 dokter dengan peserta terdaftar
puskesmas yang ada di Kota sebesar 1:8.091, idealnya rasio
Tangerang terdapat 15 dokter dengan peserta terdaftar
puskesmas dengan rata-rata sebesar 1:5.000.10
rasio rujukan yang sesuai Berdasarkan latar belakang
standar yang telah ditentukan, permasalahan yang telah
yaitu kurang dari 5%. Sedangkan diuraikan, maka peneliti tertarik
18 puskesmas lainnya memiliki untuk meneliti menganalisis
rata-rata rasio rujukan lebih dari pelaksanaan rujukan rawat jalan
5%. tingkat pertama pada peserta
Adapun puskesmas di Kota BPJS Kesehatan di Puskesmas
Tangerang dengan rata-rata Neglasari Kota Tangerang.
rasio rujukan non-spesialistik
tertinggi yaitu Puskesmas METODE PENELITIAN
Neglasari 23,43%. Hal ini Jenis penelitian yang digunakan
membuktikan masih banyaknya dalam penelitian ini adalah penelitian
penyakit non-spesialistik yang yang bersifat deskriptif-kualitatif.
dirujuk ke fasilitas kesehatan Pengambilan subjek dalam
tingkat lanjutan. Rujukan penelitian ini menggunakan
tersebut akan berdampak pada purposive sampling. Informan utama
penumpukan pasien di fasilitas dalam penelitian ini adalah dokter di
kesehatan lanjutan, dan akan Puskesmas Neglasari. Informan
meningkatkan biaya klaim yang triangulasi dalam penelitian ini
harus dibayarkan pihak BPJS adalah Kepala Bagian Manajemen
Kesehatan kepada rumah sakit.9 Pelayanan Kesehatan Primer
Berdasarkan hasil survei (MPKP) di BPJS Kesehatan KCU
pendahuluan yang dilakukan di Tangerang, Staf PIC di Puskesmas
puskesmas Neglasari Kota Neglasari, dan tiga orang peserta
Tangerang, rujukan kasus non- BPJS Kesehatan. Pengumpulan
spesialistik di puskesmas data penelitian dilakukan dengan
Neglasari disebabkan karena
21
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

cara wawancara mendalam, B. Ketersediaan Dokter


observasi, dan dokumentasi. Variabel ketersediaan dokter
dilihat dari ketersediaan jumlah
HASIL DAN PEMBAHASAN dokter puskesmas yang
A. Diagnosis Medis disesuaikan dengan rasio
Diagnosis medis merupakan perbandingan dokter dengan
penentuan jenis penyakit yang peserta terdaftar. Berdasarkan
ditegakkan oleh dokter dengan hasil wawancara mendalam
melihat tanda-tanda dan gejala mengenai ketersediaan dokter
dari pasien. Variabel diagnosis di Puskesmas Neglasari, semua
medis terdiri dari dua poin yang informan utama menyatakan
terdiri dari jenis penyakit yang ketersediaan dokter di
sering dirujuk dan rujukan Puskesmas Neglasari belum
karena diagnosis medis. Poin mencukupi dikarenakan dokter
variabel jenis penyakit yang yang ada di Puskesmas
paling sering dirujuk Neglasari hanya terdiri dari 2
Berdasarkan jawaban dari orang dokter umum, hal tersebut
semua informan utama yang tidak sebanding dengan jumlah
menyatakan bahwa penyakit peserta terdaftar di Neglasari
yang paling banyak dirujuk yang berjumlah sekitar 32.750
adalah penyakit metabolik peserta. Namun jika dilihat dari
seperti diabetes melitus standar puskesmas
tanpa/atau dengan komplikasi, berdasarkan Permenkes Nomor
penyakit vaskuler seperti stroke 75 Tahun 2014 Tentang
dan jantung, darah tinggi yang Puskesmas, jumlah dokter untuk
urgensi, sakit kepala yang tidak tingkat kota dan puskesmas
kunjung sembuh, serta kusta. yang bukan rawat inap sudah
Hal ini sesuai dengan penelitian mencukupi, tetapi jika dilihat dari
yang dilakukan oleh Khairun rasio jumlah peserta terdaftar,
Nisa yang berjudul gambaran ketersediaan dokter di
pelaksanaan rujukan rawat jalan Puskesmas Neglasari belum
tingkat pertama peserta BPJS mencukupi. Dalam melakukan
Kesehatan oleh dokter praktik pelayanan, biasanya dokter di
perorangan di Kecamatan Pati, Puskesmas Neglasari akan
hasil penelitian menunjukkan dibantu oleh perawat dalam
penyakit terbanyak yang dirujuk melayani pasien.
adalah penyakit kronis dengan
komplikasi.26 Poin kedua C. Ketersediaan Obat-obatan
variabel alasan dirujuk Variabel ketersediaan obat-
berdasarkan hasil wawancara obatan terdiri dari ketersediaan
mendalam, semua informan obat-obatan di puskesmas,
utama menyatakan alasan pengadaan obat, dan upaya
merujuk pasien karena alat yang dilakukan jika obat yang
untuk pemeriksaan dan obat diperlukan tidak tersedia.
yang dibutuhkan tidak tersedia Berdasarkan hasil wawancara
di puskesmas, serta mendalam mengenai
membutuhkan ilmu tingkat ketersediaan obat-obatan di
spesialis. Puskesmas Neglasari. Semua
informan utama mengatakan
ketersediaan obat-obatan di
22
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Puskesmas Neglasari sudah Berdasarkan hasil


tersedia terutama obat-obat wawancara mendalam, poin
untuk penyakit yang bisa upaya yang dilakukan jika obat
ditangani di puskesmas. tidak tersedia dinyatakan bahwa
Meskipun ketersediaan obat- terdapat informan utama
obatan dari Dinas Kesehatan memberikan resep luar terlebih
secara garis besar sudah dahulu, namun jika memang
tersedia, namun masih terdapat penyakitnya diluar dari 123
obat-obatan yang belum penyakit yang tidak boleh
mencukupi kebutuhan yang dirujuk, pasien akan dirujuk.
diperlukan oleh puskesmas Informan utama lainnya
seperti belum mencukupinya menyatakan bahwa dokter akan
obat cacing, obat gula, obat memberikan pilihan kepada
jantung atau obat darah tinggi, pasien mau membeli obat diluar
dan obat penghilang nyeri. atau menggunakan alternatif
Selain itu, terkadang obat- obat lainnya yang khasiatnya
obatan yang ada terkadang sama.
sudah tidak cocok lagi, seperti
misalnya obat jenis A sudah D. Kelengkapan Fasilitas Alat
tidak cocok lagi, harus diberikan Kesehatan
obat jenis B, tetapi karena obat Variabel fasilitas alat
yang tersedia ialah dari jenis A, kesehatan terdiri dari
maka yang diberikan adalah kelengkapan fasilitas alat
obat jenis A, padahal obat jenis kesehatan, penggunaan fasilitas
A sudah tidak cocok lagi. alat kesehatan yang sudah
Namun karena saat ini sudah rusak, upaya yang dilakukan jika
ada Jaminan Kesehatan fasilitas alat kesehatan tidak
Nasional (JKN) yang tersedia, pengadaan fasilitas
didalamnya terdapat pengadaan alat kesehatan, jejaring dengan
obat, maka puskesmas dapat fasilitas kesehatan lainnya,
melakukan pengadaan obat fasilitas kesehatan lain yang
dengan menyesuaikan dijadikan sebagai tempat
kebutuhan pasien, sehingga rujukan.
Dinas Kesehatan dan JKN Berdasarkan hasil
dapat saling melengkapi wawancara mendalam, poin
kebutuhan obat-obatan yang pertama dari variabel ini adalah
ada di puskesmas. Selain kelengkapan fasilitas alat
melakukan wawancara kesehatan, yaitu dengan melihat
mendalam, poin ketersediaan kelengkapan fasilitas alat
obat-obatan juga dilakukan kesehatan di Puskesmas
observasi secara langsung di Neglasari. Satu informan utama
Puskesmas Neglasari. Penilaian menyatakan bahwa fasilitas alat
ketersediaan obat yang sudah kesehatan di Puskesmas
lengkap mengacu kepada obat- Neglasari sudah lengkap untuk
obatan dasar yang harus ada di pemeriksaan dasar, namun
fasilitas kesehatan tingkat untuk pemeriksaan dasar untuk
pertama sebagaimana yang pasien penderita hepatitis dan
ditetapkan oleh BPJS diabetes mellitus belum
Kesehatan dalam bentuk tersedia. Penggunaan
formulir kredensialing. stetoskop, pen light, dan tensi
23
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

masih digunakan bersama- E. Pemahaman Dokter sebagai


sama dengan poli lainnya Gatekeeper
dikarenakan ketersediaannya Variabel pemahaman dokter
yang terbatas. sebagai gatekeeper terdiri dari
Poin kedua dari variabel ini pemahaman dokter sebagai
ialah penggunaan fasilitas alat gatekeeper, upaya yang
kesehatan yang rusak. dilakukan ketika pasien meminta
Berdasarkan hasil wawancara untuk dirujuk, kondisi rujukan di
mendalam, semua informan Puskesmas Neglasari, dan
menyatakan tidak ada fasilitas dampak dari rujukan yang tinggi.
alat kesehatan yang rusak. Poin Poin pertama ialah
ketiga ialah upaya yang pemahaman dokter sebagai
dilakukan jika fasilitas alat gatekeeper. Berdasarkan hasil
kesehatan yang dibutuhkan wawancara mendalam, semua
tidak tersedia. Berdasarkan informan menyatakan bahwa
hasil wawancara mendalam, gatekeeper berfungsi sebagai
semua informan utama penyaring, memilah-milah mana
menyatakan pasien akan dirujuk yang seharusnya dirujuk dan
ke fasilitas kesehatan tingkat mana yang tidak.
lanjut. Poin selanjutnya adalah
Poin keempat dari variabel ini pelaksanaan rujukan di dokter
adalah pengadaan fasilitas alat puskesmas. Informan utama
kesehatan. Berdasarkan hasil menyatakan bahwa
wawancara mendalam, satu pelaksanaannya diawali dari
informan utama menyatakan loket pendaftaran, lalu pasien
reagen untuk pemeriksaan memilih ke bagian yang mereka
SGOSGPT, kemudian HbA1c, inginkan, selanjutnya pasien
dan juga rontgen. Namun untuk akan diperiksa oleh dokter yang
rontgen juga diperlukan SDM meliputi pemeriksaan fisik,
yang dapat menggunakan alat penegakan diagnosis dan terapi,
rontgen tersebut. Satu informan bila tidak memungkinkan di
utama lainnya menyatakan terapi di puskesmas selanjutnya
bahwa alat yang harus akan dirujuk ke rumah sakit tipe
disediakan adalah alat THT, alat C, dari tipe C nantinya bila tidak
pembersih serumen, mampu akan dirujuk ke rumah
thermometer, tensi, stetoskop, sakit tipe B, dan dari tipe B
dan pen light. apabila tidak mampu akan
Poin terakhir dari variabel ini dirujuk ke rumah sakit tipe A.
ialah fasilitas kesehatan rujukan namun dalam prosedur rujukan
yang dituju. Berdasarkan hasil seringkali terjadi berbagai
wawancara mendalam, semua macam kendala, salah satunya
informan menyatakan fasilitas ialah bermasalah dengan
kesehatan yang paling sering internet yang suka eror, hal ini
dituju ialah RSUD Kota mengakibatkan aplikasi primary-
Tangerang dan Rumah Sakit care (p-care) sulit untuk dibuka,
Sitanala. ditambah dengan tumpukan
pasien yang mengantri,
sehingga biasanya dokter akan
memberikan surat rujukan
manual.
24
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Poin ketiga dari variabel ini membutuhkan pengobatan rutin


adalah upaya yang dilakukan secara kontinyu sehingga
ketika pasien meminta dirujuk. membutuhkan surat rujukan dari
Berdasarkan hasil wawancara puskesmas. Untuk penyakit
mendalam semua informan kusta, rujukan dilakukan karena
utama menyatakan bahwa di wilayah Puskesmas Neglasari
sering mendapatkan pasien terdapat banyak pasien yang
yang meminta untuk dirujuk, menderita kusta, sehingga
alasannya karena pihak pasien membutuhkan penanganan
merasa sudah membayar dan fasiitas kesehatan lanjutan. Dan
sudah terbiasa berobat ke karena lokasi rumah sakit kusta
rumah sakit sehingga pihak yaitu Rumah Sakit Sitanala
pasien ingin mendapatkan berada di wilayah Puskesmas
fasilitas yang lebih baik. Neglasari, maka pasien kusta
Poin keempat ialah kondisi diharuskan untuk mendapatkan
rujukan di Puskesmas rujukan dari Puskesmas
Neglasari. Berdasarkan hasil Neglasari.
wawancara mendalam semua 2. Puskesmas Neglasari memiliki
informan utama menyatakan 2 orang dokter umum dan 2
tidak begitu mengetahui pasti orang dokter gigi. Dengan
berapa presentase angka jumlah peserta terdaftar
rujukan di Puskesmas sebanyak 32.750 peserta.
Neglasari, namun informan Ketersediaan dokter di
utama menyatakan bahwa Puskesmas Neglasari sudah
rujukan di Puskesmas Neglasari mencukupi jika dilihat dari
tidak tinggi jika dilihat dari standar ketersediaan dokter
jumlah pesertanya. menurut Peraturan Menteri
Poin terakhir dari variabel ini Kesehatan Nomor 75 Tahun
ialah dampak dari rujukan yang 2014 Tentang Puskesmas,
tinggi. Berdasarkan hasil jumlah dokter umum di
wawancara mendalam semua puskesmas kawasan perkotaan
informan utama menyatakan untuk puskesmas non rawat
rujukan yang tinggi akan inap berjumlah 1 orang. Namun
berdampak kepada buruknya ketersediaan dokter di
penilaian dari BPJS Kesehatan Puskesmas Neglasari belum
kepada pihak puskesmas. memenuhi standar Peraturan
Presiden Nomor 19 Tahun 2016
KESIMPULAN Tentang Perubahan Kedua Atas
1. Diagnosis medis terbanyak Peraturan Presiden Nomor 12
yang dirujuk ialah penyakit Tahun 2013 Tentang Jaminan
kronis (hipertensi, diabetes Kesehatan yaitu perbandingan
melitus, jantung), dan kusta. rasio jumlah dokter dengan
Rujukan penyakit kronis jumlah peserta adalah 1:5.000
tersebut dikarenakan telah peserta.
mengalami komplikasi, urgensi, 3. Ketersediaan obat-obatan di
dan tidak kunjung sembuh Puskesmas Neglasari secara
sehingga membutuhkan garis besar untuk penyakit
penanganan fasilitas kesehatan dasar yang memang harus
tingkat lanjut. Selain itu, ditangani di puskesmas sudah
penyakit kronis tersebut tersedia karena pengadaannya
25
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

diatur oleh Dinas Kesehatan keterangan “Atas Permintaan


yang mengacu pada Sendiri.”
formularium nasional. Namun
terkadang ketersediaan obat- DAFTAR PUSTAKA
obatan di Puskesmas Neglasari 1. Peraturan Menteri Kesehatan
belum mencukupi seperti belum Republik Indonesia Nomor 75
mencukupinya obat cacing, obat Tahun 2014 Tentang Pusat
gula, obat jantung atau darah Kesehatan Masyarakat.
tinggi, dan obat penghilang rasa 2. BPJS Kesehatan. 2014.
nyeri. Di era JKN saat ini, Panduan Praktis Gate Keeper
puskesmas dapat melakukan Concept Faskes BPJS
pengadaan obat dengan Kesehatan.
menyesuaikan kebutuhan 3. BPJS Kesehatan. Peraturan
pasien, sehingga Dinas Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan dan BPJS Sosial Kesehatan Nomor 2
Kesehatan dapat saling Tahun 2015 Tentang Peraturan
melengkapi kebutuhan obat- Norma Penetapan Besaran
obatan yang dibutuhkan oleh Kapitasi dan Pembayaran
puskesmas. Kapitasi Berbasis Pemenuhan
4. Kelengkapan fasilitas alat Komitmen Pelayanan pada
kesehatan untuk pemeriksaan Fasilitas Kesehatan Tingkat
dasar sudah cukup lengkap, Pertama.
namun untuk alat stetoskop, 4. BPJS Kesehatan. 2014. Buletin
thermometer, dan juga pen Info BPJS Kesehatan.
light, penggunaannya masih https://www.bpjs-
bergantian dengan poli lain. Hal kesehatan.go.id/bpjs/dmdocume
ini dikarenakan jumlah dari alat- nts/e5c72beb564da7a5323d9ac
alat tersebut yang terbatas. 528caca87.pdf (diakses pada
Selain itu, fasilitas alat tanggal 18 Mei 2016)
kesehatan pemeriksaan 5. Denawati, Tati. 2015. Upaya
penunjang untuk pasien Peningkatan Akses Pelayanan.
tersangka hepatitis, dan www.ilo.org/wcmsp5/groups/publ
diabetes melitus juga belum ic/---asia/---
tersedia. Penilaian kelengkapan ro.../wcms_437084.pdf (diakses
fasilitas alat kesehatan pada tanggal 8 Desember 2016).
berdasarkan formulir 6. Nisa, Khairun. 2015. Gambaran
kredensialing maish terdapat Pelaksanaan Rujukan Rawat
beberapa fasilitas alat Jalan Tingkat Pertama Peserta
kesehatan yang belum tersedia. BPJS Kesehatan oleh Dokter
5. Pemahaman dokter sebagai Praktik Perorangan di
gatekeeper secara umum sudah Kecamatan Pati. Semarang:
baik mengenai fungsi dokter Universitas Diponegoro.
sebagai gatekeeper. Jika
terdapat pasien yang meminta
dirujuk atas keinginan sendiri,
dokter akan memberikan
penjelasan terlebih dahulu
kepada pasien. Jika pasien
tetap berkeinginan untuk
dirujuk, maka akan diberikan
26

Anda mungkin juga menyukai