Anda di halaman 1dari 9

Metodologi Penelitian Survey

Masri Singarimbun, Sofian Effendi.

Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan, Universitas Gadjah Mada, 2008.


Yogyakarta, Indonesia

A. Pendahuluan

Menurut Aristoteles manusia diciptakan oleh Tuhan dengan mempunyai rasa ingin tahu, baik suatu
peristiwa yang terjadi di dalam dirinya, lingkungan, maupun di alam yang mereka tempati. Rasa ingin
tahu ini mendorong manusia menciptakan sebuah sistem pengetahuan dalam kerangka beripikir
mereka. Semua pengetahuan ini menampakkan diri dalam bentuk aksi dan reaksi manusia yang
paling elementer. Seluruh bidang inderawi yang ada pada manusia digerakkan dan diresapi oleh
kecenderungan ini. Sistem pengetahuan ini membawa manusia ke arah penemuan atau kebudayaan
baru yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi manusia. Namun demikian sistem
pengetahuan yang diciptakan manusia dilakukan melalui suatu metode yang disebut dengan metode
ilmiah, yang berarti ia tidak hanya dilakukan melalui sebuah rekayasa yang tanpa dasar atau
imaginatif belaka. Metode ini mengharuskan segala rekayasa atas jawaban terhadap masalah
manusia tersebut dilakukan melalui sebuah langkah-langkah ilmiah. Salah satu bentuk penerapan
metode ilmiah ini adalah penelitian (research).

Di dalam dunia ilmiah, kita kenal beberapa metode penelitian yang dipakai manusia untuk
menjawab masalah yang terdapat di dalam alam pikiran manusia, baik dalam bidang ilmu-ilmu sosial
maupun ilmu-ilmu eksakta. Kesemua metode penelitian ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu
mencari jawaban dan solusi terhadap masalah yang ada. Salah satu bentuk metode penelitian ini
adalah metode survai. Sebagai suatu metode penelitian ilmiah yang telah berkembang, metode
penelitian survai memiliki dasar pemikiran, prosedur dan teknik-teknik khusus yang membedakan
dengan metode lainnya.

Metode adalah suatu cara atau jalan. Jika dihubungkan dengan upaya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran
ilmu yang bersangkutan (Hasan, 1994: 7). Dalam suatu penelitian maka metode harus disesuaikan
atau mempertimbangkan kesesuaian dengan obyek studi. Penelitian survai adalah suatu penelitian
yang menggunakan sampel dan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Jadi, metode penelitian
survai adalah suatu cara kerja dalam suatu penelitian yang menggunakan sampel dan kuesioner
sebagai alat pengumpul data. Dengan metode ini tujuan-tujuan yang akan dicapai harus dapat
menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi, apakah berkenaan dengan sikap tingkah
laku, atau aspek sosial lainnya, variabel yang ditelaah sesuai dengan karakteristik yang menjadi fokus
perhatian survai tersebut. Menurut Singarimbun (1989: 3), dalam suatu penelitian survai langkah-
langkah lazim ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survai.

2. Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan. Adakalanya hipotesa tidak
diperlukan, misalnya pada penelitian operasional.

3. Pengambilan sampel.
4. Pembuatan kuesioner.

5. Pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara

6. Pengolahan data.

7. Analisa dan pelaporan.

Di dalam metode penelitian survai ini, ada beberapa aspek yang pelu diperhatikan, seperti tampak
pada skema di bawah ini.

Skema

Langkah-langkah Penelitian Survai

Sumber: Husaini, Makalah Pelatihan, 1998.

Kanwil Depdikbud, Banda Aceh.

Setelah kita mengetahui langkah-langkah dalam penelitian survai, maka penulis akan membahasnya
satu persatu sesuai dengan skema di atas.

B. Beberapa Aspek Penting dalam Metode Penelitian Survai

1. Pemilihan Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan (Mantra, 1983: 150). Dalam hal ini
dapat dikemukakan sebuah contoh misalnya, tentang beberapa siswa sekolah yang rajin dan tekun
belajar, tetapi setiap mengikuti evaluasi/ulangan mendapat nilai yang tidak memuaskan. Contoh lain
dari fenomena yang sederhana namun masalahnya dapat menjadi kompleks adalah permasalahan
anak remaja yang nakal. Banyak anak-anak yang bermasalah ini berasal dari keluarga terhormat,
pengusaha kaya, pejabat, dan lain-lain. Padahal, seharusnya dari keluarga merekalah dilahirkan
anak-anak yang baik dan berkualitas karena kehidupan mereka ini didukung oleh kekuatan materi
yang besar.

Masalah ini dapat berasal dari berbagai macam sumber. Sumber-sumber masalah dapat berasal dari
teori, pengamatan, pengalaman, atau gabungan antar ketiganya. Masalah akan jelas jika sebelumnya
telah dilakukan telaah terhadap permasalahan. Dalam telaah masalah ini, kita memerlukan telaah
pustaka tentang teori-teori yang berhubungan dengan masalah, telaah terhadap hasil penelitian
yang berkaitan dengan masalah, pengamatan serta pengalaman yang ada. Teori-teori, pengalaman
dan pengamatan yang telah dilakukan akan dapat digunakan sebagai dasar dalam menjelaskan dan
merinci masalah-masalah yang akan diteliti. Suatu pertimbangan yang perlu dipertimbangkan dalam
melihat masalah -kaitannya dengan pemilihan masalah - adalah apakah kita ingin mengadakan
penelitian yang bersifat terapan atau penelitian yang bersifat dasar.

2. Penetapan Tujuan Penelitian


Setelah memilih masalah penelitian selanjutnya menentukan tujuan survai. Dalam penelitian survai,
tujuan penelitian adalah untuk menemukan jawaban atas suatu permasalahan. Jawaban ini dapat
digunakan sebagai bahan rekomendasi terhadap suatu penyelesaian masalah atau membuat
hipotesa baru untuk penelitian yang lain atau yang sama.

Fornat penulisan tujuan penelitian harus disesuaikan dengan masalah-masalah penelitian yang
diajukan. Apabila terdapat tiga masalah penelitian, maka hendaknya jumlah point dari tujuan
penelitian ini juga tiga buah. Hal ini menunjukkan adanya kesinambungan antara masalah dengan
tujuan yang dicari dalam penelitian itu. Namun demikian, hal ini tidaklah sebuah harga mutlak yang
tidak dapat diubah. Dapat saja terjadi, dalam penelitian tersebut terdapat tiga masalah namun
tujuan penelitian terdapat empat buah.

3. Perumusan Kerangka Teori / Konsep

Dalam kehidupan sehari-hari, kita memiliki bermacam-macam konsep terhadap alam sekeliling kita.
Konsep-konsep ini mencoba membangun pikiran berdasarkan ratio sehingga kita dapat menangkap
gejala yang sampai kepada kita. Dalam pikiran kita terbentuk pengelompokan-pengelompokan
pikiran dari sejumlah ciri-ciri fenomena sebagai ide-ide yang abstrak. Dengan demikian, konsep-
konsep ini dapat kita gunakan sebagai simbol-simbol yang kita pelajari (William, tt: 41; Sufi, 1999: 7).
Sesungguhnya konsep-konsep ini berkaitan erat dengan kata-kata atau bahasa dalam wujud ucapan-
ucapan dan tulisan-tulisan yang ada serta dimiliki oleh setiap manusia. Dengan kata lain, bahwa
konsep-konsep ini merupakan perbendaharaan kata yang memiliki arti yang kita miliki.

Setiap ilmu pengetahuan mempunyai bermacam-macam konsep sesuai dengan eksistensinya


sebagai ilmu. Ilmu pengetahuan pasti (eksak), ia memiliki konsep-konsep tersendiri. Demikian pula
dengan ilmu-ilmu pengetahuan sosial seperti sejarah, antropologi, dan sebagainya. Konsep adalah
abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah
karakteristik kejadian, kelompok atau individu tertentu (Efendi, 1989: 32). Misalnya, dalam ilmu
geografi terdapat sebuah konsep yang disebut migrasi. Migrasi, dalam ilmu geografi adalah suatu
konsep yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari perilaku mobilitas tertentu manusia.

Konsep ada yang sederhana dan ada pula yang sangat rumit. Misalnya, konsep seperti meja, kursi,
kuda, mudah diterangkan; cukup dengan menunjukkan saja benda atau hewan yang dimaksudkan.
Lain halnya, dengan konsep yang tidak dapat dilihat, karena merupakan pengertian abstrak. Konsep
demikian yang dinamakan constructs, adalah sangat rumit, dan artinya hanya dapat diperoleh secara
tidak langsung, dengan pengamatan dari gejala yang dapat dilihat berhubungan dengan konsep-
konsep itu. Dalam ilmu sosial konsep macam constructs ini lah yang merupakan unsur utama dalam
penelitian. Misalnya, konsep migrasi (seperti yang disebutkan di atas), kedudukan, peranan,
kesadaran politik, nilai-nilai budaya, kebudayaan, dan sebagainya.

Pemilihan konsep-konsep yang tepat adalah sangat penting, tetapi rumit karena adanya sekian
banyak konsep yang dapat dipilih. Karenanya, perlulah ditentukan ruang lingkup dan batas persoalan
sehingga jumlah konsep yang bersangkut paut dengan persoalan juga dapat dibatasi. Dalam hal ini
dapat diatasi dengan adanya kerangka teoritis dapat membantu dan meringankan pekerjaan
peneliti.
Suatu kesukaran yang khas bagi ilmu sosial, dalam kaitannya dengan konsep ini adalah konsep yang
digunakan merupakan istilah umum dipakai dalam bahasa sehari-hari dan adanya perbedaan
tanggapan antara satu ahli dengan ahli yang lain. Karenanya, peneliti harus memberikan penegasan
arti dari konsep yang digunakan, dengan memberikan arti definisi dari konsep yang digunakan
peneliti (sesuai dengan tujuan penelitian).

Pemilihan, perincian, dan penegasan konsep masih merupakan taraf permulaan dari suatu
penelitian; konsep itu masih bergerak di alam abstrak. Sekarang perlu diubah dalam bentuk yang
dapat diukur secara empiris. Dengan kata lain, konsep itu harus diubah menjadi definisi operasional.
Misalnya, konsep “kedudukan sosial ekonomis”. Dalam ilmu sosial sudah lumrah konsep ini
mencakup tiga faktor, yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pertanyaan-pertanyaan yang
diperlukan untuk memperoleh keterangan mengenai ketiga faktor tidak lah sukar lagi. Tiap jawaban
diberi angka penilaian dan jumlah angka itu merupakan score yang menentukan dalam kategori
mana si penjawab digolongkan. Kita dapat juga menggunakan kategori kedudukan sosio ekonomis,
tinggi, sedang dan rendah. Apabila telah tercapai pengertian konsep, maka konsep mempunyai
peranan yang besar dalam penelitian karena konsep inilah yang menghubungkan dunia teori dan
dunia observasi, antara abstraksi dan realitas.

4. Pengajuan Hipotesa

Setelah kita tentukan konsep-konsep yang tepat, langkah selanjutnya adalah mencari hubungan
antara gejala-gejala dan fakta-fakta, yang tercermin dalam konsep-konsep yang digunakan dalam
penelitian karena dalam penelitian survai tujuan yang akan dicapai adalah untuk menjelaskan suatu
fenomena sosial atau alam tertentu. Rumusan yang menyatakan harapan adanya hubungan tertentu
antara dua fakta atau lebih merupakan suatu hipotesa. Hipotesa ini dapat bersifat sementara, yang
berarti suatu hipotesa dapat diubah atau diganti dengan hipotesa lain yang lebih tepat. Hal ini
mungkin karena tergantung dari masalah yang diteliti dan konsep-konsep yang digunakan, berbagai
hipotesa dapat diperoleh dari suatu teori.

Hipotesa ini dinyatakan dalam wujud hubungan antarvariabel1 (konsep yang telah
diuraikan/didefinisikan). Suatu penelitian survai selalu ingin mencari jawaban atas keadaan tertentu
atau mencari hubungan antar variabel-variabel yang ada. Jadi, dalam penelitian survai hipotesis
sangat diperlukan untuk mencari jawaban dari tujuan penelitian. Seperti diungkapkan oleh Faisal
(1992: 102), bahwa hipotesis penelitian baru diperlukan jika peneliti mempersoalkan hubungan
antar variabel.

Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak dapat ditinggalkan karena
merupakan instrumen kerja dari teori. Sebagai hasil deduksi dari teori atau proposisi, hipotesa lebih
spesifik sifatnya sehingga lebih siap untuk diuji secara empiris. Misalnya, jika ingin menerangkan
mengapa perbedaan hasil belajar diantara siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS dengan yang tidak,
maka hipotesa itu dapat disusun seperti “Siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS memperoleh hasil
belajar yang lebih rendah dibanding siswa yang tidak aktif dalam kegiatan OSIS”. Untuk itu, kita
memerlukan teori yang menyatakan bahwa siswa yang kurang waktu belajarnya memperoleh hasil
belajar yang kurang juga.

Suatu hipotesa selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan antara dua
variabel atau lebih dan juga dinyatakan secara deklaratif. Pernyataan deklaratif yang dimaksud di sini
adalah pernyataan yang dapat menyatakan arah hubungan di antara variabel-variabel yang
dimasalahkan keterhubungannya (directional hyphotesis). Misalnya, para siswa yang aktif dalam
kegiatan OSIS mempunyai hasil belajar yang lebih rendah dibanding siswa yang tidak aktif dalam
kegiatan OSIS. Pernyataan deklaratif dalam rumusan suatu hipotesis penelitian juga dapat dilakukan
dengan “tidak menyatakan arah hubungan” di antara variabel yang dipermasalahkan
keterhubungannya (non-directional hyphotesis), misalnya ada perbedaan hasil belajar siswa yang
aktif dalam kegiatan OSIS dengan yang tidak aktif. Hubungan tersebut dapat dirumuskan baik secara
eksplisit maupun implisit. Pada contoh di atas, hipotesa tersebut menunjukkan hubungan antara dua
variabel, yakni 1. variabel terpengaruh, hasil belajar; dan 2. variabel pengaruh, siswa aktif di OSIS
sibuk.

Ciri utama dari variabel yang baik dalah kesederhanaan dalam perumusan, penggunaan variabel-
variabel yang tegas, berbentuk sedemikian sehingga kebenarannya dapat diuji oleh peneliti lain.
Adapun sumber dari hipotesa ini dapat diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan dugaan peneliti
itu sendiri, hasil-hasil dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, serta teori-teori yang sudah
terbentuk.

Hipotesa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hipotesa kerja dam hipotesa penguji. Hipotesa kerja
adalah suatu ide atau tanggapan mengenai langkah-langkah kemudian yang bermanfaat untuk
dilakukan. Hipotesa kerja merumuskan suatu tanggapan mengenai arah penelitian dan bukan
mengenai hasil penelitian. Kalau penelitian suatu sudah lebih maju, tanggapan yang lebih tegas
dapat muncul mengenai penyelesaian masalah yang diteliti. Tanggapan inilah yang kita sangka
mungkin memberi jawaban yang tepat mengenai persoalan kita dan kita menentukan langkah-
langkah yang dapat dapat menguji tanggapan itu (Kaplan, 1964: 88-89; Tan, 1994: 24-25). Hal inilah
yang dinamakan hipotesa penguji.

5. Pengumpulan Data

Data yang dicari dalam penelitian survai dikumpulkan melalui kuesioner. Dalam hal ini, kita tidaklah
perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi2 , karena di samping memakan biaya yang
sangat besar juga membutuhkan waktu yang lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi
diharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan seperti sifat populasi dari objek
penelitian bersangkutan. Misalnya, jika mengambil rumah tangga sebagai sampel sedangkan yang
diteliti adalah anggota rumah tangga yang bekerja sebagai petani, maka seluruh rumah tangga
dalam wilayah penelitian disebut populasi sampling dan seluruh petani dalam wilayah penelitian
disebut populasi sasaran (Palte, 1978; Mantra dan Kasto, 1989). Untuk dapat mencapai tujuan ini,
maka cara-cara pengambilan sampel harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Namun demikian, yang
perlu diperhatikan adalah masalah efisiensi dalam memilih metode pengambilan sampel.3 Menurut
Teken (Mantra dan Kasto, 1989), metode A dikatakan lebih efisien daripada metode B apabila untuk
sejumlah biaya, tenaga dan waktu yang lebih rendah.

Dalam menentukan berapa besarnya sampel yang diambil untuk mendapatkan data yang
representatif didasarkan pada empat faktor. Pertama, derajat keseragaman dari populasi. Makin
seragam populasi, makin kecil sampel yang dapat diambil. Kedua, presisi yang dikehendaki dari
penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus
diambil. Ketiga, rencana analisa. Ada kalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan
presisi yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa, maka jumlah sampel
tersebut kurang mencukupi. Kempat, tenaga, biaya dan waktu. Kalau mengingat presisi yang tinggi
maka jumlah sampel harus besar. Namun apabila dana, tanaga dan waktu terbatas, maka tidaklah
mungkin untuk mengambil sampel yang besar, dan ini berarti presisinya akan menurun.

6. Pembuatan Kuesioner

Pada penelitian survai, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data.
Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian
serta kesimpulan dari penelitian (Singarimbun dan Handayani, 1989: 175). Analisa data kuantitatif
didasarkan kepada hasil kuesioner itu.

Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan
tujuan survai, dan memperoleh informasi dengan realiabilitas 4 dan validitas5 setinggi mungkin.
Mengingat terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam kuesioner, maka peneliti hendaknya
senantiasa perlu mengingat bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan memang langsung
berkaitan dengan hipotesa dan tujuan penelitian.

7. Pengolahan Data

Kuesioner yang merupakan salah satu cara mengumpulkan data dalam penelitian survai belumlah
dikatakan sebagai hasil penelitian, ia perlu diolah terlebih dulu. Dalam pengolahan data, jawaban
yang terdapat di kuesioner, sebelumya perlu diberi simbol, berupa angka. Simbol ini selanjutnya
disebut kode. Tahap-tahap pertama dalam mengkode adalah mempelajari jawaban responden,
memutuskan perlu tidaknya jawaban tersebut dikategorikan terlebih dahulu dan memberikan kode
kepada jawaban yang ada. Setelah itu kode-kode tersebut dimasukkan dalam buku kode6 .
Selanjutnya, data yang sudah dimasukkan dalam buku kode digunakan untuk mengolah data secara
komputer maupun manual. Untuk pengolahan data melalui komputer, kita dapat menggunakan
program SPSS. Hasil pengolahan data selanjutnya digunakan untuk analisa data.

8. Analisis Data

Suatu penelitian dilaksanakan didasarkan atas dasar keinginan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian atau untuk mengungkapkan fenomena sosial atau fenomena alami tertentu.
Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti harus terlebih dahulu merumuskan hipotesa,
mengumpulkan data, memproses data, membuat analisa dan interpretasi. Analisa data adalah
proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan
(Efendi dan Manning, 1989: 263).

Dalam proses pengolahan data hasil kuesioner biasanya digunakan statistik. Salah satu fungsi pokok
statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi
yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Selain itu, statistik dapat membandingkan hasil
yang diperoleh dengan hasil yang terjadi secara kebetulan (by chance), sehingga memungkinkan
peneliti untuk menguji apakah hubungan sistematis antara variabel-variabel yang diteliti, atau hanya
terjadi secara kebetulan. Setelah data dianalisa dan informasi yang lebih sederhana diperoleh, hasil-
hasilnya harus diinterpretasi untuk mencari makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil-hasil
penelitian. Analisa data yang paling sederhana dalam statistik adalah analisa satu variabel (tabel
frekuensi) dan analisa dua variabel (tabulasi silang).
Pada analisa satu variabel hanya dapat dipelajari satu sisi/dimesi dari perilaku umum yang berkaitan
subjek penelitian, sedangkan pada analisis dua variabel (tabulasi silang) dapat dipelajari dua dimensi
hubungan dua variabel. Pola antarvariabel di dalam analisa data mempunyai beberapa variasi. Dari
segi arah hubungan dapat dibedakan antara hubungan positif dengan hubungan negatif. Dari segi
bentuknya, hubungan dapat dibedakan antara hubungan lurus (linear) dan hubungan tidak lurus
(curvilinear) dan hubungan antara hubungan satu arah (hubungan asimetris) dan hubungan dua arah
(hubungan simetris).

9. Penarikan Generalisasi/Kesimpulan

Langkah terakhir dalam proses penelitian adalah generalisasi. Dari hasil pengolahan data dan analisis
data dapat diketahui jawaban dari tujuan penelitian. Hasil analisis data digeneralisir untuk
memperoleh kesimpulan atas usaha penyederhanaan data serta mempermudah pembacaan hasil
untuk menjawab tujuan penelitian. Setelah proses generalisasi langkah selanjutnya adalah penulisan
laporan.

10. Penulisan Laporan

Penulisan laporan penelitian merupakan tahap akhir dari setiap pekerjaan penelitian. Betapapun
baiknya suatu penelitian yang telah dilaksanakan tidaklah akan banyak gunanya apabila hasilnya
tidak dapat diketahui dan dinikmati oleh orang lain dalam bentuk apapun. Orang lain, hanya akan
dapat menikmati hasil dari suatu penelitian apabila hasil itu disajikan kepada masyarakat umum.
Penyajian itu pada umumnya dalam bentuk penulisan laporan penelitian. Namun dalam penulisan
laporan ini perlu diingat bahwa penulisan laporan penelitian tidaklah sembarangan, tetapi dituntut
aturan-aturan atau prosedur-prosedur tertentu agar hasilnya dapat dijadikan sebagai sebuah
laporan ilmiah.

Seorang peneliti biasanya dalam membuat laporan hasil penelitian memperinci laporan itu dalam
empat bagian utama, yaitu bagian pendahuluan, bagian menemukenali (identifikasi) lokasi
penelitian, bagian isi karangan/tubuh karangan dan bagian penutup (Sufi, 1998: 2). Selain keempat
bagian itu, ada juga peneliti yang mencantumkan lampiran-lampiran yang dianggap penting untuk
menunjang hasil penelitian. Sebagai sebuah laporan ilmiah, untuk mempertanggungjawabkan
penulisannya itu juga perlu pada bagian akhir laporan memberikan sejumlah bahan rujukan (daftar
pustaka) yang telah digunakan untuk penelitian.

Dalam penulisan laporan penelitian perlu pula diperhatikan agar bagian-bagian yang disusun harus
ada keseimbangan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Misalnya, bagian yang tidak menjadi
tujuan atau sasaran utama penelitian seperti bagian identifikasi, jangan lebih banyak uraiannya dari
pada bagian inti karangan/tubuh karangan.

C. Penutup

Pada pada dasarnya manusia diciptakan dengan keinginan rasa ingin tahu yang besar. Rasa ingin
tahu ini mendorong manusia menciptakan pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan untuk
menjawab rasa ingin tahu itu. Namun demikian, sistem pengetahuan yang diciptakan manusia itu
dilaksanakan melalui suatu metode yang disebut metode ilmiah, yang dilaksanakan melalui sebuah
rekayasa tanpa dasar. Metode ilmiah mengharuskan segala rekayasa atas jawaban terhadap masalah
tersebut melalui sebuah langkah ilmiah. Hal ini tampak pula pada metode penelitian survai, yang
mana ia juga harus melalui sebuah langkah yang sistemmatis.

Daftar Pustaka

Efendi, Sofian

1989 “Unsur-unsur Penelitian Survai”, dalam Masri Singarimbun dan

Sofian Efendi (eds.) Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Efendi, Sofian dan Chris Manning

1989 “Prinsip-prinsip Analisa Data”, dalam Masri Singarimbun dan

Sofian Efendi (eds.) Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Faisal, Sanafiah

1992 Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Press.

Hasan, Fuad dan Koentjaraningrat

1994 “Beberapa azaz Metodologi Ilmiah”, dalam Koentjaraningrat

Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Lestari, Titit

1999 “Metode Penelitian Survai’, dalam Haba No. 9/99.

Mantra, Ida Bagus

1985 Pengatar Studi Demografi. Jakarta: Nur Cahya.

Singarimbun, Masri

1989 “Metode dan Proses Penelitian”, dalam Masri Singarimbun dan

Sofian Efendi (eds.) Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Sufi, Rusdi

1998 “Teknik Membuat Penulisan Laporan Penelitian”, Makalah

pada Pentaloka Bimbingan Karya Ilmiah Guru di Lhokseumawe

Agustus1998.

Singarimbun, Masri dan Tri Handayani

1989 “Pembuatan Kuesioner”, dalam Masri Singarimbun dan Sofian


Efendi (eds.) Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Anda mungkin juga menyukai