Anda di halaman 1dari 8

ISLAM DAN SEKULARISME

A.Pengertian Sekularisme Secara etimologi sekularisme berasal dari kata saeculum (bahasa latin),
mempunyai arti dengan dua konotasi waktu dan lokasi: waktu menunjukan kepada pengertian
‘sekarang’ atau ‘kini’, dan waktu menunjuk kepada pengertian ‘dunia’ atau ‘duniawi’.

Sekularisme juga memiliki arti 'fashluddin anil haya' , iaitu memisahkan peran agama dari kehidupan
yang berarti agama hanya mengurusi hubungan antara individu dan penciptanya saja. Maka sekularisme
secara bahasa boleh diartikan sebagai faham yang hanya melihat kepada kehidupan saat ini saja dan di
dunia ini. Tanpa ada perhatian sama sekali kepada hal-hal yang bersifat spiritual seperti adanya
kehidupan setelah kematian yang nota bene adalah inti dari ajaran agama.

Sekularisme secara terminologi sering didefinisikan sebagai sebuah konsep yang memisahkan antara
negara (politik) dan agama ( state and religion). Iaitu, bahwa negara merupakan lembaga yang
mengurusi tatanan hidup yang bersifat duniawi dan tidak ada hubungannya dengan akhirat, sedangkan
agama adalah lembaga yang hanya mengatur hubungan manusia dengan hal-hal yang bersifat metafisis
dan bersifat spiritual, seperti hubungan manusia dengan tuhan. Maka,menurut para sekular, negara dan
agama yang dianggap masing-masing mempunyai kutub yang berbeda tidak boleh disatukan. Masing-
masing haruslah berada pada jalurnya sendiri-sendiri.

Faham sekuler ini pertama mulai mendunia ketika Harvey Cox, menulis sebuah buku berjudul “The
Secular City ”, kemudian menurut Cox,sekularisasi adalah akibat logis dari dampak kepercayaan Bible
terhadap sejarah. Selanjutnya, ada tiga komponen penting dalam Bible yang menjadi kerangka asas
menuju sekularisasi, yaitu “disentchantmen of nature” yang dikaitkan dengan penciptaan (Creation),
“desacralization of politics” dengan migrasi besar-besaran (Exodus) kaum yahudi dari Mesir,dan
“deconsecration of values” dengan perjanjian sinai (Sinai Covenant).

Jadi menurut Cox, sekularisasi adalah pembebasan manusia dari asuhan agama dan metafisika,
pengalihan perhatiannya dari dunia lain menuju dunia kini. Karena sudah menjadi satu keharusan, kata
Cox, maka kaum kristen tidak seyogiyanya menolak sekularisasi. Sebab sekularisasi merupakan
konsekuensi otentik dari kepercayaan bible. Maka, tugas kaum kristiani adalah menyokong dan
memelihara sekularisasi.

Yang perlu diperhatikan adalah adanya perbedaan antara sekularisasi dan sekularisme.Menurut Syed
naquib Al Attas, Sekularisasi adalah suatu proses yang berkelanjutan dan berakhir terbuka dimana nilai-
nilai dan pandangan-pandangan dunia secara terus menerus diperbarui sesuai dengan perubahan
evolusioner sejarah.

Jadi, sekularisasi merupakan proses keterbukaan pandangan pada nilai-nilai yang berlangsung tiada
ujung –yang selalu berevolusi- sesuai dengan zaman dan keadaan manusia.

Ada tiga komponen integral yang ada dalam sekularisasi, yaitu :

1.Disentchantmen of nature

2.Desacralization of politics

3.Deconsecration of values

Disentchantmen of nature atau pentidakeramatan alam, sebuah istilah yang dipinjam dari ahli sosiologi
jerman, Max Weber ; yang memiliki maksud pembebasan alam dari nada-nada keagamaan,
memisahkannya dari Tuhan dan membedakan manusia dari padanya, yang dengan demikian
membolehkannya untuk berbuat bebas terhadap alam.

Alam menurut paham ini sama sekali tidak mempunyai nilai-nilai sakral bahwa alam sebenarnya adalah
ciptaan Tuhan yang selanjutnya manusia ditugaskan sebagai penjaga untuk melestarikannya.

Dari penidakkeramatan alam ini sebenarnya mendorong terlahirnya faham atheisme atau yang sedikit
lebih halus dari atheisme, yaitu agonitisisme. Bagaimana tidak, ketika alam dilepaskan dari sifatnya yang
supernatural, metafisis secara halus itu berarti menolak kepercayaan bahwa alam ini diciptakan oleh
Tuhan yang akhirnya mendorong kepada keyakinan bahwa Tuhan tidak ada. Karena secara agonitisisme,
ketika Tuhan sebagai esensi dan eksistensi yang tidak mungkin dibuktikan keberadaannya baik secara
akal maupun secara empiris, maka tidak ada bedanya meyakini apakah Tuhan itu ada atau tidak. Itulah
istilah halus dari atheisme, agnotisisme.

Desacralization of politics, yaitu penghapusan legitimasi sakral kekuasaan politik,

seperti yang dipraktekan oleh kristen barat di masa lalu yang menganggap kekuasaan politik sebagai
warisan Tuhan sehingga ada dogma yang menyatakan bahwa menghianati penguasa berarti
menghianati Tuhan. Hal itulah yang mendorong lahirnya sekularisme dengan desakralisasi politik
sebagai salah satu komponennya.
Sekularisme memerlukan komponen ini untuk menghapus legitimasi sakral politik sebagai prasyarat
untuk terjadinya perubahan politik yang selanjutnya akan mendorong terjadinya perubahan sosial lalu
kemudian diakhiri dengan perubahan sejarah. Karena sejarah menurut sekularisme adalah rekayasa dan
perencanaan manusia tanpa adanya campur tangan Tuhan di dalamnya. Maka tentu yang namnya
rekayasa perlu kepada skenario yang matang, dan desakralisasi politik ini adalah salah satu dari skenario
pembentukan sejarah versi manusia.

Deconsecration of values, yaitu pemberian makna sementara dan relatif kepada semua karya-karya
budaya dan setiap sistem nilai,termasuk agama serta pandangan pandangan hidup yang bermakna
mutlak dan final.

Dengan demikian sikap manusia terhadap semua nilai-nilai menjadi relatif dan beranggapan bahwa
manusia bebas untuk menciptakan perubahan-perubahan nilai itu dan menghilangkan nilai-nilai
pandangan yang bersifat mutlak. Yang berarti semua nilai-nilai itu bersifat nisbi.

Perbedaan antara Sekularisasi dan Sekularisme terletak pada komponen yang ketiga, yakni
Deconsecration of values. Jika dalam sekularisasi, semua nilai-nilai bersifat nisbi, selalu berubah-ubah,
dan tidak pernah mutlak. Maka, sekularisme tidak pernah mendekonsekrasikan nilai-nilai
(Deconsecration of values) karena ia membentuk sebagai sistem nilai sendiri dengan maksud agar
dipandang sebagai mutlak dan final.

Jadi, Sekularisme tidak seperti sekularisasi yang menisbikan semua nilai dan memberikan keterbukaan
bagi perubahan. Dari alasan inilah mereka (barat) menanggap sekularisme sebagai ancaman yang harus
diwaspadai dan diawasi oleh negara agar tidak menjadi ideologi negara.

A.Sejarah Sekularisme

Peradaban barat pernah mengalami masa pahit, yang mereka sebut “the dark ages” atau zaman
kegelapan. Zaman itu dimulai ketika Imperium Romawi barat runtuh pada tahun 476 dan digantikan
mulai munculnya gereja segamai institusi yang menguasai eropa hingga abad 14. Pada selang waktu itu
terjadi perubahan besar dalam peradaban barat, dimana gereja mendominasi segala aspek kehidupan,
terutama dalam politik dengan pemerintahan teokrasinya.

Syamsudin Arif menjelaskan bahwa :

Sejarah sekularisasi dimulai dari kekecewaan barat terhadap dominasi gereja dalam segi kehidupan
masyarakat yang bermula sekitar250 tahun yang lalu. Proses sekularisasi bermula dari pergolakan
pemikiran dan pertarungan gagasan, seperti dalam kasus Copernicus,Galileo, Darwin dan para saintis
lain yang menentang gereja. Begitu jugadibidang teologi muncul tokoh-tokoh seperti Eichhorn dan
Strauss yang menerapkan beberapa metode historis kritis dalam kajian bibel. Jawaban lainnya berusaha
memperjelas sekularisasi dalam rangka modernisasi,seperti perubahan masyarakat dari agraris ke
industri, dari kehidupan pedesaan ke perkotaan, dari kebiadaban menjadi peradaban, dan seterusnya.

Sekularisasi dari Barat, seperti diakui oleh para ahli, sebenarnya bertolak dai ajaran kristen sendiri.
Dalam injil Matius XXII:21 tercatatucapan Yesus :” Urusan kaisar serahkan saja pada kaisar, urusan
Tuhan serahkan kepada Tuhan.” Implikasinya, agama tidak perlu campur tangan dalam masalah politik.
Dari sinilah kemudian muncul dikotomi antara regnum dan sacerdotium, pemisahan antara kekuasaan
raja dan otoritas gereja, antara agama dan negara. Doktrin ini dikembangkan oleh St.Agustin yang
membedakan kota bumi (civitas terrena) dan kota Tuhan (civitas dei). Faktor lain yang mendorong
sekularisasi di barat ialah gerakan reformasi Protestan sejak awal abad ke-16, sebuah reaksi terhadap
maraknya korupsi di kalangan Gereja yang mengatakan telah memanipulasi dan memolitisasi agama
untuk kepentingan pribadi. Maka tidaklah berlebihan bahwa sekularisasi dibarat adalah proses wajar
dan niscaya bagi masyarakatnya.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab lahirnya sekularisme dari rahim kristen barat. Diantaranya
ialah:

Pertama, kristen barat berdasarkan kacamata Islam, sebenarnya adalah bukan lagi murni agama
samawi. Dan penamaan kristen sendiri justru bukan lahir saat agama itu diturunkan kepada Nabi Isa
(Yesus).Sejarah pun membuktikan, bahwa sepeninggal Nabi Isa as. ajaran yang beliau bawa sedikit demi
sedikit mengalami perubahan (baik yang bersifat reduksi, adopsi, maupun asimilasi). Dan perubahan
yang sangat mendasar terjadi ketika Paus pertama ada. Atas nama sebagai rasul yang diutus Yesus guna
menyebarkan ajaran kristen ke seluruh dunia, dia merubah tatanan nilai dalam kristen itu sendiri,
seperti adanya trinitas.

Kedua, ketika kristen bergeesekan dengan budaya Romawi dan filsafatnya yang notabene berbaukan
ajaran paganisme, secara lambat laun namun pasti kristen terpengaruh oleh ajaran paganisme
tersebut.Filsafa-filsafat Yunani (ketika itu Yunani sudah dikuasai Romawi) pun ikut mempengaruhi
pokok-pokok ajaran kristen. Hal tersebut bisa dilihat dari simbol-simbol yang digunakan. Dan
sebenarnya filsafat Yunani itulah yang mengandungi benih-benih sekuler di dalamnya. Sebagaimana
yang kita ketahui setelah filsafat naturalisme menggeser mitologi di Yunani, saat itu Yunani sudah
beroirentasikan kepada meterialisme. Dalam artian, sudah tidak terlalu peduli dengan hal-hal yang
bersifat supranatural danmetafisis. Maka, ketika kristen mengadopsi filsafat yunani, alih-alih ingin
menguatkan dogma kristen dengan filsafat yang terjadi malah berujung dengan sekularisasi dalam
ajaran kristen tersebut.

Ketiga, karena dalam kristen ada teori two swords yang menyatakan bahwa adanya dua kekuasaan yaitu
kekuasaan Tuhan yang diwakili oleh Gereja dan kekuasaan dunia yang diwakili oleh raja atau penguasa,
dan hal ini adalah apa yang disabdakan sendiri oleh Yesus sebagaimana yang dikisahkan injil,
’’Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar dan berikanlah kepada Tuhan apa yang menjadi
hak Tuhan”. Padateori two swords inilah sebenarnya sudah mengandung benih-benih sekularisme.

Keempat, Kristen tidak mempunyai ajaran yang berbentuksyari’at. Karena Nabi Isa diutus oleh Allah
untuk meluruskan syari’at Taurat yang telah diselewengkan dan bukan untuk membawa syari’at yang
baru. Oleh sebab itu, di dalam injil lebih banyak berisikan ajaran akhlak dari pada ajaran aqidah atau
syari’ah. Sehingga ketika kristen (gereja) mendominasi barat dalam segala aspek kehidupan, maka hal
tersebut sulit untuk dijalankan dan bahkan banyak mendapat pertentangan-pertentangan.

Dari empat sebab itulah (diantaranya) kristen mempunyai potensi besar untuk melahirkan sekularisme.

B.Pengaruh Sekularisme Terhadap Dunia Islam

Dalam dunia Islam pengaruh dari paham sekularisme dimulai ketika pada zaman imperialisme barat
terhadap dunia Islam. Umat Islam dan Khilafah yang pada waktu itu sedang dalam kondisi lemah
sedangkan barat sedang dalam proses kemajuan teknologi yang begitu pesat,mendorong sebagian umat
Islam untuk mencontoh apa yang dipahami dan dikerjakan barat, salah satunya mengadopsi ide
sekularisme.

Di dunia Islam sekularisasi bukan hanya sebuah proses, tetapi juga menjadi paradigma, ideologi, dan
dogma yang diyakini kebenarannya dan digarap secara sistematis lagi terencana. Sekularisasi dianggap
sebagai prasarat perubahan masyarakat dari tradisional menjadi modern. Akan tetapi, untuk
mengurangi perlawanan digunakanlah istilah lain yang lebih halus dan mengelabuhi seperti
modernisasi,pembangunan, demokratisasi, liberalisasi, dan lain sebagainya.

Sekularisasi di dunia Islam terjadi setelah kolonialisasi negeri-negeri muslim oleh bangsa-bangsa eropa,
contohnya India. Pemerintah kolonial inggris di India secara bertahap mencabut undang-undang(syariat)
Islam dan menggantikannya dengan hukum mereka sehingga mulai tahun 1870 M, penerapan hukum
Islam di India hanya terbatas pada urusan-urusan pribadi, seperti perkawinan dan warisan.

Hal yang sama juga terjadi di negara-negara muslim lainnya, proses westernisasi disokong oleh sejumlah
pemikir liberal pada masa itu,seperti Sir Sayyid Akhmad Khan, Nawwab abd al-latif, Mustafa khan,dan
Khuda Bakhsh. Isu yang digarap termasuk masalah akidah, Sayyid Ahmad Khan misalnya, menganggap
bibel masih murni dan utuh, jihad tidak relevan, hadis tidak perlu, ayat-ayat alquran yang diturunkan
dimekkah lebih penting daripada ayat-ayat madaniyah, tafsir alQuran harus rasional, Mi’raj Nabi hanya
vision, dan agama harus ditarik dari ruang publik.
Di Turki, Pengaruh sekularisme terlihat jelas ketika runtuhnya kekhilafahan usmani yang berada di turki
dan digantikan oleh rezimMustafa kemal pasha .Mustafa attaturk merubah total sistem pemerintahan
dan kehidupan di turki, yakni menggantikan kesatuan politik lama yang berlandaskan pada agama
dengan landasan nasionalisme sekular.

Turki kemudian menjiplak barat dengan segala aspek kehidupan,mereka berpikir dengan menjiplak
barat dan meninggalkan islam, UUD turki pasal 1 menegaskan, turki adalah negara (1)Nasionalis,
(2)Kerayatan, (3) Kenegaraan, (4) Kenegaraan, (5) Sekularis, (6)Revolusioneris.

Sekularisme merupakan yang paling berpengaruh pada negara turki baru. Turki mengalami perubahan
total menjadi negara sekulardari sebelumnya merupakan pusat pemerintahan Islam.Perubahan total
tersebut terlihat dari digantukannya azan dengan bahasa turki, jilbab dilarang, biro syaikh al-Islam
dihapuskan, kementerian syariah dihapuskan, hukum waris dan pernikahan tidak lagi menggunakan
syariah, bahasa dan tulisan arab digantikan dengan bahasa turki dan tulisan latin dan perubahan-
perubahan lain yang menolak eksistensiagama dalam kehidupan.

Selain itu, untuk menjamin kelanggengan ideologi ini, rezim kemalis menciptakan apa yang mereka
sebut sebagai ‘Islam yang tercerahkan’ (cagdas Islam), mirip dengan gagasan Islam progessif di amerika
serikat, Islam modernis di pakistan, Islam liberal di Indonesia,atau Islam Hadhari di Malaysia. Namun,
sebagai ideologi negara,sekularisme di Turki menurut banyak pengamat dinilai gagal mencapai tujuan.
Sebab, diam-diam namun pasti Islam sebagai kekuatan politik tampak mulai bangkit melawan kekuatan
sekular dan berusaha merebut kembali tampuk kekuasaan dari tangan mereka.

Proses sekularisasi di mesir juga berlangsung setelah masuknya penjajah prancis pada tahun 1798 dan
inggris pada tahun 1802.Beberapa tahun kemudian lahirlah tokoh-tokoh yang melahirkan pembaharuan
ala barat. Diantara pionirnya adalah Rifa’ah al-Thahtawi(1801-1873), dengan gagasannya yang
dituangkan dalam buku-bukunya mengenai semangat kebangsaan dan cinta tanah air sama pentingnya
bahkan lebih utama daripada persaudaraan atas dasaragama. Kemudian Qasim Amin (1863-1908)
mengecam praktek despotisme penguasa dan masyarakat saat itu, tetapi juga menganggap syariat Islam
sebagai kendala kemajuan, bahkan dia pun menyerukan kesetaraan gender, kebebasan dalam
berbusana, dan pelarangan poligami.

Kemudian Ada lagi Ali Abdur Raziq yang mengarang kitab Islam wa Ushulul hukm

yang menganggap Islam hanya sebagai agama dan tidak mengatur negara.

Adapun di Indonesia, sekularisasi sebenarnya telah berjalan sejak zaman belanda. Pemerintah kolonial
melarang keras ekspresi keagamaan, khususnya Islam yang bagi banyak rakyat nusantara bukan semata-
mata agama, melainkan ideologi gerakan. Snouk Hurgronje yang menjadi ulama palsu ala belanda,
mendukung pengembangan Islam dibidang ritual keagamaan, tetapi mencegahnya untuk berperan
dalam bidang politik.

Paska kemerdekaan, Indonesia terpecah menjadi dua kubu, yakni kubu yang menginginkan Indonesia
sebagai negara sekular dan kubu yang menginginkan Indonesia yang berasaskan Islam. Akhirnya

terbentuklah pancasila, dimana pada sila pertama terdapat kalimat,”Dengan Kewajiban menjalankan
Syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, namun beberapa hari kemudian kalimat itu dihapus.

C.Pandangan Islam Terhadap Sekularisme

Sekularisme di Dunia Islam bukanlah menjadi sesuatu yang asing lagi. Dapat dikatakan bahwa
sekularisme kini telah menjadi bagian dari tubuhnya atau bahkan menjadi tubuhnya itu sendiri. Ibarat
sebuah virus yang menyerang tubuh manusia, dia sudah menyerang apa saja dari bagian tubuhnya itu.
Bahkan yang lebih hebat, virus itu telah menghabisi seluruh tubuh inangnya dan menjelma menjadi
wujud sosok baru; bak sebuah monster yang besar dan mengerikan sehingga sudah sulit sekali dikenali
wujud aslinya.

Begitulah kondisi umat Islam saat ini dengan sekularismenya. Perkembangan sekularisme sudah seperti
gurita yang telah menyebar dan membelit kemana-mana. Hampir tidak ada sisi kehidupan umat ini yang
terlepas dari cengkeramannya. Akibatnya, umat sudah tidak menyadarinya lagi.

Menurut al-Attas, Islam menolak penerapan apapun mengenai konsep-konsep sekular, sekularisasi
maupun sekularisme, karena semua itu bukan milik Islam dan berlawanan dengannya dalam segala hal.
Dengan kata lain, Islam menolak secara total manifestasi dan artisekularisasi baik eksplisit maupun
implisit, sebab sekularisasi bagaikan racun yang bersifat mematikan terhadap keyakinan yang benar
(iman).

Hal senada dikemukakan almarhum Prof Dr H Mohammad Rasjidi. Rasjidi beranggapan bahwa
sekularisme dan sekularisasi membawa pengaruh merugikan bagi Islam dan umatnya. Karena itu,
keduanya harus dihilangkan. Baginya, pemikiran baru itu memang dapat menimbulkan dampak positif,
seperti membebaskan umat dari kebodohan.

Rujukan :
1-Wahid Abdurrahman et al. (2008). Makalah Islam dan Sekularisme. Jakarta: Teknik Informatika A 2008,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2-Syed Muhammad Naquib Al-Attas. (1993). Islam and Secularism. Kuala Lumpur: Art Printing Works
Sdn. Bhd.

Posted 12th February 2013 by Mohd Hafiq Suhaimi

Anda mungkin juga menyukai