Ivan Hadar
KORBAN jiwa topan Haiyan berkecepatan 300 kilometer per jam yang meluluhlantakkan
kota-kota dan desa-desa di Filipina melebihi 10.000 orang. Ini adalah bencana alam terburuk
yang pernah terjadi di Filipina. Menurut Laporan Iklim Dunia, kecepatan angin dan curah
hujan pada siklon tropis akan terus meningkat akibat pemanasan bumi yang memicu
perubahan iklim.
Setidaknya ada lima sektor penting yang terkena dampak perubahan iklim dan berpengaruh
Pertama, produksi pertanian dan ketahanan pangan. Perubahan iklim memengaruhi curah
hujan, suhu udara, dan ketersediaan air bagi pertanian. Kedua, kebanjiran dan kekurangan air.
Ketiga, meningkatnya permukaan laut. Peningkatan suhu udara 3-4 derajat celsius,
menyebabkan banjir dan rob sehingga 330 juta penduduk dunia menjadi pengungsi, masing-
masing lebih dari 70 juta di Banglades, 6 juta di dataran rendah Mesir, 22 juta di Vietnam dan
Keempat, gonjang-ganjing sistem ekologi dan punahnya keragaman hayati. Perubahan iklim
telah pula mengubah sistem ekologi. Separuh sistem terumbu karang dunia yang juga
menjadi salah satu kekayaan Indonesia, misalnya, rusak (bleaching) akibat pemanasan laut.
Kelima, ancaman bagi kesehatan manusia. Sekitar 220-400 juta jiwa di negara miskin
diperkirakan akan tertular malaria. Begitu pula demam berdarah diperkirakan akan semakin
buruk.
Sebenarnya, secara jangka panjang, penggunaan teknologi nonfosil seperti tenaga surya,
biogas dan panas bumi akan menjadi penyumbang terbesar kelestarian alam.
Meskipun demikian, sulit dipastikan, apakah krisis iklim bisa diatasi hanya dengan kemajuan
teknologi.
Reduksi CO2 secara radikal, misalnya, mensyaratkan ”perubahan pola hidup konsumtif
secara radikal,” ungkap Sandra Postel dari yayasan World Watch. Tanpa itu, akan selalu ada
Peran Indonesia
Sebagai penghasil karbon dioksida terbesar ketiga dunia, Indonesia seharusnya telah
pembangunan bersih.
Sebagai negara kepulauan dengan 65 persen penduduk tinggal di pesisir, pemanasan global
yang berdampak pada kenaikan permukaan laut harus dilihat sebagai ancaman serius.
Sementara itu, sebagai negara agraris, produktivitas pertanian negeri ini pun terancam
gangguan tak kalah serius akibat dampak perubahan iklim (Gayatri et.al. 2012).
Periode 2000-2005, Indonesia menjadi juara dunia perusak hutan karena dalam kurun waktu
tersebut hutan kita yang rusak mencapai 1,87 juta hektar per tahun. Bencana lingkungan pun
merebak di mana-mana. Salah satu perusak hutan dan lingkungan hidup adalah sektor
pertambangan.
Menurut Jaringan Advokasi Tambang (Jatam, 2006), kontribusi sektor tambang terhadap
APBN relatif kecil, lebih kecil dibandingkan dengan sektor kehutanan. Nilai tambahnya juga
rendah karena bahan tambang diekspor sebagai bahan mentah, ditambah rendahnya
Contoh paling kasat mata adalah PT Freeport, korporasi tambang skala besar pertama di
Hingga kini, setidaknya 1.448 ton emas, belum lagi tembaga dan perak telah dikeruk.
salah satu perusahaan tambang terbesar di dunia ini dari hasil tambangnya di Papua mencapai
Rp 4.000 triliun dihitung dari laporan cadangan mineral 2010 (Tambang.co.id, 18/11/2011).
Ironisnya, meskipun produk domestik bruto (PDB) Papua menduduki peringkat ketiga, nilai
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terendah, yang mencerminkan rendahnya rata-rata lama
sekolah, buruknya kesehatan seperti tingginya angka kematian ibu melahirkan, bayi dan anak
IPM Provinsi Papua menempati urutan buncit, sedangkan Provinsi Papua Barat pada urutan
Kemiskinan
memiliki strategi pembangunan berbasis pro-poor, pro-job, dan pro-growth, yang dilengkapi
Namun, statistik kemiskinan bisa menjadi dasar evaluasi, sejauh mana kinerja strategi
tersebut. Saat ini, persentase kemiskinan 11,4 persen, masih jauh dari target MDG sebesar 7,5
Bagi Amartya Sen, seseorang disebut miskin karena tidak memiliki akses untuk memenuhi
kebutuhannya. Akses yang menjadi hak setiap orang itu ditentukan oleh nilai diri yang
dimiliki.
Bagi kebanyakan orang, nilai yang dimiliki sebatas tenaga kerja. Karena itu, kemiskinan
tidak bisa diatasi dengan sekadar memperbesar produksi. Orang miskin harus mempunyai
pekerjaan.
Pelestarian lingkungan secara partisipatif, dalam arti yang luas, ikut memperluas lapangan
pekerjaan.
dengan kearifan lokal, membantu nelayan dan petani dalam upaya adaptasi dan mitigasi
Jeffrey Sachs dalam bukunya The End of Poverty (2006) menyimpulkan ”sementara investasi
kemiskinan yang sudah ekstrem kondisinya, degradasi lingkungan pada skala lokal, regional,
Dengan kata lain, ada banyak variabel penting yang ikut menentukan kesejahteraan dan
kemiskinan, tetapi lingkungan alam bisa dipandang sebagai salah satu yang terpenting.
Ivan Hadar; Direktur Eksekutif IDE (Institute for Democracy Education); Ketua Dewan