Pedoman Pelayanan Farmasi RSMA 2018 PDF
Pedoman Pelayanan Farmasi RSMA 2018 PDF
PEDOMAN
PELAYANAN FARMASI
TAHUN 2018
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT H. L MANAMBAI ABDULKADIR
Nomor : 824.3/29.b/RSMA/II/2018
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT H.L. MANAMBAI ABDULKADIR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, hidayah, dan karuniaNya, sehingga buku Pedoman Pelayanan Farmasi RS
H.L Manambai Abdulkadir tahun 2018 berhasil disusun.
Buku ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi Instalasi Farmasi dan
pihak-pihak yang terkait di lingkungan RS H.L Manambai Abdulkadir dalam
menjalankan kegiatan pelayanan farmasi baik dari aspek pengelolaan perbekalan
farmasi maupun pelayanan farmasi klinik yang bertujuan pada optimalisasi
kemanfaatan terapi obat pasien
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada pejabat struktural
dan tenaga fungsional di lingkungan H.L Manambai Abdulkadir yang telah
memberikan masukan dalam proses penyusunan pedoman ini, serta seluruh staf di
Instalasi Farmasi RS H.L Manambai Abdulkadir yang telah dan akan selalu
berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan sampai pada proses
monitoring dan evaluasi pedoman ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR
RS. H. L. MANAMBAI ABDULKADIR
NOMOR : 824.3/29.b/RSMA/II/2018
TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN FARMASI RS.
H. L. MANAMBAI ABDULKADIR
PEDOMAN
PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT H. L. MANAMBAI ABDULKADIR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian di RS H. L Manambai Abdulkadir
b. Menjamin kepastian hukum dan kesesuaian standar pelayanan bagi tenaga
kefarmasian
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
D. Batasan Operasional
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian.
3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
4. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
5. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
6. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia.
7. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
8. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
9. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
10. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3781);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/III/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);
6. Peraturan Menteri Kesehatan No 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Farmasi Rumah Sakit
A. Standar Fasilitas
1. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit didukung oleh sarana dan
peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan
kefarmasian yang berlaku.
2. Lokasi menyatu dengan sistem pelayanan Rumah Sakit, terpisah
antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan
langsung kepada pasien, peracikan, dan produksi.
3. Peralatan yang memerlukan ketepatan pengukuran dilakukan kalibrasi
alat dan peneraan secara berkala oleh balai pengujian kesehatan
dan/atau institusi yang berwenang.
4. Peralatan yang digunakan dipelihara, didokumentasi, serta dievaluasi
secara berkala dan berkesinambungan.
5. Sarana
a. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi,
terdiri dari:
1) Ruang Kantor/Administrasi
Ruang Kantor/Administrasi terdiri dari:
a) Ruang pimpinan
b) Ruang staf administrasi
2) Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
a) Kondisi umum untuk ruang penyimpanan yaitu:
(1) Obat jadi
(2) Alat Kesehatan
b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan:
(1) Obat termolabil
(2) Sediaan Farmasi yang mudah terbakar
(3) Obat/bahan Obat berbahaya
(4) Narkotik/psikotropik
c. Peralatan Produksi
Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan Obat
d. Peralatan Penyimpanan
1) Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum
lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya
2. Penyalinan resep
a. Apabila sebuah resep perlu ditulis ulang dalam catatan medis yang
baru, maka harus dilakukan oleh dokter.
b. Salinan resep hanya boleh dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga
Teknis Kefarmasian.
c. Salinan resep rawat jalan dibuat dengan ketentuan:
1) Obat dalam resep belum diambil
PEDOMAN PELAYANAN FARMASI RSMA 27
2) Ada pengulangan (iter)
3) Jumlah obat baru diambil sebagian
4) Atas permintaan pasien (keterangan “det” bila sudah diambil)
E. Penyiapan dan Pengeluaran Obat
1. Penyiapan
a. Dispensing/penyiapan meliputi kegiatan seperti memeriksa keabsahan
resep, kesesuaian obat untuk setiap pasien, pengambilan obat,
pemberian etiket sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan
pemberian informasi kepada pasien.
b. Obat-obatan dan alat kesehatan dapat disiapkan oleh apoteker
dibantu tenaga teknis kefarmasian (TTK) yang memiliki Surat Izin
Kerja (SIK) dan terdaftar, kemudian diperiksa oleh apoteker atau TTK
lainnya.
c. Praktek dispensing yang baik adalah suatu praktek yang memastikan
suatu bentuk yang efektif dari obat yang benar, ditujukan kepada
pasien yang benar, dalam dosis dan kuantitas sesuai instruksi yang
jelas, dan dalam kemasan yang memelihara potensi obat.
d. Obat-obat disiapkan dan dibagikan dalam area yang bersih, aman,
dan jauh dari pasien.
e. Sebelum melakukan penyiapan obat, apoteker atau TTK harus
memastikan bahwa semua informasi yang harus ada di resep sudah
tercantum (unsur-unsur penulisan resep).
f. Apoteker atau TTK terlatih harus melakukan pengkajian atau telaah
(pemeriksaan kelayakan) terhadap resep meliputi:
1) Kejelasan tulisan
2) Ketepatan pasien
3) Ketepatan indikasi
4) Ketepatan dosis
5) Ketepatan rute pemberian atau sediaan obat
6) Ketepatan waktu/frekuensi pemberian obat
7) Tidak adanya duplikasi obat
8) Tidak adanya riwayat alergi ataupun potensi terhadap obat yang
diresepkan
9) Tidak adanya interaksi obat
10) Tidak adanya kontraindikasi pada pasien tersebut
11) Kesesuaian dengan formularium rumah sakit dan formularium
nasional
g. Pemeriksaan kelayakan mungkin tidak diperlukan atau kurang sesuai
PEDOMAN PELAYANAN FARMASI RSMA 28
dalam keadaan darurat atau bila dokter pemesannya hadir untuk
melakukan permintaan, memberikan dan memantau pasien (di ruang
operasi, kamar bersalin, dan IGD), atau dalam radiologi intervensi
atau pencitraan diagnostik dimana obat-obatan merupakan bagian
dari prosedur.
h. Telaah resep dilakukan dengan data yang berasal dari wawancara
pasien, rekam medis, maupun history/ riwayat pengobatan di
komputer.
i. Dalam proses telaah resep, apoteker atau TTK terlatih dapat
menggunakan sumber informasi obat berupa Formularium Rumah
Sakit, Formularium Nasional. Telaah aspek klinis dapat pula
menggunakan informasi tambahan yang bersumber dari program
software Medscape yang di up date secara berkala atau auto up date
atau literatur dari buku seperti Drug Information Handbook yang
disediakan di Instalasi Farmasi.
j. Bila terdapat masalah dalam resep, apoteker atau TTK melakukan
konfirmasi kepada dokter penulis resep.
k. Penyiapan obat racikan
1) Obat racikan disiapkan di ruang terpisah yang bersih, bebas debu
dan kotoran, dan dibersihkan setiap hari.
2) Semua peralatan untuk meracik, seperti blender, mortir, stamper,
spatula, gelas ukur, gelas pengaduk, dll dibersihkan hingga bersih
dan kering sebelum pemakaian sediaan selanjutnya.
3) Petugas yang melakukan peracikan obat menggunakan alat
pelindung diri berupa masker.
l. Penyiapan High Alert Medications
1) Setiap high alert medications diberikan label “high alert
medications” pada setiap kemasan terkecil (untuk obat injeksi) dan
pada plastik etiket obat (untuk obat tablet) agar mengingatkan
petugas yang memberikan obat dan merawat pasien.
2) Obat high alert berbentuk infus diberi label yang jelas dengan
tulisan yang bisa terbaca.
2. Pengeluaran dan Distribusi/Penyaluran Obat
a. Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanan
sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu,
stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
b. Sistem distribusi yang diterapkan di RS Manambai Abdulkadir ada
PEDOMAN PELAYANAN FARMASI RSMA 29
beberapa macam sistem, yaitu:
1) Sistem Resep Perorangan
a) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
didistribusikan berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan
2) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
a) Sistem floor stock merupakan sistem pendistribusian sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai untuk persediaan di
ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh perawat di unit perawatan dan
disupervisi oleh Instalasi Farmasi.
b) Untuk perawatan rawat inap, floor stock hanya berupa obat emergensi.
c) Apoteker harus menyediakan informasi, bila ada pertanyaan terkait
obat yang disediakan di floor stock.
3) Sistem Unit Dosis/ Unit Dose Dispensing (UDD)
a) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
didistribusikan berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam
unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali
dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
b) Sistem ini diterapkan pada pasien rawat Inap
c) Setiap pasien disiapkan obat penggunaan satu kali dan disiapkan oleh
petugas farmasi rawat inap hingga 24 jam ke depan.
d) Saat menjelang hari libur, obat disiapkan penggunaan satu kali minum
selama dua hari atau hingga hari kerja berikutnya.
e) Obat yang telah disiapkan petugas farmasi penggunaan satu kali,
diambil oleh perawat untuk disimpan di loker pasien di ruang perawat.
f) Untuk obat oral, obat disiapkan dengan label/etiket obat tiap waktu
minum yang berbeda
c. Setiap obat yang sudah disiapkan dikemas ke dalam wadah yang tepat
1) Tablet atau kapsul lepasan dan kemasan blister dimasukkan dalam
plastik kemasan obat
2) Puyer disiapkan dalam kertas perkamen lalu dimasukkan ke dalam
plastik kemasan obat
3) Sediaan cair racikan, dimasukkan ke dalam botol
d. Setiap obat di dalam pengemas obat, diberikan label/etiket obat yang
berisi:
1) Nama dan alamat rumah sakit
2) Nomor resep
3) Tanggal penyiapan obat
4) Tanggal kadaluarsa obat
Frekuensi Waktu
1x sehari Pagi 05-07
1x sehari Siang 12-14
1x sehari Sore 17-18
1x sehari Malam 21-22
2x sehari (tiap 12 jam) 06-07 18-19
Frekuensi Waktu
1x sehari Pagi 07
1x sehari Siang 12
1x sehari Sore 16
1x sehari Malam 20
2x sehari 07 19
(tiap 12 jam) 12 24
B. Kategori Error
yang diselenggarakan.
Indikator atau kriteria yang baik sebagai berikut:
a. Sesuai dengan tujuan;
b. Informasinya mudah didapat;
c. Singkat, jelas, lengkap dan tak menimbulkan berbagai interpretasi;
d. Rasional.
Dalam pelaksanaan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian dilakukan
melalui kegiatan monitoring dan evaluasi yang harus dapat dilaksanakan oleh
Instalasi Farmasi sendiri atau dilakukan oleh tim audit internal. Monitoring dan
evaluasi merupakan suatu pengamatan dan penilaian secara terencana,
sistematis dan terorganisir sebagai umpan balik perbaikan sistem dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan. Monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan
terhadap seluruh proses tata kelola Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Paka sesuai ketentuan yang berlaku.
PEDOMAN PELAYANAN FARMASI RSMA 46
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi menjadi 3 (tiga) jenis program
evaluasi, yaitu: