Anda di halaman 1dari 4

Basmallah

Assalaamu alaykum wr wb

Inalhamdalillah wa syukurillah, walaa haula wala quwata illa billah

NU alhamdulillahirobbil aalamin, wabihi nastain ala umuriddunya waddin

Syahadat

Shalawat

Amaa bakdu

Jamaah subuh masjid al muhajirin yang dirakhmati Allah

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh barokah. Di bulan inilah Kitab Suci Al Qur'an
diturunkan. Di bulan inilah semua amalan Sunah diganti seperti amalan wajib, dan amalan wajib diganti
berlipat2. Di bulan inilah bahkan tidur pun adalah amal baik. Di bulan inilah tiba-tiba maghrib menjadi
waktu yang dinanti2 kan, dan adzan tantangan tiba-tiba menjadi lagu favorit yang pemutarannya di
nantikan banyak orang. Dl bulan inilah makanan sepele seperti kolak pisang atau martabak, Yang
biasanya tidak terlalu kita perdulikan,sekarang menjadi incaran yang penuh dengan kenikmatan.

Jamaah subuh yang dirakhmati Allah

Allah menurunkan perintah puasa yang terekam dalam surat Al Baqarah 183

Ya aiyuhal ladzina amanu kutiba ‘alaikumus shiyamu kama kutiba ‘alal ladzina
min qablikum la’allakum tattaquun.

Yang sering diterjemahkan sebagai

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Kata kutiba, yang sering diterjemahkan sebagai diwajibkan, merupakan bentuk ma''dhi dari kata
kataba yang berarti ditulis. Namun berbagai tafsir mengartikan kutiba ini juga sebagai ditetapkan
atau diperintahkan. Artinya, kutiba adalah kewajiban yang telah ditetapkan atau perintah tertulis.
Dengan demikian, menurut para ahli tafsir, puasa bukan hanya diwajibkan atau furidho, tetapi lebih kuat
lagi karena ditetapkan atau diperintahkan, yang berarti sesuatu yang harus dilaksanakan.
Penggunaan kutiba ini juga sekaligus menjelaskan mengapa pahala puasa hanya
Allah sendiri yang langsung akan memberikannya
Nah, bagaimana kaum mukmin melaksanakan perintah atau ketetapan tadi?

Menurut Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, ada tiga jenis puasa yang
dilakukan oleh mukminin.

Tingkatan pertama disebut shiyaam ul umum, adalah puasa yang diketahui oleh semua orang
secara umum, yaitu puasa dengan menahan dari makan, minum, dan dari segala yang membatalkan
puasa, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Akan tetapi di waktu yang sama dia masih membiarkan dirinya melakukan perbuatan-perbuatan tercela
yang biasa dia lakukan. Dia masih berdusta, memaki, berkata kotor, mencuri, bermuamalah dengan
orang lain dengan kasar. Meskipun dia masih menjaga puasanya dari segala yang membatalkan. Jika
begini, ia hanya sampai pada tingkatan pertama saja. Yaitu, ia melaksanakan fardhu, namun hanya
kulitnya saja, belum sampai kepada intinya.

Kemudian tingkatan kedua disebut shiyaam ul khusus, sama seperti yang pertama, dia menjaga
puasanya dengan menahan makan, minum, dan segala yang bisa membatalkan puasanya, dari terbit
fajar sampai terbenam matahari. Akan tetapi tidak sampai di situ, dia juga sadar terhadap dirinya, dia
berpikir, apakah masuk akal ketika Allah Swt memerintahkan saya menahan diri dari perbuatan mubah,
yaitu makan dan minum, namun saya masih tetap berkata dusta, berkata kotor, bermusuhan dengan
orang lain. Ini tidak masuk akal.

Di sini lah dia mulai masuk tingkatan yang lebih tinggi, tingkatan yang lebih dekat dengan Allah Swt.
Yaitu, jika Allah Swt melarang saya untuk makan, minum, dan perbuatan-perbuatan mubah lainnya,
yang aslinya mereka itu mubah dan halal, dengan tujuan untuk mensucikan dan memperbaiki diri saya,
maka sudah seharusnya di kesempatan ini saya juga harus mensucikan dan memperbaiki jiwa, dan lisan
saya, dari segala perkataan dusta, perkataan kotor, dan segala perbuatan tercela, yang sudah jelas
mereka itu semua adalah keburukan, yang sangat tidak sesuai dengan kemuliaan bulan Ramadhan.

Kemudian tingkatan yang terakhir yaitu shiyaam khusus al khusus, adalah puasanya orang yang
menahan dari makan, minum, dan segala yang bisa membatalkannya. Dan dia juga membersihkan dan
mensucikan jiwanya dari segala keburukan, dari segala perbuatan tercela. Namun tidak sampai di situ,
dia juga menambahkan adabnya terhadap Allah Swt bahkan sampai di dalam pikirannya. Inilah puasanya
para 'arif, para wali, para ahlillah. Yaitu dia berpuasa Ramadhan tidak hanya menahan dari makan
minum dan semua yang membatalkan. Tidak hanya menahan dari dusta, dan maksiat. Namun juga
sebagai adab terhadap Allah Swt tidak akan saya biarkan pikiran saya dimasuki oleh segala keburukan,
juga pikiran-pikiran negatif terhadap orang lain.

Jamaah subuh rahimakulullah.


Perhatikan ketika ular berpuasa. Ular ketika akan ganti kulit, maka dia berpuasa. Sebelum dia
berpuasa, namanya ular, jalannya melata, wujudnya menakutkan, dan kulitnya atau bajunya kusam atau
jelek. Setelah dia selesai berpuasa dengan tidak makan dan minum serta berhubungan kelamin, maka
apa yang di dapatkan adalah kulit baru yang bagus dan mengkilap. Namun wujudnya tetap menjijikkan,
jalannya tetap melata, dan namanya tetap ular.

Binatang lain yang wujud nya juga menjijikkan adalah ulat. Sebelum berpuasa, binatang ini rakus,
merusak tanaman, juga berjalan dengan melata. Namanya pun ulat, dengan kulit atau baju yang
menjijikkan. Kemudian ulat ini berpuasa, dan merubah wujudnya menjadi kepompong. Dalam bentuk
kepompong, dia bukan hanya menahan makan dan minum saja, tetapi juga menutup dirinya dari
gemerlap dunia. Dia pasrah tak berdaya. Siapapun dapat berbuat apapun kepadanya,
bahkan membunuhnya seperti yang terjadi pada ulat sutera. Tapi dia tawakal, dia
berprasangka baik kepada Allah makanya dia serahkan hidup matinya hanya kepada sang Pencipta.

Lihat sekarang setelah ulat selesai berpuasa. Dia keluar dari kepompong nya, dalam bentuk baru yang
sangat indah. Kalau dulu dia rakus dan merusak tanaman, sekarang dia membantu
tanaman untuk berkembang biak. Kalau dulu jalannya melata, sekarang terbang
tinggi di angkasa. Kalau dulu namanya ulat, sekarang dia bernama kupu-kupu.
Jamaah subuh yang dirakhmati Allah

Shiyaamul umum hanya akan menjadikan kita seperti ular. Kerena itulah puasa seperti
itu maka yng kita dapatkan hanyalah lapar dn haus saja. Paling2 hanya ditambah baju baru ketika
lebaran seperti ular yang juga mendapatkan kulit baru selesai berpuasa.

Diriwayatkan oleh *H.R Ibnu Majah (1690) dan Ibnu Huzaimah no. 1997, Syaikh Al-A’dzami
mengatakan: sanadnya shohih”*.

"Boleh jadi seorang yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya
kecuali lapar dan dahaga, dan boleh jadi seorang yang qiyamullail tiada bagian
dari sholatnya kecuali hanya bergadang”.

Karena itu, janganlah kita hanya melakukan sekedar Shiyaamul umum saja. Marilah kita berpuasa
seperti halnya kupu-kupu Puasa harus menjadikan kita dari ulat menjadi kupu-
kupu.

Puasa seperti ini akan membuat hati kita bersih, batin kita cerah, dn jiwa kita
bersinar. Inilah mengapa Allah Swt memilih bulan Ramadhan daripada bulan-
bulan lainnya, untuk diturunkan di dalamnya al-Qur'an, agar ia dibaca oleh jiwa-
jiwa yang suci, jiwa-jiwa yang bersih.

Billahi taufiq wal hidayah, wa ridho wal innayah, was salamu alaykum wr wb

NU wallahul muwafiq illa aqwami thoriq, wassalamu alaikum wr wb

Anda mungkin juga menyukai