Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Farida (15312241045)
2. Umi Ma’rufah (15312241047)
3. Umukhabibah (15312241048)
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyediaan bibit merupakan salah satu hal penting pada bidang pertanian. Bibit
yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Salah satu teknologi yang telah
terbukti berhasil adalah melalui teknik kultur jaringan.
Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai
kebutuhan karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas unggul
yang jumlahnya sangat sedikit dapat segera dikembangkan melalui kultur jaringan.
Pada tanaman perbanyakan melalui kultur jaringan, bila berhasil dapat lebih
menguntungkan karena sifatnya akan sama dengan induknya (seragam) dan dalam
waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan bebas
penyakit.
Kultur jaringan adalah memelihara dan menumbuhkan sel tanaman (kalus,
protoplas) dan organ tanaman (embrio, tunas, bunga, dan sebagainya) atau jaringan
tanaman (sel, kalus, protoplast) pada kondisi aseptik atau in vitro. Tanaman bisa
melakukan kultur jaringan jika memiliki sifat totipotensi, yaitu kemampuan sel
untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kultur jaringan?
2. Apa saja manfaat kultur jaringan?
3. Bagaimana teknik dalam kultur jaringan?
4. Bagaimana tahapan dalam kultur jaringan?
5. Bagaimana perkembangan kultur jaringan di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian kultur jaringan
2. Menjelaskan manfaat kultur jaringan
3. Menjelaskan teknik dalam kultur jaringan
4. Menjelaskan tahapan dalam kultur jaringan
5. Menjelaskan perkembangan kultur jaringan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar teknik kultur jaringan adalah sel tanaman mempunyai sifat totipotensi yaitu
kemampuan sel untuk tumbuh dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam
medium aseptik. Sitokinin dan auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang
ditambahkan dalam medium. Sitokinin untuk merangsang pembentukan pucuk,
sedangkan auksin untuk merangsang pembentukan akar.
1. Kultur kalus
Kultur kalus adalah membiakkan sekelompok sel yang berasal dari jaringan
tanaman yang tumbuh dalam medium hara. Medium tersebut terbuat dari garam
anorganik,sumber karbon(biasanya sukrosa), auksin dan sitokinin. Untuk
menghasilkan kalus yang baik, zat hara harus berperan merangsang pertumbuhan sel
secara cepat. Jaringan tananman yang dapat digunakan untuk membiakkan kalus adalah
akar,batang, daun,meristem dan anther(Nasir,2002:32-33).
Tembakau dapat diperbanyak melalui kultur kalus sejati, namun jarang
diperbanyak secara komersil melalui kultur in vitro. Hal ini karena banyak mutan yang
kurang menguntungkan dari segi komersialnya dan tembakau lebih mudah
dikembangkiakkan menggunakan biji. Tebu juga mudah dibiakkan dengan kultur in
vitro, tetapi sering menunjukan ketidak stabilan kromosom. Tanaman-tanaman yang
diregenerasi akan lebih stabil bila diperbanyak dengan stek vegetatif. Jadi pemulia
tanaman dapat menggunakan kultur in vitro dalam mengembangkan bahan genetik baru
namun harus berupaya mendapatkan klon stabil.
Hasil tanaman merupkan karakter multigenetik dan merupakan fungsi
keseluruhan tanaman dan interaksi dengan lingkungan. Shepard et al(1980) menyeleksi
protoklon(klon-klon dari protoplas) ‘Russet Burbank’ melalui kultur protoplas dan 65
galur kentang diuji di lapangan. Galur-galur ini berbeda sejumlah sifatnya seperti
kebiasaa tumbuh,umur masak,reaksi tehadap penyakit,persyaratan foto-periode dan
karakteristik umbi. Tidak ada sifat-sifat secara langsung berkaitan dengan peningkatan
hasil umbi.
2. Kultur meristem
Istilah meristem seringkali digunakan untuk menyebutkan ujung tunas dari
tunas apikal atau lateral. Meristem sebenarnya adalah apikal dome dengan primordia
daun terkecil, biasanya berdiameter kurang dari 2 mm.
5. Pengakaran
Eksplan akan menunjukan pertumbuhan akar yang menandai proses kultur
jaringan berjalan baik. Persiapan planlet untuk ditanam di tanah, perakaran planlet
harus cukup mendukung. Jika banyak tunas sudah dihasilkan, tahap selanjutnya adalah
inisiasi akar in vitro. Cara mudah dan praktis adalah dengan mengakarkan stek mikro
di luar kultur, terutama untuk spesies – spesies yang mudah berakar. Kelembaban tinggi
diperlukan untuk menghindari kekeringan tunas baru yang masih lunak. Eksplan yang
terkontaminasi bakteri/jamur akan menunjukan gejala berwarna putih atau
biru(disebabkan jamur) atau busuk(disebabkan bakteri) (Henuhili,2013:6).
Keuntungan pengakaran di luar kultur adalah tipe akar yang dihasilkan lebih
beradaptasi pada lingkungan luar/tanah. Stek mikro yang diakarkan pada media kultur
biasanya memiliki morfologi yang beradaptasi pada air dan bukan pada tanah, sehingga
kadang tidak berfungsi normal saat dipindah ke lapang. Jika mengakarkan pada media
kultur, auksin diperlukan untuk menginduksi pembentukan akar. Sitokinin biasanya
menghambat pembentukan akar.
6. Aklimatisasi
Penanaman di tanah pada kondisi taraf penyesuaian dengan lingkungan yang
baru. Stek mikro, atau tanaman yang sudah berakar, selanjutnya ditransfer ke tanah,
akan mengalami perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan stress pada tanaman.
Ini seringkali merupakan tahap kritis dalam keseluruhan kegiatan kultur jaringan.
Lingkungan kultur in vitro meliputi kelembaban yang tinggi, bebas pathogen,
suplai hara yang optimal, intensitas cahaya rendah dan suplai sukrosa dan media cair
atau gel. Tanaman yang dihasilkan dengan kultur in vitro beradaptasi pada kondisi
tersebut. Ketika terkespos pada lingkungan luar, tanaman kecil ini harus dapat
beradaptasi pada lingkungan yang baru. Jika transisinya terlalu keras, tanaman akan
mati.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Kultur jaringan teknik menumbuhkembangkan bagian tanaman baik berupa sel, jaringan
ataupun organ dalam keadaan aseptik pada media buatan yang mengandungan nutrisi
lengkap sehingga diperoleh tanaman yang sama dengan induknya.
2. Manfaat utama kultur jaringan adalah mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak
dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis
dengan induknya. Manfaat lainya antara lain pengadaan bibit, menyediakan bibit bebas
virus/penyakit,membantu program pemuliaan tanaman,membantu proses konservasi dan
preservasi plasma nutfah serta memproduksi senyawa kimia untuk farmasi, industri makan
dan industri kosmetik.
3. Teknik dalam kultur jaringan antara lain:
a. Kultur kalus yaitu kultur sel ke dalam medium kaya zat hara untuk mendapatkan kalus.
b. Kultur meristem yaitu kultur yang berasal dari jaringan meristem pada tanaman tertentu.
c. Kultur protoplas yaitu kultur dari sel yang telah dihilangkan dinding selnya lalu materi
asing dimasukan kedalamnya untuk mendapatkan tanaman baru.
d. Kultur anther dan pollen yaitu kultur yang berasal dari benang sari atau putik pada suatu
tanaman untuk dibiakkan.
e. Kultur endosperm yaitu menginduksi endosperm untuk menghasilkan kalus.
4. Tahapan dalam kultur jaringan antara lain:
a. Pembuatan media yang terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu,
diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
b. Inisiasi adalah pengambilan eksplan/inokulum dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan.
c. Sterilisasi adalah proses mensterilkan eksplan,peralatan yang digunakan dan orang yang
melakukan kultur.
d. Multiplikasi adalah memperbanyak calon tumbuhan dengan menanam eksplan pada
media.
e. Pengakaran adalah pengakaran pada eksplan yang menunjukan kultur berjalan dengan
baik.
f. Aklimatisasi adalah penanaman tanaman hasil kultur pada tanah.
5. Menjelaskan perkembangan kultur jaringan di Indonesia
Perkembangan kultur jaringan di Indonesia dapat dikatan kurang signifikan jika
dibandingkan dengan negara lain. Hal tersebut dikarenakan kultur jaringan hanya
dimanfaatkan oleh kalagan tertentu seperti untuk kepentingan penelitian, pemerintah dan
akademis. Tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk penelitin kultur jaringan masih
menjadi masalah utama dalam bidang ini, sekalipun Indonesia sangat berpotensi besar
dalam bidang ini mengingat tingginya keanekaragaman plasma nutfah di Indonesia.
Dalam bidang penelitian kultur in vitro pada tanaman industri, pangan, dan hortikultura,
Penelitian kultur jaringan yang sedang dan telah dilakukan di Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (Balittro) dan Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian (Balitbiogen) selama beberapa tahun ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok
(Tabel 1), yaitu (1) tanaman semusim berdinding lunak, (2) tanaman tahunan berkayu, dan
(3) tanaman pangan.
Sementara dalam bidang Kedokteran, sejak dikembangkannya Laboratorium Kultur Sel
dan Jaringan di Unit Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
pada tahun 1997, hingga kini beberapa jenis kultur sel telah berhasil dikembangkan, antara
lain kultur sel fibroblas.
Daftar Pustaka
George, E. F. and P. D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Exegetics Ltd.
Eversley. England: Basingstoke.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, and F.T. Davies. 1990. Plant Propagation and Principles
Practices. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Moore, T.C. 1979. Biochemestry and Physiology of Plant Hormon. Berlin: Springer-Verlag.
Thorpe, T. A. 1981. Plant Tissue Culture, methods & applications in agriculture. New York:
Academic Press.
Torres, K.C. 1989. Tissue Culture Technique for Holticultural Crop. New York: Von Hostrand
Reinheld
Yusnita. 2003. Kultur Jringan, Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Sumber Gambar:
https://jo3co3.wordpress.com/
http://2.bp.blogspot.com/
http://1.bp.blogspot.com/