Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI KELUARGA DALAM

PENGEMBANGAN PROGRAM KB DI KOTA PAREPARE

Strategy For Increasing The Family Participation


Development Of KB Programs In Parepare City

Andriyana Abdullah, Andi Nuddin, Ayu Dwi Putri Rusman


Program Studi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat UMPAR
(andriyanaabdullah618@gmail.com, 085240539207)

ABSTRAK

Rendahnya partisipasi keluarga dalam pengembangan program KB karena


kurangnya dukungan keluarga dan kurangnya program strategi yang efektif dalam
pengembangan akseptor KB. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan apakah
dukungan keluarga, program yang dijalankan pemerintah serta program strategi berperan
pada peningkatan partisipasi keluarga dalam pengembangan program KB di Kota
Parepare.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai strategi
peningkatan partsipasi keluarga dalam pengembangan program KB di Kota Parepare.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 16
responden yang mewakili setiap instansi berbeda, dengan menggunakan metode Analisi
Interpretative Structural Modelling (ISM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
dukungan keluarga yang harus berperan yaitu Dukungan suami. Untuk Program
pemerintah dalam peningkatan peran keluarga pada program KB yaitu Peningkatan akses
dan kualitas pelayanan KB, Penyediaan sarana dan prasarana. Sedangkan yang menjadi
program strategi dalam pengembangan program KB yaitu Peningkatan akses dan kualitas
pelayanan KB, Penyediaan sarana dan prasarana, Penumbuhkembangan kampung KB,
Peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi, Pemberdayaan dan kesejahteraan
keluarga. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa dukungan suami merupakan
dukungan utama dalam peningkatan partisipasi keluarga pada program KB, Peningkatan
akses, kualitas pelayanan KB dan penyediaan sarana dan prasarana menjadi program
prioritas yang dijalankan pemerintah, sedangkan program yang strategi dalam
pengembangan akseptor KB yaitu Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB,
Penyediaan sarana dan prasarana, Penumbuhkembangan kampung KB, Peningkatan
pengetahuan kesehatan reproduksi, Pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga.

Kata Kunci : Strategis peningkatan partisipasi keluarga pada program KB, ISM
ABSTRACT

The low family participation in the development of family planning programs due
to lack of family support and lack of effective strategy programs in the development of
family planning acceptors. This study aims to show whether family support, programs run
by the government and strategy programs play a role in increasing family participation in
the development of family planning programs in the city of Parepare. KB program in the
City of Parepare. The instrument used was a questionnaire with a total sample of 16
respondents representing each different agency, using the Interpretative Structural
Modeling (ISM) analysis method. The results showed that the support of the family that
must play a role is husband's support. For government programs to increase the role of
families in family planning programs, namely increasing access and quality of family
planning services, provision of facilities and infrastructure. While the strategy program in
the development of family planning programs is increasing access and quality of family
planning services, provision of facilities and infrastructure, development of family
planning, improvement of knowledge of reproductive health, empowerment and family
welfare. Based on the results of the study concluded that the husband's support is the
main support in increasing family participation in family planning programs, increasing
access, quality of family planning services and the provision of facilities and
infrastructure are priority programs run by the government, while the program strategy in
the development of family planning acceptors is increased access and quality of service
KB, Provision of facilities and infrastructure, family planning development, improvement
of knowledge of reproductive health, empowerment and family welfare

Keywords: Strategic increase in family participation in the KB program, ISM


PENDAHULUAN
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan
angka fertilitas total (Total Fertility Rate atau TFR) sebesar 2,4 yang berarti seorang
wanita di Indonesia rata-rata melahirkan 2,4 anak selama masa reproduksinya. Hasil ini
menurun dibandingkan hasil SDKI 2012, sebesar 2,6 anak per wanita. Wilayah tempat
tinggal dapat mempengaruhi tingkat fertilitas wanita. Data penelitian statistik yang
dilakukan Badan Pusat Statik (BPS) wanita di perdesaan memiliki tingkat fertilitas
cenderung lebih tinggi dibandingkan wanita di perkotaan yakni 2,6 dan 2,3 perwanita1
Untuk menurunkan tingkat fertilitas, dilakukan program KB guna mewujudkan
keluarga yang berkualitas, sejahtera, dan makmur. Melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi, serta pengaturan dan dukungan yang
diperlukan untuk membentuk keluarga yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usia ideal
melahirkan anak2
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pemerintah yaitu
memungkinkan pasangan usia subur untuk mengantisipasi kelahiran, mencapai jumlah
anak yang mereka inginkan, dan mengatur jarak dan waktu kelahiran anak. Hal ini dapat
dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi dan tindakan infertilitas.3 Salah satu
program pemerintah dalam KB yaitu dengan mendirikan kampung KB yang bertujuan
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat baik di daerah perkotaan maupun
pedesaan, sehingga masyarakat dapat turut berperan aktif dalam meningkatkan kualitas
hidup dan mewujudkan keluarga kecil berkualitas 4
Rendahnya partisipasi keluarga dalam pengembangan program KB yaitu
kurangnya program pemerintah yang dijalankan, dukungan keluarga dan program
strategi yang efektif dalam pengemabangan program KB yang menyebabkan sulitnya
para keluarga untuk melakukan KB. Sehingga pentingnya dukungan keluarga yaitu
berkaitan erat dengan dorongan atau motivasi yang diberikan keluarga terhadap PUS
(Pasangan Usia Subur) untuk ikut menjadi akseptor KB. Dengan adanya dukungan yang
diberikan oleh keluarga membuat anggota keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
kepandaian dan akal. Sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga5
Berdasarkan hasil pendataan keluarga pada tahun 2017 Jumlah Pasangan Usia
subur (PUS) wilayah Kota Parepare adalah 20.191 yaitu Kecamatan Bacukiki sebanyak
3.050, Kecamatan Ujung sebanyak 4.566, Kecamatan Soreang sebanyak 6.818, dan
Kecamatan Bacukiki Barat sebanyak 5.757. Presentase penggunaan KB Ditiap
Kecamatan yaitu Kecamatan Bacukiki sebanyak 64,89%, Kecamatan Ujung sebanyak
63,80%, Kecamatan Soreang sebanyak 64,46%, Kecamatan Bacukiki Barat sebanyak
64,50%.5 Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk menunjukkan apakah dukungan keluarga, program yang dijalankan pemerintah
serta program strategis berperan terhadap peningkatan partisipasi keluarga dalam
pengembangan program KB di Kota Parepare.6

METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif dan menggunakan metode ISM yang bertujuan untuk
mendeskripsikan tentang strategi peningkatan partsipasi keluarga dalam pengembangan
program KB di kota Parepare. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner.
Lokasi dan waktu penelitian dilaksanakan di Kota Parepare, yang terdri dari 4 Kecamatan
yaitu Kecamatan Bacukiki, Kecamatan Bacukiki Barat, Kecamatan Ujung dan Kecamatan
Soreang, pada bulan Mei sampai Juli tahun 2018. Populasi dan sampel adalah
instansi/lembaga pemerintah, tokoh masyarakat, penyuluh dan kader KB dengan sampel
sebanyak 16 orang yang mewakili setiap instansi/lembaga yang berbeda dengan model
analisis Interpretative Structural Modelling (ISM) yang tidak membutuhkan sampel yang
banyak.7

Teknik Pengumpulan danPengolahan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data
sekunder diperoleh dari pencatatan dan pelaporan yang ada pada masing-masing instansi.8
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan 3 tahapan yaitu Editing, Coding, dan
Processing.

Analisis Data
Analisis data pada peneltian ini menggunakan analisi Interpretative Structural
Modelling (ISM) adalah proses pengkajian kelompok (group learning proses) dimana
model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal kompleks dari system, melalui
pola yang dirancang dengan seksama menggunakan grafis secara kalimat. Teknik ISM
ditunjukan untuk pengkajian oleh suatu tim, namun bisa juga dipakai oleh seorang
peneliti.9 Dalam penelitian ISM ini dilakukan dengan empat tahapan utama model
analisis ISM yaitu :
1. Menyusun Struktural Self-Interfaction Matrix (SSIM), yaitu masukan (penilaian) dari
responden terhadap sub-sub elemen diatas, sebagai hasil
2. Menyusun table ReachabilityMatrix, dengan mengganti simbol-simbol
V, A, X, dan O dengan angka 1 dan 0 bermakna :
V, jika Eij = 1 dan Eji = 0 (elemen i lebih penting dari pada j).
A, jika Eij = 0 dan Eji = 1 (elemen i tidak lebih penting dari pada elemen j).
X, jika Eij = 1 dan Eji = 1 (elemen i dan j sama penting ).
O, jika Eij = 0 dan Eji = 0 (elemen i dan j tidak sama penting ).
1 = Ada hubungan kontekstual antar elemen
0 = Tidak ada hubungan kontekstual antar elemen
3. Menyusun model struktural (tingkat elemen) setiap elemen
4. Menyusun Matrix Driver Power Dependent (DP-D) yang terdiri dari empat sektor
seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 .Matrix driver power – dependent

Sektor I : Autonomous, sub-elemen disektor ini umumnya tidak berkaitan dengan


sistem dan/atau hubungan sangat kecil, meskipun hubungan itu bisa saja
kuat
Sektor II : Dependen, umumnya sub-elemen yang ada disektor ini adalah tidak bebas,
artinya semua subelemen yang ada di dalamnya merupakan akibat dan
tindakan subelemen lainnya.
Sektor III : Linkage, sub-subelemen yang masuk dalam sector ini sangat penting dan
harus dikaji secara berhati-hati, sebab hubungan dengan subelemen
lainnya tidak stabil. Setiap tindakan sub-elemen tersebut akan
memberikan dampak terhadap sub-elemen lainnya dan umpan balik
pengaruhnya bisa memperbesar dan/atau menimbulkan dampak yang
baru. Dengan kata laint, setiap tindakan pada tujuan-tujuan (sub-elemen)
tersebut akan menghasilkan sukses, sebaliknya lemahnya perhatian
terhadap kegiatan tersebut akan menyebabkan kegagalan program.
Sektor IV : Independent, sub-elemen ini merupakan sub-elemen bebas, artinya
merupakan kekuatan penggerak yang besar (Driver Power) tetapi hanya
memiliki sedikit ketergantungan terhadap lainnya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dukungan Keluarga Yang Berperan Dalam Peningkatan Partisipasi Keluarga Pada


Program KB

Dukungan Keluarga di Posisi Independent


Hasil analisis Interpretative Struktural modelling (ISM) menunjukkan bahwa
pada posisi Independent terdapat 2 dukungan keluarga yang memiliki potensi yang cukup
besar dalam mendorong untuk menjadi akseptor KB dan satu diantaranya sebagai
pemeran prioritas (kunci) yaitu (1) dukungan suami. Karena suami merupakan pemimpin
atau kepala keluarga yang mengambil semua keputusan di dalam keluarga.

Dukungan Keluarga di Posisi linkage


Dukungan keluarga yang masuk dalam sektor linkage adalah (1) Dukungan istri,
(2) Dukungan Saudara (Kakak/Adik), (3) Dukungan Sahabat/Teman, dan (4) Dukungan
Mertua (perempuan). Keempat dukungan keluarga tersebut berdasarkan analisis ISM
berada pada posisi linkage dengan rata-rata bobot DP = 0,83 dan D = 0,54.

Dukungan Keluarga di Posisi dependent


Dukungan keluarga yang masuk kedalam sektor ini adalah (1) Dukungan Anak,
(2) Dukungan Mertua (Laki-laki), (3) Dukungan Orangtua (Bapak), (4) Dukungan
Tetangga, (5) Dukungan Sepupu, (6) Dukungan Tante/Om, (7) Dukungan Saudara (ipar)
Sebagai dukungan keluarga yang berada diposisi dependent dengan rata-rata
bobot DP = 0,34 dan D = 0,74, ini menunjukan bahwa dukungan keluarga tersebut
memiliki peran yang sangat lemah terhadap peningkatan partisipasi keluarga dalam
melakukan KB.
Program Pemerintah Dalam Peningkatan Partisipasi Keluarga Pada Program
KB

Program pemerintah di Posisi Independent


Hasil analisis Interpretative Struktural Modeling (ISM) menunjukkan bahwa
pada posisi Independent terdapat 5 program pemerintah yang memiliki potensi yang
cukup besar dalam peningkatan program KB dan 2 diantaranya sebagai pemeran prioritas
(kunci) yaitu (1) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB serta (2) Penyediaan
sarana dan prasarana

Program pemerintah di Posisi linkage


Program pemerintah yang masuk dalam sektor linkage adalah (1) Menguatkan
advokasi dan KIE program KB, (2) Peningkatan jumlah (3) penyuluh kesehatan KB, (4)
Peningkatan peran dan fungsi keluarga dalam pengasuhan anak, (5) Pengembangan
fungsi dan peran pemerintah setempat. Kelima program tersebut berdasarkan analisis ISM
berada pada posisi linkage dengan rata-rata bobot DP = 0,64 dan D = 0,64

Program pemerintah di Posisi dependent


Program pemerintah yang masuk kedalam sektor dependent ini adalah (1)
pemberdayaan dan peningkatan peran tokoh masyarakat, (2) penguatan penelitian dan
pengembangan bidang KKB, (3) penyiapan data dan informasi kependudukan, (4)
penataan dan pengembangan kapasitas kelembagaan kependudukan dan keluarga
berencana, (5) penguatan landasan hukum dan kebijakan KKB.
Sebagai program pemerintah yang berada diposisi dependent dengan rata-rata
bobot DP = 0,31 dan D = 0,85, menunjukan bahwa program pemerintah tersebut memiliki
peran yang sangat lemah terhadap peningkatan partisipasi keluarga dalam melakukan KB.
Oleh karena itu untuk meningkatkan program pemerintah dalam peningkatan partisipasi
keluarga pada program KB, perlunya peningkatkan fungsi dari masing-masing program
serta diperlukannya kerjasama antar pihak-pihak yang berperan dalam program KB.

Model Struktur Program yang Dilakukan Pemerintah dalam peningkatan


Partisipasi Keluarga dalam Program KB
Melihat keberkaitan program pemerintah dalam meningkatkan partisipasi
keluarga untuk melakukan KB, disusun model struktural program yang dilakukan
pemerintah, seperti tersaji pada Lampiran gambar 3
Gambar 3. Menyajikan urutan posisi program pemerintah sehingga dapat
ditunjukan besarnya peran masing-masing dalam peningkatan partisipasi keluarga dalam
program KB, yaitu: (1) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan (2) Penyediaan
sarana dan prasarana berada pada level kunci sebagai program yang paling besar dalam
peningkatan partisipasi keluarga pada program KB. Kedua program ini berada di posisi
independent. (3) Penumbuh kembangan kampung KB berada di level 2 dan berada pada
posisi independent. Selanjutnya (4) Peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi, dan
(5) Pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga, berada pada level 3, (6) Menguatkan
advokasi dan KIE program KB, berada pada level 4, (7) Peningkatan jumlah penyuluh
kesehatan KB, dan (8) Peningkatan peran dan fungsi keluarga dalam pengasuhan anak
berada pada level 5, (9) Pengembangan fungsi dan peran pemerintah setempat, berada di
level 6 dan masing-masing di posisi linkage.
Program pemerintah pada diposisi dependent merupakan program yang berdaya
peran lemah dalam peningkatan partisipasi keluarga pada program KB dan berada pada
level-level atas mulai dari level 7 sampai level 9 adalah (10) Pemberdayaan dan
peningkatan peran tokoh masyarakat, (11) Penguatan penelitian dan pengembangan
bidang KKB, (12) Penataan dan pengembangan kapasitas kelembagaan kependudukan
dan keluarga berencana, (12) Penguatan landasan hukum. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada lampiran gambar 3.

PEMBAHASAN
Dukungan Keluarga Yang Berperan Dalam Peningkatan Partisipasi Keluarga Pada
Program KB
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor dalam mempengaruhi pasangan
usia subur untuk menjadi akseptor KB. Kurangnya dukungan keluarga menyebabkan
minat pasangan usia subur untuk menjadi akseptor KB mejadi kurang. Hal ini sejalan
dengan teori Friedman (2013) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan
salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku positif. Dukungan keluarga
yang paling berperan yaitu dukungan suami.10
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Nuryati
(2014) berdasarkan uji statistik diketahui bahwa terdapat pengaruh dukungan suami
dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan nilai p=<0.0001. Dari data 97.1 % yang
mendapat dukungan suami untuk menggunakan alat kotrasepsi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dukungan suami atau persetujuan suami sangat berpengaruh
terhadap pemakaian alat kontrasepsi yang digunakan istrinya.11 Hasil penelitian lain
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumini (2009) dalam Nuryati (2014)
bahwa 78 % alat kontrasepsi yang dipakai oleh seorang wanita di dasarkan persetujuan
suami atau pasangannya.11
Penelitian lain yang dilakukan Sri Mulyati (2009) dalam Hsmiatin (2017) bahwa
penelitiannya menunjukkan faktor yang paling berhubungan dan yang signifikan dengan
pemilihan alat kontrasepsi adalah dukungan suami dengan hasil uji chi-square nilai p
value (0,022).12 Dan Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Yeni,dkk (2017)
menunjukan bahwa dukungan suami berperan dalam peningkatan partisipsi keluarga pada
program KB. Dengan hasil uji chi-square nilai p value (0,022) sehingga dapat
disimpulkan bahwa dukungan suami berperan dalam peningkatan partisipasi keluarga
pada program KB. Dimana suami merupakan kepala keluarga sekaligus pengambil
seluruh keputusan di dalam keluarga.13

Program Pemerintah Dalam Peningkatan Partisipasi Keluarga Pada Program


KB
Peningkatan akses dan pelayanan KB yang dimaksud disini yaitu pemberian
kemudahan akses dan pelyanan KB yang baik, bagi masyarakat agar masyarakat dengan
mudah menjangkau tempat pelayanan KB. Berdasarkan temuan penelitian diketahui
bahwa pemberian akses dan pelayanan KB bagi masyarakat, telah baik dan mudah di
jangkau.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Wijono, (1974) dalam Lambelanova dan
Ramadhan (2016) bahwa aksess dan pelyanan yang dilakukan tidak terhalang oleh
keadaan geografis, sosial budaya, organisasi atau hambatan bahasa, dengan hasil uji ch-
square dengan nilai p value (0,001), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
dengan pemberian akses dan pelyanan KB bagi masyarakat, dimana masyarakat diberikan
kemudahan untuk menjangkau akses pelayanan KB.14
Penyediaan sarana dan prasarana KB merupakan salah satu alat atau instrumen
yang digunakan dalam membantu organisasi untuk mewujudkan tujuannya, bagi
kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan
bahwa penyediaan sarana dan prasarana berhubungan dalam peningkatan partisipasi
keluarga ataupun masyarakat pada program KB.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Bomby, (1974) dalam Lambelanova dan
Ramadhan (2016) menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan KB
berdampak positif terhadap partisipasi masyarakat dalam program KB, hasil uji ch-square
dengan nilai p value (0,001), sehingga dapat disimpulkan bawha sarana dan prasarana
yang digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan, perencanaan, serta guna menjaga
kualitas dari suatu pekerjaan dan dapat mensejahterakan masyarakat.14.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan Hasil analisis dan Pembahasan Penelitian mengenai Strategis
Peningkatan Partisipasi Keluarga Dalam Pengembangan Program KB Di Kota Parepare
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dukungan suami yaitu merupakan sub-elemen kunci dalam peningkatan partisipasi
keluarga pada program KB
2. Program yang dijalankan pemerintah yang menjadi program prioritas untuk
peningkatan partisipasi keluarga pada program KB adalah (1) Peningkatan akses
pelayanan KB dan (2) Penyediaan saran dan prasarana

SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, maka pada bagian ini
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Disarankan agar suami sebaiknya ikut berpartisipasi dalam menggunakan KB dan
pentingnya diberikan penyuluhan kepada keluarga terkhususnya yaitu : Suami, dan
mertua perempuan serta perlunya kesadaran setiap anggota keluarga akan fungsi dan
perannya masing-masing.
2. Disarankan kepada pemerintah untuk lebih meningkatkan kerja sama lintas sektor
yang terakit pada program pemerintah dalam meningkatkan akseptor KB. Tidak
hanya beberapa program saja yang difokuskan akan tetapi perlunya ditunjang dengan
program-program lainnya sehingga program yang dijalankan dapat meningkatkan
partisipasi keluarga dalam melakukan KB
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik (BPS) 2017. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia.
Jakarta: BPS 2017
2. Febriansyah, (2015). Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Program Keluarga
Berencana Di Kacamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal
Administrasi Negara, 3(3), 873-884
3. Kurniati, (2017). Strategi Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Dalam
Pelayanan Konseling KB Pada Balai Penyuluhan KB Di Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa. Makassar : Uin Alauddin.
4. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, (2016). Rapat Kerja Kesehatan
Nasional 2016 Gelombang II. Jakarta : 5 April 2016.
5. Sefrina, (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Keberfungsian Sosial Pada
Pasien Rawat Jalan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan.4 (2), 140-160.
6. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, (2017). Pendataan Keluarga Jumlah
PUS di Kota Parepare : BKKBN; 2017
7. Dino, R & Hera, R (2017). Penentuan Faktor Kunci Peningkatan Kualitas Air
Limbah Industri Makanan Menggunakan Interpretative Structural Modeling (ISM).
Jurnal Ilmu Lingkungan 15(2), 90-95
8. Makmur Sianipar (2013). Penerapan Interpretative Structural Modeling (ISM)
Dalam Penentuan Elemen Pelaku Dalam Pengembangan Kelembagaan Sistem Bagi
Hasil Petani Kopi Dan Agroindustri Kopi. Jurnal Bussiness and Economy. 6(1), 8-15
9. Nedi Syahril. (2012). Stakesholder Yang Berperan Dalam pengendalian
Pencemaran Minyak Di Selat Rupat. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 17(1),
26-37
10. Sukarno dan Nugraheni. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keikut
Sertaan Akseptor KB Pria Di Kelurahan Jagalan Kecamatan Jebres. Jurnal
Kesehatan, 5-1
11. Nuryati,S dan Fitria,D. (2014). Pengaruh Faktor Internal Dan Faktor Eksternal
Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB Baru Di Kabupaten Bogor.
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis 5(5)
12. Hasmiatin. (2016). Hubungan Pengetahuan, Dukungan Suami Dan Budaya Dengan
Penggunaan Alat Kotrasepsi IMPLANT Pada Pasangan Usia Subur Di Wilayah Kerja
Puskesmas Abeli Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal Kesehana
Masyarakat 5(1), 6-16
13. Yeni., Mutaha, Rr., Etrawati Fenyy., & Utama Feranita. (2017). Paritas dan Peran
Serta Suami Dalam Pengambilan Keputusan Terhadap Penggunaan Metode
Kontrasepsi. Jurnal MKMI, 13(4), 362-368.
14. Lambelanova Rosy dan Ramadhan Muhammad. (2016). Peran Badan
Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana (BPPKB) Dalam Melaksanakan
Program Keluaraga Berencana Di Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan
Selatan. Jurnal Politik Pemerintahan,9(1), 71-94.
LAMPIRAN
Gambar 1

13 1
12 6
11 2,12,8
10 Independent 4 Linkage
9
8
Driver Power (DP)

7
6 3,13 11
5 10
4 9
3 Autonomous Dependent
2 7 5
1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Dependent

Keterangan :
1. Dukungan Suami
2. Dukungan Istri
3. Dukungan Anak
4. Dukungan Mertua (Perempuan)
5. Dukungan Mertua (Laki-laki)
6. Dukungan Orangtua (Ibu)
7. Dukungan Orangtua (Bapak)
8. Dukungan Sahabat/Teman
9. Dungan Tetangga
10. Dukungan Sepupu
11. Dukungan Tante/Om
12. Dukungan Saudara (Kakak/Adik)
13. Dukungan Saudara (Ipar)
Gambar 1. Matrix Driver Power – Dependent (DP-D) dukungan keluarga
Gambar 2

14 1,2
13
12 4
11 Independent 6 6 11 Linkage
10 3
Driver Power (DP)

9 12 10
8 8
7
6 9
5
4 Autonomous Dependent14
3 5 13 7
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Dependent
Keterangan :
1. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB
2. Penyediaan sarana dan prasarana
3. Menguatkan advokasi dan KIE tentang program KB
4. Peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi
5. Penyiapan data dan informasi kependudukan
6. Pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga
7. Penataan dan pengembangan kapasitas kelembagaan kependudukan dan keluarga
berencana
8. Pengembangan fungsi dan peran pemerintah setempat
9. Pemberdayaan dan peningkatan peran tokoh masyarakat
10. Peningkatan jumlah penyuluh kesehatan KB
11. Penumbuh kembangan 14odelin KB
12. Peningkatkan peran dan fungsi keluarga dalam pengasuhan anak
13. Penguatan landasan 14odel dan kebijakan KKB
14. Penguatan penelitian dan pengembangan Bidang KKB
Gambar 2. Matrix Driver Power – Dependent (DP-D) program pemerintah
Gambar 3

Penataan dan pengembangan


Penguatan landasan Penyiapan data dan
Level 9 kapasitas kelembagaan
hukum dan kebijakan informasi kependudukan
kependudukan dan keluarga
KKB
berencana

Penguatan penelitian dan


Level 8
pengembangan bidang KKB

Pemberdayaan dan peningkatan


Level 7 peran tokoh masyarakat

Pengembangan fungsi dan peran


Level 6 pemerintah setempat

Peningkatan jumlah penyuluh Peningkatan peran dan fungsi keluarga


Level 5 kesehhatan KB dalam pengasuhan anak

Menguatkan advokasi dan KIE


Level 4 program KB

Peningkatan pengetahuan Pemberdayaan dan kesejahteraan


Level 3 kesehatan reproduksi keluarga
.
Penumbuh kembangan kampung
Level 2 KB

Peningkatan akses dan kualitas


Penyediaan sarana dan prasarana
Level 1 pelayanan KB

Gambar 3. Model struktur program pemerintah dalam peningkatan partisipasi


keluarga pada program KB

Anda mungkin juga menyukai