Anda di halaman 1dari 20

HASIL KALI KELARUTAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Setiap zat memiliki sifat kelarutannya masing-masing.Beberapa zat
dapat dengan mudah larut dalam air, dan ada pula yang kurang larut dalam
air.Suatu zat juga dapat dilarut jika pada konsentrasi tertentu, namun jika
konsentrasinya ditingkatkan terus menerus, maka akan ditemukan suatu
titik dimana zat itu tidak lagi dapat larut. Biasanya zat yang tidak dapat larut
ini disebut sebagai endapan.
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat
keluar dari larutan.Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan.Kelarutan suatu endapan merupakan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya
Kelarutan zat selain dipengaruhi oleh konsentrasi zat itu sendiri, juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya. Salah satunya ialah pengaruh
suhu,dimana dalam teori kesetimbangan diketahui bahwa perubahan suhu
dapat menggeser suatu kesetimbangan. Zat yang berada dalam
kesetimbangan antara padatan dan ion-ionnya dapat dinaikkan
kelarutannya dengan mengggeser kesetimbangannya menuju ke
pembentukan ion-ionnya
Timbal klorida (PbC2) merupakan garam yang sedikit larut dalam
air.Endapan timbal klorida dapat diiperoleh dengan mereaksikan larutan
timbal nitrat dengan larutan kalium klorida pada jumlah tertentu. Endapan
yang dapat diperoleh dapat dilarutkan kembali dengan meningkatkan suhu
dalam sistem,sehingga terbentuk ion-ion dari garam ini.Melalui
hubungannya dengan suhu,maka dilakukanlah percobaan untuk
mengetahui proses pelarutan yang dibutuhkan garam yang sukar larut ini.

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

1.2 Maksud praktikum


Menentukan tetapan hasilkali kelarutan
1.3 Tujuan praktikum
1. Membuat larutan jenuh suatu garam karbonat
2. Menentukan kelarutan garam karbonat
3. Menentukan hasilkali kelarutan garam karbonat

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. TEORI UMUM
Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan
sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik dalam gram atau
dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut
tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak
aplikasi, larutan dalam air adalah yang paling penting dan bagus disini.
Garam menunjukkan interval kelarutan yang besar dalam air. (Oxtoby,
2001)
Kelarutan dapat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Suatu
larutan lewat jenuh merupakan kesetimbangan dinamis.
Kesetimbangan itu dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya
kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan,
karena umumnya proses pelarutan bersifat endotermik. Akan tetapi ada
zat yang bersifat eksotermik dalam melarut. Sedangkan pengaruh
tekanan udara, tekanan udara di atas cairan berpengaruh kecil sekali
terhadap kelarutan zat padat dan cair dalam pelarut cair. Akan tetapi
kelarutan suatu gas bertambah dalam larutan bila tekanan parsial gas
tersebut di permukaan bertambah besar. (Syukri, 1999)
Larutan jenuh suatu garam, yang juga mengandung garam tersebut
yang tak larut, dengan berlebihan, merupakan suatu sistem
kesetimbangan terhadap mana hukum kegiatan massa dapat
diberlakukan. Misalnya, jika endapan perak klorida ada dalam
kesetimbangan dengan larutan jenuhnya, maka kesetimbangan yang
berikut terjadi : Ag + Cl - AgCl
Ini merupakan kesetimbangan heterogen, karena AgCl ada dalam fase
padat, sedang ion Ag + dan Cl – ada dalam fase terlarut. Tetapan
kesetimbangan dapat ditulis sebagai Konsentrasi perak klorida dalam

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

fase padat tak berubah, dan karenanya dapat dimasukkan ke dalam


suatu tetapan baru, Ksp, yang dinamakan hasil kali kelarutan :
Ksp = [Ag+][Cl-]
Jadi, dalam larutan jenuh perak klorida, pada suhu konstan (dan
tekanan konstan), hasil kali konsentrasi ion perak dan ion klorida,
adalah konstan.
Apa yang telah dikatakan untuk perak klorida, dapat diperluas secara
umum. Untuk larutan jenuh suatu elektrolit AvABvB, yang ter-ion
menjadi ion-ion vAAm+ dan vBBn- :vAAm+ + vBBn- AvABvB
Hasil kali kelarutan (Ksp) dapat dinyatakan sebagai :
Ksp = [Am+]vA x [Bn-]vB
Jadi dapat dinyatakan, bahwa dalam larutan jenuh suatu elektrolit yang
sangat sedikit larut, hasil kali konsentrasi dari ion-ion pembentuknya
untuk setiap suhu tertentu adalah konstan, dengan konsentrasi ion
pangkat dengan bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing ion
bersangkutan yang dihasilkan oleh disosiasi dari satu molekul elektrolit.
Prinsip ini mula-mula dinyatakan oleh W.Nerst pada tahun 1889
(Svehla).
Hasil kali kelarutan dihitung hanya untuk garam-garam yang
sedikit dapat larut, karena hubungan Ksp berlaku tepat hanya untuk
larutan encer. Kebanyakan garam ini dapat disebut tak-dapat-larut. Jika
substitusi konsentrasi-konsentrasi ion yang diketahui ke dalam rumus
hasil kali kelarutan menghasilkan harga perhitungan yang kurang dari
Ksp untuk garam tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa tak terbentuk
endapan. Jelas dari hubungan hasil kali kelarutan bahwa suatu ion tak
dapat sepenuhnya dibuang dari larutan dengan membentuk endapan
tak-dapat-larut dengan suatu ion lain. Tetapi, penambahan satu ion

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

dengan sangat berlebihan dapat mengurangi konsentrasi ion lain


sampai ke titik yang dapat diabaikan. (Keenan,1992)
Apabila larutan jenuh dibuat pada suhu tertentu kemudian suhu
diturunkan maka akibatnya adalah pengendapan kelebihan zat terlarut
dalam larutan. Tetapi dalam beberapa kejadian semua zat terlarut tetap
dalam keadaan larut. Karena kuantitas zat terlarut dalam hal ini lebih
besar daripada larutan jenuh normal pada suhu tertentu, larutan
demikian dinamakan larytan lewat jenuh (supersaturated). (Petrucci,
1999)
Pertanyaan mendasar yang dapat diajukan mengenai reaksi
pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan
tertentu. Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam
larutan, maka kesimpulan yang lebih umum mengenai pengendapan
dasar larutan adalah (Petrucci, 1999).
Pengendapan terjadi jika Q > Ksp
Pengendapan tak terjadi jika Q < Ksp
Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp
Kelarutan dan hasil kali kelarutan memiliki perbedaan, yaitu
kelarutan menunjukkan posisi kesetimbangan suatu zat dalam larutan,
pada suhu tertentu nilainya bervariasi bergantung dari jumlah pelarut,
dan ada tidaknya ion sejenis di dalam larutan, sedangkan hasil kali
kelarutan merupakan suatu konstanta keseimbangan, nilainya tetap
pada suhu tertentu atau dapat dikatakan memiliki satu nilai pada satu
temperatur, dan tidak dipengaruhi oleh jumlah pelarut dan jumlah ion
senama yang terdapat dalam larutan.

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

2.2 Uraian Bahan


1. Magnesium karbonat (FI Edisi III, halaman 351)
Nama resmi : MAGNESII CARBONAS
Nama lain : Magnesium
Rumus molekul : MgCO3
Berat molekul : 84,3
Pemerian : Serbuk ; putih ; tidak berbau ; tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam asam
encer dan disertai terjadinya buih kuat
Kegunaan : Laksativum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. Kalsium Karbonat (FI Edisi III, halaman 120)
Nama resmi : CALCII CARBONAS
Nama lain : Kalsium Kabonat
Rumus Molekul :
Berat Molekul : 100,09
Pemerian : Serbuk hablur ; putih ; tidak berbau ; tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat sukar larut
dalam air yang mengandung karbondioksida
Kegunaan : Antasidum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. Barium Karbonat (FI Edisi IV, halaman 1137)
Nama resmi : Barium Carbonat
Nama lain : Barium Karbonat
Rumus molekul : BaCO3
Berat molekul : 197,4
Pemerian : Serbuk warna putih
Kelarutan : Sangat mudah larut

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

Kegunaan : Sebagai zat tambahan


4. Asam Klorida (FI Edisi III, halaman 53)
Nama Resmi : ACIDUM HIDROCHIORIDUM
Nama lain : Asam klorida, Asam garam
Rumus molekul : HCL
Berat molekul : 36,5
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap dan bau
merangsang jika diencerkan dua bagian air asap
dan bau hilang.
Kegunaan : Sebagai zat tertutup
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
5. Natrium Hidroksida (Depkes RI, 1979 halaman 421)
Nama resmi : NATRII HIDROCIDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus kimia : NaOH
Berat Molekul : 40,00
Pemerian : Bentuk batang massa hablur air keeping-keping,
keras dan rapuh, menunjukkan susunan hablur
putih, mudah meleleh, basa sangat katalis dan
korosif segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
6. Fenol Merah (Depkes RI, 1979 halaman 704)
Nama resmi : FENOLSULFAKTALEIN
Nama lain : Difenol
Rumus kimia : C6H14O3
Berat molekul : 318,32

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

Pemerian : Serbuk hablur bermacam-macam warna merah


tua sampai merah
Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam kloroform
eter
Kegunaan : Sebagai indikator
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2018)


Ambil larutan MgCO3 jenuh sebanyak 25 cm3 dengan pipet gondok,
masukkan ke dalam Erlenmeyer 100 cm 3 tambah dengan 5 cm3 larutan
HCL 0,001 M, gunakan pipet gondok (volume) 5 cm3. Ke dalam campuran
(1) itu tambah 10 cm3 larutan NaOH 0,001 M dan kemudian tambah larutan
penunjuk fenol merah. Ambil larutan baku HCL 0,001 M masukkan ke
dalam buret. Larutan campuran hasil kerja (2) dititrasi dengan larutan HCl
baku yang telah anda siapkan di langkah (3). Pada saat titrasi, Erlenmeyer
digoyang-goyangkankan agar terjadi reaksi sempurna dan merata.
Kemudian hentikan penambahan larutan HCl dari buret, jika larutan telah
berubah warna dari merah ke jingga (antara merah dan kuning). Catat
volume HCl 0,001 M pada akhir titasi. Ulangi kembali cara tadi dua kali
lagi, sehingga anda dapat tga data.
Kerjakan persis sama yang dilakukan pada larutan MgCO 3, tetapi
larutan yang diambil adalah CaCO3 setelah itu dilakukan lagi pada larutan
BaCO3.

BAB III METODE KERJA

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

3.1 Alat Praktikum


Alat-alat yang digunakan selama praktikum adalah Erlenmeyer 100
cm3, Kaca kimia 100cm3, Pipet volume 10 cm3, Pipet volume 5 cm3, Buret
50 cm3, dan Corong.

3.2 Bahan Praktikum


Bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum antara lain,
Larutan jenuh MgCO3, CaCO3, BaCO3, Larutan baku HCL 0,1139 M,
Larutan baku NaOH 0,01 M, dan penunjuk fenol merah.

3.3 Cara Kerja


Disiapkan 4 buah Erlenmeyer 100 cm3 yang bersih, dan beri masing-
masing label untuk membedakan larutannya. Kemudian diambil larutan
jenuh MgCO3 sebanyak 25 ml dengan menggunakan pipet volume yang
telah dipasangkan dengan bultnya, lalu masing-masing dimasukkan
kedalam labu Erlenmeyer dan ditambah larutan HCl 0,1139 M
menggunakan pipet volume 5 ml. Kemudian ditambah lagi dengan larutan
NaOH 0,01 M dan larutan penunjuk fenol merah, lalu Erlenmeyer
digoyangkan agar larutannya merata.
Disiapkan buret 50 ml dan diisi dengan larutan HCl baku 0,1139 M
sampai batas tanda. kemudian larutan campuran pada Erlenmeyer tadi
dititrasi dengan larutan HCl pada buret tadi. Pada saat titrasi, Erlenmeyer
digoyangkan agar reaksi sempurna dan merata. Hentikan penambahan
HCl dari buret apabila telah terjadi perubahan warna dari merah ke jingga
dan menjadi warna kuning. Catatlah volume titrannya pada akhir titrasi.
Setelah percobaan pada larutan MgCO3, kerjakan kembali dengan
menggunakan larutan CaCO3, kemudian catat volume titrannya. Setelah
itu lakukan lagi pada larutan BaCO3. Setelah mendapat tiga data dari

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

masing-masing larutan yang dititrasi, kemudian rampungkan dalam table


pengamatan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

4.1 Hasil Data-data perhitungan dan reaksi kimianya


A.Tabel Pengamatan
Kelompok Larutan baku Bahan Volume titran
MgCO3 3,6 ml
HCl
Klp 1 BaCO3 4,3 ml
0,1287 N
CaCO3 4,2 ml
MgCO3 4 ml
HCl
Klp 2 BaCO3 4 ml
0,1287 N
CaCO3 4 ml
MgCO3 4,6 ml
HCl
Klp 3 BaCO3 4,4 ml
0,1287 N
CaCO3 3,3 ml
HCl MgCO3 3,5 ml
Klp 4
0,1287 N BaCO3 3,9 ml
CaCO3 3,8 ml

Perhitungan :
Diketahui: [𝐻𝐶𝑙] = 0,1287 mol dan [𝑁𝑎𝑂𝐻] = 0,10296 mol
1. Larutan jenuh MgCO3
HCl yang bereaksi dengan NaOH
[𝐻𝐶𝑙] 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 1000 𝑚𝐿
0,1287 𝑚𝑜𝑙
= 3,6 𝑚𝐿 ×
1000 𝑚𝐿

= 4,6332 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 NaOH sisa


NaOH yang ditambahkan
[𝑁𝑎𝑂𝐻] 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 1000 𝑚𝐿
0,10296 𝑚𝑜𝑙
= 10 𝑚𝐿 × 1000 𝑚𝐿

= 1.0296 × 10−3 𝑚𝑜𝑙

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa


= NaOH yang di tambahkan – NaOH sisa
= 1.0296 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 -4,6332 × 10−4 𝑚𝑜𝑙
= 3.6036 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 HCl yang sisa
HCl yang ditambahkan
[𝐻𝐶𝑙] 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻𝐶𝑙 × 1000 𝑚𝐿
3.6036 𝑚𝑜𝑙
= 5 𝑚𝐿 × 1000 𝑚𝐿

= 1.8018 × 10−2 𝑚𝑜𝑙


HCl yang bereaksi dengan MgCO3
= 𝐻𝐶𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 - 𝐻𝐶𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑎
= 1.8018 × 10−2 𝑚𝑜𝑙 - 3.6036 × 10−4 𝑚𝑜𝑙
= 1,8018 × 10−4 𝑚𝑜𝑙
Jumlah mol MgCO3
𝐻𝐶𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑀𝑔𝐶𝑂3
= 2
1,8018 ×10 −4 𝑚𝑜𝑙
= 2

= 9,009 × 10−5 𝑚𝑜𝑙

Kepekatan MgCO3
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑀𝑔𝐶𝑂3
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑀𝑔𝐶𝑂
3 × 10−3 𝐿

9.009×10 −5 𝑚𝑜𝑙
= 25 𝑐𝑚3 × 10−3 𝐿

= 3,6036 × 10−9 𝑀
𝐾𝑠𝑝 = [𝑀𝑔2+ ][𝐶𝑂3 2− ]
= [ 3,6036 × 10−9 ][3,6036−9 ]
= 10.9405 × 10−18 𝑀2
2. Larutan jenuh BaCO3
HCl yang bereaksi dengan NaOH

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

[𝐻𝐶𝑙] 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛


= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 1000 𝑚𝐿
0,1287 𝑚𝑜𝑙
= 4,3 𝑚𝐿 × 1000 𝑚𝐿

= 5,5342 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 NaOH sisa


NaOH yang ditambahkan
[𝑁𝑎𝑂𝐻] 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 ×
1000 𝑚𝐿
0,10296 𝑚𝑜𝑙
= 10 𝑚𝐿 × 1000 𝑚𝐿

= 1,0296 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa
= 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 − 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑠𝑖𝑠𝑎
= 1,0296 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 - 5,5342 × 10−4 𝑚𝑜𝑙
= 4,5046 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 HCl yang sisa
HCl yang ditambahkan
[𝐻𝐶𝑙] 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻𝐶𝑙 × 1000 𝑚𝐿
0,1287 𝑚𝑜𝑙
= 5 𝑚𝐿 × 1000 𝑚𝐿

= 6,435 × 10−4 𝑚𝑜𝑙


HCl yang bereaksi dengan BaCO3
= 𝐻𝐶𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 - 𝐻𝐶𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑎
= 6,435 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 - 4,5046 × 10−4 𝑚𝑜𝑙
= 1.9304 × 10−4 𝑚𝑜𝑙
Jumlah mol BaCO3
𝐻𝐶𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑎𝐶𝑂3
= 2
1.9304 ×10 −5 𝑚𝑜𝑙
= 2

= 9,652 × 10 𝑚𝑜𝑙
Kepekatan BaCO3
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝐵𝑎𝐶𝑂3
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎𝐶𝑂
3 × 10−3 𝐿

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

9,652×10 −5 𝑚𝑜𝑙
= 25 𝑐𝑚3 × 10−3 𝐿

= 3,8608 × 10 𝑀
𝐾𝑠𝑝 = [𝐵𝑎2+ ][𝐶𝑂3 2− ]
= [ 3,8608 × 10−9 𝑀] [3,8608 × 10−9 𝑀]
= 4 × 10−4 𝑀2
3. Larutan jenuh CaCO3
HCl yang bereaksi dengan NaOH sisa
[𝐻𝐶𝑙] 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 1000 𝑚𝐿
0,1287 𝑚𝑜𝑙
= 4,2 𝑚𝐿 × 1000 𝑚𝐿

= 5,4054 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 NaOH sisa


NaOH yang ditambahkan
[𝑁𝑎𝑂𝐻] 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 1000 𝑚𝐿
0,10296 𝑚𝑜𝑙
= 10 𝑚𝐿 × 1000 𝑚𝐿

= 1,0296 × 10−3 𝑚𝑜𝑙


NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa
= 𝐻𝐶𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 - 𝐻𝐶𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑎
= 1,0296 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 - 5,4054 × 10−4 𝑚𝑜𝑙
= 4,8915 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 HCl yang sisa
HCl yang ditambahkan
[𝐻𝐶𝑙] 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻𝐶𝑙 × 1000 𝑚𝐿
0,1287 𝑚𝑜𝑙
= 5 𝑚𝐿 × 1000 𝑚𝐿

= 6,435 × 10−4 𝑚𝑜𝑙


HCl yang bereaksi dengan CaCO3
= 𝐻𝐶𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 - 𝐻𝐶𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑎
= 6,435 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 - 4,8915 × 10−4 𝑚𝑜𝑙

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

= 1,5435 × 10−4 𝑚𝑜𝑙


Jumlah mol CaCO3
𝐻𝐶𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐶𝑎𝐶𝑂3
= 2
1,5435 ×10 −4 𝑚𝑜𝑙
= 2

= 7,7175 × 10−5 𝑚𝑜𝑙


Kepekatan CaCO3
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎𝐶𝑂3
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐶𝑎𝐶𝑂
3 × 10−3 𝐿

7,7175 ×10 −5 𝑚𝑜𝑙


= 25 𝑐𝑚3 × 10−3 𝐿

= 3,087 × 10−9 𝑀
𝐾𝑠𝑝 = [𝐶𝑎2+ ][𝐶𝑂3 2− ]
= [3,087 × 10−9 ][3,087 × 10−9 ]
= 9,529 × 10−18 𝑀2

4.2 Pembahasan
Kelarutan merupakan banyaknya zat terlarut yang larut dalam
pelarut yang banyaknya tertentu, untuk dapat menghasilkan larutan
jenuh. Faktor-faktor yang penting dalam mempengaruhi kelarutan zat
padat adalah temperatur, sifat dasar zat, dan hadirnya ion-ion dalam
larutan. Kebanyakan zat, kelarutannya akan meningkat jika
temperaturnya dinaikkan. Oleh karena itu, kebanyakan reaksi yang
memerlukan kelarutan yang cepat seringkali menggunakan larutan
panas.
Jenis zat pelarut juga mempengaruhi besarnya kelarutan.
Kebanyakan reaksi menggunakan air sebagai pelarut, karena air
merupakan pelarut yang mempunyai momem dipol yang besar dan
ditari baik ke kation atau anion untuk membentuk ion terhidrasi.

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

Hadirnya ion-ion lain dalam larutan dapat mempengaruhi larutan.


Suatu endapan lebih dapat larut dalam suatu larutan yang mengandung
salah satu ion endapannya dan pengaruh ion sekutu yang berlebih,
maka dapat menyebabkan kelarutan suatu endapan cukup besar
daripada nilai yang diramalkan oleh tetapan hasil kali kelarutan.Apabila
kesetimbangan dimulai dengan ion dalam larutan yang menghasilkan
zat murni tak larut, maka prosesnya dinamakan reaksi pengendapan.
Pada percobaan ini digunakan larutan MgCO3, CaCO3 dan
BaCO3 jenuh yang berarti larutan ini tidak dapat lagi melarutkan zat
terlarut, dan warna dari kedua larutan ini adalah bening. Larutan
MgCO3, CaCO3 dan BaCO3 termasuk garam karbonat dari alkali tanah
jika dilihat dari pengelompokan senyawa, MgCO3, CaCO3 dan BaCO3
juga termasuk senyawa ionik yang sukar larut, artinya kelarutannya
sangat kecil. Karena senyawa ini memiliki kelarutan yang kecil maka
memiliki suatu nilai yang disebut konstanta hasil kali kelarutan.
Pada percobaan menggunakan larutan MgCO3, CaCO3 dan
BaCO3 jenuh kali ini, terjadi tiga reaksi, yaitu :
1. Reaksi yang pertama terjadi antara 10 ml MgCO3,
CaCO3 dan BaCO3 jenuh larutan dengan 1 ml larutan HCl
0,001 M.
CaCO3 + 2 HCl CaCl2 + H2O + CO2
MgCO3 + 2HCl MgCl2 + H2O + CO2
2. Tetapi pada reaksi ini masih terdapat HCl
sisa. Untuk menghilangkan HCl sisa tersebut, maka larutan
direaksikan 10 ml NaOH 0,001M. Sehingga terjadi reaksi
yang kedua, yaitu :
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
3. Dari reaksi tersebut dihasilkan NaCL dan H2O.

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

Ternyata pada reaksi tersebut terjadi kelebihan NaOH,


sehingga larutan bersifat basa. Untuk mengetahui volume
NaOH maka larutan dititrasi dengan larutan HCl. Sebelum
dititrasi larutan tersebut diberi indikator fenolmerah karena
memiliki pH yang terletak pada titik ekuivalen titrasi.. Ini
merupakan reaksi yang ketiga, yaitu
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) +
H2O(l)
Titrasi akan berhenti jika larutan berubah warna menjadi
warna kuning. Titrasi ini dilakukan sebanyak 2 kali dan diperoleh
volume rata- rata HCl-nya sebesar 2,6 mL untuk MgCO3, 1 mL
untuk CaCO3 dan 1,45 mL untuk BaCO3.
Dari nilai rata-rata volume yang telah diperoleh, dapat
dihitung nilai hasil kali kelarutannya (Ksp) dari larutan tersebut.
Untuk mendapatkan nilai Ksp, dapat melewati beberapa proses
perhitungan. Proses-proses perhitungan tersebut sangat
menentukan untuk mendapatkan nilai Kspnya. Nilai kelarutan
dari masing-masing larutan dari hasil perhitungan yaitu -3,2 x
10−4untuk MgCO3, -4 x 10−3untuk CaCO3, dan -3,7 x 10−4 untuk
BaCO3. Sedangkan nilai Ksp yang didapatkan dari hasil
percobaan yaitu 1,02 x 10−9 untuk MgCO3, 1,6 x 10−9untuk
CaCo3 dan 1,36 x 10−9untuk BaCO3.

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Larutan MgO3 25ml + HCI 5 ml + NaOH 10 ml sebelum di titrasi memiliki
volume awal 13,1ml , hasil setelah titrasi 3,6ml, jadi memiliki volume akhir 9,5
ml. Larutan BaCO3 25ml + HCI 5 ml + NaOH 10ml sebelum titrasi memiliki
volume awal 9ml, hasil titrasinya 4,3, jadi memiliki volume akhir 13,3 ml.
Larutan CaCO3 25ml , hasil titrasi 4,2 ml, jadi volume akhirnya 20,8 ml
Pada percobaan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dilakukannya
titrasi pada larutan jenuh MgCO3, CaCO3, dan BaCO3 dapat merubah warna
awal dimana saat diberikan indikator fenol merah berwarna ungu berubah
menjadi warna kuning. Dan volume titran saat perubahan warna juga berbeda
antara MgCO3 dengan CaCO3 dan BaCO3 sehingga menghasilkan nilai ksp
yang berbeda juga
5.2 Saran
Ø Untuk laboratorium agar alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum
supaya diperbanyak agar waktu yang digunakan akan lebih efisien.
Ø Untuk asisten adalah mempertahankan cara menjelaskan kepada
praktikannya, karena dalam penyampaian informasi dan
pembagian tugas sudah sangat baik

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2018. Penuntun Kimia Dasar. Universitas Muslim Indonesia,


Makassar.
Brady, J E.1999. Kimia Universitas Asas Dan Struktur. Erlangga.Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ke-III. Departemen
Kesehatan RI : Jakarta.
Ditjen POM. 1979.Farmakope Indonesia Edisi Ke-IV. Departemen
Kesehatan RI : Jakarta.
Keenan,W. Charles. 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Erlangga.
Jakarta.
Kopkhar, S M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia
Press. Jakarta
Oxtoby, D.W. 2001. Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.
Petrucci, R., 1999, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.
Syukri.1999.KimiaDasar2.ITB,Bandung.

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209
HASIL KALI KELARUTAN

LAMPIRAN

DIANA AMALYA ANDI AFIFAH GANI


15020180209

Anda mungkin juga menyukai