Anda di halaman 1dari 9

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA KLINIK

DESAIN UJI BIOAVABILITAS / BIOEKIVALENSI TABLET


SALBUTAMOL

HILMY NUR HICHMAH


I4041181047

PROGRAM STUDI APOTEKER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
STUDI BIOEKIVALENSI / BIOAVABILITAS TABLET SALBUTAMOL 4 mg (ASMOL)
PT. PONTI FARMA PERTAMA DENGAN TABLET SALBUTAMOL 4 mg
(VENTOLIN®) PT. GLAXO WELLCOME GMBH & CO.

Studi bioekivalensi (BE adalah studi bioavailabilitas (BA) komparatif yang dirancang untuk
menunjukkan bioekivalensi antara produk uji (suatu produk obat “copy”) dengan produk obat
inovator/pembandingan. Caranya dengan membandingkan profil kadar obat dalam darah atau
urin antara produk-produk yang dibandingkan pada subyek manusia.(1)

Struktur Salbutamol
Salbutamol merupakan obat yang menstimulasi reseptor β terutama selektif pada reseptor
β2 yang biasa digunakan sebagai terapi asma akut dan asma akibat exercise karena merupakan
bronkodilator poten yang mempunyai onset cepat atau biasanya desebut sebagai Short Acting β2-
agonist (SABA). Salbutamol terdiri dari campuran rasemat enansiomer-R dan enansiomer-S.
enansiomer-R memberikan aktivitas bronkodilator beserta efek samping sedangkan enansiomer-
S memberikan sifat inert.(2)
Salbutamol dapat diadministrasikan melalui aerosol, injeksi ataupun tablet. Salbutamol
secara cepat diabsorpsi setelah pemberian oral pada relawan normal. Kadar maksimum plasma
dicapai setelah 2 jam, waktu paruh sekitar 4-6 jam, ikatan protein 10%, bioavailibilitasnya 40%(3)
Efek samping dari salbutamol yaitu (4) :
- Nerves
- Tremor atau kram otot
- Sakit kepala
- Dizziness
- Lemah
- Mual
- Susah tidur
1. Kaji Etik
Protokol kaji etik diajukan kepada Komite Kaji Etik Universitas Tanjungpura Pontianak.
Desain dan pelaksanaan studi BE mengikuti Pedoman Uji Bioekivalensi(1) dan Pedoman Cara
Uji Klinik yang Baik (CUKB).(5)

2. Desain
Uji bioekivalensi didesain dengan dosis tunggal, pemberian acak, desain menyilang 2 arah (2
perlakuan, 2 periode dan 2 kelompok) dan dalam 2 periode diselingin periode washout selama
4 minggu. Para relawan secara acak dipilih ke salah satu kelompok menggunakan pengacakan
komputer. (6)

3. Subyek
3.1 Kriteria Subyek
a. Kriteria Inklusi(6)
- Sukarelawan sehat wanita dan pria
- Usia 20-42 tahun
- Masa indek tubuh 18-25
- Relawan telah dinyatakan lulus/memenuhi syarat dalam pemeriksaan fisik,
riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, test alergi, test darah (urea,
glukosa dan elektrolit), test fungsi ginjal dan hati, test HBsAg dan HIV-ab
- Tidak mengkonsumsi rokok dan alcohol
- Test urin untuk wanita (negatif hamil)

b. Kriteria Ekslusi(6)
- Alergi atau hipersensitivitas terhadap salbutamol

3.2 Jumlah Subyek


Jumlah subyek yaitu 22 relawan sehat. 11 pria dan 11 wanita. Sebelum studi, setiap
subyek akan menandatangani inform consent setelah menerima penjelasan secara detail
tentang ruang ingkup studi bioekivalensi, termasuk larangan dan rasa yang kurang
nyaman yang mungkin timbul akibat penggunaan obat tersebut. (1,6)
3.3 Standarisasi Kondisi Studi(6)
3.3.1 Lama Puasa
- Pada hari ke-0 subyek harus sudah berada dirumah sakit UNTAN pukul 19.30-20.30
WIB. Dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan denyut jantung 10 menit setelah
beristirahat.
- Subjek diberikan makan malam dari pukul 20.30-22.00 WIB. Tidak boleh makan
diatas jam 22.00 karena diharuskan berpuasa 10 jam sebelum diberikan dosis.
3.3.2 Standarisasi Makanan
- Pada hari ke-1, Pukul 08.00 subyek menerima obat berdasarkan kelompoknya
dengan volume air minum 240 mL.
- Pemberian makan selanjutnya 4 dan 11 jam setelah pemberian obat jam 08.00 WIB.
3.3.3 Interaksi Obat dengan Makanan atau Obat lain
- Subyek tidak diperbolehkan mengkonsumsi makanan atau minuman dari luar atau
yang tidak disediakan oleh peneliti.
- Beberapa obat yang dapat berinteraksi dengan salbutamol yaitu antihistamin, beta
bloker glikosida jantung, diuretic, alkaloid ergotamine, furazolidon, anestesi umum,
guanetidin, levotiroksin, metildopa, inhibitor monoamine, nitrat, obat oksitosik,
fenotiazin, alkaloid rauwolfia, antidepresan trisiklik, digoksi, teofilin, insuli atau obat
hipoglikemi oral.(7)
3.3.4 Aktivitas Subyek Selama Puasa dan Pengambilan Sampel
- Pada hari ke-1, pukul 07.00 WIB darah subjek diambil 5 mL sebelum pemberiaan
dosis. Subyek tetap dalam keadaan duduk selama 2 jam setelah pemberian dosis.
- Subyek dapat melakukan aktivitas ringan lain seperti menonton TV dan membaca.
- Subyek dilakukan pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi dan suhu badan pada jam
ke 2, 6 dan 12 setelah pemberian dosis.
3.3.5 Karantina Subyek
Subyek mengalami masa karantina / washout sebelum memasuki tahap kedua yaitu
selama 4 minggu. Sebelum memasuki masa karantina subyek diminta untuk mengisi
kesedian tidak melakukan hal-hal yang dapat menggangu penelitian. Selama masa
karantina subyek dilarang melakukan hal-hal berat yang dapat menyebakan kecelakan
dan memperburuk keadaan saat dilakukan penelitian selanjutnya, pola makan subyek
diatur, menghindari merokok, alcohol dan melaporakan jika diharuskan meminum
obat-obatan selama masa karantina.

4. Produk Obat Uji


- Produk test (obat copy) : Tablet mengandung 4 mg Salbutamol, Asmol 4 mg
produksi PT. Ponti Farm Pertama.
No Batch : H901001
Produksi tanggal : 10 Okrober 2018
Expired date : 10 Oktober 2021
- Produk reference : Tablet mengandung 4 mg Salbutamol, Ventolin® 4 mg
produksi PT. Claxo Wellcome Gmbh & Co.
No Batch : A101001
Produksi tanggal : 17 Juni 2018
Expired date : 17 Juni 2021

5. Dosis Obat Uji


Dosis obat yang digunakan merupakan dosis tunggal yaitu 4 mg masing-masing relawan
untuk obat copy atau reference.

6. Pengambilan Sampel Darah


Pengambilan sampel darah diambil sebanyak 5 mL dari vena antecubital / vena cephalic yang
berada di sepanjang lengan dan terlihat jelas dibawah kulit (dibagian dalam siku). Darah
diambil sebanyak 15 titik(6) :
- pada jam ke 0 sebelum pemberian dosis
- Pada jam ke 1 setelah pemberian dosis
- Pada jam ke 1,5 setelah pemberian dosis
- Pada jam ke 1,75 setelah pemberian dosis
- Pada jam ke 2 setelah pemberian dosis
- Pada jam ke 2,25 setelah pemberian dosis
- Pada jam ke 2,5 setelah pemberian dosis
- Pada jam ke 3 setelah pemberian dosis
- Pada jam ke 4 setelah pemberian dosis
- Pada jam ke 5 setelah pemberian dosis
- Pada jam ke 6 setelah pemberian dosis
- Pada jam ke 10 setelah pemberian dosis
- Pada jam ke 12 setelah pemberian dosis
- Pada jam ke 24 setelah pemberian dosis
- Pada jam ke 48 setelah pemberian dosis

7. Kadar Yang Diukur


Kadar yang diukur yaitu plasma darah setiap subyek menggunakan kromatografi Gas -
Spektrofotometri Massa (GCMS) mengggunakan standar internal berupa Terbutalin. Kolom
GCMS menggunkan DB-IMS (2 m x 0,32 mm x 0,25 µm). Temperature oven diatur suhu
1100C. Temperatur injektor dan interface diatur pada suhu 2500c dan 2000C. Split injeksi
menggunakan rasio 10:1. Volume injeksi 1 µL. Menggunakan gas Helium dengan kecepatan
1,28mL/Menit. (6)
Salbutamol (obat copy dan reference) dan Terbutalin diekstrak dari plasma darah
menggunakan presedur berikut (6):
- 125 µL asam asetat dan 1 mL diklorometan ditambahkan ke dalam tube mengandung
500 µL plasma sampel dan 50 µL terbutalin (100ng/mL)
- Divortex selama 20 detik hingga terbentuk emulsi
- Disentrifugasi selama 3 menit kecepatan 3200 rpm
- Cairan jernih ditransfer ke silinased tube mengandung 500 µL K2HPO4 0,1 M dan
divortex selama 10 detik
- Strata Screen C SPE catridge (150 mg/3mL) dikondisikan dengan 2 mL metanol dam
2 mL K2HPO4 0,1 M diikuti dengan penambahan sampel
- Kolom dicuci dengan 1 mL air destilasi lalu 1 mL asam asetat 0,1%
- Salbutamol dan terbutalin dielusi keluar dari catridge dengan 1,5 mL palarut campur
[(9:1:0,1) (metanol:diklorometan:pelarut amoniak 35%)]
- Dievap hingga kering dibawah aliran nitrogen suhu 600C
- Ditambahkan 50 µL reagen (N-t-Butyldimthylsilyl-N-methyl-
trifluoroacematidine:pyridine) (2:1) dan diamkan selama 1 jam suhu 600C
- Sampel di rekonstitusi dengan 50 µL etil asetat dan divortex selama 10 detik
- Sampel ditransfer kedalam vial sampel untuk dianalisis dengan GCMS.
8. Metode Bioanalitik
Validasi metode yang dilakukan yaitu sensitifitas, spesifikasi, linearitas, akurasi, presisi, Limit
of Detection (LOD) dan Limit of Quantification (LOQ). Metode ini telah divalidasi memenuhi
syarat untuk dilakukan. mengikuti prosedur International Guideline.(1,6)

9. Parameter Bioavabilitas
Analisis famakokinetik dilakukan untuk konsentrasi salbutamol di plasma sebelum (t0) – 48
jam setelah pemberian dosis. Semua parameter dihitung dari kadar konsentrasi salbutamol
dalam plasma. Parameter bioavabiltas dari sampel darah (1,6) :
- Cmax : Konsnetrasi maksimum obat dalam plasma
- tmax : Waktu yang diperlukan untuk mencapai Cmax
- AUC0-t : Area dibawah kurva kadar obat dalam plasma dari waktu 0 sampai
waktu terakhir
- AUC0-∞ : Area dibawah kurva kadar obat dalam plasma dari waktu 0 sampai
waktu takterhingga
- t1/2 : Waktu paruh obat
- Kel : Ketetapan kecepatan eleminasi

10. Analisis Data


10.1 Analisis Statistik
Analisis statistic dari masing-masing parameter yaitu (1,6) :
- Cmax dan tmax diperoleh secara langsung dari konsentrasi plasma dan waktu data
analisis
- AUC0-t dihitung dengan metode linear trapezoid
- AUC0-∞ dihitung dari penjumlahan AUC0-t dengan AUCt-∞.
- AUCt-∞ dihitung dengan rumus sebagai berikut

AUCt-∞= Ct
Kel

- T1/2 dihitung dengan rumus sebagai berikut

T1/2 = ln2
Kel
- Kel dididaoatkan dari nilai slope hasil regregi linear antara ln-konsentrasi dan
waktu pada fase eleminasi data analisis.
- AUC dan Cmax kemudian dianalisis dengan ANOVA untuk studi menyilang 2-way
antara perlakuan, periode dan subyek.

10.2 Kriteria Bioekivalensi


Produk uji (test, T) dinyatakan bioekivalen dengan produk pembanding (reference, R)
jika memenuhi criteria sebagai berikut(1) :
- Rasio rata-rata geometric [AUC0-∞]T/[AUC0-∞]R = 1,00 dengan 90% confidence
interval = 80-125%
- Rasio rata-rata geometric [Cmax]T/[Cmax]R = 1,00 dengan 90% confidence interval
= 80-125%
- Perbandingan untuk nilai tmax dilakukan hanya jika ada klaim yang relevan
secara klinik mengenai pelepasan atau kerja yang cepat atau adanya tanda-tanda
yang berhubungan dengan efek samping obat

11. Daftar Pustaka


1. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM
RI). Nomor HK.00.05.3.1818 . Tentang Pedoman Uji Bioekivalensi.
2. Qureshi F, Zaritsky A, Wetch C, Meadows T dan Burke BL. Clinical Efficacy Of
Racemic Albuterol Versus Levalbuterol for rhe Treatment of Acute Pediatric Asthma.
Annal of Emergency Medicine. 2005; 46(1).
3. Goldstein DA, Tan Yk, Soldin SJ. Pharmacokinetics and Absolute Bioavailability of
Salbutamol in Healthy Adult Volunteers. Eur J Clin Pharmacol. 1987; 32: 631-634.
4. PDR®. Electronic Library. 59th edition; 2005.
5. Badan Pengawasan Obat dan Makan Republik Indonesia. Pedoman Cara Uji Klinik yang
Baik (CUKB) di Indonesia. Jakarta: Badan POM ; 2001.
6. Chik Z, Basu RC, Pendek R, Lee TC, Mohamed Z. Comparative Bioavailability Study of
Two Salbutamol Tablet in Healthy Adults Volunteers. Intrernational Journal of Clinical
Pharmacology and Therapeutics. 2009; 47(6): 413-418.
7. Departemen Kesehatan RI. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. Jakarta :
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 2007.

Anda mungkin juga menyukai