A. Definisi
1. Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler
selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002)
2. Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa deficit
neurologist fokoal atau global, yang berlangsung selama 24 jam atau langsung menimbulkan
kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah ke otak non traumatic.
(Mansjoer. 2002 )
3. Stroke / Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro
Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat (
dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang
terganggu.(Harsono,1996)
B. Klasifikasi
Jenis – jenis Stroke :
Stroke Hemorrhagic.
1. Perdarahan subaraknoid.
2. Hemorrhagic intraserebral.
E. Anatomi Fisiologi
1. Bagian-bagian Otak :
a. Serebrum (otak besar)
1) Secara umum dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
a)Korteks sensoris, pusat sensori/sensori umum primer suatu alat atau bagian tubuh tergantung pada
fungsi alat yang bersangkutan.
b) Korteks asosiasi
c)Korteks motoris
d) Korteks pre-fronta
2) Fungsi serebrum
a)Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu
b) Pusat persyarafan yang menangani aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan dan memori.
c)Pusat menangis, buang air besar dan buang air kesil
2. Fisiologi Otak
Sistem karotis terutama melayani kedua hemisfer otak dan sistem vertebra basalis terutama
memberi darah bagi batang serebelum dan bagian posterior hemisfer. Aliran darah di otak
dipengaruhi 3 faktor yaitu:
1. Tekanan : untuk memompa darah dari sistem arteri-kapiler ke sistem vena
2. Penahan (perifer) pembuluh darah otak.
3. Darah, yaitu faktor visteositas darah dan koagulasinya.
Dari faktor yang pertama yang terpenting adalah tekanan darah sistemik (jantung, darah,
pembuluh darah) dan faktor kemampuan khusus pembuluh darah otak (anterior) untuk
menguncup bila tekanan menurun.
Daya akomodasi sistem arterior otak ini disebut daya autoregulasi pembuluh darah otak
(yang berfungsi normal bila tekanan sistolik antara 50-150 mmHg). Faktor darah, selain
vistiositas darah dan daya membekunya juga diantaranya seperti kadar/tekanan parsial CO 2 dan
O2 berpengaruh terhadap diameter arteriol. Kadar/tekanan parsial CO2 yangnaik, PO2 yang turun
serta suasananya jaringan yang aman, menyebabkan vasodilatasi sebaliknya bila tekanan parsial
CO2 turun, PO2 naik atau suasana pH tinggi maka terjadi vasokontriksi.
Viskositas/kekentalan daerah yang tinggi mengurangi aliran darah otak (ADO) sedangkan
koagulabilitasi yang besar juga memudahkan terjadinya trombosis dan aliran darah lambat akibat
ADO yang menurun
F. Patofisiologi
Iskemik disebabkan adanya penyumbatan aliran darah ke otak oleh trombus / embolus.
Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya ateroskelorosis pada dinding pembuluh darah
sehingga arteri akan tersumbat, aliran darah kearea trombus menjadi berkurang, menyebabkan
iskemik kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli
disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui aretri karotis. Terjadinya
blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemik yang tiba – tiba berkembang cepat dan terjadi
gangguan neurologis fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh
darah oleh emboli.
G. Manifestasi Klinik
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada
berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi.Gejala utama stroke iskemik
akibattrombosis serebri ialah timbulnya deficit neurologik secara mendadak sub – akut.
Didahului gejala prodormal terjadi pada waktu istirahat atau saat bangun pagi dan kesadaran bisa
menurun.
Lumpuh separuh badan ( bisa kanan, bisa kiri ).
Gerakan bada tidak terkordinasi.
Bicara menjadi pelo.
Kesulitan berbicara atau memahami bicara.
Pelupa.
Banyak tidur.
Tremor.
Sulit menelan.
Kesemutan
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT – Scan otak : Untuk menentukan jenis stroke.
2. Pemeriksaan jantung EKG : Untuk mengetahui gangguan pasokan darah keotak yang
diakibatkan oleh jantung.
Angiografi serebral : Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang
pembuluh darah yang terganggu.
MRI : Mendeteksi infark serebri dini dan infark batang otak
Pemeriksaan Lab : - Hb, Ht, Eritrosit, leukosit, trombosit, LED.
- Ureum, kreatinin, fungsi ginjal, hati dan urine lengkap.
- Natrium , kalium.
6. Pemeriksaan Fisik : - Adanya deficit neurologik local.
- Ditemukan factor resiko (hypertensi, kelainan jantung).
- Bising pada auskultasi, kelaianan pembuluh darah
I. Penatalaksanaan Medis
1. Mengendalikan hypertensi dan peningkatan TK.
2. Mencegah Stroke berulang dini.
3. Menurunkan kerusakan iskemik,oksigen glukosa dan aliran darah yang adekuat.
4. Memberi terapi medik yang digunakan pada SNH,seperti.
a. Obat untuk edema otak.
Monitol 20 % larutan gliserol 10 % dan kortikosteroid, dapat juga dilakukan pembatasan cairan
untuk mencegah edema.
b. Obat antikoangulasi.
Heparin dan kumarin sintrom.
J. Komplikasi
1. Hipoksia serebral.
2. Embolisasi serebral.
3. Peningkatan TIK.
4. Aspirasi, atelektasis.
5. Infeksi pernafasan.
6. Nyeri tekan.
7. Konstipasi.
8. Malnutrisi.
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Aktivitas dan Istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensasi, atau paralysis (hemeflagia) merasa mudah lelah, susah untuk istirahat (nyeri ).
Tanda : Gangguan tonus otot, paralitik, dan terjadi kelemahan umum. gangguan
penglihatan, dan gangguan tingkat kesadaran.
b) Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi postural.
Tanda : Hipertensi arterial sehubungan dengan adanya emboli / malformasi
vasekuler. Nadi → frekwensi dapat bervariasi, disritmia.
c) Integritas ego
Gejala : Perasaan putus asa.
Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan, marah, sedih, dan kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
d) Eliminasi
Gejala : Perubahan pada berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria, istensi abdomen, bising
usus negative ( ileus paralitik ).
e) Makan dan Minum
Gejala : Nafsu makan hilang, mual, muntah, selama fase akut (peningkatan TIK ).
Kehilangan sensasi ( rasa kecap ) pada lidah, dispagia, adanya riwayat DM, Hypertensi,
peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : Kesulitan menelan.
f) Neurosensoris
Gejala : Pusing (sebelum serangan), sakit kepala, kelemahan, kesemutan penglihatan
menurun seperti ganda (diplopia) hilangnya ransang sensori kontra lateral pada ektrimitas dan
kadang-kadang pada bagian ipsilateral (satu sisi) pada wajah.
Tanda : Status mental, gangguan fungsi kognitif (penurunan memori dan pemecahan
masalah), Pada wajah terjadi paralysis, afasia, kehilangan kemampuan untuk mengenali
masuknya rangsangan visual, pendengaran taktil.
g) Nyeri/Keamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena arteri karotis
terkena).
Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot.
h) Pernapasan
Gejala : Faktor resiko merokok.
Tanda : Ketidakmampuan menelan / batuk / hambatan jalan nafas, timbul pernafasan sulit.
i) Keamanan
Tanda : Motorik/ sensori → Masalah dengan penglihatan, tidak mampu mengenal objek,
warna, kata, dan wajah yang pernah dikenalnya dengan baik. Gangguan berespon terhadap panas
dingin, kesulitan dalam menelan, tidak sabar / kurang kesadaran diri.
j) Interaksi Sosial
Tanda : Masalah berbicara, ketidakmampuan untuk berinteraksi
k) Penyuluhan
Tanda : Adanya riwayat hypertensi pada keluarga stroke (faktor resiko ).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran darah ke otak.
b. Resiko terjadinya aspirasi berhubungan dengan kelemahan/paralisis otot.
c. Gangguan menelan berhubungan dengan kelemahan/paralisis otot menelan.
d. Perubahan eliminasi: urine berhubungan dengan ketidakmampuan mengontrol urin.
e. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan.
f. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan sebagian tubuh.
g. Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan fungsi peran.
h. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan aphasia.
i. Ketidakefektifan manajemen terapeutik berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
DP.1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran darah ke otak.
Kriteria evaluasi: Klien tidak mengalami peningkatan TIK, tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran,
tidak mengeluh sakit kepala, stabilnya atau meningkatnya nilai GCS.
Intervensi:
a. Monitor tanda-tanda adanya peningkatan TIK tiap jam.
R/ Peningkatan TIK menyebabkan terganggunya perfusi jaringan serebral.
b. Kaji tanda-tanda delirium dan gelisah.
R/ Sebagai indikator adanya peningkatan TIK.
c. Observasi TTV (S, N, TD, HR).
R/ Indikator yang menunjukkan gangguan sirkulasi.
d. Observasi status neurologis dan bandingkan dengan keadaan normal.
R/ Menunjukkan perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK.
e. Atur posisi kepala maksimal 15oAtau tanpa bantal.
R/ Meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral dan mengurangi resiko peningkatan TIK.
f. Berikan istirahat/tirah baring.
R/ Aktivitas berlebih dapat meningkatkan TIK.
g. Cegah mengejan saat defekasi.
R/ Defekasi dapat merangsang terjadinya valsava manuver dapat meningkatkan TIK dan
memperbesar resiko perdarahan.
Lumban Tobing, SM, (1998). Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta: FKUI.