Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Sampai saat ini minat masyarakat terhadap fashion di Indonesia sangat
tinggi terutama pada produk batik. Menurut data Kementerian Perindustrian, nilai
ekspor batik dan produk batik nasional mencapai 58,46 juta dolar Amerika (AS)
pada tahun 2017 dengan pasar utama Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa
(cantumin data tahun sebelumnya, biar keliatan bahwa memang terjadi
peningkatan/menunjukkan bahwa minatnya tinggi). Hal ini tentu merupakan kabar
gembira bagi industri fasyen di Indonesia (enggak perlu). Tingginya minat batik
juga memberikan banyak peluang usaha di bidang ini. Produksi batik dan maufaktur
juga terus meningkat namun banyak sekali pengrajin dan garment yang tidak
memperhatikan dampak buruk dari produksinya (coba diganti: Minat yang tinggi
terhadap batik menimbulkan banyaknya peluang usaha di bidang kerajinan dan
manufaktur produk batik yang dimanfaatkan masyarakat untuk berkecimpung di
dalamnya. Banyaknya sentra-sentra produksi batik yang terbentuk berdampak
terhadap peningkatan limbah produksi membahayakan jika tidak melalui
pengelolaan yang baik). Banyak limbah pewarna sintetis yang dibiarkan terbuang
mencemari tanah dan sungai. Problem ini cukup serius karena akan sangat
berdampak buruk bagi kesehatan masyarakan dikarenakan Zat kimia berbahaya dari
pewarna sintetis pada industri fesyen seperti zat warna napthol atau blue-black,
remazol black, red dan golden yellow dapat menurunkan kualitas air bersih,
menaikkan chemical oxygen demand, biological oxygen demand, menimbulkan
padatan tersuspensi Penanganan limbah merupakan permasalahan yang serius
mengingat dampak buruk limbah terhadap kesehatan masyarakat yang mmelakukan
aktivitas pada area-area tercemar limbah. Limbah buangan hasil industri fashion
yang didominasi oleh zat pewarna sintesis seperti zat warna napthol atau blue-
black, remazol black, red dan golden yellow dapat menurunkan kualitas air bersih,
meningkatkan chemical oxygen demand, biological oxygen demand, hingga
menimbulkan padatan tersuspensi (Sitanggang, 2017).
2

Dampak besar terhadap lingkungan akibat produksi selalu menjadi


perhatian besar dan menjadi tantangan bersama. Penanggulangan atas dampak ini
dapat dimulai dengan mengurangi penggunaan energi, air, dan bahan-bahan yang
tidak ramah lingkungan, serta meminimalisir pembuangan limbah berbahaya
(Fletcher, 2010). Cara penanggulangan tidak harus secara biologis (dijelaskan
dulu penangannan secara biologis itu apa? Kenapa tidak menggunakan yang
biologis?) namun juga dapat ditanggulangi dalam bidang fashion yaitu dengan
mulai memproduksi pakaian yang berbahan natura dan diwarna dengan pewarna
alami dengan bahan baku dan pewarna alami. Berdasarkan permasalah tersebut,
Oleh karena itu munculah ide untuk penulis menggagas pembuatan resort wear
dengan eksplorasi teknik cold batik dan natural dye.

Di Indonesia sendiri ada terdapat beberapa teknik membatik yang sering


diterapkan yaitu hot batik seperti batik tulis, celup dan batik cap (Sitanggang, 2017).
Cold batik sendiri masih sangat awam bagi pembatik di Indonesia. Teknik
pewarnaan cold batik merupakan teknik pewarnaan pada sutra yang cukup mudah
penerapannya, hal ini menyebabkan cold batik populer dan banyak digunakan oleh
pemula bahkan profesional sekalipun. Tidak adanya tahap pemanasan lilin dalam
pewarnaan merupakan asal mula sebutan “cold batik”. (Eke, 2006). Saat ini
pengembangan batik ke arah yang lebih fleksibel sangat dibutuhkan dan dapat
digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai usia dan acara, sehingga
menghilangkan paradigma batik yang erat dengan kesan kuno dan tradisional
(Riani, Sarungu & Margana, 2016). Teknik cold batik nantinya akan dipadukan
dengan teknik natural dye atau pewarnaan alami. Dalam proses pewarnaan alami,
bahan yang dapat digunakan tidak harus selalu berasal dari tanaman dan dedaunan.
Beberapa bahan lain seperti kulit, tunas, bunga, buah-buahan, biji dan akar juga
dapat diekstrak walaupun tidak semua dari bahan tersebut dapat menghasilkan
warna. Berbagai macam metode ekstraksi juga dapat mempengaruhi perbedaan
warna yang akan dihasilkan (Flint, 2014).

Ide penggabungan cold batik dan natural dye pada resort wear tentu dapat
memberikan dampak positif terhadap lingkungan, dapat mengurangi limbah
pewarna sintetis dan lebih sustainable. Dengan perancangan Resort wear ini juga
3

dapat membawa keunikan dari cold batik sekaligus memperkenalkan teknik cold
batik kepada masyarakat Indonesia dan juga memiliki serta dapat memberi nilai
lebih dalam diferensiasi produk.
4

I.2. RUMUSAN MASALAH


Perancangan ini berbasis pada penelitian deskriptif kualitatif yang berusaha
untuk menjawab rumusan masalah:
Bagaimana merancang resort wear dengan menggunakan teknik cold Batik dan
natural dye untuk (nama Brand)?

I.3. BATASAN PERANCANGAN


Berikut adalah batasan perancangan yang akan digunakan untuk
mempertajam proses perancangan dalam upaya menjawab rumusan masalah:
a) Batasan keilmuan, yakni ilmu Desain Fesyen
b) Batasan material, yakni dengan menggunakan material bemberg, dan
bahan baku pewarna alam
c) Batasan teknik, yaitu teknik seni menghias kain dengan teknik cold batik
d) Batasan waktu, yaitu 16 minggu

I.4. TUJUAN PERANCANGAN


Tujuan perancangan Tugas Akhir ini diuraikan dari rumusan masalah yang
akan dipecahkan, yaitu:
a) Menciptakan desain fesyen resort wear yang ramah lingkungan
b) Menciptakan desain fesyen untuk wanita berusia 17-35 tahun yang
menyukai fesyen dan gemar traveling
c) Menciptakan desain fesyen menggunakan kain bemberg dengan teknik
cold Batik dan natural dye
d) Menciptakan desain fesyen yang terinspirasi dari permasalahan limbah
pewarna sintetis
e) Menciptakan desain fesyen yang sesuai dan bernilai jual bagi produk
resort wear (brand)

I.5. PENTINGNYA PERANCANGAN


Manfaat perancangan Tugas Akhir ini dalah sebagai berikut:
5

a) Membangun kesadaran akan manfaat penggunakan produk fesyen ramah


lingkungan
b) Menciptakan kebaruan dalam hal teknik cold batik
c) Turut berkontribusi bagi kemajuan sub-sektor industri kreatif di bidang
industri fesyen.
d) Turut berkontribusi bagi perkembangan ilmu Desain Fesyen.

I.6. METODE PENGUMPULAN DATA


Metode pengumpulan data diakukan dengan metode pengumpulan data secara
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer berupa metode penelitian kualitatif
dan kuantutatif.

1.6.1. Metode Pengumpulan Data Primer


Metode pengumpulan data diakukan secara Kualitatif dan Kuantitatif.
1.6.1.1. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif dilakukan dengan metode wawancara dan observasi.
a. Wawancara
Metode wawancara kepada Expert User dan Extreme User dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. Wawancara tidak langsung
dilakukan melalui aplikasi chat dan email. Wawancara dilakukan
terhadap 5 expert user (narasumber) dan wawancara terhadap 12 extreme
user (pengguna produk).
b. Observasi
Metode observasi terbagi menjadi dua yaitu observasi tempat dan
observasi kompetitor. Observasi tempat dilakukan dengan pengamatan
langsung untuk mengetahui gaya hidup, cara berpakaian, desain dan
detail resort wear yang sering dikenakan. Observasi kompetitor
dilakukan dengan mengunjungi langsung 3 store kompetitor untuk
mengetahui ciri khas desain, kelebihan dan kekurangan competitor.

1.6.1.2. Penelitian Kuantitatif


6

Penelitian kuantitatif dilakukan dengan kuisioner target market (brand)


sejumlah 100 responden. Responden merupakan wanita usia 17-35 tahun, berada di
kelas ekonomi menengah dan menengah ke atas, merupakan wanita yang menyukai
eco-fashion dan gemar traveling.

1.6.2. Metode Pengumpulan Data Sekunder


Metode pengumpulan data diperoleh dari studi literatur seperti buku, jurnal dan
artikel.

I.7. TAHAPAN PERANCANGAN


Tahapan perancangan Tugas Akhir menggunakan metode Desain Thinking
yang merupakan pola pikir seorang desainer yang membuat sesorang mampu
mewujudkan ide dengan suatu strategi untuk menghasilkan produk atau jasa.
Tahapan perancangan secara Design Thinking adalah sebagai berikut:
a. Human- Centred Aproach, yaitu pendekatan diri yang berfokus kepada target
market. Bertujuan untuk dapat memahami kebutuhan, perilaku dan selera
calon konsumen. Metode ini dapat dilakukan dengan cara wawancara,
observasi dan kuisioner.
b. Integrative Thinking, melihat permasalahan yang ada kemudian mencari
solusi baru atau mengembangkan solusi yang ada yaitu dengan menciptakan
produk resort wear yang ramah lingkungan untuk menanggulangi
permasalahan pencermaran limbah pewarna sintetis.
c. Rapid Experimentation and Prototypeing, melakukan percobaan berulang-
ulang untuk menghasilkan produk atau hasil akhir yang terbaik dan sesuai
dengan konsep yang diinginkan.
d. Collaboration, melalukan mentoring untuk mendapatkan saran dan
tanggapan pada para mentor dan fasilitator guna meningkatan kompleksitas
produk.

I.8. SISTEMATIKA PENULISAN


7

Sistematika penulisan menjelaskan bagaimana cara/ proses/ alur kerja pada


keseluruhan tugas akhir. Mulai dari penyusunan kajian analitis, yaitu: identifikasi
permasalahan, tujuan perancangan, penggalian data, analisis data, hingga
perancangan produk. Metode perancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Batasan : Identifikasi Masalah : TEORI


 Keilmuan (ilmu Meningkatnya jumlah produksi batik berakibat
Desain Fesyen) pula pada peningkatan pembuangan limbah
 Material
(bemberg, dan
pewarna sintetis yang dapat mencemari
bahan baku lingkungan
pewarna alam)
 Teknik (cold
batik)
 Waktu (16
minggu) Identifikasi Masalah :
 Buku, Jurnal, Tesis, Disertasi, Esai, Media
Sosial, Website, dsb

 Wawancara ahli

 Obserbasi Online

 dan lain-lain

iDEASI

SOLUSI DESAIN

PROTOTYPE

PRODUK AKHIR
8

1. Identifikasi Masalah
Menemukan fakta dari permasalahan yaitu meningkatnya jumlah produksi
batik berpengaruh pada peningkatan pembuangan limbah pewarna sintetis
yang dapat mencemari lingkungan yang dapat membahayakan ekosistem.
2. Ideasi
Menanggulangi pencemaran limbah juga dapat dilakukan dalam bidang
fesyen yautu penulis ingin membuat produk yang ramah lingkungan dengan
penggunaan teknik cold batik dan natural dye guna mengurangi penggunaan
pewarna sintetis.
3. Solusi Desain
Penulis akan membuat produk berdasarkan kebutuhan target market yang
juga sesuai dengan trend Spring-Summer 2019 yang akan datang. Produk
menggunakan teknik cold batik pada material bemberg yang merupakan
natural fabric dengan pewarnaan natural dye.
4. Desain Prototipe
Pada tahap desain, penulis akan membuat seratus desain yang nantinya akan
di pilih menjadi 3-5 desain oleh pembimbing. Selain proses desain, penulis
akan melakukan eksperimen dengan teknik cold batik dan natural dye agar
mendapatkan hasil terbaik. Salah satu dari desain akan dibuatkan prototype
dengan tujuan penilaian kelayakan produk.
5. Produk Akhir
Setelah pembuatan prototype, akan ada proses perbaikan, pengembangan
dan penyesuaian produk dengan tanggapan dari segmen pasar. Proses akhir
yaitu mewujudkan 3-5 desain produk terpilih.
9

Daftar Pustaka
Daftar buku-buku atau teori-teori yang digunakan sebagai referensi dalam
penyusunan laporan tugas akhir ini.

Eke, I. (2006). Silk Painting Techniques - Cold Batique. Retrieved from


http://www.silkpaint.net/painting_techniques.html
Fletcher, K. (2010). Sustainable Fashion and Textiles (1st ed). Washington, DC:
earthscan.
Flint, I. (2014). Eco Colour. Crows Nest: Murdoch books.
Riani, A., & Sarunggu, J. (2016). The Acceleration of Traditional Batik (Creation
and Combination) through Integrated Management to Support the
Acceleration in Regional Economic Development. Strategic Management
Quarterly, 4(4), 54. doi: 10.15640/smq.v4n4a4
Rungruangkitkrai, N., & Mongkholrattanasit, R. (2014). Eco-Friendly of Textiles
Dyeing and Printing with Natural Dyes. The 4Th RMUTP International
Conference: Textiles And Fashion, 373.
Vajar, K. (2015). The Art of Natural Dyeing + 6 Colors to Start With. Retrieved
from https://food52.com/blog/14982-the-art-of-natural-dyeing-6-colors-
to-start-with

Anda mungkin juga menyukai