Anda di halaman 1dari 4

“Pendidikan Tinggi Dan Iptek di Era Revolusi

Industri 4.0”
Oleh:
Amich Alhumami, MA, M.Ed., Ph.D.
Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek, dan Kebudayaan
Kementerian PPN/Bappenas

Di dalam dokumen perencanaan ditegaskan bahwa pembangunan


pendidikan tinggi berorientasi pada upaya peningkatan empat hal esensial, yaitu: 1)
Meningkatkan Pemerataan Akses Pendidikan Tinggi; 2) Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Tinggi; 3) Meningkatkan Relevansi dan Daya Saing Pendidikan Tinggi;
dan 4) Meningkatkan Tata Kelola Kelembagaan Perguruan Tinggi.

Saat ini pendidikan tinggi dihadapkan pada serangkaian persoalan dalam


keempat ranah tersebut; sementara itu, dunia terus berkembang dan bergerak
dinamis, menghadirkan beragam tantangan yang memerlukan respons cepat dan
tepat. Salah satu tantangan penting adalah Revolusi Industri 4.0, yang secara umum
dipahami sebagai perubahan sangat cepat dan penuh disrupsi, cara kerja yang
menitikberatkan pada pengelolaan data, pemanfatan big data, sistem kerja industri
melalui pemanfatan teknologi digital, komunikasi dan peningkatan efisiensi kerja
yang berkaitan dengan interaksi antarmanusia. Jelas, tantangan Revolusi Industri 4.0
harus dijawab dengan baik oleh perguruan tinggi, sebuah lembaga formal yang
melahirkan orang-orang terdidik, para tenaga kerja terampil, kompeten, berkeahlian
khusus, dan berdaya saing, yang harus siap menghadapi perubahan zaman yang
berlangsung cepat, sekaligus menguasai teknologi untuk mendukung pencapaian
kemajuan bangsa dan negara.

Iptek dan Keunggulan Suatu Negara

Keunggulan suatu negara tercermin pada penguasaan iptek, kapasitas


inovasi, dan produktivitas ekonomi. Tingkat keunggulan suatu negara dapat diukur
melalui dua hal penting: 1) knowledge index, mengukur kemampuan suatu negara
dalam mengadopsi dan melakukan difusi Iptek untuk meningkatkan kemajuan
bangsa; dan 2) knowledge economy index, mengukur bagaimana Iptek dijadikan
sebagai kekuatan penggerak dan percepatan pembangunan ekonomi (SESRIC staff
calculation 2012/2013; World Bank, KEI, and KI Indexes). Merujuk pada kedua
indeks ini, posisi Indonesia belum dapat diketahui pasti berada pada peringkat
berapa atau kategori mana; sementara negara-negara tetangga terdekat seperti
Malaysia, Thailand, Taiwan, apalagi Korea Selatan, dianggap punya keunggulan

1
dalam hal penguasaan Iptek dan pengembangan inovasi untuk menopang
pembangunan ekonomi.

Perguruan tinggi harus menjalankan empat fungsi esensial secara bersamaan,


yaitu: 1) Agen pendidikan: memberi layanan pendidikan bagi masyarakat; 2) Agen
penelitian dengan bergiat dalam penelitian untuk melahirkan penemuan dan
inovasi; 3) Agen transformasi kebudayaan dan Iptek dengan mendorong
transformasi sosial-budaya serta transfer pengetahuan dan teknologi ke masyarakat
dan industri; dan 4) Agen pembangunan sosial-ekonomi dengan menciptakan
inovasi teknologi untuk mendorong akselerasi pembangunan dan meningkatkan
daya saing nasional.

Era Digital: Tantangan dan Peluang

Revolusi Industri 4.0 juga memuculkan tantangan baru, yang memerlukan


kemampuan dan kemahiran teknikal. Menghadapi situasi demikian, SDM
berkualitas yang menguasai Iptek dan punya kapasitas inovasi merupakan hal yang
mutlak harus dipenuhi. Perubahan industri di masa depan diperkirakan akan
melahirkan permintaan terhadap jenis-jenis keterampilan baru. Terdapat lima
keahlian atau keterampilan yang paling diminati oleh sektor industri pada tahun
2020 mendatang, antara lain, cognitive abilities, system skills, complex problem solving,
content skills, dan process skills. Pertama, cognitive abilities fokus pada keterampilan
Cognitive Flexibility, Creativity, Logical Reasoning, Problem Sensitivity, Mathematical
Reasoning, dan Visualization. Kedua, system skills berarti kemampuan untuk dapat
melakukan penilaian (judgement) dan keputusan dengan pertimbangan cost-benefit
analysis, serta kemampuan untuk mengetahui bagaimana sebuah sistem dibuat dan
dijalankan. Ketiga, complex problem solving yakni kemampuan untuk memecahkan
masalah yang asing dan belum diketahui solusinya di dunia nyata. Keempat, content
skills yang berkaitan dengan kompetensi dan keterampilan pada konten pekerjaan di
sektor industri bersangkutan. Kelima, process skills yakni kemampuan yang terdiri
dari active listening, logical thinking, dan monitoring self and the others.

Dalam rangka mempersiapkan dosen-dosen yang mampu menghadapi


Revolusi Industri 4.0, perlu penguatan kualifikasi dengan kompetensi inti keilmuan,
antara lain: kompetensi pendidikan, kompetensi penelitian, kompetensi untuk bisnis

2
digital, kompetensi menghadapi globalisasi, serta kompetensi dalam strategi masa
depan. Perlu juga dikembangkan peran ideal dosen, antara lain, teladan karakter,
memiliki pengalaman, teman bagi mahasiswa, memiliki wawasan kebangsaan dan
komitmen kuat keutuhan sebuah bangsa, mampu menginspirasi mahasiswa, dan
memiliki passion sebagai dosen.

Dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan, perguruan tinggi juga perlu


mengubah pendekatan pembelajaran dari expository learning approach ke discovery
learning approach. Perubahan pendekatan pembelajaran ini sejalan dengan
pengembangan kurikulum yang terus-menerus dilakukan penyesuaian, agar selaras
dengan perkembangan mutakhir dan mengikuti dinamika kehidupan masyarakat
modern (baca: kurikulum abad ke-21). Para lulusan dengan keterampilan yang
sudah berada di tingkat menengah atau tinggi ketika masuk ke industri adalah
target ideal perguruan tinggi.

SDM dan Daya Saing Indonesia

Daya saing SDM Indonesia di tingkat global yang diukur melalui Human
Capital Index masih perlu ditingkatkan. Meskipun peringkat Indonesia meningkat
dari 72 pada tahun 2016 menjadi 65 pada tahun 2017, posisi negara kita masih jauh
tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Vietnam,
Filipina, Thailand, Malaysia, apalagi Singapura. Empat dimensi yang diukur dalam
Human Capital Report 2017 adalah dimensi pencapaian pendidikan formal,
partisipasi dalam angkatan kerja, peningkatan keterampilan tenaga kerja, dan know-
how untuk masyarakat dalam kelompok usia kurang dari 15 tahun, 15-24 tahun, 25-
54 tahun, 55-64 tahun, dan lebih dari 65 tahun. Untuk itu, investasi pendidikan perlu
diarahkan pada upaya untuk membenahi sistem pendidikan tinggi berbasis keahlian
dalam mempersiapkan SDM berkualitas sesuai tuntutan Revolusi Iindustri 4.0.

Pemerintah akan fokus pada sejumlah kebijakan dasar di bidang pendidikan


tinggi, antara lain: 1) Meningkatkan investasi untuk pengembangan digital skills
dalam proses pembelajaran; 2) Memperkuat kolaborasi antara dunia industri,
perguruan tinggi, dan masyarakat untuk mengidentifikasi permintaan dan
ketersediaan keterampilan bagi era digital di masa depan; 3) Reformasi kurikulum
dan pembelajaran yang mencakup materi terkait human-digital skills; dan 4)

3
Mengembangkan kemitraan universitas dan sektor industri untuk program riset dan
pemagangan dalam rangka peningkatan kualitas lulusan sejalan dengan kebutuhan
keterampilan digital.

Sumbangan UTU Untuk Pembangunan Daerah


Peningkatan kualitas SDM melalui layanan pendidikan tinggi di Universitas
Teuku Umar (UTU) penting dan diperlukan, untuk meningkatkan peran UTU dalam
pembangunan di wilayah Aceh. Dalam hal ini, UTU harus berperan dalam
penyediaan SDM yang bermutu dan menguasai Iptek, serta para tenaga kerja
terampil menurut bidang keahlian yang dibutuhkan di daerah. Dalam konteks
pengembangan wilayah, UTU dituntut lebih berkontribusi dalam menggerakkan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah. UTU perlu menetapkan bidang-
bidang keahlian dan bidang ilmu yang menjadi unggulan sesuai dengan konteks
dan kebutuhan pembangunan. Dengan menetapkan bidang-bidang keahlian dan
bidang ilmu unggulan, UTU diharapkan dapat menjadi pilar utama dalam
pengembangan perekonomian kawasan, dengan melahirkan lulusan-lulusan
berkualitas untuk menopang pengembangan industri strategis di wilayah Aceh.
Untuk itu, UTU perlu terus didorong untuk dapat mengembangkan program studi
inovatif, terutama bidang ilmu sains dan keteknikan, yang berkontribusi pada
pembangunan nasional dan pembangunan daerah. [***]

Orasi ilmiah Amich Alhumami ini disampaikan pada Dies Natalis ke-12
Universitas Teuku Umar, 12 November 2018

Anda mungkin juga menyukai