Ob
Ob
Disusun Oleh:
Fine Ramadhaniya Febri Adipuri
G4B017018
2018
Topik 1 : Etika dan Hukum Kedokteran Gigi
Pembicara : drg. Arwita Mulyawati, M.Hkes
Sesi : Sabtu, 14 Juli 2018
Setiap tindakan kedokteran gigi harus mengikuti aturan hukum yang berlaku dan
dilindungi oleh undang-undang yang berlaku. Beberapa undang-undang yang berlaku seperti
Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Praktik Kedokteran, KUHP, Undang-Undang
Ketenagakerjaan, dan Undang-Undang Tenaga Kesehatan. Pelaksanaan praktek kedokteran
gigi melalui beberapa tahapan, yang meliputi 6 SKP (sasaran keselamatan pasien) yaitu
1. Identifikasi pasien, komunikasi yang efektif.
2. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
3. Kepastian tepat lokasi
4. Tepat prosedur
5. Tepat pasien operasi
6. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
7. Pengurangan resiko pasien jatuh.
Semua yang melanggar atau menyalahgunakan terhadap Undang-Undang Praktik
Kedokteran, maka akan mendapatkan ancaman pidana yang berlaku.
Bleaching merupakan suatu perawatan gigi untuk mengupayakan agar warna gigi
menajdi lebih putih atau lebih cerah dengan menggunakan bahan pemutih gigi. Warna gigi
sehat dapat dipengaruhi oleh warna enamel yang meliputi mahkota, warna dentin,
translusensi enamel dengan derajat kalsifikas yang berbeda serta ketebalan enamel.
Diskolorasi pada gigi dapat terjadi karena faktor ekstrinsik maupun faktor intrinsik. Terdapat
beberapa pilihan perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah diskolorasi gigi,
yaitu crown, veneer, maupun bleaching.
Indikasi bleaching pada gigi yaitu:
1. Kasus gigi yang mengalami diskolorasi karena adanya stain yang didapat maupun
developmental.
2. Fluorosis putih maupun coklat
3. Stain karena tetracyclin derajat ringan maupun sedang, dan diskolorasi pada gigi
nonvital.
Prosedur bleaching dapat dilakukan dalam dua jenis, yaitu:
1. Ekstrakoronal
a. In-office bleaching
Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan bahan yang mengandung H2O2 30-
40%..
b. Home bleaching
Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan bahan yang mengandung H2O2 1-
10% dan carbamide peroxide 10-15%.
2. Intrakoronal. Prosedur intrakoronal bleaching dapat dilakukan apabila gigi telah
dilakukan perawatan saluran akar dan hasil obturasinya baik.
Stomatitis berasal dari Bahasa Yunani, stoma yang berarti mulut dan itis yang berarti
inflamasi. Stomatitis merupakan inflamasi lapisan mukosa dari struktur pada mulut seperti
pipi, gingivitis, glossitis, bibir, dan atap atau dasar mulut.. Terdapat beberapa jenis
stomatitis, yaitu stomatitis apthosa dan stomatitis herpetika.
1. Stomatitis aftosa
Stomatitis aftosa akan sembuh sendiri dalam waktu kurang dari 2 minggu, tetapi
mempunyai kecenderungan berulang atau rekurensi. Etiologinya belum diketahui dengan
pasti, namun terdapat beberapa faktor predisposisi memegang peranan yang penting
seperti alergi, gangguan hormonal atau endokrin, emosi dan stress mental, dan
hipovitamosis. Pengobatan stomatitis ini dengan memberikan vitamin B9 dan B12.
2. Stomatitis herpetika
Stomatitis herpetika merupakan jenis stomatitis yang disebabkan karena infeksi virus
herpes. Kedua jenis stomatitis ini berbeda dan rencana perawatan yang diberikanpun
berbeda. Berikut ini adalah perbedaan kedua jenis stomatitis tersebut. Pengobatan
stomatitis ini dengan memberikan antivirus.
Kerusakan gigi pada anak umumnya disebabkan karena karies gigi (kebiasaan buruk),
trauma, kelainan pada anak (CP, autis), dan faktor eksternal maupun internal seperti
kekurangan asupan gizi yang dapat menyebabkan hipoplasi atau hipoklasifikasi.
A. Gigi sulung
Perawatan gigi sulung dengan pendekatan estetik dapa diatasi dengan perawatan
bahan tumpatan yang sering digunakan pada gigi sulung yaitu:
1. Glass Ionomer Cement (GIC) dengan cara self cure atau light cure.
2. Crown
B. Gigi yang malposisi
Gigi malposisi pada gigi permanen muda ketika anak dalam masa pertumbuhan
yang sering terjadi yaitu crossbite pada gigi insisivus. Perawatan yang dapat dilakukan
yaitu dengan mengkoreksi crossbite menggunakan alat ortodontik atau tanpa alat
ortodontik.
1. Crossbite
a. Incline Bite Plane (Catlans Appliace) merupakan alat non ortodontik yang
dapat mengkoreksi crossbite secara cepat. Incline Bite Plane merupakan
piranti (resin) yang berbentuk miring dan berfungsi untuk memperbaiki
gigitan silang anterior (crossbite anterior) baik tunggal atau beberapa gigi.
Adapun fungsi dari alat tersebut yaitu:
1) Menggerakkan gigi anterior rahang atas kearah labial.
2) Menggerakan gigi rahang bawah kearah lingual.
3) Berdasarkan gerak Hukum Newton.
Inclide Bite Plane terbagi menjadi dua yaitu:
a) Upper Anterior Inclined plane
Peninggian gigit yang ditempatkan pada rahang atas gigi anterior.
Sudut 45 derajat pada groof gigi.
b) Lower Incline Bite Plane (Catlan’s appliance)
Penggunaan akrilik pada sisi lingal/bukal gigi2 anterior rahang
bawah, dibentuk sudut 45 derajat, sudut kemiringan pada permukaan
incisal gigi2 rahang bawah.
Indikasi dan Kontraindikasi Inclide Bite Plane yaitu:
a) Indikasi: Gigitan terbalik anterior maloklusi kelas 1 Angle atau
maloklusi pseudo klas 3 Angle.
b) Kontraindikasi: Gigi crowded, overbite > 1,5 mm, tidak didapatkan
untuk gigi yang akan direposisi, TMJ Disorder.
Kekurangan dan Kelebihan penggunaan Incline Bite Plane yaitu:
a) Kekurangan: Anak akan mengalami kesukaran waktu makan, kesukaran
untuk berbicara dan hipersalivasi, pemakaian lama (6 minggu)
menyebabkan open bite.
b) Kelebihan: Lebih murah, mudah pembuatan, tidak mudah relaps.
b. Veneer
Restorasi pada permukaan fasial gigi. Terdiri dari direct, indirect, sebagian
permukaan labial, seluruh permukaan labial.
Veneer direct menggunakan bahan resin komposit dengan keuntungan mudah
dibentuk, dan satu kali kunjungan, Kerugian veneer direct ini yaitu operator harus
terampil, warna tidak permanen, kekuatan kurang menyebabkan abrasi.
2. Fraktur mahkota akar belum menutup dilakukan apeksogenesis dan apeksifikasi.
3. Fraktur akar dilakukan splint rigid menggunakan wire ortodontik dilakukan 2-3
bulan
4. Avulsi (gigi lepas dari soket) dilakukan splinting, adapun tahapan dalam menangani
kasus avulsi yaitu:
a. Bersihkan gigi dan rendam menggunakan Nacl atau susu
b. Perawatan saluran akar
c. Reposisi
d. Stabilisasi dilakukan splinting
e. Medikasi obat dan prfilaksis.
f. Splint dilepas setelah 2-3 minggu.
Pemilihan media penyimpanan untuk transportasi gigi yang lepas dari
soketnya yaitu air ludah, susu, larutan fisiologis, salin, air kelapa tua, bear
brandf, jus strawberry, jus delima.
Komplikasi terdiri dari intraoperatif, pasca bedah (hematoma, perdarahan, rasa sakit,
oedema, alergi obat), sesaat setelah operasi (alveolitis, infeksi). Intraoperatif terdiri dari
perdarahan, fraktur, pergeseran, dan cedera jaringan lunak.
Perdarahan di sebabkan oleh suatu trauma pasca pencabutan yang normal asalkan
dengan batas waktu tertentu.
Ada beberapa tempat yang rawan mengalami perdarahan yang banyak , palatum dengan
arteri palatina mayor vestibulum bukal molar dengan arteri fasialis
A. Penatalaksanaan perdarahan:
1. Irigasi pada socket dengan isotonik salin
2. Perdarahan dari gusi diatasi dengan penjahitan
3. Perdarahan dari tulang dapat diatasi dengan penjahitan rapat dan ditambahkan diberi
pack
4. Gigit tampon selama 15-30 menit
5. Diberikan obat-obatan koagulan.
6. Lakukan klem atau pengikatan untuk mengontrol perdarahan, klem dapat berpa klaim
hemostatik dimana berfungsi mengontrol perdarahan dari pembuluh darah yang sulit
di ikat atau dengan elektrokauterisasi yaitu untuk perdarahan dari pembuluh darah
kecil atau rembesan.
B. Penatalaksanaan pembengkakan atau ecymocis dapat dilakukan pengompresan
menggunakan es, penekanan dan obat-obatan.
C. Penatalaksanaan fraktur yaitu:
1. Pemeriksaan radiografi untuk menentukan ukuran dan posisi
2. Sisa akar gigi dilakukan dengan cara tertutup
3. Jika dalam hal ini mengalami kesulitan teknik open flap operation dilakukan
yaitu dengan membuka jaringan mukoperiosteal.
D. Penatalaksanaan sinkop
1. Jaga kesadaran pasien dengan pengawasan komunikasi verbal
2. Kepala pasien direndahkan dengan merubah posisi sandaran kursi.
3. Pakaian pasien dilonggarkan, kepala dimiringkan perhatikan jalan nafas.
4. Jika pasien sudah sadar baru diberikan cairan yang mengandung glukosa
5. Jika kesadaran pasien tidak kembali, kemungkinan hilang kesadaran pada pasien
bukan karena sinkop.
E. Penatalaksanaan Dry soket
1. irigasi soket dengan larutan salin isotonic steril yang hangat, larutan garam
normal yang hangat, atau larutan hidrogen peroksida yang dicairkan untuk
membuang material nekrotik dan debri lainnya
2. aplikasi obtudent (eugenol) atau anestesi topical (benzokain)
3. analgesik antipiretik atau narkotik seperti kodein sulfat (1/2 gram) atau
meperidin (50 mg) setiap 3-4 jam harus diberikan kepada pasien. Pemilihan obat
bergantung pada keparahan rasa nyeri.
Melakukan packing :
1. Pembalut obat-obatan dimasukkan kedalam alveolus.
2. Pembalut diganti sesudah 24-48 jam, kemudian diirigasi dan diperiksa lagi.
3. resep analgesik
4. pasien kumur-kumur dengan larutan garam hangat,
5. buatlah janji agar pasien kembali dalam waktu 3 hari
Bidang Ilmu Prostodonsia
1. Mahkota all porcelain yang menggunakan luting yaitu HFA 95% dan alkohol 95%.
2. Hue merupakan tingkat kepekatan warna misalnya merah, orange dan biru.
3. Value merupakan fenomena kecemerlangan dan kesuraman warna.
4. Saturation merupakan intensitas nada warna menunjukan warna menyala dan warna
suram.
5. Mahkota PFM menggunakan luting GIC tipe 1
NIM : G4B017018
Reward pilihan: