Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DAMPAK KORUPSI TERHADAP NEGARA, MASYARAKAT


DAN KEMISKINAN DI INDONESIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PBAK
Dosen Pembimbing : Dwi Tjahjono HS, SH.MM

Disusun oleh :
Kelas 2C
FAIZ HUDI AZHARI (2720162951)
HAVIDHA SUKMANTI DEWI (2720162960)
SILVIA ARDY SETYONINGTYAS (2720162986)

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Yang berjudul
Dampak Korupsi Terhadap Negara, Masyarakat dan Kemiskinan. Makalah ini
kami buat untuk menunjang proses pembelajaran. Pada penulisan makalah ini
kami menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti. Sehingga dapat
mudah dimengerti dan diambil intisari dari materi pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa.
Kami menyadari bahwa penulisan dan pembuatan makalah ini tak lepas
dari orang-orang dalam proses pembuatannya. Dan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga masukan dan saran sangat kami harapkan. Ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada Bapak Dwi Tjahjono HS, SH.MM selaku dosen
yang membimbing mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi (PBAK).
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dipergunakan sebaik-baiknya
kurang dan lebihnya kami sebagai penulis meminta maaf. Terima kasih.

Yogyakarta, Januari 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Pengertian korupsi ................................................................................................ 3
B. Faktor Pendorong Terjadinya Korupsi di Indonesia ........................................ 3
C. Dampak Korupsi Bagi Negara dan Masyarakat ................................................ 4
D. Dampak Korupsi Terhadap Kemiskinan ........................................................... 7
BAB III............................................................................................................................... 9
PENUTUP.......................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 9
B. Saran Menurut Kami ........................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia, sebagai salah satu negara yang telah merasakan dampak
dari tindakan korupsi, terus berupaya secara konkrit, dimulai dari pembenahan
aspek hukum, yang sampai saat ini telah memiliki banyak sekali rambu-rambu
berupa peraturan – peraturan, antara lain Tap MPR XI tahun 1980, kemudian
tidak kurang dari 10 UU anti korupsi, diantaranya UU No. 20 tahun 2001
tentang perubahan UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, Kemudian yang paling monumental dan strategis, Indonesia
memiliki UU No. 30 Tahun 2002, yang menjadi dasar hukum pendirian
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan demikian pemberantasan dan
pencegahan korupsi telah menjadi gerakan nasional. Seharusnya dengan
sederet peraturan, dan partisipasi masyarakat tersebut akan semakin
menjauhkan sikap, dan pikiran kita dari tindak korupsi.
Masyarakat Indonesia bahkan dunia terus menyoroti upaya Indonesia
dalam mencegah dan memberantas korupsi. Masyarakat dan bangsa Indonesia
harus mengakui, bahwa hal tersebut merupakan sebuah prestasi, dan juga
harus jujur mengatakan, bahwa prestasi tersebut, tidak terlepas dari kiprah
KPK sebagai lokomotif pemberantasan dan pencegahan korupsi di Indonesia.
Berbagai upaya pemberantasan korupsi, pada umumnya masyarakat masih
dinilai belum menggambarkan upaya sunguh-sunguh dari pemerintah dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia.Berbagai sorotan kritis dari publik
menjadi ukuran bahwa masih belum lancarnya laju pemberantasan korupsi di
Indonesia. Masyarakat menduga masih ada praktek tebang pilih dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Sorotan masyarakat yang demikian tajam tersebut harus difahami
sebagai bentuk kepedulian dan sebagai motivator untuk terus berjuang
mengerahkan segala daya dan strategi agar maksud dan tujuan pemberantasan
korupsi dapat lebih cepat, dan selamat tercapai. Selain itu, diperlukan
dukungan yang besar dari segenap kalangan akademis untuk membangun
budaya anti korupsi sebagai komponen masyarakat berpendidikan tinggi.
Sesungguhnya korupsi dapat dipandang sebagai fenomena politik,
fenomena Negara, fenomena budaya, fenomena ekonomi, dan sebagai
fenomena pembangunan.Karena itu pula upaya penanganan korupsi harus
dilakukan secara komprehensif melalui startegi atau pendekatan
2egara/politik, pendekatan pembangunan, ekonomi, negara dan budaya.
Korupsi terjadi karena monopoli kekuasaan, ditambah kewenangan bertindak,
ditambah adanya kesempatan, dikurangi pertangungjawaban. Jika demikian,
menjadi wajar bila korupsi sangat sulit untuk diberantas apalagi dicegah,
karena korupsi merupakan salah satu karakter atau sifat 2egara, sehingga
negara=Kekuasaan=Korupsi. Maka dari itu, mari kita berusaha untuk
menghilangkan korupsi di Indonesia ini.
Hasil penelitian Laboratorium Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada,
mengungkap 803 kasus itu menjerat 967 terdakwa korupsi. Jika dikalkulasikan
sejak tahun 2001 hingga 2015, kasus korupsi yang telah diputus MA pada
tingkat kasasi maupun peninjauan kembali mencapai 2.321 kasus. Di lain
pihak, jumlah koruptor yang dihukum pada periode itu mencapai
3.109.Jumlah tersebut meningkat negara jika Negara asing dengan data pada
2001-2009. Pada saat itu, kasus korupsi yang telah inkrah berjumlah 549
dengan 831 terpidana (Ayuningtyas, 2016).

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan malakah ini adalah untuk mensosialisasikan
apa itu korupsi, dan bagaimana korupsi itu terjadi di Indonesia, serta
bagaimana upaya dalam pemberantasan masalah terbesar 2egara ini.
Diharapkan dari pembuatan makalah ini kita lebih mengerti bagaimana cara
untuk bisa memerangi korupsi di negeri ini. Kita pun dapat sedikit
berpartisipasi memberantasi korupsi setelah kita mengerti dengan jelas korupsi
di Indonesia .

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian korupsi
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya.Beratnya korupsi
berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh
dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan
korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana
pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk
sepele atau berat, terorganisasi atau tidak.Walau korupsi sering memudahkan
kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi,
korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.Untuk mempelajari
masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara
korupsi dan kriminalitas kejahatan.Tergantung dari negaranya atau wilayah
hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai
contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga
yang tidak legal di tempat lain.

B. Faktor Pendorong Terjadinya Korupsi di Indonesia


Adapun faktor pendorong terjadinya korupsi di Indonesia yaitu sebagai
berikut :
1. Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung
jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim
yang bukan demokratik.
2. Sikap mental para pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang haram,
tidak ada kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang
pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah.
3. Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah.

3
4. Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar
dari pendanaan politik yang normal.
5. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
6. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan “teman
lama”.
7. Lemahnya ketertiban hukum.
8. Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal
memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum.

C. Dampak Korupsi Bagi Negara dan Masyarakat


Korupsi merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan dilihat dari
aspek manapun. Banyak kepentingan publik yang terbengkalai, juga kerugian
negara yang sangat besar akibat dari korupsi itu sendiri. Selain itu, korupsi
juga memberikan dampak negatif di berbagai bidang yang meliputi :
1. Bidang Demokrasi
Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di bidang
demokrasi. Bagi Anda yang pernah menjadi Dewan Pemilih Tetap (DPT)
saat pesta demokrasi (pemilu) berlangsung pasti pernah mengetahui yang
disebut “serangan fajar”. Sejumlah calon tetentu memberikan imbalan
uang bagi siapa saja yang memilihnya saat pemilu, sehingga ia terpilih
menduduki jabatan tertentu. Pemberian imbalan uang tersebut sifatnya
adalah sogokan. Beberapa memang tidak memberikan uang untuk
melancarkan jalannya menduduki suatu jabatan, namun ia memberikan
barang tertentu kepada masyarakat. Apapun bentuk sogokan yang
diberikan tersebut adalah salah satu bentuk korupsi. Sayangnya,
masyarakat Indonesia kebanyakan tidak cukup cerdas untuk memikirkan
dampak jangka panjang jika mereka menerima sogokan tersebut.
Saya contohkan sebuah kasus ringan yang sangat sering terjadi saat
pemilu. Ada 2 orang dari daerah yang sama yang mencalonkan diri mejadi
anggota DPR. Sebut saja A dan B. Si A memiliki kepribadian pemimpin
yang baik, mampu mengayomi, memberikan bantuan untuk kasus-kasus

4
sosial yang terjadi di lingkungannya. Saat detik-detik menjelang
berlangsungnya pemilu, si A menggunakan cara yang jujur, sedangkan si
B memberikan uang kepada para calon pemilih agar ia terpilih menduduki
kursi DPR. Karena para pemilih yang memilih sogokan dan juga tidak
memikirkan dampak panjang, akibatnya si B yang justru terpilih
menduduki kursi DPR, padahal dari segi kemampuan, si A lebih kompeten
dibanding si B. Itulah salah satu contoh dampak korupsi bagi berjalannya
demokrasi di Indonesia. Maka jangan salah jika ada semboyan “Jadilah
masyarakat yang baik jika menginginkan pemimpin yang baik”.
2. Bidang Ekonomi
Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat ekonomi
negara tersebut. Dan penelitian juga telah membuktikan, makin maju suatu
negara biasanya diikuti dengan makin rendahnya tingkat korupsu negara
tersebut. Korupsi memang biasa terjadi di negara-negara berkembang.
Maka tidak heran pula, jika negara-negara berkembang memiliki
perekonomian yang tidak baik dan relatif tidak stabil. Bahkan pada
beberapa kasus, sering ditemukan perusahaan-perusahaan yang memiliki
koneksi dengan pejabat mampu bertahan dan dilindungi dari segala
macam persaingan. Akibatnya, perusahaan-perusahaan yang tidak efisien
bertahan dan justru merugikan perekonomian negara.
Para ahli ekonomi juga menyebutkan bahwa buruknya
perekonomian di negara-negara Afrika ternyata disebabkan oleh tingginya
tingkat korupsi negara tersebut. Para pejabat yang korup, menyimpan uang
mereka di berbagai bank di luar negeri. Bahkan ada data yang
menyebutkan bahwa besarnya uang simpanan hasil korupsi pejabat-pejabat
Afrika yang ada di luar negeri justru lebih besar dibandingkan hutang
negaranya sendiri. Maka tidak heran jika ada beberapa negara di benua
Afrika yang sangat terbelakang tingkat ekonomi dan juga pembangunan
insfrastrukturnya, padahal jika dilihat dari kekayaan alam, mereka
memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar biasa.

5
3. Bidang Keselamatan Dan Kesehatan Manusia
Anda mungkin masih mengingat robohnya jembatan Kutai
Kertanegara. Masih ada kasus-kasus lain mengenai kerusakan fasilitas
publik yang juga menimbulkan korban jiwa. Selain itu, ada pula pekerja-
pekerja fasilitas publik yang mengalami kecelakaan kerja. Ironisnya,
kejadian tersebut diakibatkan oleh korupsi. Bukan rahasia jika dana untuk
membangun insfrastruktur publik merupakan dana yang sangat besar jika
dilihat dalam catatan. Nyatanya, saat dana tersebut melewati para pejabat-
pejabat pemerintahan, dana tersebut mengalami pangkas sana-sini
sehingga dalam pengerjaan insfrastruktur tersebut menjadi minim
keselamatan. Hal tersebut terjadi karena tingginya resiko yang timbul
ketika korupsi tersebut memangkas dana menjadi sangat minim pada
akhirnya. Keselamatan para pekerja dipertaruhkan ketika berbagai bahan
insfrstruktur tidak memenuhi standar keselamatan karena minimnya dana.
4. Bidang Kesejahteraan Umum
Dampak korupsi dalam bidang ekonomi lainnya adalah tidak
adanya kesejahteraan umum. Anda pasti sering memperhatikan tayangan
televisi tentang pembuatan peraturan-peraturan baru oleh pemerintah. Dan
tidak jarang pula, ketika dicermati, peraturan-peraturan tersebut ternyata
justru lebih memihak pada perusahaan-perusahaan besar yang mampu
memberikan keuntungan untuk para pejabat. Akibatnya, perusahaan-
perusahaan kecil dan juga industri menengah tidak mampu bertahan dan
membuat kesejahteraan masyarakat umum terganggu. Tingkat
pengangguran makin tinggi, diikuti dengan tingkat kemiskinan yang juga
semakin tinggi.
5. Pengikisan Budaya
Dampak ini bisa terjadi pada pelaku korupsi juga pada masyarakat
umum. Bagi pelaku korupsi, ia akan dikuasai oleh rasa tak pernah cukup.
Ia akan terus-menerus melakukan upaya untuk menguntungkan diri sendiri
sehingga lambat laun ia akan menuhankan materi. Bagi masyarakat umum,
tingginya tingkat korupsi, lemahnya penegakan hukum, akan membuat

6
masyarakat meninggalkan budaya kejujuran dengan sendirinya. Pengaruh
dari luar akan membentuk kepribadian yang tamak, hanya peduli pada
materi, dan tidak takut pada hukum.
6. Terjadinya Krisis Kepercayaan
Dampak korupsi bagi negara yang paling penting adalah tidak
adanya kepercayaan terhadap lembaga pemerintah. Sebagai pengamat,
masyarakat Indonesia saat ini sudah semakin cerdas untuk menilai sebuah
kasus. Berdasarkan pengamatan, saat ini masyarakat Indonesia tidak
pernah merasa puas dengan tindakan hukum kepada para koruptor. Banyak
koruptor yang menyelewengkan materi dalam jumlah yang tidak sedikit,
namun hanya memperoleh hukuman tidak seberapa. Akibatnya, rakyat
tidak lagi percaya pada proses hukum yang berlaku. Tidak jarang pula
masyarakat lebih senang main hakim sendiri untuk menyelesaikan sebuah
kasus. Hal tersebut sebenarnya merupakan salah satu tanda bahwa
masyarakat Indonesia sudah tidak percaya dengan jalannya hukum,
terutama dengan berbagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam
menangani kasus korupsi.

D. Dampak Korupsi Terhadap Kemiskinan


Korupsi, tentu saja berdampak sangat luas, terutama bagi kehidupan
masyarakat miskin di desa dan kota. Awal mulanya, korupsi menyebabkan
Anggaran Pembangunan dan Belanja Nasional kurang jumlahnya. Untuk
mencukupkan anggaran pembangunan, pemerintah pusat menaikkan
pendapatan negara, salah satunya contoh dengan menaikkan harga BBM.
Pemerintah sama sekali tidak mempertimbangkan akibat dari adanya kenaikan
BBM tersebut harga-harga kebutuhan pokok seperti beras semakin tinggi
biaya pendidikan semakin mahal, dan pengangguran bertambah. Tanpa
disadari, masyarakat miskin telah menyetor 2 kali kepada para koruptor yaitu
sebagai berikut :
1. Masyarakat miskin membayar kewajibannya kepada negara lewat pajak
dan retribusi, misalnya pajak tanah dan retribusi puskesmas. Namun oleh

7
negara hak mereka tidak diperhatikan, karena "duitnya rakyat miskin"
tersebut telah dikuras untuk kepentingan pejabat.
2. Upaya menaikkan pendapatan negara melalui kenaikan BBM, masyarakat
miskin kembali "menyetor" negara untuk kepentingan para koruptor,
meskipun dengan dalih untuk subsidi rakyat miskin. Padahal seharusnya
negara meminta kepada koruptor untuk mengembalikan uang rakyat yang
mereka korupsi, bukan sebaliknya, malah menambah beban rakyat miskin.
Ada beberapa dampak buruk yang akan diterima oleh kaum miskin
akibat korupsi, diantaranya :
1. Pertama, membuat mereka (kaum miskin) cenderung menerima pelayanan
sosial lebih sedikit. Instansi akan lebih mudah ketika melayani para
pejabat dan konglomerat dengan harapan akan memiliki gengsi sendiri dan
imbalan materi tentunya, peristiwa seperti ini masih sering kita temui
ditengah–tengah masyarakat.
2. Investasi dalam prasarana cenderung mengabaikan proyek–proyek yang
menolong kaum miskin, yang sering terjadi biasanya para penguasa akan
membangun prasarana yang mercusuar namun minim manfaatnya untuk
masyarakat, atau kalau toh ada biasanya momen menjelang kampanye
dengan niat mendapatkan simpatik dan dukungan dari masyarakat.
3. Orang yang miskin dapat terkena pajak yang regresif, hal ini dikarenakan
mereka tidak memiliki wawasan dan pengetahuan tentang soal pajak
sehingga gampang dikelabuhi oleh oknum.
4. Kaum miskin akan menghadapi kesulitan dalam menjual hasil pertanian
karena terhambat dengan tingginya biaya baik yang legal maupun yang
tidak legal. Sudah menjadi rahasia umum ketika mengurus perizinan, para
investor masih tetap harus membayar "upeti kepada orang tertentu, ini
artinya budaya demikian sudah kian mengakar, inilah yang kemudian
sebagian orang saking putus asanya mengatakan bahwa korupsi di negeri
ini sudah jadi budaya jadi sulit untuk diberantas.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Melihat dari uraian di atas, tidak dapat kita pungkiri korupsi memang
benar-benar telah menjadi sebuah masalah yang cukup berat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Melihat dari hal-hal yang telah dijelaskan di atas,
maka dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai pengaruh dan upaya
penuntasan tindak pidana korupsi di Indonesia. Pada masa sekarang, korupsi
sudah bukan hal yang baru di lingkup pemerintahan. Korupsi merupakan
tindakan biasa, bahkan para pejabat beramai-ramai melakukan korupsi untuk
memperkaya diri. Berbagai upaya hukum telah diterapkan, namun ternyata
tidak mampu memberikan efek jera bagi koruptor.
Oleh karena itu, semakin banyaknya angka kemiskinan di Indonesia
akibat banyaknya pelaku korupsi ini, juga berdampak pada banyak sektor.
Semua ini disebabkan karena tidak adanya perhatian dari pemerintah, malah
pada kenyataannya korupsi justru semakin merajalela dan nyaris tidak
tertangani.

B. Saran Menurut Kami


Masyarakat Indonesia bahkan dunia terus menyoroti upaya Indonesia
dalam mencegah dan memberantas korupsi. Masyarakat dan bangsa Indonesia
harus mengakui, bahwa hal tersebut merupakan sebuah prestasi, dan juga
harus jujur mengatakan, bahwa prestasi tersebut, tidak terlepas dari kiprah
KPK sebagai lokomotif pemberantasan dan pencegahan korupsi di Indonesia.
Berbagai upaya pemberantasan korupsi, pada umumnya masyarakat masih
dinilai belum menggambarkan upaya sunguh-sunguh dari pemerintah dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia. Berbagai sorotan kritis dari publik
menjadi ukuran bahwa masih belum lancarnya laju pemberantasan korupsi di
Indonesia. Masyarakat menduga masih ada praktek tebang pilih dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia.

9
Seharusnya para koruptor lebih terbuka pikirannya karena dengan
perbuatan jahatnya itu sangat merugikan berbagai pihak dari masyarakat kecil
hingga merugikan keuangan Negara. Tidak ada dampak positifnya dari
perbuatan korupsi, mengambil hak orang lain itu sangat tidak baik dan tidak
mendidik untuk generasi selanjutnya. Kerugian yang tidak dapat dihitung dari
terjadinya korupsi, banyak korupsi yang terungkap dan lebih banyak yang
berbuat korupsi tapi tidak terungkap oleh komisi pemberantasan korupsi.
Sebagai mahasiswa kami disini akan memulai belajar dari hal kecil
supaya kedepannya korupsi bisa berkurang walaupun sedikit demi sedikit.
Sebenranya juga tidak bisa dihapuskan dari suatu Negara karena korupsi
sudah dijadikan budaya oleh beberapa orang yang berbuat ingin mengusai dan
serakah. Kami mohon kepada para pemberantas korupsi lebih tegas lagi
menangani masalah korupsi dari mengungkap, mencari para koruptor,
menangkap dan menyelesaikan masalah mereka sampai selesai lalu diberikan
hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Karena jika tidak begitu
korupsi akan tetap berjalan disuatu Negara karena mereka berfikir
hukumannya tidak berat hanya dipenjara saja beberapa tahun.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Jur Andi. 2005. Pemberantasan Korupsi. Jakarta. PT Raja Grafindo


Persada.
Kurnia, Yudi. 2012. Dampak Korupsi Terhadap Kemiskinan. Diakses pukul 14.00
WIB hari Kamis, 4 Januari 2018 dengan alamat website
http://www.sapa.or.id/lp/116-pjb/3940-penanggulangan-kemiskinan-dampak-
korupsi-terhadap-masyarakat-tkpkd-jamkesmas
Musdaliva, Yana. 2015. Dampak Korupsi Bagi Negara dan Masyarakat. Diakses
pukul 14.30 WIB hari Kamis, 4 Januari 2018 dengan alamat website
https://guruppkn.com/dampak-korupsi-bagi-negara

11

Anda mungkin juga menyukai