Anda di halaman 1dari 45

STRATEGI PELAKSANAAN

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN GANGGUAN JIWA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa


Dosen Pembimbing : Novi Widyastuti Rahayu, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J

Disusun Oleh :
SILVIA ARDY SETYONINGTYAS
2720162986
2C

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018
STRATEGI PELAKSANAAN
Harga Diri Rendah

A. Pertemuan Pertama (SP 1)


1. Kondisi Klien :
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Harga Diri Klien mengeluhkan Klien tampak lebih
Rendah hidup tidak bermakna, suka sendiri,
merasa jelek, tidak produktifitas
memiliki kelebihan menurun, cemas dan
apapun. takut.
2. Diagnosa Keperawatan :
Harga Diri Rendah
3. Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki.
b. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat dilakukannya.
4. Rencana Tindakan
a. Mendiskusikan kemampuan positif yang dimiliki klien.
b. Membantu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan
dilatih
5. Strategi pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik
“Selamat pagi pak, perkenalkan saya perawat Silvia Ardy
Setyoningtyas dari Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta
yang bertugas pada pagi hari ini.”
“Bapak namanya siapa boleh kita berkenalan pak?”
2) Evaluasi/Validasi
“Baik pak, bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana tidurnya
tadi malam ada keluhan tidak pak?

1
“Bagaimana jika kita berbincang-bincang mengenai masalah yang
bapak alami? Kurang lebih nanti kita akan berbincang selama 20
menit apakah bapak bersedia?”
“Baik pak mari kita duduk dikursi taman sebelah sana”.
b. Fase Kerja
“Tadi bapak mengatakan bahwa bapak merasa tidak berguna lagi, apa
yang menyebabkan bapak berbicara demikian pak? Coba ceritakan
kepada saya”.
“Jadi bapak merasa gagal mewujudkan keinginan orang tua? Apa yang
diinginkan orang tua bapak?”
“Bagaimana hubungan bapak dengan orang tua sekarang?”
“Apakah ada keinginan orangtua bapak yang sudah tercapai? Bagaimana
usaha bapak mewujudkannya?”
“Coba sebutkan kegiatan dan kemampuan yang bapak bisa lakukan
disini?
“Jadi bapak bisa rutin merapihkan tempat tidur sendiri, mencuci baju,
menyiram tanaman wah bagus sekali itu pak. Mari kita praktekan
menyiram tanaman sekarang pak, bapak ambil alat penyiram lalu
siramkan pada bunga-bunga didepan kamar bapak, bagus sekali pak
ternyata bapak bisa”.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaan “Baik pak, coba bapak
bapak setelah kita sebutkan lagi kegiatan apa
berincang-bincang? yang bapak suka
Apakah bapak merasa lakukan?apakah bapak bisa
senang dan nyaman?” melakukan lebih banyak
kegiatan lain?”

2
2) Rencana tindakan lanjut
“Baik pak, bagaimana jika kita membahas lebih lanjut tentang
kemampuan dan kegiatan yang bisa bapak lakukan sehari?”
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Pak besok kita akan membahas lebih banyak lagi ya tentang apa saja
kemampuan dan kegiatan yang bapak bisa lakukan”.
“Besok kita bertemu lagi ditempat ini jam 9 bagaimana pak? Bapak
tidak keberatan kan?”
“Baik pak sebelum saya akhiri apakah bapak ingin menanyakan
sesuatu?”
“Saya akhiri yak pak terima kasih untuk waktunya. Sampai ketemu
besok jam 9 pagi ditempat ini lagi pak.”

B. Pertemuan Kedua (SP 2)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Harga Diri Rendah Klien mengatakan Klien tampak tenang
sudah mau berinteraksi dan mau menghargai
dengan lingkungannya. dirinya sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
3. Tujuan
a. Klien dapat melakukan kegiatan lain sesuai dengan kemampuannya yang
belum bisa dilakukan sebelumnya.
4. Rencana Tindakan
a. Rencanakan kegiatan yang bisa dilakukan klien sebagai kegiatan rutin
sehari-hari.
b. Bantu klien melakukannya kalau perlu beri contoh.
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik

3
“ Selamat pagi pak? Masih ingat kan dengan saya? bagus”
“Bagaimana perasaannya pagi ini?”
2) Evaluasi/Validasi
“Pak bagaimana istirahatnya tadi malam? Ada yang dikeluhkan atau
tidak?”
“Sarapan paginya sudah dihabiskan pak?”
“Hari ini kita berbincang-bincang lagi dan melakukan kemampuan
yang bapak miliki ya? Saya membutuhkan waktu kurang lebih 20
menit apakah bapak bersedia?”
b. Fase kerja
“Menurut bapak pagi ini ingin melakukan kegiatan apa saja?”
“Baik jika bapak ingin mencuci pakaian. Apakah bapak sudah bisa
melakukannya? Mau saya contohkan pak?”
“Ayo kita siapkan baju-baju yang akan dicuci, ember, sabun dan air. Kita
mulai merendam bajunya yak pak dan diberi detergen, setelah itu
mengucek baju lalu kita bilas 2 kali bapak keringkan dan bapak jemur”.
“Apakah bapak mengerti apa yang saya contohkan? Sekarang bapak coba
ya. Saya akan memperhatikan bapak. Iyaa bagus sekali bapak bisa
melakukannya”.
“Jika sudah selesai dan dijemur kembalikan alat yang sudah bapak
gunakan ketempatnya ya, lalu bapak mencuci tangan. Jangan lupa nant
siang baju-bajunya diangkat ya pak jika sudah kering”.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaan bapak “Besok kita menggali kegiatan
setelah bisa mencuci baju secara lagi yang bisa bapak kerjakan
mandiri?” ya. Hari ini bapak sudah bisa
kooperatif”.
2) Rencana Tindakan Lanjut

4
“Baik pak, untuk selanjutnya kita akan membangun kepercayaan diri
bapak dan menilai kemampuan bapak sendiri.”
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Pak besok kita bertemu lebih pagi lagi yah? Supaya lebih banyak
kegiatan yang bisa kita lakukan. Kita bertemu kembali jam 8 disini
ditempat yang sama ya pak”.
“Besok sampaikan saja kepada saya bapak ingin melakukan kegiatan
apa.”
“Sampai ketemu besok pagi jam 8 ya pak, terima kasih atas
waktunya”.

C. Pertemuan Ketiga (SP 3)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Harga Diri Rendah Klien mengatakan mau Klien terlihat mau dan
melakukan kegiatan mampu melakukan
rutin sehari-hari. kegiatan sesuai
kemampuannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah
3. Tujuan
a. Klien bisa melakukan lebih banyak lagi kegiatan sesuai kemampuannya.
4. Rencana Tindakan
a. Mendiskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan kegiatan (telah
dipilih sebelumnya) yang akan dilatihkan.
b. Berikan dukungan dan pujian yang nyata pada setiap kemajuan yang
diperlihatkan kllien.
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik

5
“Selamat pagi pak, bagaimana keadaannya pagi ini? Apakah bapak
merasa lebih rileks pagi ini?”
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana kalau kita hari ini latihan kegiatan yang sudah bapak
tetapkan kemarin? Kita berlatih ditempat kesenangan bapak ya, bapak
mau didalam ruangan atau diluar ruangan?”
“Baik pak kalau bapak masih tetap mau disini.”
“Kita kurang lebih akan berbincang 20 menit ya pak?apakah bapak
setuju?
b. Fase Kerja
“Menurut bapak kita akan melakukan latihan yang mana dulu dari 3
kegiatan ini? Bagaimana kalau 2 kegiatan terlebih dahulu yang
dilatihkan?”
“Bagaimana kalau bapak menyebutkan 1 kegiatan beserta langkah-
langkahnya, dan begitu selanjutnya.”
“Bagaimana kalau bapak menyebutkan langkah-langkah dan saya
mencatatnya. Bagus sekali bapak, ternyata cukup banyak yang bisa bapak
ingat dari langkah-langkah yang telah bapak lakukan dihari-hari
kemarin”.
“Coba bagaimana kalau bapak mendemonstrasikan kegiatan pertama ini.
Bagus sekali pak, sudah baik apa yang bapak bisa lakukan. Bagaimana
jika dicoba latihan kegiatan yang kedua tapi bapak silahkan istirahat
dulu.”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bapak bagaimana perasaanya “Pagi ini bapak terlihat baik
setelah bisa melakukan 2 sekali melakukan kegiatan yang
kegiatan pagi hari ini?” sesuai kemampuan bapak”.

6
2) Rencana Tindakan Lanjut
“Baik pak, saya akan membantu bapak untuk merencanakan lagi
kegiatan sesuai kemampuan bapak. Pasti bapak bisa melakukan lebih
banyak kegiatan lagi.”
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Pak bagaimana jika besok kita bertemu lagi? Bapak tidak bosan kan
melakukan banyak kegiatan dengan saya temani?”
“Baik pak kalau begitu besok kita bertemu lagi pukul 8 pagi setelah
bapak sarapan pagi ya pak?”
“Bagaimana menurut bapak? Apakah bapak bersedia? Adakah yang
mau ditanyakan lagi sebelum kegiatan kita diakhiri?”
Baik pak kalau begitu sampai ketemu besok pagi pak, terima kasih
atas waktu bapak.”

D. Pertemuan Keempat (SP 4)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Harga Diri Rendah Klien mengatakan Klien terlihat lebih
dirinya bisa melakukan gembira, tenang dan
kegiatan rutin lagi mulai menghargai
shari-hari. dirinya sendiri.
2. Diagnosa
Harga Diri Rendah
3. Tujuan
Membantu klien merencanakan kegiatan yang sudah dilatihkan,
4. Rencana Tindakan
a. Meningkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap aktivitas.
b. Memberi pujian yang nyata atas aktivitas atau kegiatan yang dapat
dilakukan klien setiap hari, supaya klien bisa merasakan dirinya berharga
lagi.

7
5. Stretegi pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi bapak, sepertinya bapak lebih terlihat segar dari hari
kemarin.”
2) Evaluasi/Validasi
“Baik pak bagaimana kalau kita melanjutkan diskusi kemarin tentang
jadwal kegiatan yang bapak sudah latihkan?
“Bersediakah bapak jika kita melakukannya selama 20 menit?”
“Pagi ini kita mau berdiskusi dimana pak”.
b. Fase Kerja
“Baik pak, bagaimana kalau bapak menyebutkan dan saya bantu
mencatatnya. Ternyata cukup banyak aktivitas yang dapat bapak
lakukan! Bagaimana jika bapak lakukan kegiatan ini dengan saya
contohkan terlebih dahulu ya pak?”
“Sudah banyak aktivitas yang telah saya catat untuk dapat bapak lakukan.
Sepertinya bapak sangat bersemangat sekali ingin cepat melakukan
aktivitas di hari ini”.
“Bagaimana jika kita mendiskusikan daftar kegiatan yang telah saya tulis
dengan keluarga bapak, apakah bapak bersedia? Baiklah jika bapak
bersedia kita akan mulai mendiskusikannya dan setelah selesai berdiskusi
kita mulai melaksanakannya”.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaannya pak “Dalam diskusi hari ini bapak
sekarang setelah kita bisa terlihat sudah mulai mau
berdiskusi dan melakukan berinteraksi baik lagi dengan
banyak aktivitas yang bapak keluarga dan terlihat semakin
sukai?” tenang.”

8
2) Rencana Tindakan lanjut
“Dalam beberapa hari kedepan kita akan terus berdiskusi dengan
keluarga ya pak, supaya bapak lebih dekat lagi dengan keluarga.”
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Pak apakah besok bapak masih mau bertemu dengan saya? Kita
berdiskusi banyak lagi dengan keluarga bapak juga”.
“Besok kita mau berdiskusi jam berapa pak? Dan sebelum saya akhiri
apakah ada yang mau bapak tanyakan?”
“Baik pak, besok kita berdiskusi lagi pukul 10 pagi ya pak?”
“Sampai ketemu besok pagi pak, terima kasih atas waktu bapak yang
mau berdiskusi dengan saya.”

9
STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL : ISOLASI SOSIAL

A. Pertemuan Pertama (SP 1)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Gangguan Hubungan Klien mengatakan mau Klien terlihat diem
Sosial : Isolasi Sosial menjawab pertanyaan
perawat.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Hubungan Sosial : Isolasi Sosial
3. Tujuan
Agar pasien mengenal keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
4. Rencana Tindakan
Membina hubungan saling percaya antara perawat dank lien dengan
membantu klien mengenal penyebab isolasi social
5. Strategi Pelasanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi mba, perkenalkan saya perawat silvia dari kampus
Akper Notokusumo Yogyakarta. Saya sedang praktik disini dan
sekarang saya shift pagi. Mbak namanya siapa senang dipanggil apa?
Apakah mau berkenalan dengan saya? Salam kenal ya mbak ani”
2) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini? Semalam bagaimana istirahatnya
mbak tidurnya nyenyak? Mbak bagaimana jika hari ini kita
berbincang-bincang tentang keluarga dan teman-teman mbak? Saya
akan mendengarkan apa yang mbak ceritakan”.

10
“Kita akan berbincang selama kurang llebih 15 menit bagaimana
apakah mba setuju? Baik jika setuju mari kita duduk dihalaman depan
kamar mba.”
b. Fase Kerja
“Apa yang mba ani rasakan selama diwarat disini? Oh mbak merasa
sendirian? Siapa saja yang mbak kenal diruangan ini? Apa saja
kegiatan yang biasa mbak lakukan dengan teman-teman yang
dikenal?”
“Apa yang menghambat mbak dalam berteman atau berbincang
dengan teman-teman yang lain?”
“Menurut mbak apa keuntungannya kalau kita mempunyai teman coba
mbak sebutkan? Wah, benar ada teman berbincang. Lalu apa
lagi?(sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)”
“Nah, kalau kerugian tidak mempunyai teman apa coba mbak
sebutkan? Ya, apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa).
Jadi ternyata banyak kerugian yang bis mbak sebutkan, ternyata
banyak ya mbak kerugiannya tidak punya teman. Mbak harus belajar
berteman lagi ya dengan bayak orang, kan tadi mba sudah sebutkan
sendiri banyak sekali kerugiannya jika mbak tidak memiliki teman.”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaan ibu “Mbak Ani bisa menyebutkan
setelah bisa membedakan kerugian dan kuntungan
keuntungan dan kerugian tidak memiliki tidak teman.”
memiliki teman?”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Mengajari klien tentang cara berkenalan dengan temannya.”

11
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Mbak ani untuk hari ini kita cukupkan ya, besok kita lanjutkan
lagi. Mbak masih mau kan berbincang dan latihan dengan saya
besok?”
“Besok kita mau berbincang jam berapa mbak? Baik mbak ingin
berbincang jam 8 pagi ditempat ini lagi bagaimana?”
“Sebelum saya akhiri apakah ada yang mbak mau tanyakan? Jika
tidak ada kita cukupkan ya mbak. Terima kasih atas waktu mbak
mau berbincang dengan saya, sampai ketemu besok pagi mbak.”

B. Pertemuan Kedua (SP 2)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Gangguan Hubungan Klien mengatakan mau Klien masih terlihat
Sosial : Isolasi Sosial belajar berkomunikasi menyendiri dan banyak
dengan orang lain. diam.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Hubungan Sosial : Isolasi sosial
3. Tujuan
Agar klien mau belajar berinteraksi lagi dengan orang banyak.
4. Rencana Tindakan
Melatih klien berkenalan dengan orang lain.
5. Startegi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi mbak, apakah mbak masih ingat dengan saya? Bagus
sekali jika mbak masih ingat dengan saya.”
2) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah tadi malam istirahatnya
cukup mbak? Apa yang mbak keluhkan?”

12
“Hari ini kita akan berdiskusi dan berlatih bersama tentang cara
perkenalan ya mbak, apakah mbak setuju?”
“Kita akan berlatih kurang lebih 20 menit bagaimana? Mari kita
duduk di taman mbak disana kelihatannya ramai.”
b. Fase Kerja
“Begini lho mbak ani, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan
dulu nama kita dan hobi. Contoh : nama saya Ani, senang dipanggil Ani.
Asal saya dari medan, hobi memasak.”
“Selanjutnya mbak ani menanyakan nama orang lain dan ajak dia
berkenalan. Contohnya begini : Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?
Asal dari mana dan hobinya apa, apakah mbak mengerti yang saya
maksud? Baik kalau sudah mengerti, coba kita praktekkan misalnya mbak
belum kenal sama saya lalu kita berkenalan.”
“Bagus sekali mba, coba kita ulangi lagi. Nah seperti itu ya mbak cara
berkenalan dengan orang lain.”
“Setelah mbak sudah berkenalan dengan orang tersebut, mbak bisa
melanjutkan percakapan dengan berbincang-bincang masalah banyak hal
sesuai dengan yang mbak inginkan. Misalnya berbincang tentang hobi,
tentang keluarga, tentang pekerjaan atau masih banyak lagi topik
pembicaraan yang lainnya.”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagamana perasaan mbak “Apakah dengan berkenalan
setelah bisa belajar berkenalan dengan rang lain membuat klien
dengan orang lain?” tidak menutup diri lagi.”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana jika besok kita berkenalan dengan lebih banyak orang lagi
mbak? Dengan perawat-perawat yang ada disini apakah mbak setuju?”

13
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Mbak hari ini kita cukupkan dan dilanjutkn besok bagaimana apakah
mbak setuju? Mba tidak bosan kan berdiskusi dan berlatih dengan
saya?”
“Baik kalau bergitu mbak, besok kita mau bertemu jam berapa? Jam 10
ditempat ini lagi mbak? Baik kalau mbak mau disini lagi”.
“Terima kasih atas waktunya ya mbak, semoga semua yang sudah kita
diskusi dan latihkan bermanfaat sampai ketemu besok mba.”

C. Pertemuan Ketiga (SP 3)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Gangguan Hubungan Klien mengatakan mau Klien terlihat tidak
Sosial : Isolasi Sosial belajar berinteraksi mengurung diri lagi.
dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Hubungan Sosial : Isolasi Sosial
3. Tujuan
Agar klien mau membuka dirinya lagi tidak dalam kesendiriannya lagi.
4. Rencana Tindakan
Mengajari dengan cara latihan berkenalan dengan perawat yang ada di
bangsal tersebut.
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi mbak ani, pasti masih ingat dengan saya kan?
Bagaimana perasaan mbak hari ini?”
2) Evaluasi/validasi
“Masih ingat kan mbak disukusi dan latihan kita kemarin tentang
perkenalan. Coba sebutkan lagi sambil berjabat tangan dengan saya
mbak.”

14
“Bagus sekali, mbak Ani masih ingat. Nah sekarang seperti janji saya
kemarin, saya akan mengajak mbak berkenalan dengan perawat Nina.
Tidak akan lama kok kurang lebih 15 menit apakah mbak setuju? Ayo
kita temui perawat Nina.”
b. Fase Kerja
“Baiklah mbak ani, silahkan mbak berkenalan dengan perawat Nina
seperti yang kita praktekkan kemarin”(pasien mensdemonstrasikan cara
berkenalan dengan perawat Nina : memberi salam, menyebutkan nama,
menanyakan nama perawat, dan seterusnya).
“Ada lagi yang mbak Ani ingin tanyakan ke perawat Nina, coba tanyakan
tentang keluarga perawat Nina. Jika tidak ada lagi yang ingin ditanyakan
Mbak bisa membuat janji dengan Perawat Nina jika ingin berbincang
lagi.”
“Baiklah perawat Nina karna Mbak Ani sudah selesai berkenalan , saya
dan Mbak Ani akan kembali ke ruangan. Selamat Pagi.”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana Mbak Ani setelah “Klien tampak bagus sekali saat
berkenalan dengan perawat Nina? berkenalan dengan perawat Nina.”
Apa perasaannya jika mengenal
lebih banyak orang lagi.”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana jika besok kita berlatih berkenalan dengan sesame pasien
mbak? Apakah mbak setuju?
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Mbak Ani apakah ada yang ingin ditanyakan? Jika tidak ada kita
cukupkan untuk hari ini ya. Apakah besok mbak masih mau bertemu
dengan saya?”
“Baik mba jika masih ingin bertemu engan saya kita bertemu pukul 10
ditempat ini lagi ya mbak bagaimana?”

15
“Terima kasih atas waktunya mbak, sampai ketemu besok pagi.”

D. Pertemuan Keempat (SP 4)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Gangguan Hubungan Klien megatakan mau Klien terlihat tenang
Sosial : Isolasi Sosial berinteraksi dengan saat berbicara dengan
banyak orang. orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Hubungan Sosial : Isolasi Sosial
3. Tujuan
Agar klien mau belajar berinteraksi dengan pasien lainnya.
4. Rencana Tindakan
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan seorang
pasien).
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Oerientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi mbak Ani, pasti mbak masih ingat saya kan? Bagu
ingatan mbak baik sekali ya, semakin hari mbak semakin koopepratif
dalam mengingat. Bagaimana perasaan mbak hari ini? Bagaimana
istirahatnya tadi malam?”
2) Evaluasi/validasi
“Sesuai dengan apa yang kita rencanakan keamarin apakah mbak Ani
mau berlatih berkenalan dengan sesama pasien? Jika mbak bersedia
kita akan berlatih kurang lebih 15 menit bagaimana?”
“Mari kita pindah ke halaman depan kamar kelihatannya ramai orang,
nanti mbak pilih sendiri yam au berkenalan dengan siapa.”
b. Fase Kerja
(Bersama-sama perawat dan pasien mendekati pasien lain)

16
“Selamat pagi mas, ini ada pasien saya mau berkenalan.” Baiklah mbak
Ani sekarang mbak yang mulai untuk berkenalan seperti yang sudah
pernah kita lakukan sebelumnya” (pasien mendemonstrasikan cara
perkenalan : memberi salam, menyebutkan nama, nama panggilan, asal
dan hobi dan menanyakan hal yang sama lagi).
“Bagaimana mbak Ani setelah berkenalan dengan Rendi, apakah ada lagi
yang ingn mbak tanyakan kepada Rendi? Kalau tidak ada lagi yang ingin
mbak tanyakan mbak bisa menyudahi pembicaraan dengan Rendi. Lalu
mbak Ani bisa membuat janji bertemu lagi misalnya jam 4 sore untuk
berbincang tentang hobi atau yang lainnya.”
“Baiklah Rendi karna mbak Ani sudah selesa berkenalan. Saya dan mbak
Ani akan kembali ke ruangan mbak Ani. Selamat pagi Rendi.”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaan mbak Ani “Dibandingkan dengan tadi pagi,
setelah berkenalan dengan mbak Ani tampak leih baik saat
Rendi?” berkenalan.”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan berbincang-
bincang dengan orang lain kita tambahkan lagi dijadwal harian. Jadi
dalam satu hari mbak Ani bisa erbincang-bincang dengan orang lain
sebanyak 3kali yaitu jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 4 sore.”
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Baiklah untuk hari ini kita cukupkan ya mbak, besok kita berjumpa
lagi disini ditempat yang sama jam 10 pagi apakah mbak setuju? Jika
mbak setuju terima kasih untuk hari ini dan sampai ketemu besok
pagi.”

17
STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

A. Pertemuan Pertama (SP 1)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Sujektif Data Objektif
Gangguan Persepsi Klien mengatakan Klien terlihat tertawa
Sensori : Halusinasi mendengar suara-suara atau bicara sendiri,
atau kegaduhan, mendekatkan telinga
mendengar ada yang kea rah tertentu dan
bercakap-cakap dan menutup telinga.
menyuruhnya
melakukan sesuatu
yang berbahaya.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
3. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan criteria sebagai
berikut:
1) Ekspresi wajah bersahabat.
2) Menunjukkan rasa senang.
3) Klien mau diajak berjabat tangan.
4) Klien mau menyebutkan nama.
5) Ada kontak mata.
6) Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat.
7) Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b. Membantu klien mengontrol serta mengenal halusinasinya.
4. Rencana Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik

18
b. Bantu klien mengenal halusinasinya meliputi isi, waktu terjadi
halsinasi, frekuensi, situasi pencetus dan perasaan saat terjadi
halusinasi.
c. Latih klien mengontrol halusinasi
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu, boleh saya berkenalan dengan ibu?”
“Baik bu, nama saya perawat Silvia saya mahasiswa dari Akper
Notokusumo Yogyakarta, saya sedang praktik disini bu. Dan hari
ini saya shift pagi”.
2) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam
bu? Adakah yang ibu keluhkan?”
“Apakah ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Menurut ibu
kita berbincang teng apa ya?”
“Bagaimana kalau kita mengobrol tentang suara yang sering ibu
dengar dan lihat selama ini tapi tidak tampak wujudnya?”
“Berapa lama kita mau berbincang-bincang bu? Bagaimana jika 15
menit apakah ibu bersedia? Baik bu, ibu ingin kita berbincang
dimana? Di halaman depan sana mari kita kesana bu.”
b. Fase Kerja
“Apakah ibu mendengar suara-suara tanpa ada wujudnya? Apa yang
dikatakan suara itu?”
“Apakah ibu melihat sesuatu bayangan atau orang atau makhluk aneh?
Seperti apa kelihatanya bu? apakah terus-menerus terdengar atau
terlihat bu atau sewaktu-waktu saja?”
“Kapan waktu paling sering ibu melihat atau mendengar suara-suara
yang tidak ada wujudnya? Berapa kali sehari ibu mengalaminya?
Apakah hanya terdengar saat ibu sendiri?”

19
“Apa yang ibu rasakan setelah melihat sesuatu? Apa yang ibu lakukan
jika mendengar dan melihat sesuatu yang aneh? Apakah dengan cara
yang ibu lakukan suara-suara iitu hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar untuk suara-suara agar tidak muncul
lagi? Yang pertama ibu mernghardik suara tesebut, kedua bercakap-
cakap dengan orang lain, ketiga melakukan kegiatan yang sudan
terjadiwal dan yang keempat minum obat yang teratur. Bagaimana kita
belajar satu cara dlu yaitu menghardik bu?”
“Caranya seperti ini ya bu :
1) Saat suara-suara itu muncul ibu katakan dalam hati. “Pergi saya
tidak mau dengar, kamu suara palsu jangan menganggu saya.
Begitu ya bu sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu
praktekan yang telah saya ajarkan tadi. Bagus sekali ibu nanti jika
ibu sering melakukannya ibu akan terbiasa”.
2) Saat bayangan itu muncul ibu katakana. “Pergi saya tidak mau liat,
kamu palsu kamu tidak ada saya tidak takut kamu, jangan kamu
ganggu saya. Coba ibu praktekan, bagus sekali ibu. Jika ada
bayangan muncul lagi ibu langsung praktekan seperti itu ya.”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Sujektif Objektif
“Bagaimana perasaan ibu “Baik bu setelah tadi kita
setelah kita lakukan latihan banyak berbincang coba ibu
tadi? Apakah ibu merasa senang simpulkan pembicaraan kita tadi
atau tidak?” agar ibu bisa terhindar dari
suara-suara dan bayangan yang
menganggu.”
2) Rencana Tindakan Lanjut
“Kalau suara-suara dan bayangan itu muncul lagi bagaimana jika
kita menjadwalkan untuk banyak latihan lagi, supaya ibu bisa lebih
tenang dan tidak terganggu lagi”.

20
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Ibu bagaimana jika kita besok berbincang lebih banyak lagi
tentang cara untuk mengontrol halusinari ibu” apakah ibu bersedia
bertemu saya lagi besok?”
“Baik jika ibu bersedia, besok kita mau bertemu pukul berapa bu
apakah ibu bersedia siang atau pagi?”
“Jika ibu bersedia siang kita bertemu pukul 11 ya bu ditempat ini
lagi, sebelum saya akhiri apakah ada yang ibu mau tanyakan?
Terima kasih atas waktu ibu sampai ketemu besok ya bu”.

B. Pertemuan Kedua (SP 2)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Gangguan Persepsi Klien mengatakan Klien tampak tenang.
Sensori : Halusinasi mendengar suara-suara
tapi tidak jelas.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halunasi
3. Tujuan
Klien bisa mengontrol halusinasi dengan cara berbicara dengan orang lain.
4. Rencana Tindakan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan cara berbicara
dengan orang lain.
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat siang ibu, masih ingat dengan saya tidak bu?apakah ibu
sudah makan sudah mandi?”
“Apakah ibu bisa tidur nyenyak semalam?”
2) Evaluasi/validasi

21
“Ibu bagaimana perasaannya hari ini apa yang ibu rasakan?
Kemarin kita sudah berdiskusi tentang cara mengntrol halusinasi
apakah ibu masih ingat?”
“Baik ibu bagus jika masih ingat, hari ini kita akan berdiskusi
dengan cara yang lain ya, kita berdiskusi kurang lebih 15 menit
apakah ibu bersedia? Ibu mau berdiskusi didalam ruangan atau
dikusi taman bu?”
b. Fase Kerja
“Jika ibu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebenarnya tidak
ada biasanya apa yang ibu lakukan? Apa yang telah saya ajarkan kemarin
apakah sudah ibu lakukan? Baik bu bagus sekali kalau ibu sudah lakukan.”
“Hari ini kita akan latih cara yang lain ya bu, jika ibu mendengar suara
atau melihat hal aneh ibu langsung lari saja ketempat perawat, nanti
perawat akan mengalihkan perhatian ibu dengan cara berbicara tentang hal
yang lain, jadi ibu tidak terpaku kepada hal-hal yang mengganggu, apakah
ibu mengerti?”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaan ibu “Jadi seperti yang saya katakana
sekarang setalah kita berdiskusi?” tadi ya bu, jika ibu merasa
tertekan ibu bisa minta tlong
kepada perawat.”
2) Rencana Tindakan Lanjut
“Nanti jika ibu mendengar suara aneh lagi, ibu segera praktekan apa
yang sudah saya ajarkan. Besok kita berdiskusi tentang cara yang lain
ya bu”.
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Ibu bagaimana jika besok kita berlatih lagi tantang cara lain
mengontrol halusinasi ibu dengan cara mengerjakan pekerjaan yang
bermanfaat, apakah ibu masih mau berlatih dengan saya?”

22
“Baik kalau begitu ibu mau kita bertemu jam berapa besok? Jam 8 pagi
setelah ibu sarapan bagaimana? Bertemu ditempat ini lagi ya.”
“Terima kasih atas waktu itu hari ini, semoga yang kita lakukan semua
bermanfaat untuk ibu, sampai jumpa besok pagi ya bu.”

C. Petemuan Ketiga (SP 3)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Gangguan Persepsi Klien merasa lebih Pasien terlihat tenang.
Sensori : Halusinasi menderang suara-suara
yang tidak jelas.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
3. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari.
4. Rencana Tindakan
Mengajarkan klien mgengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas harian .
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Terminasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu, ibu masih ingat dengan saya kan? Bagaimana
perasaannya hari ini? Apakah sarapan paginya sudah dimakan bu?”
2) Evaluasi/validasi
“Ibu apakah hari ini sudah siap berdiskusi dengan saya? Kita akan
melanjutkan latihan hari kemarin ya bu?”
“Kita akan melakukan latihan dan berdiskusi kurang lebih 15 menit
apakah ibu bersedia? Baik kalau ibu setuju kita berdiskusi di
halaman depan kamar ya bu?”

23
b. Fase kerja
“Apakah ibu masih mendengar hal-hal yang aneh dan tidak ada
wujudnya bu? Kita akan melakukan lagi latihan agar ibu bisa
mengontrol suara-suara itu ya?”
“Kemarin kita sudah latihan cara pertama dan kedua ya bu apakah ibu
masih ingat coba sebutkan? Bagus sekali jika ibu masih ingat, mari
kita latihan cara ketiga mengontrol halusinasi dengan cara ibu
menyibukan diri ibu dengan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Jangan
sampai ibu diam dan melamun, karena saat itulah halusinasi yang akan
menguasai pikiran ibu”.
“Jika ibu mendengar suara-suara aneh, segera menyibukkan diri
dengan menyuci pakaian atau menyapu halaman atau ibu menyirami
bunga-bunga didepan kamar dan banyak kegiatan lainnya. Terus
lakukannlah seperti itu ya bu, apakah ibu mengerti?”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Tidak terasa sudah berdiskusi “Coba ibu jelaskan lagi cara
lama dengan ibu, bagaimana mengontrol halusinasi yang
perasaan ibu sekarang setelah ketiga!
latihan cara mengontrol
halusinasi yang ketiga bu?”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Baik ibu, jika ibu mendengar suara aneh lagi kapanpun waktunya
segera menyibukan diri ya bu dengan kegiatan-kegiatan sehari-
hari.”
3) Kontrak Waktu Selanjutnya

24
“Ibu untuk hari ini cukup ya, besok kita berdiskusi dan latihan
mengontrol halusinasi lagi, apakah ibu masih mau bertemu dengan
saya?”
“Baik kalau begitu besok kita bertemu pukul 8 pagi lagi apakah ibu
bersedia? Besok kita akan membahas cara mengontrol halusinasi
dengan cara meminum obat secara tepay ya bu.”
“Sebelum saya akhiri apakah ada yang mau ditanyakan? Terima
kasih atas waktu ibu, sampai ketemu besok pagi ya bu.”

D. Pertemuan Keempat (SP 4)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Gangguan Persepsi Klien mengatakan Klien terlihat tenang
Sensori : Halusinasi masih sering
mendengar suara-suara
tidak jelas yang
menganggu dirinya.
2. Diagnosa Keperawatan
Ganggauan Persepsi Sensori : Halusinasi
3. Tujuan
Agar klien dapat mengontrol halusinasi dengat tepat minum obat.
4. Rencana Tindakan
Mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara tepat minum obat
yaitu mengkonsumsi obat secara teratur(jenis, dosis, waktu, manfaat, dan
efek samping.
5. Strategi Pelaksaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu, masih ingat dengan saya kan bu? Ibu terlihat
lebih segar hari ini.”
2) Evaluasi/valuasi

25
“Ibu masih ingat kan janji kita kemarin yang akan berdiskusi dan
latihan lagi mengenai cara mengontrol halusinasi dengan cara tepat
minum obat?”
“Sebelum kita mulai apa yang ibu rasakan pagi ini? Kita akan
berdiskusi kurang lebih 15 menit ya bu apakah ibu setuju?
“Baik kalau ibu setuju kita mau duduk dimana?
b. Fase Kerja
“Ibu ini saya beritahu ya obat ibu 1 kali minum ada 2, yang warna
putih ini 10mg dan yang warna kuning25mg. Ibu harus meminum 2
obat ini 2 kali ya bu, ibu minum di siang dan malam hari setalah
makan apakah ibu mengerti yang saya katakan?”
“Saya akan menjelaskan kegunaan obatnya ya bu, supaya ibu mengerti
manfaatnya. Obat yang warna putih ini berfungsi untuk mengendalikan
suara-suara tidak jelas yang sering ibu dengar, sedangkan obat yang
berwarna kunng berfungsi supaya ibu tidak gelisah. Obat-obatan ini
mempunya efek samping yaitu mulut kering, mual, mengantuk, ingin
meludah terus dan kecing tidak lancer.”
“Nanti setalah meminum obat-obatan ini ibu laporkan kepada dokter
ya bagaimana efeknya setalah ibu meminum obatnya. Dan ibu harus
terus menerus meminum obat ini bahkan dalam waktu yang lama bisa
berminggu-miinggu atau berbulan, jika ibu ingin benar-benar sembuh
jangan berhenti minum obat ya bu. jadi ada 5 hal yang harus ibu
perhatikan yaitu benar obat, benar dosis, benar cara pemberian, benar
waktu, dan benar frekuensi. Tolong diingat ya bu!”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Ibu diskusi kita sudah selesai “Coba ibu jelaskan lagi nama
bagaimana perasaan ibu obat yang harus diminum dan
sekarang setalah kita berdiskusi berapa dosisnya? Pasti ibu
banyak?” masih ingat kan?”

26
2) Rencana Tindakan Lanjut
“Ibu jika waktu minum obat sudah tiba, ibu minta saja ke perawat
ya bu. supaya ibu selalu tepat minum obat. Ibu tidak keberatan
kan?”
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Ibu untuk hari ini diskusi kita cukupkan ya, bagaimana jika besok
kita berdiskusi tentang TAK (Terapi Aktivitas Latihan) yaitu
menggambar sambil mendengarkan music apakah ibu mau?”
“Besok kita bertemu jam 10 diruang makan ya bu apakah ibu
setuju? Sebelum saya akhiri apakah ada yang mau ibu tanyakan?”
“Terima kasih atas waktunya ya bu, ibu sudah lebih kooperatif
beberapa hari terakhir ini, sampai ketemu besok pagi ya bu”.

27
STRATEGI PELAKSANAAN
Risiko Perilaku Kekerasan

A. Pertemuan Pertama (SP 1)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Risiko Perilaku Klien mengatakan Muka klien terlihat
Kekerasan pernah melakukan merah dan tegang,
tindak kekerasan dan pandagan tajam.
sering marah tanpa
sebab.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
4. Rencana Tindakan
Membina hubungan saling percaya, identifikasi perasaan marah, tanda dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta
mengontrol secara fisik.
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi mas, Perkenalkan nama saya perawat Silvia. Saya dari
kampur Akper Notokusumo sedang praktik dirumah sakit ini, nama
mas siapa? Senang dipanggil apa?”
2) Evaluasi/validasi
“Bagaimana Perasaan Roni saat ini? Msih ada perasaan kesal atau
marah? Baik Roni, bagaimana jika kita berbincang tentang perasaan
marah Roni?”

28
“Kita akan berbincang-bincang sekarang kurang lebih 15 menit
apakah Roni setuju? Dimana kita mau duduk untuk berbincang-
bincang? Bagaimana jika diruang tunggu saja.”
b. Fase Kerja
“Apa yang menyebabkan Roni marah? Penyebabnya apa? Samakah
dengan keadaan yang Roni rasakan sekarang? Jadi ada beberapa
penyebab Roni marah.”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Roni pulang kerumah dan
istri belum menyediakan makanan (misalnya ini penyebab marah
pasien), apakah yang Roni rasakan?” (tunggu respon pasien)
“Apakah merasakan kesal kemudian dada Roni berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang Roni lakukan? Jadi Roni memukul istri dan
memecahkan piring. Apakah Roni berfikir jika bertindak seperti itu
makanan akan terhidangkan?”
“Apa kerugian Roni melakukan hal-hal itu? Betu, istri bapak merasa
takut, dan rumah jadi tdak karuan. Menurut Roni apakah ada cara
yang lebih baik? Maukah Roni belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan Roni saah satunya
dengan cara fisik. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
“Begini ya, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Roni rasakan. Maka
Roni berdiri, lalu tarik nafas dari hidung tahan sebentar lalu keluarkan
tiup perlahan-lahan melalui mulut. Ayo kita coba lakukan 5 kali ya?
Bagus sekali Roni.
“Nah sebaiknya latihan ini Roni lakukn secara rutin, sehingga jika
sewaktu-waku rasa marah itu muncul, roni sudah terbiasa
melakukannya.

29
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaan Roni “Coba selama saya tidak ada,
setelah berbincang mengenai Roni mengingat hal-hal yang
kemarahan bapak dan latihan membuat Roni marah dan
cara mengontrol kemarahan praktekkan cara yang sudah kita
dengan latihan fisik?” latihkan tadi.”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Melatihan cara fisik ke 2 yaitu pukul kasur dan bantal.”
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Roni bagaimana jika besok kita bertemu lagi pukul 8 pagi setelah
Roni sarapan pagi? Kita bertemu lagi ditempat ini apakah Roni
setuju?”
“Hari ini kita cukupkan ya, besok kita latihan cara mengontrol
kemarahan melalui cara fisik ke 2. Terima kasi atas waktunya hari
ini Roni sudah bagus. Sampai ketemu besok pagi.”

B. Pertemuan Kedua (SP 2)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Risiko Perilaku Klien mengatakan tidak Bicara kasar, suara
Kekerasan mempunyai tinggi, menjerit atau
kemampuan berteriak.
mengontrol perilaku
kekerasan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
Klien bisa mengontrol kemarahannya dengan cara yang dilatihkan perawat.
4. Rencana Tindakan

30
Melatih cara fisik ke 2 : pukul kasur dan bantal
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi Roni, masih ingat dengan saya? Bagaimana
perasaannya hari ini?”
2) Evaluasi/validasi
“Apakah ada yang membuat Roni marah pada hari ini? Sesuai dengan
janji saya kemarin kita hari ini akan latihan cara fisik yang ke 2, kira-
kira kita akan berdiskusi dan berlatih kurang lebih 15 menit. Apakah
Roni setuju?”
“Baik jika Roni setuju mari kita duduk diruang tamu bagaimana?”
b. Fase Kerja
“Roni langsung kita mulai ya, jik ada yang menyebabkan Roni marah
dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain tarik
nafas dalam Roni dapat melakukan cara yang ke 2 yaitu pukul kasur dan
bantal.”
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Dimana kasur
Roni? Jadi, jika Roni merasa marah dan kesal langsung masuk kekamar
dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.
Ayo kita coba, bagus sekali Roni.”
“Jadi kekesalan dan kemarahan Roni langsung lampiaskan ke kasur dan
bantal ya. Cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan
kesal dan marah. Kemudian jangan lupa merapihkan tempat tidurnya.”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaan Roni “Coba Roni sebutkan sudaha
setelah latihan cara menyalurkan berapa cara yang sudah kita latih,
kekesalan dan kemarahah”. coba sebutkan lagi? Bagus sekali
pak”.

31
2) Rencana Tindak Lanjut
“Mari kita masukkan cara latih fisik ke 2 tadi ke dalam jadwal
kegiatan Roni sehari-hari. Pukul berapa Roni mau latihan pukul kasur
dan bantal lagi? Baik bagaimana jika setiap bangun tidur jam 5 pagi.”
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Besok kita bertemu lagi ya Roni ingin jam berapa? Baik jam 10 pagi
ya. Terima kasih untuk hari ini. Sampai ketemu besok pagi.”

C. Pertemuan Ketiga (SP 3)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Risiko Perilaku Klien mengatakan ma Mengevaluasi hasil
Kekerasan uterus beratih bersama kegiatan harian yang
perawat. sudah dijadwalkan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
Agar klien bisa mencegah marah dengan cara minum obat secra teratur.
4. Rencana Tindakan
Melatih klien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum, benar waktu minum obat, dan
benar dosis) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti obat.
5. Strategi Pelaksaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi Roni kita bertemu lagi hari ini pasti masih ingat kan
dengan saya? Apakah yang dirasakan Roni hari ini?”
2) Evaluasi/validasi
“Bagaimana apakah tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal sudah
dilatihkan setiap hari? Apa yang dirasakan setelah melakukan kegiatan
tersebut mari kita lihat buku jadwal kegiatannya.”

32
“Bagaimana kalau kita sekarang berdiskusi dan latihan tentang cara
minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah. Bagaimana jika
kita berbincang 15 kurang lebih menit? Kita lakukan ditempat kearin
saja ya Roni setuju?”
b. Fase Kerja
“Roni sudah dapat obat dari dokter? Berapa macam obat yang
diminum? Warnanya apa saja? Bagus? Jam berapa Roni minum obat?
Bagus!”
“Obatnya ada 3 macam ya, yang warna oranye namanya CPZ gunanya
agar pikiran tenang. Yang putih ini namanya THP agar rileks dan
tenang. Dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur
dan rasa marah berkurang. Semua ini harus Roni minum 3 kali sehari,
jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam ya.”
“Jika setelah minum obat mulut terasa kering, untuk mengatasinya
Roni bisa menghisap es batu. Bila mata terasa berknang-kunang
jangan digunakan aktivitas dulu dibbuat istirahat saja.”
“Biasakan sebelum minum obat dilihat obatnya benar atau tidak,
namanya benar atau tidak, berapa dosisnya, jamberapa saja harus
diminum, dan baca juga ama obatnya apakah sudah benar. Dan jika
sudah waktunya minum obat, tetapi obat belum diberikan Roni boleh
minta kepada perawat.”
“Jangan pernah berhenti minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya pak, karena akan terjadi kekambuhan.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaan Roni “Coba Roni sebutkan lagi jenis
setelah kita berbincang-bincang obat yang diminum. Bagaimana
tentang cara minum obat yang cara meminum obat yang
benar?” benar?”
2) Rencana Tindak Lanjut

33
“Bagaimana jika besok kita berdiskusi tentang cara latihan bicara
dengan baik ya?”
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Nah sudah ada banyak latihan yang sudah kita latihkan ya,
sekarang kita masukkan jadwal minum obat ke dalam buku
kegiatannya ya.”
“Hari ini kita cukupkan ya, kita latihan dilanjutkan besok lagi
silahkan jika Roni ingin beristirahat. Besok kita bertemu pukul 8
pagi disini ditempat yang sama ya bagaimana? Sampai jumpa
besok pagi.

D. Pertemuan Keempat (SP 4)


1) Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Risiko Perilaku Klien mengatakan Klien terlihat lebih
Kekerasan sudah bisa latihan tarik gembira dari
nafas dalam dan pukul sebelumnya dan mau
kasur dan bantal. melakukan kegiatan
dengan perawat.
2) Diagnosa
Risiko Perilaku Kekerasan
3) Tujuan
Supaya pasien bisa mengontrol kesal dan marahnya secara verbal menolak
dengan baik.
4) Rencana Tindakan
Melatih klien mengungjapkan marah dengan rasa verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, meminta dengan baik, dan mengungkapkan
perasaan dengan baik
5) Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik

34
Selamat pagi Roni, seperti yang sudah kita jadwalkan kemarin kita
hari ini akan latihan lagi. Sebelumnya bagaimana perasaan Roni pagi
ini?”
2) Evaluasi/validasi
“Bagaimana Roni, apakah sudah dilakukan lathan tarik nafas dalam
dan pukul kasur bantal? Apakah yang dirasakan setelah melakukan
secara teratur.”
“Coba saya lihat jadwal hariannya, Nah bagus sekali jika latihan
dilakukan mandiri tulis M artinya Mandiri dan jika diingatkan perawat
tulis B artinya dibantu atau diingatkan. Lalu jika tidak melakukan tulis
T artinya Tidak atau belum bisa melakukan.”
“Berapa menit hari ini kita mau berbincang?bagaimana jika 15 menit?
b. Fase Kerja
“Sekarang kta latihan cara bicara yang baik untuh mencegah marah.
Kalau marah sudah disalurkan denga tarik nafas dalam dan pukul
kasur bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang
yang membuat kita marah. Ada 3 caranya ya Roni :
1) Meminta dengan baik tanpa marah dengan nadan dan suara rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Roni bilang
marahnya karena minta uang sama istri tidak diberi. Coba Roni
minta uang dengan baik: “Bu, saya perlu uang untuk beli rokok,
nanti bapak bisa mengganti dengan minta ambilkan baju atau minta
ambilkan makan dan lain-lain.” Coba bapak praktekan, Bagus pak.
2) Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh Roni tdak ingin
melakukannya, katakana : “maaf saya tidak bisa melakukannya
karena sedang ada kerjaan lain.” Coba bapak praktekan, Bagus pak.
3) Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal Roni dapat mengatakan : “Saya jadi ingin marah
karena perkataanmu tadi itu”. Coba bapak praktekan, Bagus pak.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi

35
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaan Roni “Coba Roni sebutkan lagi cara
setelah kita berbincang-bincang bicara yang baik yang telah kita
tentang cara mengontrol marah latihkan. Bagus sekali.”
dengan cara bicara dengan
baik?”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Mari kita masukkan dalam jadwal sehari-hari Roni, mau berapa
kali dalam sehari Roni berlatih bicara yang baik? Sehari latihan
pada sore hari bagaimana? Nanti kita latihan lagi untuk Cara yang
selanjutnya.”
3) Kontak Waktu Selanjutnya
“Bagaimana kalau kita besok bertemu lebih pagi sekitar jam 8 pagi
setelah Roni sarapan pagi?

36
STRATEGI PELAKSAAN
Defisit Perawatan Diri

A. Pertemuan Pertama (SP 1)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Defisit Perawatan Diri Klien mengatakan tidak Klien terlihat
mau mengurus dirinya berpakaian kotor, badan
sendiri. bau, penampilan tidak
rapi.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan
Klien mampu melakukan kebersihan secara mandiri
4. Rencana Tindakan
Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara merawat diri dan melatih
klien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya perawat Silvia. Boleh
kita berkenalan namanya siapa? Senang dipanggil apa?”
“Saya mahasiswa praktik dari Akademi Keperawatan Notokusumo
Yogyakarta, saya dinas pagi ini diruangan Flamboyan untuk merawat
Rina dari pukul 07.00-14.00.”
2) Evaluasi/validasi
“Dari tadi saya lihat Rina menggaruk-garuk badannya, gatal ya?
Bagaimana kalau kita berdiskusi tentang cara kebersihan diri?”
“Berapa lama kita akan berbincang? Bagaimana jika kurang lebih 15
menit, mau dimana disini saja?”
b. Fase Kerja

37
“Berapa kali Rina mandi dalam sehari? Apakah Rina sudah mandi hari
ini? Menurut Rina apa kegunaan mandi? Apa alasan Rina sehingga tidak
bisa merawat diri?”
“Mneurut Rina apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-
kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa
ya? Badan gatal, mulut bau apa lagi? Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri masalah apa menurut Rina yang bisa muncul? Betul
kudis, kutu, dll.”
“Apa yang Rina lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja
Rina Menyisir Rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau
tujuan sisiran dan berdandan?”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaan Rina “Coba Rina sebutkan lagi cara-
setelah mandi dan mengganti cara mandi yang baik dan benar
pakaian?” apa manfaatnya dan apa
kerugiannya jika tidak mandi?”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Melatih klien berdandan”.
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Coba Rina sebutkan tan-tanda bersih dan rapih? Bagus sekali mau
berapa kali Rina mandi dan sikat gigi? Ayo kita masukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian Rina.”
“Nah sudah dimasukkan ke dalam buku jadwal kegiatan Rina harus
dilakukan ya! Dan beri tanda M (Mandiri) kalau dilakukan tanpa
disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru dilakukan T (tidak). Baik
besok kita akan berdandan bagaimana Rina setuju? Kita besok
bertemu jam 8 pagi ya? Terima kasih untuk hari ini sampai ketemu
besok pagi Rina.”

38
B. Pertemuan Kedua (SP 2)
1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Defisit Perawatan Diri Klien mengatakan tidak Klien terlihat tidak
mau berpakaian rapih, rapih dan ramutnya
menyisir rambut dan kusut.
berhias.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan
Pasien mampu melakukan berhias atau berdandan secara mandiri.
4. Rencana Tindakan
Melatih pasien wanita berdandan atau berhias.
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi, pasti masih ingat dengan saya kan? Bagaimana
perasaan Rina hari ini?”
2) Evaluasi/validasi
“Bagaimana mandinya? Sudah ditandai dijadwal harian?”
“Hari ini kita akan latihan berdandan bersama supaya Rina terlihat
rapih dan cantik. Kita akan melakukan kurang lebih 15 menit ya
apakah Rina setuju? Mari kita mendekat ke cermin dan bawa alatnya
(sisir, bedak dan lipstick).
b. Fase Kerja
“Apakah sudah ganti pakaian setelah mandi tadi? Bagus! Nah sekarang
kita latihan menyisir rambut ya saya contohkan lalu Rina melanjutkan
menyisir rambut, yang rapih ya menyisir rambutnya, Bagus sekali harus
dibiasakan menyisir rambut setelah mandi ya. Apakah Rina biasa
menggunakan bedak? Coba dipakai bedaknya, cukup tipis dan rata ya

39
kalau memakai bedak, Bagus sekali! Rina punya lipstick? Saya
contohkan lalu Rina mengikuti ya? Nah coba sekarang Tina lihat kaca!”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaan Rina setelah “Rina jadi tampak segar dan
berlajar berdandan?” cantik.”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Untuk selanjutnya kita belajar makan yang baik.”
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Rina bagaimana jika nanti siang kita bertemu lagi saat Rina makan
siang diruang makan bersama pasien lain? Baik jika Rina setuju
sampai bertemu nanti siang kira-kira jam12 ya.”

C. Pertemuan Ketiga (SP 3)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Sujektif Data Objektif
Defisit Perawatan Diri Klien mengatakan tidak Klien belm terbiasa
bisa makan secara makan secara teratur
benar dan rapih. masih dengan bantuan
perawat.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan
Klien mampu melakukan makan dengan baik.
4. Rencana Tindakan
Melatih klien makan secara mandiri
5. Strategi pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik

40
“Selamat siang Rina, kita berjumpa lagi. Waw Rina masih tampak
rapih dan cantik.”
2) Evaluas/validasi
“Bagaimana perasaan Rina siang ini? Sesuai janji kita tadi, kita akan
belajar bersama cara makan yang baik ya. Kita latihan langsung
diruang makan ya! Kita akan latihan kurang lebih 20 menit Rina
setuju? Baik kalau begitu ayo kita mulai makanannya sudah datang.”
b. Fase Kerja
“Bagaimana kebiasaan Rina sebelum, saat dan setelah makan? Biasanya
Rina makan dimana?”
“Sebelum makan ada hal penting yang harus menjadi kebiasaan baik
untuk Rina yaitu mencuci tangan memakai sabun. Ayo mari kita
praktekan! Bagus! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum
menyantap makanan baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Silahkan Rina
yang memimpin membaca doa! Bagus.”
Mari kita mulai makan, saat makan kita harus menyuap makanan satu-
satu dengan perlahan. Ayo sayurnya juga dimakan. Setelah makan mari
kita bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betu, dan kita akhiri
dengan cuci tangan mengunakan sabun lagi ya, bagus sekali Rina!”
“Itu perawat Dini sedang membagikan obat, ayo Rina minta sendiri
obatnya.”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaan Rina setelah “Apa saja yang haru kita lakukan
kita makan bersama dan bisa pada saat makan?”
membereskan alat setelah
makan?”

41
2) Rencana Tindak Lanjut
Coba Rina lakukan seperti tadi saat makan, mau kita masukkan dalam
buku jadwal harian? Selanjutnya untuk pertemuan selanjutnya kita
akan belajar bersama untuk latihan BAB/BAK.
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Rina ntuk hari in kita cukupkan y besok kita betemu pukul 10
bagaimana? Kita akan belajar untuk latihan BAB/BAK yang baik.
Kita bertemu lagi besok didepan ruangan Rina ya. Adakah yang mau
ditanyakan sebelum diakhiri? Terima kasih atas waktunya Rina
sampai ketemu besok pagi.”

D. Pertemuan Keempat (SP 4)


1. Kondisi Klien
Diagnosa Data Subjektif Data Objektif
Defisit Perawatan Diri Klien mengatakaningin Klien terlihat lebih
belajar BAB/BAK yang rapi, bersih dari
baik. sebelumnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan
Klien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.
4. Rencana Tindakan
Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi Rina? Bagaimana perasaannya hari ini? Bagaimana
istirahatnya tadi malam?”
2) Evaluasi/validasi
“Bagaimana sudah dijalankan jadwal kegiatannya? Sekarang kita akan
membicarakan cara buang air besar dan kecing yang baik.”

42
“Kira-kira kita akan berdiskusi kurang lebih 20 menit dimana kita mau
duduk? Baik jika mau disini saja.”
b. Fase Kerja
“Sebelumnya apakah Rina sudah tau cara cebok yang benar setelah Rina
buang air besar?Bagini ya saya jelaskan jadi Rina menyiram air dari arah
depan ke belakang, jangan terbalik ya. Cara iini berguna untuk mencegah
masuknya kuman kotoran yang ada dianus kearah genital kita.”
“Setelah Rina selesai cebok, jangan lupa tinja atau air kencing yang ada
di WC atau kakus dibersihkan dengn cara menyiramnya sampai bersih
dan tidak ada yang tersisa. Jika Rina membersihkan tinja atau air kencing
seperti ini, berarti Rina ikut mrncegah menyebarnya kuman yang
berbahaya pada kotoran atau air kencing.”
“Jangan lupa setelah selesai buang air besar dan kencing cuci tangan
yang bersh menggunakan sabun dan merapihkan lagi pakaian sebelm
keluar dari kamar mandi.”
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
Subjektif Objektif
“Bagaimana perasaan Rina “Coba Rina jelaskan ulang
setelah berdiskusi tentang cara tentang cara BAB/BAK yang
BAB/BAK yang baik?” baik. Bagus sekai!”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang kita masukkan BAB/BAK secara mandiri ke buku jadwal
harian Rina. Besok kita bertemu lagi untuk mengevaluasi kegiatan
Rina sehari-hari ya.”
3) Kontrak Waktu Selanjutnya
“Nah untuk hari ini kita cukupkan ya, semoga apa yang sudah kita
diskusi dan latihkan berguna untuk Rina. Jangan lupa dilakukan
kegiatan hariannya ya.”
“Besok kita bertemu lagi untuk mengevaluasi kegiatan Rina ya, kita
cukupkan untuk hari ini Rina sudah kooperatif sekali. Terima kasih

43
atas waktunya, jangan lupa nanti dicoa lagi ya cara-cara yang telah
dijelaskan. Sampai ketemu besok pagi pukul 10 ditempat yang sama
ya.”

44

Anda mungkin juga menyukai