Anda di halaman 1dari 65

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian dan tidak

mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yoseph,

2014).Isolasi social adalah upaya menghindari suatu hubungan komunikasi

dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak

mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan (Balitbang,

2007).

Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa di

dunia ini sudah menjadi masalah yang semakin serius. WHO memperkirakan

ada sekitar 450 juta orang di dunia ini ditemukan mengalami ganguan jiwa.

Berdasarkan data statistik, angka pasien gangguan jiwa memang sangat

menghawartikan (Yosep, 2010).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 di

Indonesia sendiri prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk indonesia 1,7

per 1.000 penduduk. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh,

Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi rumah tangga (RT) yang

pernah memasung anggota rumah tangga (ART) yang mengalami gangguan jiwa

berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan

1
(18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan

terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk

Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional

tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta,

dan Nusa Tenggara Timur. Terjadi penurunan prevalensi gangguan emosional

dari 11,6 persen (2007) menjadi 6,0 persen (2013). Demikian pula halnya

dengan disabilitas terjadi penurunan dari 2007 dibandingkan 2013 untuk 11 item

disabilitas. Angka nasional disabilitas tahun 2013 adalah 11 persen, bervariasi

dari yang terendah di Papua Barat (4,6%) sampai yang tertinggi di Sulawesi

Selatan (23,8%). Sedangkan untuk masalah cedera, terjadi peningkatan dari 7,5

persen (2007) menjadi 8,2 persen (2013), dengan variasi antar provinsi yang

sangat lebar dari yang terendah di Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung

(>4,5%), sampai yang tertinggi di NTT, DI Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan

(>12%).

Berdasarkan hasil perhitungan dan jumlah pasien pada tahun 2010 di

RSJD Dr. Amino gondhi hutomo semarang sebanyak 457 jiwa yang mengalami

isolasi sosial (menarik diri) atau sekitar (11.7%), pasien yang mengalami

gangguan konsep diri: harga diri rendah yaitu sebanyak 82 jiwa (2.1%).

Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan

bahwa manusia adalah mahluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam

kehidupan, mereka hars membina hubungan interpersonal yang positif.Individu

juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara

ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan (Mukhripah, 2012).

2
Faktor perkembangan. Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas

perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi

gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan

mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial. Faktor

sosial budaya Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan

berhubungan. Berdasarkan hasil laporan periode desember 2011 pasien yang

dirawat di ruang srikandi RSJ. Dr. Amino Gondho Hutomo, didapatkan dari 50

pasien yang mengalami gangguan sosial menarik diri. Berdasarkan uraian diatas

maka penulis tertarik untuk mengambil kasus klien dengan isolasi sosial di

Ruang Kuntu RSJ Provinsi Bali.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan isolasi

sosial di ruang kunti RSJ. Provinsi Bali

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengeritian isolasi sosila

2. Mengidentifikasi rentang respon

3. Mengidentifikasi etiologi isolasi sosial

4. Mengidentifikasi tanda dan gejala isolasi sosial

5. Mengidentifikasi mekanisme koping

6. Mengidentifikasi penatalaksanaan isolasi sosial

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DARAS TEORI

2.1.1 Definisi Isolasi Sosial

Isolasi social adalah kedaan dimana seorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan

orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima,

kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan

orang lain (Yoseph, 2014).

Isolasi social adalah upaya menghindari suatu hubungan komunikasi

dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak

mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan

(Balitbang, 2007).

2.1.2 Rentang Respon

Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan

bahwa manusia adalah mahluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam

kehidupan, mereka hars membina hubungan interpersonal yang

positif.Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan

keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu

hubungan (Mukhripah, 2012).

4
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsive
Kebersamaan Ketergantung Narkisisme
Saling ketergantungan

Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang

masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang

umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang..respon ini meliputi:

a. Solitude (menyendiri) Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk

merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu

cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

b. Otonomi Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan

ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.

c. Mutualisme (bekerja sama) Adalah suatu kondisi dalam hubungan

interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi dan menerima.

d. Interdependen (saling ketergantungan) Adalah suatu hubungan saling

tergantung antara individu dengan orang lain dalam rangka membina

hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah

yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum

berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:

5
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari

lingkungannya, merasa takut dan cemas.

b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan

dengan orang lain.

c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal

mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan

hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan

terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung

berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.

d. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek,

hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu

cenderung berorientasi pada diri sendiri.

e. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu

belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.

f. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu

berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus,

sikapnya egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak

mendukungnya

2.1.3 Etiologi

Menurut Mukhripah (2012), penyebab dari isolasi social adalah

a. Faktor predisposisi

1) Faktor perkembangan. Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada

tugas perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak

6
terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi,

akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial

maladaptif.

2) Faktor biologis. Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial

maladaptif

3) Faktor sosial budaya Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam

gangguan berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak

mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai

anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan

penderita penyakit kronis.

4) Faktor komunikasi dalam keluarga Pada komunikasi dalam keluarga dapat

mengantarkan seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga

hanya menginformasikan hal-hal yang negative dan mendorong anak

mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota keluarga

menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan,

ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk

berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.

b. Faktor presipitasi

1) Stressor sosial budaya

Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor

keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari

orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah

sakit.

7
2) Stressor psikologis

Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan

keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah

dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan

ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi.

2.1.4 Tanda dan Gejala

Menurut Mukhripah (2012), tanda dan gejala dari isolasi sosial yaitu

a. Kurang spontan

b. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)

c. Ekspresi wajah kurang berseri

d. Efek tumpul

e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri

f. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada, klien tidak bercakap-cakap

dengan klien lain atau perawat

g. Mengisolasi/ menyendiri

h. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain

i. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar

j. Pemasukan makanan dan minuman terganggu

k. Aktivitas menurun kurang energy

l. Menolak hubungan dengan orang lain.

2.1.5 Mekanisme koping

Menurut Damaiyanti (2012). Mekanisme yang digunakan klien sebagai

usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang

8
mengancam dirinya.Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial

adalah regresi, represi, isolasi.

a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.

b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat

diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.

c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya

kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau

bertentangan antara sikap dan perilaku.

Mekanisme koping yang muncul yaitu:

a. Perilaku curiga : regresi, represi

b. Perilaku dependen: regresi

c. Perilaku manipulatif: regresi, represi

d. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi

2.1.6 Penatalaksanaan

Menurut Dalami (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit

skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa

dilakukan adalah:

a. Electro Convulsive Therapy (ECT) Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus

listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang

ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut

menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan

terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya

perubahan faal dan biokimia dalam otak.

9
b. Psikoterapi Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian

penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:

memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik,

bersifat empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat

mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur

kepada pasien.

c. Terapi Okupasi Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi

seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih

dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri

seseorang.

2.1.7 Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan

Effect

Isolasi Sosial

Core Problem

Harga diri rendah

Causa
Adapun diagnosa yang muncul pada klien dengan isolasi sosial yaitu:

1. Isolasi sosial

2. Harga diri rendah

3. Resiko Perilaku Kekerasan

10
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

3.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 11Agustus 2018 di ruang Kunti RSJ

Provinsi Bali dengan sumber data yaitu klien, perawat ruangan, pemeriksaan fisik

dan observasi.

a. Identitas Klien

Ruang Rawat :Kunti

Initial : Ny. N. W. A

Umur : 38 Tahun

Pekerjaan : Pedagang

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal Masuk : 27-07-2018

No. RM :022387

Status : Janda

Pendidikan : SMA

b. Alasan masuk

1. Keluhan utama saat MRS

Klien mengatakan dibawa ke rumah sakit karena sering mengamuk di rumah

karena penyakit epilepsinya tidak kunjung sembuh.

11
2. Keluhan utama saat pengkajian

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tanpa keluhan, tapi dari

hasil observasi klien tampak bengong dan tidak mau bersosialisasi dengan

pasien lain, dan selalu menjawab 1 pertanyaan dengan 1 jawaban.

3. Riwayat penyakit

Klien dibawa ke RSJ Provinsi Bali oleh ayahnya pada tanggal 27 agustus

2018 karena sering mengamuk di rumah. Sebelum masuk RSJ Provinsi Bali

sbelumnya klien pernah masuk pada tahun 2013 dan sering rawat jalan di

poliklinik jiwa RSJ Provinsi Bali. Pasien mengatakan masuk RSJ dikarenakan

merasa jengkel karena penyakit epilepsinya tidak pernah sembuh. Tetapi

ketika sudah di rumah sakit di ruang perawatan kunti, pasien hanya duduk

menyendiri dan sudah tidak pernah mengamuk lagi.

c. Faktor predisposisi

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?

Ya tidak

Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.

2. Pengobatan sebelumnya?

Berhasil kurang berhasil tidak berhasil

Jelaskan:

3. Penolakan dari lingkungan? Ya tidak

Klien mengatakan sewaktu di rumah pasien tidak mendapatkan penolakan di

lingkungan karena pasien lebih banyak di dalam rumah.

12
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami ganggguan jiwa?

Ya tidak

Riwayat pengobatan: Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang

mengalami penyakit ini sebelumnya.

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

a) Klien mengatakan tidak memiliki pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan

d. Faktor presipitasi

Klien mengatakan tidak ingin bergaul atau bergabung dengan teman- temannya

karena merasa trauma karena dulu sewaktu di rumah sering dituduh mencuri.

e. Pemeriksaan fisik

1) Tanda vital:

a) Tensi :100/80 mmHg

b) Nadi : 83x/menit

c) Respirasi : 18x/menit

d) Suhu : 36°C

2) Ukuran:

a) BB : 45 kg

b) TB : 173 Cm

3) Keluhan fisik

Klien mengatakan tidak mengalami keluhan fisik

4) Pemeriksaan kepala-kaki

13
1. Kepala

Kulit kepala bersih, tidak ada bekas luka, tidak adanya nyeri tekan

2. Mata

Konjungtiva warna merah muda, sklera putih, kelopak mata tidak edema,

refleks pupil +/+

3. Hidung

Tidak terdapat sekret, tidak ada darah, bentuk hidung simetris

4. Telinga

Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada luka, tampak bersih, tidak

ada serumen

5. Mulut

Mukosa bibir lembab, bersih tidak ada stomatitis, tidak ada luka, gigi

berwarna kuning.

6. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka

7. Abdomen

Tidak asites, tidak ada distensi abdomen, bising usus tidak terkaji.

8. Genitalia

Tidak dilakukakn pengkajian.

9. Extremitas

Extremitas atas mengalami tremor

Tidak ada edema, skala kekuatan otot 5 5

5 5

14
f. Psikosial

a) Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal Serumah
: Hubungan Dekat
/ : Bercerai
Jelaskan:

Klien mengatakan ia adalah anak pertama dari ke 3 bersaudara. Pasien pernah

menikah tetapi kemudian bercerai dengan suaminya dan pasien belum memiliki anak.

Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan kedua adiknya. Orang yang paling

disayangi pasien adalah kandungnya

b) Konsep diri

1) Citra diri

Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai.

2) Identitas diri

15
Klien mengatakan bernama Ny. N. W. A, jenis kelamin perempuan, sudah

pernah menikah tetapi bercerai. Hasil data pengkajian klien mengatakan

merasa tidak mempunyai harapan lagi karena klien bercerai dengan

suaminya dan tidak bekerja karena mengalami gangguan jiwa, ia lebih suka

menyendiri dan merasa tidak mempunyai harapan lagi.

3) Peran diri

Klien mengatakan bekerja sebagai pembuat porosan dan juga pedagang,

dirumah klien berperan sebagai anak

4) Ideal diri

Klien mengatakan ingin sekali membuat porosan tetapi belum

mewujudkannya

5) Harga diri

Klien mengatakan merasa tidak mempunyai harapan lagi karena klien

bercerai dengan suaminya dan tidak bekerja karena mengalami gangguan

jiwa, klien lebih suka menyendiri dan merasa tidak mempunyai harapan

lagi.

c) Hubungan sosial

1) Orang yang berarti

Klien mengatakan orang yang paling berarti adalah bapak kandungnya

2) Peran serta kegiatan kelompok atau masyarakat

Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok di masyarakat

3) Hambatan dalam hubungan orang lain

16
Klien tidak mau berhubungan dengan orang lain karena klien takut dulunya

pernah dituduh mencuri.

d) Spiritual

1) Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan beragama hindu, pasien mengatakan dulu sering

beribadah di pura. Tetapi semenjak di rumah sakit pasien tidak pernah lagi

beribadah

2) Kegiatan ibadah

Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan ibadah

g. Status mental

a. Penampilan

Tidak rapi penggunaan pakaian tidak sesuai

cara berpakaian tidak seperti biasanya

Jelaskan:Penampilan seadaanya, klienrapi, dan memakai pakaian sesuai

dengan fungsinya

b. Pembicaraan

Cepat apatis kecil keras lambat

gagap membisu inkoheren

tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan: saat pengkajian klien belum mampu memulai percakapan, tetapi

saat diajak berbicara pasien tampak kooperatif, mampu menjawab 1

pertanyaan dengan 1 jawaban baik, akan tetapi pasien kurang kontak mata,

17
ketika disuruh melakukan kontak mata, baru pasien melakukan kontak mata

walaupun cuma sebentar.

c. Aktivitas motorik

Penurunan:

Hipokinesia sub stupor katatonik katalepsia flesibilitas serea

Peningkatan:

Hiperkinesia gaduh gelisah katatonik tremor kompulisf

TIK Grimase

Jelaskan:

d. Alam perasaan

Sedih khawatir ketakutan

gembira berlebihan putus asa

Jelaskan: Klien merasa takut akibat trauma saat dulu pasien dituduh

mencuri di sebuah warung oleh pemilik warung

e. Afek dan emosi

Adequat inadekuat datar/dangkal

Labil anhedonia kesepian

Ambivalensi apatis marah

Tumpul eforia cemas

Jelaskan: Saat dikaji pasien tampak diam, tidak ada ekspresi meskipun

suasana sedang ramai dan bergembira

f. Interaksi selama wawancara

Bermusuhan tidak koperatif gagap

18
Kontak mata kurang defensive membisu

Jelaskan: Selama interaksi klien tampak kooperatif, mampu menjawab

pertanyaan dengan baik, tetapi kontak matanya kurang. Pasien kadang-

kadang menunduk dan pandangan tidak mengarah ke lawan bicara

g. Persepsi

Pendengaran penglihatan perabaan

Pengecapan penghidu

Jelaskan: Saat dikaji tidak ditemukan gangguan persepsi sensori pada

klien

h. Arus pikir

Koheren inkoheren sirkumstansial

Tangensial asosiasi longgar flight of idea

Blocking perseverasi logorea

Jelaskan: Klien menjawab pertanyaan yang diberikan sesuai dengan apa

yang ditanyakan

i. Isi pikir

Obsesi fobia hipokondria

Depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

Waham

Jelaskan: Klien tidak mengalami gangguan isi pikir

j. Bentuk pikir

Realistik non realistik

Jelaskan: Cara berpikir klien sesuai dengan kenyataan.

19
k. Tingkat kesadaran

Bingung sedasi stupor

Disorientasi:

Waktu tempat orang

Jelaskan:Kesadaran klien composmentis, saat ditanya sekarang siang

atau malam klien menjawab siang sesuai dengan waktunya dan klien

menjawab sekarang berada di RSJP Provinsi Bali.

l. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang

Gangguan daya ingat jangka pendek

Gangguan daya ingat saat ini

Konfabulasi

Jelaskan: Sebelum memulai pengkajian perawat memperkenalkan diri,

namun beberapa saat kemudian saat ditanya kembali pasien tidak dapat

mengingat nama perawat maupun dengan sesama pasien.

m. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Mudah beralih tidak mampu berkonsetrasi

Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan: klien mampu berhitung sederhana seperti menghitung 1- 20,

klien juga mampu menjawab dengan baik bahkan saat hitungan diacak

n. Kemampuan penilaian

Gangguan ringan gangguan bermakna

20
Jelaskan: Saat ditanya pasien mampu memberikan penilaian manakah

yang harus didahulukan, makan atau mencuci tangan dan pasien

menjawab mencuci tangan.

o. Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang diderita

menyalahkan hal-hal di luar dirinya

jelaskan: Klien mengatakan tidak mengingkari kalau dirinya sakit dan

pasien bias menerima keadaanya sekarang

h. Kebutuhan persiapan pulang

a. makan dan minum

bantuan minimal bantuan total mandiri

Klien mampu makan minum sendiri. Klien mengambil makan, duduk di

kursi dan makan menggunakan tangan.

b. BAB dan BAK

Bantuan minimal bantuan total mandiri

Klien dapat BAB dan BAK secara mandiri dan tahu dimana tempat harus

BAB dan BAK

c. Mandi

Bantuan minimal bantuan total mandiri

Klien mandi sesuai urutan yang benar, sebelum mandi klien melepaskan

pakaiannya, mengguyur tubuh dengan air kemudian memakai sabun

kemudian menyiram air ke tubuh, memakai handuk, memakai pakaian.

Dan klien jika ingin mandi selalu harus dengan motivasi dari perawat.

21
d. Istirahat tidur:

Klien mengatakan tidurnya bagus dan tidak mengalami gangguan tidur

Penggunaan obat:

bantuan minimal bantuan total mandiri

e. Pemeliharaan kesehatan:

Klien mengatakan bisa minum obat sendiri, minum obat secara teratur dan

perawat yang menyediakan dan membagi obatnya.

f. Aktifitas di rumah:

Klien mengatakan di rumah membuat canang dan porosan.

g. Aktifitas di luar rumah:

Klien mengatakan akan mencari kerja bila sudah sembuh.

i. Mekanisme koping

Adaptif maladaptive

Bicara dengan orang lain minum alcohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebihan

Teknik relokasi bekerja berlebihan

Aktifitas konstruktif menghindar

Olahraga menciderai diri

Lainnya lainnya

Jelaskan: Saat dikaji pasien tampak kooperatif melakukan pembicaraan

dengan perawat sampai pembicaraan selesai

j. Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah dengan dukungan kelompok

22
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan dukungan kelompok.

Masalah berhubungan dengan lingkungan

Klien mengatakan lebih suka menyendiri daripada berhubungan dengan

lingkungan sekitar.

Masalah dengan pendidikan

Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pendidikan dan

mengatakan dirinya tamat SMA

Masalah dengan perumahan

Klien mengatakan tidak ada masalah dengan rumah

Masalah dengan ekonomi

Klien mengatakan tiak ada masalah dengan ekonomi

Masalah dengan pelayanan kesehatan

Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan

Masalah lainnya : Tidak ada masalah

k. Pengetahuan

Penyakit jiwa sistem pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping obat-obatan

Lainnya: klien mengatakan sudah mengetahui tentang sakitnya.

l. Aspek medis

Diagnosa medis:Skizofrenia Hebefrenik

Terapi:

1) Bamgetol 200 mg (2x1)

23
2) Haloperidol 1,5 mg (2x1)

No Nama Obat Dosis Indikasi Kontraindikasi

1. Bamgetol 200 mg ( 2x1 ) Epilepsi, serangan umum Hipersensitif, blok AV,


primer, epilepsi riwayat intermiten porfiria
campuran, neuralgian akut
campuran, neuralgia
glossofaringial
2. Haloperidol 1,5 mg ( 2x1 ) Skizofrenia akut dan Depresi endrogen tanpa

kronis, status ansietas, agitasi, gangguan saraf

gelisah & psikis labil dengan gangguan

disertai dengan mudah piramidal atau

marah, delusi dan ekstrapiramidal, kondisi

halusinasi. koma, depresi SSP

berat.

24
3) Analisa data

No. Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan

1 Klien mengatakan lebih suka duduk 1. Klien tampak lebih Isolasi Sosial
sendiri karena takut dituduh mencuri dan banyak duduk sendirian
klien mengatakan memiliki teman sulit 2. Klien jarang
untuk memulai pembicaraan. berkomunikasi dengan
orang disekitarnya
3. Kurangnya kontak mata
saat berbicara
4. Klien sulit memulai
pembicaraan dan selalu
menjawab 1
pertanyaan dengan 1
jawaban
5. Klien lebih banyak
menunduk

2 Klien mengatakan sering mengamuk Risiko Perilaku


1. Klien diajak kerumah
sewaktu dirumah karena penyakit
Kekerasan
sakit karena
epilepsinya tidak kunjung sembuh.
mengamuk

2. Raut muka datar

Klien mengatakan tidak mau berinteraksi 1. Klien tampak duduk


3 Harga Diri Rendah
dengan orang lainkarena pernah dituduh sendirian
mencuri. 2. Tidak mau bergabung
bersama teman-
temannya.
3. Raut Muka datar
4. Afek tumpul

25
4) Rumusan Masalah

effect Resiko Perilaku Kekerasan

care problem Isolasi Sosial

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri


Rendah
Causa

3.2 Diagnosa keperawatan

a.Risiko perilaku kekerasan


b.Isolasi sosial
c. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Prioritas Diagnosa

a. Isolasi Sosial
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
c. Resiko perilaku kekerasan

26
3.3 Rencana tindakan keperawatan(Menurut Direja, 2011)

Hari/Tgl Diagno Perencanaan


sa
kepera Tujuan Kriteria evaluasi
watan
Intervensi Rasional
Isolasi TUM: klien Setelah 2 x
sosial dapat pertemuan klien
berinteraksi dapat menerima
dengan kehadiran perawat
orang lain
TUK 1: klien 1. Klien dapat 1.1 Bina hubungan Hubungan saling
dapat mengungkapkan saling percaya percaya
membina perasaan dan dengan merupakan
hubungan keberadaannya menggunakan langkah awal
saling secara verbal prinsip untuk
percaya  Klien mau komunikasi menentukan
(BHSP) menjawab terapeutik keberhasilan
salam a. Sapa klien rencana
 Klien mau dengan ramah, selanjutnya
berjabat baik verbal
tangan maupun
 Mau norverbal
menjawab b. Perkenalkan diri
pertanyaan dengan sopan
 Ada kontak c. Tanyakan nama
mata lengkap dan
 Klien mau nama panggilan
duduk yang disukai
berdampinga pasien
n dengan d. Jelaskan tujuan

27
perawat pertemuan
e. Jujur dan tepati
janji
f. Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
g. Beri perhatian
pada klien dan
perhatikan
kebutuhan klien
TUK 2 Klien dapat 1.1 berikan Dengan
Klien dapat menyebutkan kesempatan mengungkapkan
menyebutka penyebab isolasi kepada klien perasaan, bisa
n penyebab sosial yang berasal untuk mengetahui
isolasi dari: mengungkapkan penyebab isolasi
sosial  Diri sendiri perasaan sosial
 Orang lain penyebab isolasi
 Lingkungan sosial atau tidak
mau bergaul
1.2 diskusikan
bersama klien
tentang perilaku
menarik diri,
tanda dan gejala
1.3 berikan pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya

28
TUK 3 klien Klien dapat 1.1 kaji pengetahuan Reinforcement
dapat menyebutkan klien tentang dapat
menyebutka keuntungan keuntungan dan meningkatkan
n berhubungan manfaat bergaul harga diri
keuntungan dengan orang lain, dengan orang lain
berhubunga misalnya banyak 1.2 beri kesempatan
n dengan teman, tidak sendiri kepada klien
orang lain dan bisa diskusi untuk
dan mengungkapkan
kerugian perasaannya
tidak tentang
berhubunga keuntungan
n dengan berhubungan
orang lain dengan orang lain
1.3 diskusikan
bersama klien
tentang manfaat
berhubungan
dengan orang lain
1.4 kaji pengetahuan
klien tentang
kerugian bila tidak
berhubungan
dengan orang lain
1.5 beri kesempatan
klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan
dengan orang lain

29
1.6 diskusikan
bersama klien
tentang kerugian
tidak
berhubungan
dengan orang lain
1.7 beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang lain
TUK 4 klien Klien dapat 4.1 kaji kemampuan Mengetahui
dapat menyebutkan klien membina sejauh mana
melaksanak kerugian tidak hubungan denga pengetahuan
an berhubungan orang lain klien tentang
hubungan dengan orang lain 1.2 dorong dan bantu berhubungan
sosial misalnya sendiri, klien untuk dengan orang
secara tidak punya teman berhubungan lain.
bertahap dan sepi dengan orang lain
melalui:
1.3 klien-perawat
1.4 klien-perawat-
perawat lain
1.5 klien-perawat-
perawat lain-klien
lain
1.6 klien-kelompok
kecil

30
1.7 klien-
keluarga/kelompo
k/ masyarakat
1.8 bantu klien
mengevaluasi
manfaat
berhubungan
dengan orang lain
1.9 diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan
bersama klien
dalam mengisi
waktu
1.10 motivasi klien
untuk mengikuti
kegiatan terapi
aktivitas
kelompok
sosialisasi
1.11 beri
reinforcement
atas kegiatan
klien dalam
kegiatan ruangan
TUK 5 klien Klien dapat 5.1 dorong klien Agar klien lebih
dapat mendemonstrasikan untuk percaya diri untuk
mengungka hubungan dengan mengungkapkan berhubungan
pkan orang lain perasaannya bila dengan orang
perasaanny  klien-perawat berhubungan lain.
a setelah  klien-perawat- dengan orang lain Mengetahui

31
berhubunga perawat lain 5.2 diskusikan sejauh mana
n dengan  klien-perawat- dengan klien pengetahuan
orang lain perawat lain-klien manfaat klien tentang
lain berhubungan kerugian bila
 klien-kelompok dengan orang lain tidak
kecil 5.3 beri reinforcement berhubungan
 klien- positif atas dengan orang
keluarga/kelompo kemampuan klien lain
k/ masyarakat mengungkapkan
perasaan manfaat
berhubungan
dengan orang lain
TUK 6 klien Klien dapat 6.1 BHSP dengan Agar klien lebih
dapat mengungkapkan keluarga percaya diri dan
memperday perasaan setelah  Salam, tahu akibat tidak
akan sistem berhubungan perkenalkan diri berhubungan
pendukung dengan lain untuk:  Sampaikan dengan orang
atau  diri sendiri tujuan lain
keluarga Orang lain  Membuat
mampu Keluarga dapat: kontrak
mengemban  Menjelaskan  Explorasi
gkan perasaannya perasaan
kemampuan Menjelaskan cara keluarga Mengetahui
klien untuk merawat klien 6.2 Diskusikan sejauh mana
berhubunga menarik diri dengan anggota pengetahuan
n dengan Mendemonstrasik keluarga tentang: klien tentang
orang lain an cara  Perilaku membina
perawatan klien menarik diri hubungan
menarik diri  Penyebab dengan orang
Berpartisipasi perilaku lain
dalam perawatan menarik diri

32
klien menarik diri  Cara keluarga
menghadapi
klien yang
sedang
menarik diri
6.3 Dorong anggota
keluarga untuk
memberikan
dukungan kepada
klien
berkomunikasi
dengan orang lain
6.4 Anjurkan anggota
keluarga untuk
secara rutin dan
bergantian
mengunjungi klien
minimal 1 x
seminggu
6.5 Beri reinforcement
atas hal-hal yang
telah dicapai oleh
keluarga

33
PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN KLIEN N.W.A DENGAN

ISOLASI SOSIAL DIRUANGAN KUNTI RSJ PROVINSI BALI TANGGAL11


AGUSTUS 2018

Tindakan Keperawatan Evaluasi


Tanggal/Hari : Sabtu, 11 Agustus 2018 S : - Klien mengatakan namanya Ni Wayan
Data
Arianti
DS : - klien mengatakan lebih suka
menyendiri dan tidak bergabung dengan O : klien dapat membalas sapaan dengan
teman- temannya karena trauma dulu
baik,ekspresi wajah
sewaktu masih di rumah pernah dituduh
mencuri Datar, kontak mata kurang,mau berjabat
DO : - klien tampak kooperatif, kontak mata
tangan,
kurang, afek datar, klien tampak
menyendiri, jarang berinteraksidengan Mau menyebutkan nama,klien mau duduk
orang lain
berdampingan dengan perawat,
Diagnosa : Isolasi sosial
Tindakan : klien tampak kooperatif
1. Membina hubungan saling percaya dengan
A : BHSP tercapai
menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik P : pertahankan BHSP dan lanjutkan SP I
- Menjabat tangan klien
- Menyapa klien dengan ramah baik
verbal maupun non verbal
- Memperkenalkan diri dengan sopan
- Menanyakan nama lengkap klien dan
nama panggilan kesukaan klien
- Menjelaskan maksud dan tujuan
interaksi
- Memberikan perhatian kepada klien,
perhatikan kebutuhan dasar klien

RENCANA TINDAK LANJUT SP 1


1. Membantu klien mengenal penyebab
isolasi sosial
2. Membantu pasien mengenal manfaat
dan kerugian bergaul / berinteraksi
dengan orang lain
3. Mengajarkan pasien cara berkenalan
dengan orang lain

34
Tindakan Keperawatan Evaluasi

Tanggal/Hari : Senin, 13 Agustus 2018 S : pasien mengatakan tidak ingin


berkumpul dengan teman-
Data :
temanya karena takut dituduh
DS : Klien mengatakan tidak memiliki teman mencuri, dan pasien mengatakan
di ruangan karena klien takut dituduh sudah mengetahui keuntungan dan
mencuri kerugian bergaul dengan orang lain

DO : Klien tampak menyendiri, pasien tidak O : pasien tampak kooperatif


mampu memulai pembicaraan, kontak menjawab pertanyaan, kontak
mata kurang saat diajak komunikasi, mata kurang, klien belum mampu
lebih suka menunduk memulai pembicaraan

Diagnosa : Isolasi Sosial A : SP1 tercapai

Tindakan : P : pertahankan SP1 dan melanjutkan


SP2
1. Membantu mengenal penyebab
isolasi sosial
2. Membantu pasien mengenal manfaat
dan kerugian berhubungan /
berinteraksi dengan orang lain
3. Mengajarkan pasien cara berkenalan
dengan orang lain
Rencana tindak lanjut : pertahankan sp1 dan
lanjutkan sp2
1. Memberikan kesempatan klien
untuk mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang
2. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal harian

35
Tindakan Keperawatan Evaluasi

Tanggal/Hari : Selasa, 14 Agustus 2018 S : - klien mengatakan mau


memasukkan cara berkenalan
Data : kedalam jadwal kegiatan
hariannya
DS : Klien mengatakan tidak memiliki teman
di ruangan karena klien takut dituduh - Klien mengatakan senang setelah
mencuri diajak berkenalan
DO : - klien masih suka duduk menyendiri, O : - klien mampu bersalaman dan
tetapi kadang- kadang duduk dengan berkenalan dengan satu orang,
satu temannya tetapi tidak berbicara tampak kooperatif, kontak mata
kurang tetapi ketika disuruh
- Klien tampak menunduk dan kurang
memandang kearah lawan bicara
kontak mata
klien mengikuti walaupun Cuma
Diagnosa : Isolasi Sosial sebentar

Tindakan : SP 2 A : SP 2 tercapai

1. Memberikan kesempatan klien untuk P : pertahankan SP2 dan melanjutkan


mempraktekkan cara berkenalan SP3
dengan satu orang
2. Memasukan dalam jadwal kegiatan
harian
RENCANA TINDAK LANJUT :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2. Memberi kesempatan kepada klien
untuk berkenalan dengan dua orang
atau lebih
3. Menganjurkan klien memasukan
kedalam jadwal kegiatan hariannya.

36
Tindakan Keperawatan Evaluasi

Tanggal/Hari : Rabu, 15 Agustus 2018 S : - Klien mengatakan mau


Data : mempraktekkan cara berkenalan
dengan 2 orang atau lebih
DS : klien mengatakan mau mempraktekan
cara berkenalan dengan temannya
- Klien
DO : - klien duduk di kursi luar kamar, mau
duduk berdampingan dengan O : - klien belum mampu melakukan
perawat, bicara pelan dan suara kecil, kegiatan hariannya, klien mau
kontak mata kurang, sesekali berkenalan dengan dua orang atau
tersenyum, sulit memulai lebih, sedikit tersenyum ketika
pembicaraan berkenalan, kontak mata masih
kurang, tampak kooperatif
Diagnosa : Isolasi Sosial
A : SP3 tercapai
Tindakan : SP3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian P : Pertahankan SP1 ,SP2, SP3.
klien
2. Memberikan kesempatan kepada
klien berkenalan dengan dua orang
atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

RENCANA TINDAK LANJUT : pertahankan


sp1,sp2,sp3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2. Mengajarkan klien untuk
mempraktekkan cara berkenalan
dengan siapa saja yang ditemui klien

37
BAB 4

PEMBAHASAN

Selama memberikan asuhan keperawatan kami menemukan beberapa

kesenjangan antara konsep teoritis dan kasus yang ditemukan. Dalam bab ini

kami akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan yang sudah

diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi

keperawatan.

4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu proses tahap awal dan sebagai dasar utama dari

proses keperawatan yang terdiri dari pengumpulan data dan perumusan

kebutuhan atau masalah klien. Data subjektif merupakan data yang

didapatkan secara nyata melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh

perawat, sedangkan data objektif merupakan data yang disampaikan secara

lisan oleh klien maupun keluarga melalui proses wawancara (Damaiyanti,

2014). Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 agustus 2018 jam 10.00 WITA di

ruang kunti RSJ Provinsi Bali dengan diagnosa isolasi sosial. Sumber data

diperoleh dari wawancara dengan klien. Pengkajian ditemukan sebuah kasus

isolasi sosial pada Ny. N.W.A dengan umur 38 tahun. Pengumpulan data

tersebut diperoleh dari klien dan perawat yang menangani. Alasan klien

masuk RSJ Bangli yaitu Klien mengatakan dibawa ke rumah sakit karena

sering mengamuk di rumah karena penyakit epilepsinya tidak kunjung

sembuh, dan ketika sudah di ruang kunti, klien hanya duduk menyendiri dan

38
sudah tidak pernah mengamuk lagi hal ini yang menyebabkan Ny. N.W.A

dengan umur 38 tahun mengalami gangguan psikologis.

Faktor presipitasi yang diperoleh pada Ny. N.W.A mengatakan tidak ingin

bergaul atau bergabung dengan teman- temannya karena merasa trauma

karena dulu sewaktu di rumah sering dituduh mencuri.Hal ini sesuai dengan

teori penyebab isolasi sosial. Menurut Farida (2012) Isolasi sosial adalah

suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain

menyatakan sikap yang negatif dan mengancam. Damaiyanti (2008) Isolasi

sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan atau

bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.

Hasil pengkajian didapatkan data Ny. N.W.A mengalami isolasi sosial.

Hasil data pengkajian klien mengatakan merasa tidak mempunyai harapan

lagi karena klien bercerai dengan suaminya dan tidak bekerja karena

mengalami gangguan jiwa, ia lebih suka menyendiri dan merasa tidak

mempunyai harapan lagi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa masalah

gangguan konsep diri yang dapat menimbulkan kekacauan dan

mengakibatkan respon koping yang maladaptif. Respon tersebut dapat dilihat

dari berbagai individu yang mengalami integritas diri. (Dermawan dan Rusdi,

2013). Respon maladaptif merupakan respon individu dalam menyelesaikan

masalah yang menyimpang dari norma sosial budaya dan lingkungan

(Damaiyanti, 2014).

39
4.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola

respon pasien baik aktual maupun potensial (Hermawan, 2011). Adapaun

diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan isolasi sosial yaitu:

Resiko Perilaku Kekerasan, isolasi sosial, dan harga diri redah.

Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 10 agustus 2018 didapatkan

data subjectif dan data objectif untuk menegakkan diagnosa. Analisa data

yang pertama didapatkan data subjectif klien mengatakan masuk RS karena

dirumah klien dituduh mencuri dan klien sering mengurung diri dikamar. Data

objectife didapatkan pada klien sering duduk menyendiri, klien tampak

bingung, dan tidak bisa memulai pembicaraan. Data tersebut penulis dapat

menegakkan diagnosa Isolasi Sosial.

Analisa data yang kedua didapatkan data subjektive Klien mengatakan

lebih suka menyendiri dan tidak bergabung dengan teman- temannya karena

trauma dulu sewaktu masih di rumah pernah dituduh mencuri, data objectife

yang ditemukan Klien tampak kooperatif, kontak mata kurang, afek datar, klien

tampak menyendiri, jarang berinteraksi dengan orang lain. Saat ini peran klien

diruangan yaitu sudah mulai mengikuti TAK dan Rehabilitasi dan mengikuti

kegiatan kelompok lain.Data tersebutpenulis dapat menegakkan diagnosa

Isolasi sosial

Tetapi penulis hanya mengangkat diagnosa Isolasi Sosial data fokus pada

pasien cenderung pada diagnosa tersebut. Berdasarkan pengkajian pada Ny.

A secara garis besar ditemukan data subjectife dan data objective yang

40
menunjukkan karakteristik diagnosa isolasi sosial pada Ny. N.W.A

mengatakan Klien mengatakan lebih suka menyendiri dan tidak bergabung

dengan teman- temannya karena trauma dulu sewaktu masih di rumah pernah

dituduh mencuri, Klien tampak kooperatif, kontak mata kurang, afek datar,

klien tampak menyendiri, jarang berinteraksi dengan orang lain.

4.3 Intervensi

Penulis menetapkan rencana tindakan keperawatan untuk mengurangi

dan mengatasi masalah yang dihadapi klien dari diagnosa yang telah

ditegakkan. Penulis menggunakan Strategi Pelaksanaan (SP) dengan rincian

tindakan keperawatan pada SP bersamaan dengan kegiatan dilakukan

dengan komunikasi terapeutik. Tujuan tindakan keperawatan untuk klien

isolasi sosial meliputi membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial,

membantu pasien mengenal manfaat dan kerugian berhubungan/ berinteraksi

dengan orang lain, mengajarkan pasien berkenalan dengan orang lain (Keliat,

2011).

Strategi pelaksanaan yang digunakan meliputi SP1: membantu klien

mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal manfaat dan

kerugian berhubungan/ berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan pasien

berkenalan dengan orang lain. Menganjurkan pada klien untuk memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian. SP2: mengevaluasi jadwal kegiatan harian

klien, memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan cara berkenalan

dengan satu orang, menganjurkan pada klien untuk memasukkan dalam

41
jadwal kegiatan hariannya. SP3: mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien,

memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau

lebih, menganjurkan kepada klien untuk memasukkannya dalam jadwal

kegiatan harian.

Dalam perencanaan tindakan ini dilakukan menurut teori, tetapi

dilaksanakan dengan melihat situasi dan kondisi klien. Rencana tindakan yang

ada pada teori dilakukan dengan komunikasi terapeutik agar klien dapat

terhindar/sembuh dari gangguan konsep diri: Isolasi Sosial Komunikasi

terapeutik dapat mendorong proses penyembuhan klien dengan tujuan

komunikasi interpersonal dapat memberikan titik tolak pengertian antara

perawat dengan klien.

4.4 Implementasi

Penulis melakukan tindakan komunikasi terapeutik saat memberikan

strategi pelaksanaan dari SP 1 sampai SP 3 yang diharapkan pasien dapat

melakukan dengan baik. Strategi pelaksanaan dengan melakukan komunikasi

terpeutik terdiri dari tiga fase yang meliputi fase orientasi, fase kerja dan fase

terminasi.

Pada kasus ini penulis melaksanakan tindakan keperawatan sesuai

dengan rencana yang telah dibuat. Tindakan keperawatan pertama yang

dilakukan penulis adalah dengan melakukan SP1 yang dilaksanakan pada

tanggal 11 agustus 2018 yaitu fase orientasi dilakukan dengan membina

hubungan saling percaya dengan tujuan tercapainya rencana tindakan

berikutnya. Tindakan yang dilakukan saat membina hubungan saling percaya

42
dengan klien yaitu mengawali pertemuan dengan salam terapeutik,

berkenalan dengan klien, menunjukkan sikap empati kepada klien, membuat

kontrak asuhan dengan menjelaskan kepada klien tujuan kita merawat,

aktivitas apa akan dilakukan, kapan dan berapa lama aktivitas akan

dilaksanakan.

Fase kerja meliputi mengajak klien untuk berkenalan dengan

menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai, apakah klien

sudah menikah ataukah belum? Apa pekerjaan klien dan dirumah klien tinggal

dengan siapa? Dan mengapa klien sampai diantara ke RS? Perasaan klien

bagaimana?

Fase terminasi meliputi evaluasi respon klien terhadap tindakan

keperawatan, rencana tindak lanjut dengan memasukkan kegiatan latihan

menghardik dalam kegiatan harian klien serta kontrak yang akan datang.

Tindakan tersebut sesuai dengan teori yang dituliskan oleh Fitria (2009)

bahwa tindakan tepat yang harus dilakukan perawat dalam melakukan

implementasi keperawatan yaitu bina hubungan saling percaya antara klien

dan perawat, membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu

pasien mengenal manfaat dan kerugian berhubungan/berinteraksi dengan

orang lain, mengajarkan pasien berkenalan dengan satu orang, dan

menganjurkan untuk memasukkannya dalam jadwal kegiatan harian klien.

Tindakan tersebut penulis mendapatkan data bahwa klien mengatakan klien

saat dirumah klien sering mengamuk karena penyakit epilepsinya yang tidak

kunjung sembuh. Tetapi ketika sudah dirumah sakit di ruang kunti, klien hanya

43
duduk menyendiri dan sudah tidak pernah mengamuk lagi. Data ini

menunjukkan salah satu perubahan dari isolasi sosial. Data menunjukkan

bahwa klien mengatakan mau untuk sembuh dari sakitnya. Data tersebut

daoat disimpulkan bahwa SP1 dapat dilakukan dengan baik. Tindakan

keperawatan selanjutnya yang dilakukan penulis adalah melakukan SP2 yang

dilakukan pada tanggal 14 agustus 2018. Pada fase orientasi meliputi

memberikan salam terapeutik kepada klien. Mengevaluasi kegiatan harian

klien, memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan cara berkenalan

dengan satu orang (Fitria, 2012). Fase terminasi meliputi evaluasi respon

terhadap tindakan keperawatan, rencana tindak lanjut dengan memasukkan

kedalam jadwal harian, kontrak yang akan datang. Tindakan tersebut sesuai

dengan teori yang dituliskan Afnuhazi (2015) bahwa tindakan yang tepat

dilakukan perawat dalam melakukan implementasi yaitu mengevaluasi jadwal

kegiatan harian klien, memberikan kesempatan kepada klien mempraktikan

cara berkenalan dengan satu orang, dan memasukkan kedalam jadwal

kegiatan harian. Didapatkan data subjectif klien mengatakan direhab klien

berkenalan dengan temannya dari ruangan lain, minum obat dengan teratur.

Dan klien mengatakan dapat mempraktikkan bercakap-cakap dengan teman

atau perawat. Data objectif kontak mata baik, klien tampak senang, klien dapat

bercakap-cakap dengan orang lain yang ditanyakan nama, hobi, dan

pengalaman. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa SP 2 dapat

dilaksanakan dengan baik. Tindakan keperawatan selanjutnya yang dilakukan

penulis adalah melakukan SP3 yang dilaksanakan pada tanggal 15 agustus

44
2018. Pada fase orientasi meliputi memberikan salam terapeutik, memvalidasi

perasaan klien, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, memberikan

kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih, dan

menganjurkan untuk memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Fase kerja

meliputi melatih mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas terjadwal

yang bertujuan untuk membantu klien dalam melakukan aktivitas terjadwal

sehingga isolasi sosial klien dapat teratasi (Direja, 2011). Tindakan tersebut

sesuai dengan teori yang dituliskan Afnuhazi (2015) bahwa tindakan yang

tepat dilakukan perawat dalam melakukan implementasi keperawatan yaitu

mengevaluasi kegiatan sebelumnya, menganjurkan klien untuk berkenalan

dengan temannya dengan dua orang atau lebih, dan memasukkan ke dalam

jadwal kegiatan harian. Didapatkan data subjectif klien mengatakan klien hari

ini ikut rehab bersama pasien yang lainnya untuk membuat canang, dan klien

berkenalan dengan banyak orang di ruang rehab, dan telah melakukan

aktivitas yang terjadwal sesuai dengan jadwal yang telah dilakukan

sebelumnya. Data objective klien tampak mulai bisa berbicara walaupun buka

klien yang memulai pembicaraan, kontak mata baik, klien tampak melakukan

aktivitas terjadwal. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa SP3 dapat

dilaksanakan dengan baik.

Penulis lebih menerapkan komunikasi terapeutik dalam setiap strategi

pelaksanaan karena penulis karena penulis menganggap komunikasi dapat

membantu untuk membina hubungan saling percaya antara klien dan perawat

untuk mencegah terjadinya isolasi sosial yang semakin parah dan mengurangi

45
tingkat kekambuhan karena dengan komunikasi terapetik yang baik klien

dapat menceritakan hal-hal yang menganggunya dan membina hubungan baik

dengan klien, perawat dan dengan sesama pasien, keluarga maupun

lingkungannya. Komunikasi dapat menjadi penentu yang berpengaruh dalam

keterlibatan dan manfaat untuk pelayanan kejiwaan. Perawat menekan

pengalaman bersosialisasi dengan orang lain dengan memberikan indikasi

yang jelas bahwa cara profesional berkomunikasi dan berinteraksi dengan

orang lain sama pentingnya dengan mendorong pemahaman keyakinan klien

tentang penyakit yang diderita dalam pendekatan pemulihan yang berorientasi

(Bhui, 2015).

4.5 Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua,

yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai

melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan

membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus dan umum yang telah

ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

S.O.A.P diantaranya sebagai berikut : S :respon subjektif klien terhadap

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, O : respon subjektif klien

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, A : analisis ulang

atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih

tetap dan muncul masalah baru atau ada data yang berkontradiksi dengan

46
masalah yang ada, P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil

analisis pada repon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien (Muhith, 2015).

Evaluasi dilakukan setiap hari oleh penulis. Evaluasi pada hari pertama

tanggal 13 agustus 2018 SP1: S: pasien mengatakan tidak ingin berkumpul

dengan teman- temanya karena takut dituduh mencuri, dan pasien

mengatakan sudah mengetahui keuntungan dan kerugian bergaul dengan

orang lain. O: pasien tampak kooperatif menjawab pertanyaan, kontak mata

kurang, klien belum mampu memulai pembicaraan. A: SP1 teratasi. P:

pertahankan SP1 dan melanjutkan SP2.

Evaluasi hari kedua SP2: memberikan kesempatan kepada klien

mempraktikkan cara berkenalan dengan satu orang. S: klien mengatakan mau

memasukkan cara berkenalan kedalam jadwal kegiatan hariannya Klien

mengatakan senang setelah diajak berkenalan. O: klien mampu bersalaman

dan berkenal dengan satu orang, tampak kooperatif, kontak mata kurang

tetapi ketika disuruh memandang kearah lawan bicara klien mengikuti

walaupun Cuma sebentar. A: SP 2 teratasi. P: pertahankan SP2 dan

melanjutkan SP3.

Evaluasi hari ketiga SP3: memberikan kesempatan kepada klien

berkenalan dengan dua orang atau lebih. S: Klien mengatakan mau

mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain klien. O: klien belum

mampu melakukan kegiatan hariannya, klien mau berkenalan dengan dua

orang atau lebih, sedikit tersenyum ketika berkenalan, kontak mata masih

kurang, tampak kooperatif. A: SP3 teratasi. P: Pertahankan SP1 ,SP2, SP3.

47
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 agustus 2018 di ruang Kunti RSJ

Bali dengan Isolasi sosial. Sumber data diperoleh dari klien dengan

wawancara dengan klien. Pengkajian ini ditemukan sebuah kasus isolasi

sosial pada Ny. N.W.A dengan umur 38 tahun. Pengumpulan data tersebut

diperoleh dari klien dan perawat yang menanganinya. Alasan masuk RSJ Bali

yaitu klien mengatakan Klien dibawa ke RSJ Provinsi Bali oleh ayahnya pada

tanggal 27- 08-2018 karena sering mengamuk di rumah. Pasien mengatakan

dikarenakan merasa jengkel karena penyakit epilepsinya tidak pernah

sembuh. Tetapi ketika sudah di rumah sakit di ruang perawatan kunti, pasien

hanya duduk menyendiri dan sudah tidak pernah mengamuk lagi.

Diagnosa isolasi sosial dan data fokus pada klien lebih cenderung pada

diagnosa isolasi sosial. Berdasarkan pengkajian pada Ny. N.W.A secara garis

besar ditemukan data subjectif dan data objectife yang menunjukkan

karakteristik diagnosa isolasi sosial pada Ny. N.W.A yang ditandai dnegan

data subjektif yaitu Klien mengatakan lebih suka menyendiri dan tidak

bergabung dengan teman- temannya karena trauma dulu sewaktu masih di

rumah pernah dituduh mencuri. Data ObjectiveKlien tampak kooperatif, kontak

mata kurang, afek datar, klien tampak menyendiri, jarang berinteraksi dengan

orang lain.

48
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan S.O.A.P

diantaranya sebagai berikut: S: respon subjektif klien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan, O: respon subjektif klien terhadap

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, A: analisis ulang atas data

subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap dan

muncul masalah baru atau ada data yang berkontradiksi dengan masalah

yang ada, P: perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada

repon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien.

5.2 Saran

1. Diharapkan dapat menjadi masukan pada pelayanan keperawatan tentang

pentingnya pelayanan keperawatan baik kepada klien, keluarga dan lingkungan

dimana kita berada baik itu pada klien dengan isolasi sosial maupun masalah

keperawatan jiwa lainnya.

2. Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam rangka menambah

wawasan pengetahuan dan sebagai wadah latihan dan pengembangan

keilmuan yang diperoleh serta mengaplikasikannya dalam mengidentifikasi

klien dengan isolasi sosial.

3. Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga akan pentingnya cara

perawatan pada klien dengan isolasi sosial

49
LAMPIRAN

ANALISA PROSES INTERAKSI (API)

Nama : Ny. N. W. A

Umur : 38 tahun

Kondisi Lingkungan : Ruangan Kunti

Tujuan Interaksi : Perawat mampu membina hubungan saling percaya dengan klien

Deskripsi Klien : Isolasi Sosial

NO. Komunikasi Komunikasi Analisa Analisa Rasional


Verbal non verbal berpusat berpusat
pada pada klien
perawat

1 P : Selamat P : klien Ingin Klien mau Salam maupun


siang bu, tampak membuka berbincang- kalimat pembuka
perkenalkan tersenyum percakapan bincang untuk memulai
nama saya saat disapa dengan klien dengan sesuatu
Andreas perawat percakapan
K : tersenyum
Wae, ibu sehingga terjadi
dan
bisa panggil rasa saling
menjulurkan
saya Andre. percaya.
tangan
Nama ibu
kepada
siapa?
perawat
Perawat harus
K : iya,nama Perawat
P :memandang empati dan
saya Ni memberi Klien mulai
klien dan memberi sedikit
Wayan perhatian terbuka
tersenyum pandangan dan
Arianti, kepada klien dengan

50
nama kepada klien dengan perawat tersenyum
panggilan memandang
K : pasien
saya Arianti klien
tampak
P : bu kalau menunduk
2 boleh tau
apa keluhan
ibu hari ini ?

K : saya baik
saja dan
tidak ada
keluhan

3 P : bagaimana P: Perawat Klien mau Agar klien


kalau memandang memberi mengikuti merasa dihargai
sekarang dan kesempatan ajakan
kita tersenyum kepada klien perawat
berbincang- kepada klien untuk
bincang ? persetujuan
K : tersenyum
K : iya,saya dan
mau mengangguk
kepada
perawat.

4 P : pak ,berapa P: memandang Mengkaji Menjawab Daya ingat klien


umur bapak klien sambil daya ingat sesuai daya dapat dikaji
sekarang? tersenyum klien ingat dengan
menanyakan
K: umur saya K :memandang
data klien
41 tahun dan mejawab
pak pertanyaan

51
perawat

5 P : pak masih P: Berusaha Menjawab Menggali lebih


ingat siapa memandang menggali sesuai daya dalam tentang
yang dan lebih dalam ingat yang daya ingat klien
mengajak tersenyum dimilki
pak kesini ? kepada klien

K : kakak saya K : menjawab


yang dan
mengajak tersenyum
kesini pak . pada perawat

6 P : pak sudah P: Berusaha Menjawab Menggali lebih


berapa lama memandang menggali sesuai dalam tentang
berada dan lebih dalam dengan daya daya ingat klien
disini ? tersenyum ingat yang
pada klien dimilki
K: kurang lebih
satu bulan K : menjawab
pak dan
tersenyum
pada perawat

7 P : bagaiman P: Menanyakan Klien Klien memberi


perasaan memandang respon klien memberi respon positif
pak setelah dan pada respon berarti mau
mengobrol tersenyum pertemuan kepada menerima orang
dengan pada klien pertama pada perawat baru
saya? orang baru
K : menjawab
K : senang pak dan
tersenyum

52
pada perawat

8 P : Pak obrolan P: Senang Setuju mengakhiri


hari ini kita memandang karena klien mengakhiri kontrak dan
akhiri dulu dan mau kontrak memberi
ya pak,nanti tersenyum kooperatif kesempatan bagi
kita dengan klien dan klien untuk
lanjutkan menjawab melakukan
lagi kalau apa yang kegiatan yang
ada K : tersenyum ditanya lain
kesempatan pada perawat perawat

K : iya pak

53
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Agustus 2018 No. RM : 022xxx

Jam : 11.00 Nama : Ny. N. W. A

Pertemuan ke :I Asal : Gianyar

Topik : Membina Hubungan Jenis Kelamin :P

Saling Percaya

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

DS: Klien mengatakan lebih suka menyendiri dan tidak bergabung dengan

teman- temannya karena trauma dulu sewaktu masih di rumah pernah dituduh

mencuri

DO: Klien tampak kooperatif, kontak mata kurang, afek datar, klien tampak

menyendiri, jarang berinteraksi dengan orang lain

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial

3. Tujuan Khusus

Klien dapat membina hubungan saling percaya

a. Klien mau berjabat tangan dengan perawat

b. Klien dapat membalas sapaan perawat

c. Klien menunjukan ekspresi wajah bersahabat dan senang

d. Klien dapat menunjukan kontak mata yang baik

e. Klien mau menyebutkan nama

f. Klien mau duduk berdampingan

4. Tindakan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

54
1) Menjabat tangan klien

2) Menyapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

3) Memperkenalkan diri dengan sopan

4) Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan kesukaan klien

5) Menjelaskan maksud dan tujuan interaksi

6) Memberikan perhatian kepada klien, perhatikan kebutuhan dasar klien

B. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Fase Orientasi

a. Salam terapiutik

Selamat siang bu, boleh saya mengobrol dengan ibu ?

b. Evaluasi/ validasi

Pasien mampu memperkenalkan diri kepada perawat

c. Kontrak

1) Topik

Ibu siang ini saya datang kesini mau mengajak ibu untuk berbincang-

bincang mengenai masalah yang dialami, sekaligus saya ingin

mengenal lebih dekat, bagaimana ibu bersedia?

2) Waktu

Baiklah, bagamana kalau kita berbincang-bincang kurang lebih selama

20 menit saja? Apakah ibu bersedia?

3) Tempat

Ibu bagaimana mau berbincang-bincang disini atau diruang rekreasi?

2. Fase Kerja

“Nah bu, perkenalkan nama saya Andreas Wae biasa dipanggil andre saya

mahasiwa CHMK dari kupang, kalau boleh tau nama lengkap ibu siapa dan

55
biasa dipanggil siapa bu ? apa keluhan ibu hari ini ?, bu sudah menikah atau

belum ? di rumah tinggal sama siapa bu ? bagaimana perasaan ibu hari ini ?”

3. Fase terminasi

a. Evaluasi

1) Evaluasi subjektif

Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang hari ini?

2) Evaluasi objektif

Apakah ibu masih ingat nama dan asal saya ?

3) Rencana tindak lanjut

Ibu A saya berharap jika nanti ibu bertemu dengan saya lagi, ibu bisa

menyapa saya dengan nama saya

b. Kontrak yang akan datang

1) Topik

Baik ibu A. besok pagi saya akan mengajarkan ibu cara berkenalan

dengan kawan saya

2) Waktu

Ibu nanti kita akan berbincang- bincang kira- kira jam 09.00 pagi,

waktunya kurang lebih 20 menit

3) Tempat

Bu A. besok kita akan berbincang- bincang lagi ditempat ruang rekreasi

56
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Senin, 21 Juni 2018 No. RM : 022xxx

Jam : 11.00 Nama : Ny. N. W. A

Pertemuan ke : II Asal : Gianyar

Topik : BHSP dan berbincang- Jenis Kelamin :P

Berbincang tentang penyebab

Isolasi sosial

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

DS: Klien mengatakan tidak memiliki teman di ruangan karena klien takut

dituduh mencuri

DO: klien tampak menyendiri, pasien tidak mampu memulai pembicaraan,

kontak mata kurang saat diajak komunikasi, pasien lebih senang menyendiri

2. Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial

3. Tujuan Khusus

a. Klien mampu membina hubungan saling percaya

b. Klien mampu mengenal penyebab isolasi sosial

c. Klien mampu mengenal manfaat dan kerugian berhubungan/ berinteraksi

dengan orang lain

d. Klien mengetahui cara berkenalan dengan orang lain

4. Tindakan

1. Membina hubungan saling percaya

2. Membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial

3. Membantu klien mengenal manfaat dan kerugian berhubungan / berinteraksi

dengan orang lain

57
4. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan orang lain

B. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Fase Orientasi

a. Salam terapiutik

Selamat pagi bu, saya andre mahasiswa chmk kupang yang kemarin

sempat ngobrol dengan ibu

b. Evaluasi/ validasi

Bagaimana keadaan ibu hari ini? Apa yang ibu rasakan ?

c. Kontrak

1) Topik

Seperti janji kita yang kemarin bu , hari ini kita mau berbincang- bincang

kenapa ibu tidak mau bergaul, dan apa keuntungan dan kerugian kalau

tidak bergaul dengan orang lain

2) Waktu

Seperti kontrak waktu yang kemarin kita akan berbincang-bincang

selama 15 menit.

3) Tempat

Ibu bagaimamau berbincang-bincang dimana? Apakah mau diruang

rekreasi?

2. Fase Kerja

a. Apa yang membuat ibu tidak suka berkumpul dengan teman- teman disini ?

b. Kalau kerugian tidak mempunyai teman bu ?

c. Iya itu kerugianya. Kalau keuntungannya bu ?

58
Nah karena ibu sudah mengetahui keuntungan dan kerugian kalau bergaul

dengan orang lain sekarang saya akan mengajari ibu cara berkenalan

dengan orang lain

“ Begini loh bu, untuk berkenalan dengan orang lain, pertama ibu harus

mengucapkan salam, kemudian menyebutkan nama dan nama panggilan,

asal dan hobi. Saya kasih contoh ya bu nama saya Andreas Wae, biasa

dipanggil Andre, asal saya kupang dan hobi saya bermain bola (Ajarkan ibu

A mempraktekkan cara memperkenalkan diri) “

3. Fase terminasi

a. Evaluasi

1) Evaluasi subjektif

Bagaimana perasaan ibu dengan obrolan kita tadi? Apakah ibu merasa

senang dengan latihan kita tadi ?

2) Evaluasi objektif

Bu bisa ceritakan kembali tentang keuntungan dan kerugian bergaul ?

b. Rencana tindak lanjut

Bu bagaimana besok saya ajak ibu untuk berkenalan dengan teman saya ?

c. Kontrak yang akan datang

1) Topik

Bu, besok saya akan mengajak ibu untuk mempraktekkan cara- cara

berkenalan dengan orang lain

2) Waktu

Kita nanti akan berbincang-bincang kurang lebih 10 menit saja, sekitar

jam 10.00 pagi, bagaimana ibu bersedia?

3) Tempat

59
Bagaimana kalau kita mengobrol disini lagi?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Selasa, 14 Agustus 2018 No. RM : 022xxx

Jam : 10.00 Nama : Ny. N. W. A

Pertemuan ke : III Asal : Gianyar

Topik : Mengajak pasien untuk Jenis Kelamin :P

Mempraktekkan cara berkenalan

Dengan satu orang

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

DS:Klien mengatakan tidak memiliki teman di ruangan karena klien takut

dituduh mencuri

DO: Kontak mata masih kurang saat diajak berkomunikasi, pasien tampak

kooperatif, pasien berbicara dengan suara kecil dan suka menunduk

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial

3. Tujuan Khusus

a. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang

b. Klien mampu memasukkan kegiatan berbincang- berbincang dengan orang

lain sebagai salah satu kegiatan harian

4. Tindakan

a. Memberikan kesempatan klien untuk mempraktekkan cara berkenalan

dengan satu orang

b. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

60
B. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Fase Orientasi

a. Salam terapiutik

Selamat pagi bu A. bagaimana perasaan ibu hari ini ?

b. Evaluasi/ validasi

Bagaimana bu masih ingat apa yang kita pelajari kemarin tentang cara

berkenalan ? coba ibu sebutkan ?

c. Kontrak

1) Topik

Nah, sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mengajak ibu

untuk berkenalan dengan teman saya

2) Waktu

Waktunya tidak lama kok bu, sekitar 10 menit saja

3) Tempat

Ibu bagaimana mau berbincang-bincang dimana? Apakah mau diruang

rekreasi?

2. Fase Kerja

( Bersama- sama dengan ibu A. mendekati perawat C )

“Selamat pagi perawat C, ini ibu A yang mau berkenalan dengan perawat C.

Baiklah ibu A, ibu dapat berkenalan dengan perawat C seperti yang sudah kita

praktekkan kemarin.

(Klien kemudian mempraktekkan cara berkenalan dengan perawat C yaitu

pertama memberi salam sambil berjabat tangan, kemudian meperkenalkan

nama, nama panggilan, asal dan hobi. Setelah itu klien menanyakan kepada

perawat C hal yang sama)”

61
3. Fase terminasi

a. Evaluasi

1) Evaluasi subjektif

Bagaimana perasaan ibu setelah kita mempraktekkan cara berkenalan

tadi ? ibu merasa senang tidak dengan latihan tadi ?

2) Evaluasi objektif

Ibu bisa ulangi cara untuk berkenalan dengan orang lain ?

b. Rencana tindak lanjut

Ibu tadi kita sudah belajar cara berkenalan dengan satu orang, nah besok

kita akan belajar cara berkenalan dengan dua orang atau bisa lebih yah bu

c. Kontrak yang akan datang

1) Topik

Ibu besok kita akan mempraktekkan cara berkenalan dengan 2 orang

atau lebih ?

2) Waktu

Nanti kita akan berbincang-bincang kurang lebih 15 menit saja,

bagaimana ibu bersedia?

3) Tempat

Nanti kita mengobrol disini lagi ya bu?

62
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Rabu, 15 Agustus 2018 No. RM : 022xxx

Jam : 15.00 Nama : Ny. N. W. A

Pertemuan ke : IV Asal : Gianyar

Topik : mempraktekan cara ber- Jenis Kelamin :P

Kenalan dengan dua orang atau

lebih

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

DS:klien mengatakan mau mempraktekan cara berkenalan dengan temannya

DO: Klien masih tampak duduk menyendiri di kursi di luar kamar, pasien mau

duduk berdampingan dengan perawat, bicara pelan dan suara kecil, sesekali

tersenyum dan tampak kooperatif

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi sosial

3. Tujuan Khusus

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b. Klien mampu berkenalan dengan dua orang atau lebih

c. Klien mampu memasukan dalam jadwal kegiatan harian

4. Tindakan

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

b. Memberi kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau

lebih

c. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

63
1. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

Selamat pagi ibu, bagaimana kabarnya hari ini?

b. Evaluasi/ validasi

Bagaimana bu, masih ingat dengan apa yang kita pelajari kemarin?

2. Kontrak

a. Topik

Sesuai dengan kontrak yang kemarin, kita akan mempraktekkan cara

berkenalan dengan dua orang atau lebih

b. Waktu

Seperti kontrak waktu yang kemarin kita akan berbincang-bincang selama

15 menit.

c. Tempat

Ibu bagaimana mau berbincang-bincang dimana? Apakah mau diruang

rekreasi?

3. Fase Kerja

Baik bu, sekarang kita akan mempraktekkan cara berkenalan dengan perawat

M. dan teman ibu Ny. M

(Bersama- sama mengajak perawat M dan Ny. M ke ruang rekreasi)

A : Selamat pagi semuanya, hari ini saya akan memberikan kesempatan Ny. A

untuk berkenalan dengan perawat M dan Ny. M. (perawat A. memberikan

contoh cara berkenalan dengan dua orang)

(Ny. A mengajak berjabat tangan Ny M. dan mulai memperkenalkan nama,

nama panggilan, asal dan hobi kemudian menanyakan hal yang sama kepada

Ny. M. setelah Ny. M selesai menjawab, Ny. A mulai mengajak perawat M

64
untuk berkenalan dengan cara Ny A mulai memperkenalkan nama, nama

panggilan, asal dan hobi kemudian menanyakan hal yang sama kepada

perawat M. Baiklah ibu nanti ketika ibu bertemu dengan orang lain ibu harus

mempraktekkan apa yang sudah ibu lakukan hari ini

4. Fase terminasi

a. Evaluasi

1) Evaluasi subjektif

Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan Ny. M dan

perawat M

2) Evaluasi objektif

- Klien tampak mau berkenalan dengan Ny M. dan perawat M

- Klien mau berjabat tangan

- Klien tampak sesekali tersenyum

- Belum ada kontak mata antara klien dengan Ny. M dan perawat M saat

berbicara

65

Anda mungkin juga menyukai