Anda di halaman 1dari 34

APPLYING THEORY TO ACCOUNTING REGULATION

(Disusun guna memenugi tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi yang diampuh oleh

Drs. Sudarno, Msi, Ak, CA)

MAKALAH

Disusun Oleh :

Lailatul Hidayah (170810301299)


Fariz Ahmadin P (160810301076)
Fernando Calvin W.S (160810301024)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2018

i
STATEMENT OF AUTHORSHIP

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas


terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumber.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk


makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan degan jelas bahwa
kami menggunakanya. Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini
dapat dierbanyak atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiarism.

Jember, 16 September 2018

Penulis/ Kelompok 3

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun dan terselesaikan
dengan sebaik mungkin. Kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik materi maupun
pikiran.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan didalam
makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi bagi para pembaca.

Jember, 16 September 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


STATEMENT OF AUTHORSHIP .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
2.1 Teori regulasi yang relevan dengan akuntansi keuangan dan auditing ...... 2
2.1.1 Teori Pasar Efisien .......................................................................................... 2
2.1.2 Teori Agensi.................................................................................................... 3
2.1.3 Teori Regulasi ................................................................................................. 5
2.2 Bagaimana Teori Peraturan Berlaku Untuk Akuntansi Dan Praktek Unit Audit .... 8
2.2.1 Aplikasi teori minat publik ............................................................................. 8
2.2.2 Penerapan teori penangkapan ..................................................................... 9
2.2.3 Penerapan teori minat pribadi................................................................... 10
2.2.4 Pengaturan standar sebagai proses politik ............................................... 10
2.2.5 Instrumen keuangan ................................................................................... 11
2.2.6 Akuntan menarik garis pada pengaturan................................................. 12
2.3.1 Kebutuhan Akan Kerangka Kerja Konseptual .............................................. 12
2.3.2 Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual ................................................. 13
2.3.3 Tujuan Pelaporan Keuangan ......................................................................... 14
2.3.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan .................................................. 15
2.3.5 Elemen Dasar Laporan Keuangan................................................................. 17
2.3.6 Asumsi-Asumsi Dasar Akuntansi ................................................................. 19
2.3.7 Penerapan Prinsip Dasar Akuntansi .............................................................. 19
2.3.8 Kendala Pelaporan Informasi Akuntansi ...................................................... 20
2.4 ASPEK KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN AKUNTANSI ... 21

iv
Studi Kasus ..................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 29

v
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat.


Perkembangan teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu
akuntansi modern (Basuki, 2000:173). Pada setiap entitas, terlebih yang sudah
go public pasti membuat laporan keuangan sebagai bentuk informasi. Sebuah
laporan keuangan dapat dikatakan wajar ketuka memenuhi dua kategori
pemeriksaan yaitu kesesuaian laporan dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum, dan laporan keuangan harus terbebas dari masalah saji material.
Informasi akuntansi merupakan alat yang digunakan oleh pengguna informasi
untuk mengambil sebuah keputusan (Nicholls dan Holmes, 1988 : 57).
Pada sub bab ini penting adanya karena membahas tentang bagaimana
praktek regulasi pelaporan keuangan dan audit. Teori pada bab ini
menjelaskan tentang pentingnya dan perlunya pelaporan keuangan dan
pengauditan dalam sebuah laporan keuangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori regulasi yang relevan untuk akuntansi dan auditing ?
2. Bagaimana teori peraturan yang diaplikasikan pada akuntansi dan praktik
unit audit ?
3. Apa saja yang menjadi kerangka dalam peraturan untuk pelaporan
keuangan?
4. Bagaimana struktur kelembagaan untuk pengaturan akuntansi dan standart
audit?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan bagaimana teori regulasi yang relevan untuk akuntansi
dan audit.
2. Untuk mengetahui bagaimana peraturan yang diaplikasikan pada akuntansi
dan praktik unit audit.
3. Untuk mengetahui kerangka peraturan untuk pelaporan keuangan.
4. Untuk mengetahui struktur kelembagaan untuk pengaturan akuntansi dan
standart audit.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori regulasi yang relevan dengan akuntansi keuangan dan auditing
Teori pasar modal menyarankan agar manager memiliki intensif atau
dorongan secara sukarela untuk menyediakan informasi kepada pihak
ekternal perusahaan dan sudah di verivikasi oleh auditor independent. Berikut
ini beberapa teori yang relevan untuk memahami regulasi dari laporan
keuangan antara lain:
1. Teori Pasar Efisien
2. Teori Agensi
3. Teori Regulasi

2.1.1 Teori Pasar Efisien


Teori ini mengatakan bahwa fungsi pasar akan berjalan dengan baik tanpa
campur tangan pemerintah dan efesiensi yang maksimum akan tercapai
dengan adanya dorongan permintaan dan penawaran yang diatur oleh pasar.
Kekuatan permintaan dan penawaran memiliki pengaruh besar pada arus
informasi dan modal. Akuntansi disini dilihat sebagai industri informasi,
dengan itu bisnis dari akuntansi adalah memproduksi informasi.
Bagaimanapun juga pemerintah harus tetap melakukan intervensi agar
pengembangan pasar dan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat.
Pendukung dari penganut pasar bebas berargumen “Seperti produk lainnya,
kekuatan permintaan dan penawaran harus beroperasi, sehingga terdapat
permintaan untuk informasi akuntansi oleh pengguna dan penawaran
informasi tersebut dari perusahaan yang membuat laporan keuangan. Sebuah
titik keseimbangan harga terbentuk secara teori pada informasi akuntansi”.
Namun ada kritik terhadap teori ini karena dianggap tidak realistis untuk
memberikan harga. Pada dasarnya produk ini merupakan produk umum, saat
suatu informasi akuntansi berupa laporan keuangan di keluarkan maka
informasi ini tersedia untuk semua. Kritik lain tehadap teori ini adalah
berpendapat bahwa teori ini tidak dapat bekerja karena mekanisme pasar

2
tidak bisa mencapai tingkat harga keseimbangan atau harga yang ideal secara
social karena ada beberapa alasan berikut:
a. Informasi akuntansi tidak sama dengan barang lain (merupakan barang
umum)
b. Ketika informasi akuntansi dikeluarkan oleh perusahaan akan tersedia
untuk semua

Oleh karena itu hanya peraturan yang mendesak perusahaan untuk


menghasilkan informasi untuk memenuhi permintaan yang nyata dan
menjamin efisiensi pasar modal. Perusahaan memonopoli penawaran
informasi tersebut sehingga muncul kecenderungan untuk menghasilkan dan
menjual pada harga tinggi.

2.1.2 Teori Agensi


Teori ini berkosentrasi pada kepercayaan terhadap satu orang. Principal
adalah seseorang yg mempercayakan sesuatu kepada agen agar tujuan dari
principal tersebut tercapai. Permintaan informasi keuangan bisa dikategorikan
juga untuk pelayanan atau tujuan pengambilan keputusan. Permintaan untuk
pelayanan informasi tersebut berhubungan dengan keinginan untuk
memotivasi agen/ perwakilan, distribusi resiko secara efisien.
Permintaan dari informasi keuangan dapat dikategorikan sebagai
keinginan untuk melakukan pengambilan keputusan. Atkinson dan Feltham
berargumen bahwa bahwa teori agensi mengingatkan tentang permintaan
tentang informasi keuangan. Teori agensi berkonsentrasi pada hubungan
antara pemilik modal dan seseorang manajer. Atkinson dan feltham
menjelaskan permintaan informasi berkaitan tentang keinginan untuk:
a. Motivasi agen (manajer)
b. Mendistribusikan resiko secara efisien
Permintaan informasi untuk keperluan pengambilan keputusan berkaitan
dengan peran informasi dalam teori keputusan statistik. Informasi berharga
jika itu meningkatkan alokasi sumber daya dan risiko dalam perekonomian.
Hal ini dilakukan dengan mengurangi ketidakpastian. Ketidakpastian dalam
teori agensi dapat diklasifikasikan sebagai ex ante atau ex post. Ex ante

3
(sebelum acara) ketidakpastian ada pada saat itu sebuah keputusan yang harus
dibuat, seperti ketidakpastian peristiwa tentang dikontrol yang akan
mempengaruhi produksi atau ketidakpastian tentang keterampilan manajer.
Ex post (setelah acara) ketidakpastian ada setelah keputusan telah dibuat dan
hasilnya terwujud. Ketidakpastian ini adalah sama dengan ex ante
ketidakpastian kecuali bahwa hal itu dapat dikurangi dengan laporan ex post
pada apa yang sebenarnya terjadi. Teori keagensi berfokus pada dampak dari
alternatif laporan ex post yang mempengaruhi ketidakpastian ex post.
Teori keagensi memberikan kita sebuah kerangka di mana untuk
mempelajari kontrak antara principal dan agen dan memprediksi konsekuensi
ekonomi dari standar. Sebagai contoh, adalah sering logis bahwa kompensasi
manajer 'dikaitkan dengan laba yang dilaporkan Dalam situasi ini, salah satu
jenis hubungan kontraktual adalah antara pengguna data akuntansi dan
perusahaan. Kontrak untuk data keuangan dapat alternatif untuk pelaporan
publik. Jika akuntansi yang 'deregulasi', mekanisme pasar bisa menghasilkan
informasi yang cukup dan mencapai titik ekuilibrium sosial yang ideal di
mana biaya penyediaan informasi sama dengan manfaat. Pendukung
pandangan ini berpendapat bahwa pengungkapan wajib karena itu tidak perlu
dan tidak diinginkan karena pasar dapat diandalkan untuk menghasilkan
informasi apapun yang diinginkan. Selanjutnya, perusahaan memiliki insentif
untuk mengungkapkan informasi secara sukarela, sebagaimana dibuktikan
oleh signifikan tingkat pengungkapan sukarela oleh perusahaan-perusahaan
yang terdaftar.
Kemungkinan over-legislatif persyaratan pelaporan juga berkaitan dengan
'free rider' efek. Pada dasarnya, di mana marginal biaya informasi yang
dianggap kurang dari yang mungkin (marjinal) manfaat, pengguna akan
menuntut peningkatan tingkat pengungkapan. Namun, pihak yang
berkepentingan yang menanggung sedikit atau tidak ada biaya pengungkapan
memiliki insentif yang lebih besar untuk menuntut peningkatan tingkat
pengungkapan. Selain itu, para pendukung berpendapat, pelaporan yang
dibutuhkan cenderung menciptakan kelebihan produksibinformasi. Karena
biaya produksi informasi tidak ditanggung oleh pengguna, mereka akan

4
menuntut lebih banyak informasi. Sebuah badan otoritatif, seperti IASB,
mungkin disesatkan oleh permintaan yang berlebihan ini dan, akibatnya,
merumuskan lebih kepada pengungkapan informasi daripada yang
diperlukan. Hal ini mungkin membuat 'standar yang berlebihan', tentang
perusahaan dan akuntan mengeluh.

2.1.3 Teori Regulasi


Dalam teori ini legislatif membuat aturan untuk melindungi pengguna
laporan keuangan dengan meningkatkan kinerja ekonomi. Teori regulasi
diperlukan jika terjadi kegagalan, jika informasi tidak dapat disampaikan
dengan demand dan supply. Teori ini berpendapat bahwa dibutuhkan aturan-
aturan / ketentuan-ketntuan dalam akuntansi. Pemerintah dibutuhkan
peranannya untuk mengatur ketentuan-ketentuan tersebut apa yang harus
dilakukan perusahaan untuk menentukan informasi. Ketentuan diperlukan
agar semuanya (pemakai dan penyaji) mendapatkan informasi yang sama dan
seimbang. Teori ini muncul karena kegagalan atau ketidak beresan dari teori
keagenan. Teori regulasi terdiri dari:

1. Teori kepentingan Umum


Alasan ekonomi yang paling utama atas intervensi pemerintah pada
operasi di berbagai pasar adalah kegagalan pasar. Dalam kerangka teori ini,
aturan yang dibuat oleh legislatif cenderung untuk melindungi kepentingan
konsumen dengan menstabilkan peningkatan kinerja ekonomi.
Potensi kegagalan pasar terjadi ketika terdapat kegagalan pada salah satu
kondisi yang diperlukan agar kegiatan operasi dalam pasar persaingan
sempurna dapat tetap berjalan. Contoh kegagalan tersebut adalah :
a. Tidak adanya persaingan (untuk pasar monopoli, oligopoli)
b. Adanya halangan untuk masuk ke pasar
c. Adanya asimetri informasi antara pembeli dan penjual atau beberapa
sinyal pasar (contoh : reputasi penjual)
d. Natur public good beberapa barang dimana ketetapannya hanya untuk
beberapa individu (individu tertentu) namun public good ini juga tersedia
untuk individu-individu lainnya dalam jumlah yang sama dan tidak ada

5
biaya (costlessly). Kegagalan pasar terjadi disini karena penetapan harga
secara normal tidak berfungsi di dalam pasar.

Teori kepentingan public berdasarkan pada asumsi bahwa pasar ekonomi


merupakan subjek terhadap rangkaian ketidaksempurnan pasar atau kegagalan
transaksi dimana jika ini dibiarkan salah terus menerus akan mengakibatkan
hasil yang tidak sama dan tidak efisien.

2. Regulatory capture theory


Teori ini menganggap bahwa meskipun tujuan asli dari dibuatnya
peraturan adalah untuk melindungi kepentingan umum, namun tujuan ini
sebenarnya tidak dapat tercapai karena dalam prosesnya, pihak pelaksana
peraturan tersebut cenderung untuk mengatur atau mendominasi para
pembuat peraturan itu sendiri.
Teori Capture mengasumsikan bahwa :
a. pertama bahwa semua anggota masyarakat adalah rasional secara
ekonomi, oleh karena itu, masing-masing orang akan mengejar
kepentingan dirinya sendiri pada satu titik dimana manfaat tambahan
untuk pribadi yang didapatkan dengan melobi pembuat peraturan sama
dengan biaya tambahan yang dikeluarkan. Sehingga orang-orang akan
melobi peraturan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
b. Kedua, sama halnya dengan teori kepentingan public, bahwa pemerintah
tidak memiliki peran independen dalam proses pembuatan peraturan dan
kepentingan kelompok akan bersaing untuk mengawasi kewenangan
pemerintah untuk mencapai distribusi kesejahteraan.

Alasan utama teori capture adalah bahwa keputusan atas peraturan


biasanya memiliki dampak terbesar pada kepentingan industry. Sehingga,
industry-industri tersebut merasa bahwa posisi keuangan secara keseluruhan
dipengaruhi oleh keputusan peraturan secara signifikan. Teori capture
menyarankan kepada lembaga akuntansi professional atau sector korporat
untuk mencari control sebanyak-banyaknya dalam mengatur standar
akuntansi yang dapat menjadi panduan dalam sistem pelaporan oleh para
anggotanya (industry).

6
3. Teori kepentingan pribadi/individu
Teori ini mengasumsikan bahwa peraturan menjadi sebuah eksistensi
sebagai hasil dari tanggapan pemerintah terhadap permintaan public untuk
memperbaiki segala bentuk ketidakefisiensian atau ketidaksamaan praktik
yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi (strongly challenged by
Stigler in 1971). Tantangan Stigler adalah pemerintah memiliki satu sumber
daya dasar yang tidak dibagikan bahkan kepada warga yang paling kuat
sekalipun : ‘the power to coerce’. The power to coerce ini merupakan sumber
daya potensial untuk mengancam firma bisnis dimana dengan kekuatan
tersebut dapat melarang atau memaksa untuk menyediakan atau mengambil
pajak dan subsidi, dengan kata lain pemerintah dapat menolong atau bahkan
mencelakai berbagai bisnis.
Stigler berpendapat bahwa kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan
peraturan relative berhubungan dengan kekuatan politik dari beberapa
kepentingan kelompok. Interaksi mereka adalah dengan para politikus
dimana para politikus tersebut bersifat tidak netral. Politikus cenderung
memaksimalkan kesempatan mereka untuk kesuksesan kampanye masa
depan. Esensi dari transaksi ini dalam pasar politik adalah untuk mentransfer
kesejahteraan dengan para pemilih dari sisi permintaan dan wakil politik
mereka dari sisi penawaran.
Teori ini percaya bahwa terdapat pasar dengan regulasi yang sama yaitu
kekuatan supply dan demand yang beroperasi dalam pasar modal. Dalam
pasar politik ini, banyak terdapat bidder (penawar). Namun hanya satu
kelompok yang akan berhasil, yaitu keompok dengan penawaran tertinggi.
Biasanya, produsen merupakan kelompok dengan tawaran (bid) tertinggi
sehingga mereka dapat menggunakan kewenangan pemerintah untuk
mengambil manfaat sendiri.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, produsen merupakan kelompok dengan
tawaran tertinggi, sehingga otomatis konsumen merupakan kelompok dengan
tawaran paling rendah. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu :
a. Cost of organization

7
b. Information cost

Pernyataan dasar dari teori kepentingan pribadi ini adalah bahwa terdapat
hukum diminishing returns dalam hubungan antara ukuran kelompok dan
biaya untuk mengunakan proses politik. Teori ini percaya bahwa peraturan
bukan merupakan hasil dari respon pemerintah atas permintaan public
melainkan untuk melayani kepentingan pribadi beberapa kelompok dan dibuat
serta dijalankan untuk mengambil keuntungan diri sendiri.

Sehingga, peraturan dapat dipandang sebagai alat untuk mentransfer


keuntungan kepada kelompok yang well-organised dalam hal subsidi,
penetapan harga, pengawasan atas masuknya pesaing politik, dan lain-lain.
Teori ini memprediksikan bahwa pembuat peraturan akan menggunakan
kewenangannya untuk mentransfer pendapatan dari mereka yang tidak
memiliki kekuatan politik kepada mereka yang memiliki kekuatan politik.

2.2 Bagaimana Teori Peraturan Berlaku Untuk Akuntansi Dan Praktek Unit
Audit
Pada sejumlah teori regulasi, yang telah diusulkan untuk menjelaskan
pengaturan akuntansi dan audit, mempertimbangkan penerapan dari
kepentingan publik, menangkap dan teori kepentingan pribadi dalam praktek.
Dalam hal ini, teori-teori ini menjelaskan dan memprediksi pengaturan
akuntansi dan audit seperti yang diamati di pasar modal.

2.2.1 Aplikasi teori minat publik


Berdasarkan teori kepentingan publik, pemerintah melakukan intervensi
dalam regulasi pelaporan keuangan dalam menanggapi kegagalan pasar dan
'untuk kepentingan publik. Argumen dasarnya adalah bahwa mekanisme
pasar telah gagal dan tindakan pemerintah diperlukan untuk kebaikan yang
lebih besar. Pelaporan keuangan baru dan persyaratan tata kelola perusahaan
diperkenalkan dan standar baru dan struktur pengawasan untuk auditor
diciptakan. Selain itu, informasi keuangan dapat dilihat sebagai 'barang
publik' yang telah menyebabkan perbedaan antara biaya marjinal dan manfaat
bagi

8
a. pengguna keuangan informasi
b. informasi produsen (manajemen perusahaan).

Sebelum intervensi pemerintah (misalnya pembentukan ASRB), standar tidak


didukung legislatif dan ahli teori kepentingan publik berpendapat bahwa itu tidak
mengejutkan untuk menemukan bahwa jumlah informasi yang dihasilkan oleh
entitas perusahaan jatuh pendek dari 'kualitas yang diperlukan untuk keputusan
investasi yang diinformasikan dan alokasi sumber daya yang optimal dalam
perekonomian'. Dengan demikian, kerangka teori kepentingan publik
menunjukkan intervensi pemerintah dalam proses penetapan standar akuntansi
adalah untuk memperbaiki kegagalan di pasar untuk informasi akuntansi. Dengan
berkonsentrasi pada perlunya campur tangan pemerintah di pasar untuk
melindungi konsumen, teori kepentingan umum umumnya mengabaikan temuan
dari banyak penelitian yang menunjukkan bahwa manajer entitas bisnis memiliki
insentif yang kuat untuk 'memperbaiki' persepsi kegagalan pasar tentang kegiatan
bisnis mereka. Koreksi ini dicapai melalui pelepasan pengungkapan informasi
secara sukarela yang melindungi para pengguna informasi keuangan.

2.2.2 Penerapan teori penangkapan

Walker berpendapat bahwa meskipun pemerintah Australia awalnya


memperkenalkan ASRB untuk memastikan perlindungan 'kepentingan publik, ia
percaya bahwa teori penangkapan lebih dapat diterapkan dalam menjelaskan
peristiwa. Pada dasarnya, argumen Walker adalah bahwa profesi akuntansi
diperlukan untuk melegitimasi standar akuntansi (yaitu, memastikan kepatuhan
dengan standar) yang dapat dicapai hanya dengan standar yang memiliki
'kekuatan hukum' dengan memastikan bahwa standar akuntansi didukung oleh
undang-undang. Namun, profesi akuntansi memiliki kepentingan ekonomi dalam
mempertahankan proses penetapan standar, yang tidak ingin diserahkan kepada
pemerintah. Di bawah pandangan penangkapan, intervensi peraturan dalam proses
penetapan standar akuntansi dirancang, seperti kerangka teori kepentingan umum,
untuk melindungi kepentingan publik. Namun, studi Walker menggambarkan
profesi akuntansi.

9
2.2.3 Penerapan teori minat pribadi

Teori minat pribadi menyediakan pendekatan lain untuk memahami perilaku


pihak-pihak dengan insentif untuk mempengaruhi regulasi pelaporan keuangan.
Rahman28 berusaha menerapkan teori minat pribadi Stigler, Posner dan Peltzman
untuk pembentukan ASRB. Kesimpulan Rahman adalah bahwa ada beberapa
keterbatasan dalam studi Walker. Dia menegaskan bahwa tinjauan sistematis dari
organisasi dan fungsi Dewan menunjukkan bahwa Dewan bergantung pada dan
rentan terhadap pengaruh dari beberapa kelompok kepentingan. Dengan demikian,
sementara Rahman menegaskan pengaruh profesi akuntansi pada persiapan dan
peninjauan standar, ia juga menemukan bahwa pihak lain mengamankan peran
penting yang memungkinkan mereka untuk terus-menerus meneliti dan
mempengaruhi kegiatan Dewan. Pihak-pihak ini termasuk Dewan Menteri yang
menyediakan Dewan dengan otoritas dasarnya. Dewan harus beroperasi dengan
gagasan bahwa semua standar akunting yang disetujui tunduk pada persetujuan
politik. Ini menyiratkan bahwa konsekuensi politik dari standarnya harus minimal.
Keterbatasan teori-teori peraturan ini adalah bahwa mereka tidak saling eksklusif,
yaitu peristiwa yang dijelaskan oleh satu teori dapat dijelaskan dengan baik oleh
teori lain. Tidak jelas bahwa satu penjelasan dapat dipertahankan.

2.2.4 Pengaturan standar sebagai proses politik

Pengaturan standar dipandang sebagai proses politik karena potensinya untuk


secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan berbagai kelompok kepentingan.
Oleh karena itu kelompok-kelompok ini berusaha mempengaruhi pengenalan
peraturan. Model perilaku politik ini merupakan ringkasan dari teori pengaturan
'pilihan publik'. Itu digunakan oleh Watts dan Zimmerman untuk menyatakan
bahwa proses politik hanyalah sarana untuk mengejar kepentingan pribadi atau
kelompok. Kelompok yang berbeda dipengaruhi secara berbeda oleh peraturan
akuntansi. Sebagai contoh, pengakuan larangan standar atas biaya hutang yang
diragukan dapat disambut dengan firrrts yang meminjam banyak dan dekat

10
dengan batasan leverage perjanjian pinjaman mereka. Di sisi lain, bank-bank
besar dengan profil publik yang tinggi mungkin menolak standar karena
menyebabkan keuntungan mereka meningkat, mengecilkan risiko mereka, dan
meningkatkan eksploitasi nyata dari pelanggan mereka. Di hadapan kepentingan
yang beragam dan sering bertentangan, badan pembuat keputusan - sebuah
kelompok pengatur - harus menyeimbangkan di antara mereka dengan membuat
pilihan politik.Untuk keputusan itu menjadi diterima oleh orang-orang yang
terkena dampak, badan pengawas membutuhkan mandat untuk membuat pilihan
sosial. Artinya, diperlukan legitimasi politik.

Menanggapi ketidakpuasan dengan pengaturan standar oleh badan-badan


akuntansi profesional, pemerintah di banyak negara telah menetapkan standar
setter independen dalam upaya untuk menghasilkan standar kualitas tinggi yang
memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan.
Pengaturan standar 'proses hukum' harus memungkinkan para pemangku
kepentingan untuk berkontribusi pada pengaturan standar, tetapi juga mencegah
satu pihak, seperti profesi akuntansi, dari mendominasi proses. Kerangka
konseptual, yang sebelumnya dikembangkan di Amerika Serikat, Inggris, Kanada
dan Australia, berusaha untuk menyediakan badan pengaturan standar dengan
kerangka kerja untuk mengembangkan standar akuntansi. Penyusun standar
nasional yang independen telah memiliki keberhasilan yang beragam dalam
menghasilkan standar akuntansi yang secara konseptual baik yang mencapai
tujuan kegunaan keputusan. Standar baru yang telah memperpanjang batas-batas
tradisional pelaporan keuangan termasuk yang menggabungkan metode
pengukuran nilai wajar.

2.2.5 Instrumen keuangan

Beberapa standar akuntansi sama kontroversialnya dengan instrumen


keuangan. Akibatnya, penerapan IAS 39 Instrumen Keuangan - Pengakuan dan
Pengukuran di Uni Eropa (UE) telah menjadi proses yang sangat politis.
Membentuk standar untuk memperhitungkan instrumen keuangan telah
menantang pembuat standar selama beberapa tahun. Perkembangan awal terjadi di
Amerika Serikat, di mana ada banyak permintaan untuk penggunaan pengukuran

11
nilai wajar (yaitu mark-to-market atau penggunaan model estimasi untuk mencatat
nilai wajar pada tanggal neraca) untuk lebih akurat mencerminkan risiko dan
imbalan memegang instrumen keuangan. Penentu standar telah melihat
pengukuran nilai wajar sebagai berguna untuk menyediakan informasi yang
relevan untuk pengambilan keputusan oleh pengguna informasi keuangan.
Organisasi Komisi Efek Internasional (IOSCO) mempertimbangkan panduan
untuk menghitung instrumen keuangan penting dan meminta Standar Akuntansi
Internasional Commis-Aon (IASC) untuk memasukkan standar instrumen
keuangan di antara standar inti yang sedang disiapkan dengan harapan dukungan
IOSCO untuk digunakan oleh perusahaan dalam daftar lintas batas. IASB
menciptakan IAS 39 berdasarkan standar FASB yang berkaitan dengan instrumen
keuangan (FAS 114, 115, I33 dan 140) sebagai standar sementara, mencatat
bahwa pengembangan lebih lanjut dari IAS 39 akan diperlukan

2.2.6 Akuntan menarik garis pada pengaturan

Penyusun standar akuntansi global telah mempertahankan perannya dalam


krisis keuangan dan menyalahkan regulator yang berhati-hati untuk aturan longgar
yang memungkinkan bank untuk membuat taruhan berisiko, membagikan bonus
berlebihan dan membayar terlalu banyak dividen. IASB mengatakan masalah
dengan akuntansi nilai wajar - metode penilaian aset pada nilai pasar daripada
biaya historis - muncul karena tidak diadopsi secara luas dan harus diterapkan
untuk semua instrumen keuangan. Bank-bank investasi besar menerapkan metode
ini hanya 60 persen hingga 80 persen instrumen keuangan di neraca mereka, dan
bank-bank ritel besar menerapkannya hanya 10 persen hingga 20 persen.

2.3 Kerangka konseptual pelaporan keuangan


2.3.1 Kebutuhan Akan Kerangka Kerja Konseptual

Kerangka Kerja Konseptual adalah sebuah konsep yang mendasari


pelaporan keuangan. Kerangka tersebut merupakan sistem yang saling
menghubungkan konsep yang mengalir dari sebuah tujuan pelaporan keuangan
seperti mengidentifikasi batas-batas pelaporan keuangan, memilih transaksi,

12
peristiwa, bagaimana itu seharusnya diakui dan diukur, dan bagaimana itu
seharusnya disimpulkan dan dilaporkan.
Perlunya kerangka kerja konseptual:
1. Pembuatan standar seharusnya berlandasan dan berhubungan pada sebuah
pendirian serangkaian konsep dan tujuan.
2. Memungkinkan IASB untuk mengeluarkan pernyataan yang lebih berguna
dan konsisten dari waktu ke waktu serta menghasilkan suatu standar yang
saling berhubungan.
3. Tanpa kerangka standar yang jelas ini maka setiap orang akan membangun
konsep individu yang berbeda-beda.
4. Kerangka kerja mampu meningkatkan kemampuan memahami dan
kepercayaan pengguna laporan keuangan terhadap laporan keuangan
5. Meningkatkan kemampuan membandingkan laporan keuangan perusahaan
6. Para profesional mampu memecahkan secara cepat praktik permasalahan
yang baru dan mendadak dengan mengacu pada kerangka kerja sebagai teori
dasarnya.

2.3.2 Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual


FASB (Financial Accounting Standard Board) telah menerbitkan enam
statement of financial accounting concept yang berhubungan dengan pelaporan
keuangan entitas bisnis, yaitu:
1. SFAC no. 1 “objective of financial reporting by business enterprises”,
yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
2. SFAC no. 2 “qualitative caracteristics of accounting information”, yang
menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
3. SFAC no. 3 “element of financial statement of business enterprises”,
yang memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan
keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
4. SFAC no. 5 “recognition and measurement in financial statement of
business enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan
pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi.

13
5. SFAC no. 6 “element of financial statement”, yang menggantikan
SFAC no. 3 dan memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan
organisasi-organisasi nirlaba.
6. SFAC no. 7 “using cash flow information and present value in
accounting measurement”, yang memberikan kerangka kerja bagi
pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang
(present value) sebagai dasar pengukuran

2.3.3 Tujuan Pelaporan Keuangan


Tujuan dari diadakannya pelaporan keuangan adalah sebagai berikut.
1. Menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan untuk pengambilan keputusan ekonomi
2. Disusun untuk tujuan memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pemakainya, walau tidak menyediakan semua informasi yang dibutuhkan
pemakai tersebut.
3. Menyajikan informasi keuangan dan tidak diwajibkan menyajikan
informasi non keuangan.
4. Menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) dan
pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya yang telah
dipercayakan kepadanya.
Kerangka konseptual pelaporan keuangan dibagi ke dalam tiga level yaitu,
1. First level : Basic Objective
Menyediakan informasi tentang pelaporan yang berguna untuk potensial
investor, dan kreditur dalam membuat keputusan sebagai penyedia modal.
2. Second level : Fundamental Concept
Menyediakan “bangunan” konseptual yang menjelaskan karakterisik
kualitatif informasi akuntansi dan mendefinisikan elemen laporan
keuangan.Level kedua ini merupakan penghubung level pertama “why
accounting” (tujuan) dan level ketiga “how accounting” (pengakuan,
pengukuran, dan penyajian laporan keuangan).
3. Third Level : Recognition, Measurement, and Disclosure Concept

14
Konsep ini menjelaskan bagaimana perusahaan harus mengakui, mengukur,
dan melaporkan elemen finansial dan kegiatannya.

2.3.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyaratan normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki:
a. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan
memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan
keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud
penggunaannya. Informasi dapat dikatakan relevan jika memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
1. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), Informasi
memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.
2. Memiliki manfaat prediktif (predictive value), Informasi dapat
membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang
berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
3. Tepat waktu, Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat
berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.
4. Lengkap, Informasi akuntansi keuangan disajikan selengkap
mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan
kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir
informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan
dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut
dapat dicegah.

15
Agar informasi yang disajikan dapat relevan maka informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan harus didasarkan pada kebutuhan
informasi para pengguna laporan keuangan.
b. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
secara potensial dapat menyesatkan dan merugikan pengguna laporan
keuangan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
1. Penyajian Jujur, Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
2. Dapat Diverifikasi (verifiability), Informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih
dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan
simpulan yang tidak berbeda jauh.
3. Netralitas, Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak
berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

c. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan serta membandingkan laporan keuangan antar entitas
untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja dan perubahannya secara
relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari
transaksi dan peristiwa lain yang serupa dilakukan secara konsisten.
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan
dapat dilakukan secara internal dan eksternal.

16
Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke
tahun. Sedangkan perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila
entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.
Apabila entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada
kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut
diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. Agar informasi yang
disajikan dapat dibandingkan maka penyajian laporan keuangan minimal
harus disajikan dalam 2 (dua) periode atau 2 (dua) tahun anggaran.

d. Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dikatakan dapat
dipahami jika pengguna mengerti dengan informasi-informasi yang
disajikan dan mampu menginterpretasikannya. Hal ini dapat terlihat dari
manfaat informasi yang disajikan tersebut terhadap pengambilan
keputusan. Untuk itu, penyajian informasi dalam laporan keuangan
pemerintah harus menggunakan format/bentuk serta istilah yang
disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

2.3.5 Elemen Dasar Laporan Keuangan


Elemen yang secara langsung berhubungan dengan penilaian posisi finansial
adalah:
1. Aset
Sebuah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai hasil dari
peristiwa masa lampau dan memiliki manfaat ekonomi masa depan yang
diharapkan mengalir ke entitas.
2. Kewajiban
Kemungkinan pengorbanan sumber daya ekonomi yang timbul dari
kewajiban saat ini dari entitas tertentu untuk mentranfer aktiva atau
menyediakan jasa ke entititas lain di masa depan sebagai hasil dari
kegiatan/transaksimasa lalu,
3. Ekuitas

17
Keuntungan atas aset suatu entitas yang tersisa setelah dikurangi
kewajibannya.
4. Investasi Pemilik
Peningkatan aset netto karena tranfer dari entitas lain untuk meningkatkan
kepentingan kepemilikan atau modal. Aset yang diterima tidak hanya
sebagai investasi pemilik tapi juga termasuk jasa atau konversi dari
kewajiban perusahaan.
5. Distibusi ke Pemilik
Penurunan aset netto dari transfer aset, atau timbulnya kewajiban oleh
perusahaan kepada pemilik. Distribusi ke pemilik ini mengurangi
kepentingan pemilik atau modal di perusahaan.
6. Pendapatan Komprehensif
Perubahan ekuitas (aset netto) dari suatu entitas sepanjang satu periode dari
transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain dari pemilik. Termasuk semua
perubahan dalam ekuitas selama satu periode kecuali yang dihasilkan dari
investasi dari pemilik atau distribusi ke pemilik.
7. Pendapatan
Aliran masuk dari aset sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban atau
kombinasinya selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang,
penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan hasil operasional
perusahaan.
8. Beban
Aliran keluar dari penggunaan aset, atau muncunya kewajiban atau
kombinasi keduanya selama satu periode dari pengiriman atau produksi
barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasional
perusahaan.
9. Keuntungan
Peningkatan aset bersih dari transaksi insidental atau sampingan dari suatu
entitas dan dari semua transaksi dan kegiatan lain akibat entitas selama satu
periode kecuali yang dihasilkan dari pendapatan dan investasi pemilik.
10. Kerugian

18
Penurunan aset bersih dari transaksi insidental atau sampingan dari suatu
entitas dan dari semua transaksi dan kegiatan lain akibat entitas selama satu
periode kecuali yang dihasilkan dari pendapatan dan investasi pemilik.

2.3.6 Asumsi-Asumsi Dasar Akuntansi


Dalam penyusunan laporan keuangan digunakan lima asumsi
dasar akuntansi, yaitu:
1. Economic Entity
Asumsi ini menjelaskan bahwa kekayaan pemilik harus dipisahkan dengan
kekayaan perusahaan. Perusahaan memisahkan kegiatan mereka dari pemilik
dan unit bisnis lainnya.
2. Going Concern
Asumsi ini menjelaskan bahwa entitas didirikan untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan untuk mencapai tujuan dan komitmennya.
3. Monetary Unit
Asumsi ini menjelaskan bahwa transaksi yang terjadi harus dapat diukur
dengan satuan uang
4. Periodicity
Asumsi ini menjelaskan bahwa laporan keuangan dilaporkan dalam suatu
jangka waktu tertentu
5. Accrual Basic
Asumsi ini menjelaskan bahwa segala transaksi yang terjadi harus dicatat
saat itu juga.

2.3.7 Penerapan Prinsip Dasar Akuntansi


Untuk mencatat dan melaporkan transaksi ada empat prinsip dasar
akuntansi, yaitu:
1. Pengukuran
Ada dua jenis pengukuran yaitu cost principle, dimana aset dicatat pada saat
harga perolehan, dan fair value, yaitu aset dinilai sesuai nilai saat ini yang
berlaku. IASB memberikan opsi ke perusahaan untuk menggunakan fair
value untuk mengukur aset dan kewajiban finansial.

19
2. Pengakuan pendapatan
Pendapatan diakui ketika keuntungan ekonomis mungkin masuk ke
perusahaan dan pengukuran yang reliabel dari jumlah pendapatan dapat
diukur. Pengakuan pendapatan ketika direalisasikan dam ketika diterima.
Pengakuan pendapatan ketika proses produksi, pada saat selesai produksi
dan saat menerima uang tunai.
3. Pengakuan beban
Pengakuan beban diklasifikasikan sebagai biaya produk, dan biaya periode.
Biaya produk yang berhubungan langsung dengan produksi, seperti bahan
baku, upah karyawan dan pemeliharaan. Biaya produk berhubungan
langsung dengan biaya dan pendapatan, pengakuannya dalam satu periode.
Biaya periode, yang tidak berhubungan langsung dengan produksi, seperti
gaji karyawan kantor dan biaya administratif lainnya.
4. Pengungkapan penuh
Segala informasi yang bersangkutan dengan laporan keuangan dan dapat
mempengaruhi keputusan harus diungkapkan. Penyediaan informasi melalui
laporan keuangan, catatan laporan keuangan, dan informasi supplementary.

2.3.8 Kendala Pelaporan Informasi Akuntansi


Kendala yang terjadi dalam menyusun laporan keuangan adalah sebagai
berikut :
1. Biaya
Biaya menyediakan informasi harus diukur dan dibandingkan dengan
keuntungan yang didapatkan dari penggunaan laporan keuangan.Banyak
orang mengira bahwa informasi akuntansi itu gratis, mereka salah, karena
dalam penyusunan laporan keuangan terdapat biaya yang dikeluarkan agar
menjadi informasi yang berguna, misal : nilai aset harus diaudit terlebih
dahulu agar nilainya sesuai, biaya yang dikeluarkan untuk membayar auditor
menjadi biaya untuk menyusun laporan keuangan, sehingga entitas harus
lebih selektif dalam menyusun laporan keuangan, dan tidak sembarangan.
2. Materialitas

20
Materialitas merupakan salah saji yang terjadi dalam penyusunan laporan
keuangan, sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Misal :
nilai piutang yang tidak dapat ditagih sebesar 60% dari total penjualan, hal
ini tentu saja dapat mempengaruhi pengguna dalam mengambil keputusan.

2.4 ASPEK KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN AKUNTANSI

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan


yang juga merupakan badan yang menyusun standar akuntansi keuangan di
Indonesia. Organisasi profesi ini terus berusaha menanggapi perkembangan
akuntansi keuangan yang terjadi baik tingkat nasional, regional maupun
global, khususnya yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntansi
sendiri. Pengembangan standar akuntansi keuangan sejak berdirinya IAI
pada tahun 1957 hingga kini pengembangan standar akuntansi ini dilakukan
secara terus – menerus, pada tahun 1973 terbentuk Panitia Penghimpun
Bahan – bahan dan Struktur GAAP dan GAAS. Kemudian pada tahun 1974
dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite PAI) yang bertugas
menyusun standar keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat
periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan
personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI
tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar
Akuntansi Keuangan (Komite SAK), kemudian pada kongres VIII, tanggal
24-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi Dewan
Standar Akuntansi Keuangan untuk masa bakti 1998-2000 dan diberikan
otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK. Sejak IAI berdiri telah
dihasilkan tiga standar akuntansi keuangan sebagai berikut :

1. Pada tahun 1973 untuk pertama kali IAI menerbitkan suatu buku Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI) yang sebagian besar merupakan terjemahan
buku Paul Grady. Penerbitan ini dipicu oleh diaktifkannya pasar modal
di Indonesia pada tahun 1973.

21
2. Pada tahun 1984 buku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 yang
menggantikan PAI 1973 diterbitkan. Komite PAI melakukan revisi
secara mendasar terhadap PAI 1973.
3. Pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total PAI 1984 dan sejak
itu mengeluarkan serial standar keuangan yang diberi nama Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan sejak 1 Oktober 1994.
Pengembangan standar akuntansi ketiga ini ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan dunia usaha dan profesi akuntansi dalam rangka megikuti dan
mengantisipasi perkembangan internasional. Banyak standar yang
dikeluarkan itu sesuai atau sama dengan standar akuntansi internasional
yang dikeluarkan oleh IASC.
Sekarang ini ada 2 PSAK yang dikeluarkan oleh 2 Dewan Standar
Akuntansi Keuangan.

1. PSAK Konvensional
2. PSAK Syariah

PSAK ini tentu akan terus bertambah dan revisi sesuai kebutuhan
perkembangan bisnis dan profesi akuntan.

 Visi Misi IAI


 Misi
1. Memelihara integritras, komitmen, dan kompetensi anggota dalam
pengembangan manajemen bisnis dan publik yang berorientasi pada etika,
tanggung jawab, dan lingkungan hidup.
2. Mengembangkan pengetahuan dan praktik bisnis, keuangan, atestasi,
nonatestasi, dan akuntansi bagi masyarakat; dan
3. Berpartisipasi aktif di dalam mewujudkan good governance melalui upaya
organisasi yang sah dan dalam perspektif nasional dan internasional.

 Visi
Visi IAI adalah menjadi organisasi profesi terdepan dalam pengembangan
pengetahuan dan praktik akuntansi, manajemen bisnis dan publik, yang

22
berorientasi pada etika dan tanggung jawab sosial, serta lingkungan hidup
dalam perspektif nasional dan internasional.

Process Prosedur Penyusunan SAK

1. Due Process Prosedur penyusunan SAK sebagai berikut :


a. Identifikasi issue untuk dikembangkan menjadi standar
b. Konsultasikan issue dengan DKSAK
c. Membentuk tim kecil dalam DSAK
d. Melakukan riset terbatas
e. Melakukan penulisan awal draft
f. Pembahasan dalam komite khusus pengembangan standar
yang dibentuk DSAK
g. Pembahasan dalam DSAK
h. Penyampaian Exposure Draft kepada DKSAK untuk
meminta pendapat dan pertimbangan dampak penerapan
standar
i. Peluncuran draft sebagai Exposure Draft dan
pendistribusiannya
j. Public hearing
k. Pembahasan tanggapan atas Exposure Draft dan Masukan
Public Hearing
l. Limited hearing
m. Persetujuan Exposure Draft PSAK menjadi PSAK
n. Pengecekan akhir
o. Sosialisasi standar

Due Process Procedure penyusunan Interpretasi SAK, Panduan Implementasi


SAK dan Buletin Teknis tidak wajib megikuti keseluruhan tahapan due process
yang diatur dalam ayat 1 di atas, misalnya proses public hearing.
Due Process Prosedure untuk pencabutan standar atau interpretasi standar yang
sudah tidak relevan adalah sama dengan due process prosedures penyusunan
standar yang diatur dalam ayat 1 di atas tanpa perlu mengikuti tahapan due

23
process e, f, i, j, dan k sedangkan tahapan m dalam 1 ayat di atas diganti menjadi :
Persetujuan pencabutan standar atau interpretasi.

Standar Akuntansi di Indonesia

Saat ini dengan adanya rencana IAI untuk mengadopsi semua IFRS maka standar
akuntansi di Indonesia menjadi terbagi atas :

1. Standar Akuntansi Umum yang akan mengadopsi IFRS dan hanya berlaku
wajib bagi perusahaan public atau Tbk
2. Standar akuntansi ETAP atau Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
3. Standar Akuntansi Syariah yang berlaku untuk semua transaksi yang
dilakukan secara syariah oleh lembaga dan pihak manapun

24
Studi Kasus

US’s SNOW URGES BALANCE IN SARBANES-OXLEY RULES

Menteri Keuangan AS, John Snow, pada hari Rabu menyatakan bahwa
menerapkan Undang – undang Sarbanes – Oxley dalam laporan keuangan dapat
meredam pertumbuhan ekonomi dan beliau bersimpatidengan perusahaan yang
terkekang dengan adanya undang – undang tersebut. “Kita perlu menjaga
keseimbangan dalam pelaksanaan undang – undang tersebut. Kita perlu
memastikan penekanannya pada substansi, bukan pada bentuk dan innocent
mistake bukanlah suatu tindakan kriminal,” kata Snow ketika memberikan
sambutan di New York University Center for Law and business. Kongress
mengeluarkan Undang – undang Sarbanes – Oxley sebagai respon atas berbagai
skandal keuangan pada beberapa perusahaan besar seperti Enron, WorldCom, dan
Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen. Sarbanes – Oxley ini diprakarsai oleh
Senator Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael Oxley (Ohio),
yang kemudian nama mereka digunakan sebagai nama undang – undang tersebut.
Komentar Snow muncul di tengah – tengah keluhan para kalangan bisnis secara
luas tentang pasal 404 undang – undang Sarbanes – Oxley, yang mengharuskan
manajer untuk menjelaskan di depan publik bagaimana mereka menjaga keuangan
perusahaan, yang terlalu mahal dan membutuhkan banyak waktu. Dalam sebuah
sesi tanya jawab dengan pendengar, Snow mengatakan bahwa dia bersimpati pada
dunia dimana para eksekutif perusahaan dan pengacara hidup dimana mereka
‘dikekang’ peraturan. “Kita sudah berlebihan. Kita harus menemukan cara untuk
merasionalisasikan proses pengawasan tata kelola perusahaan secara
keseluruhan,” kata Snow.

Menteri Keuangan, John Snow mengingatkan bahwa Sarbanes – Oxley


penting untuk memulihkan kepercayaan publik pada dunia bisnis setelah
terjadinya skandal keuangan terbesar, tetapi membawa risiko untuk menjadi
hambatan pada efektivitas dan kesadaran perusahaan Amerika Serikat untuk
berinvestasi di pasar modal. “Sarbanes – Oxley hanyalah sebuah bagian, yang
mungkin telah mengubah kemauan untuk mengambil risiko dan menghindari
risiko,” Snow merespon jawaban dari pendengar. Dia menambahkan bahwa rasio
belanja modal terhadap arus kas dan keuntungan perusahaan lebih rendah dari
yang diharapkan dikarenakan keengganan perusahaan – perusahaan di Amerika
Serikat untuk mengambil risiko. Namun, Snow menyatakan bahwa Sarbanes –
Oxley perlu diterapkan untuk menangani tindakan dari penjahat korporasi dan
tindakan manipulasi hukum. Snow menambahkan “Meskipun kita semua tahu ada
beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengubah Sarbanes-Oxley, perubahan
tersebut akan berdampak pada isu – isu politik dan bersifat kontraproduktif.”

25
Pertanyaan:

1. Berikan alasan pengenalan Sarbanes-Oxley Act di Amerika Serikat di 2002?


2. Mengapa beberapa pihak sekarang bertentangan dengan Undang-Undang?
Mengapa pandangan mereka berubah dari ketika hukum pertama kali
diperkenalkan?
3. Menurut John Snow, apa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan aturan pelaporan keuangan?
4. Apakah Anda merekomendasikan pencabutan UU? Ya atau tidak, Mengapa?

Jawaban:

1. Pada tahun 2002 diberlakukannya undang-undang Sarbanes oxley di


amerika serikat. Undang-undang Sarbanes oxley dilatar belakangi oleh
bangkrutnya sejumlah korporasi di amerika serikat. Undang-undang ini
merupakan suatu terobosan dan sebagai reformasi terbesar di USA dan
dunia pada umumnya bagi penilaian corporate govemance. Diharapkan
dengan diterbitnya undang-undang Sarbanes oxley memberikan dampak
yang positif bagi berbagai profesi, antara lain: akuntan public bersertifikat
(CPA), kantor akuntan public (KAP), perusahaan yang memperdagangkan
sahamnya, pengacara yang praktik untuk perusahaan public, investor
perbankan dan para analisis keuangan.

2. Karena mereka beranggapan bahwa biaya yang dikeluarkan terlalu mahal


untuk sebuah peraturan selain itu Sarbanes oxley memiliki dampak yang
negative bagi perusahaan yang ingin bersaing secara global, sehingga
mereka kurang setuju dengan adanya peraturan tersebut.

3. Menurut Snow aturan dalam pelaporan keuangan itu harus ditekankan


pada substansi, bukan bentuk. Aturan dalam laporan keuangan juga harus
mampu mengikat pelaporan keuangan agar tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga masyarakat luas dapat percaya kembali
setelah adanya kasus yang dialami oleh Enron.

26
4. Menurut kami tidak perlu dibubarkan, karena sabanes oxley memberikan
dampak positif bagi berbagai profesi khususnya profesi dibidang
keuangan. Selain itu Sarbanes oxley juga mengedepankan dalam
penerapan good corporate governance yang diharapkan dapat memberikan
dampak yang baik bagi pembuat laporan keuangan.

27
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam bab ini membahas beberapa teori yang relevan untuk
mengetahui suatu peraturan dalam membuat laporan keuangan serta
mengauditnya di suatu entitas. Teori – teori tersebut yaitu :
 Teori Pasar Efisien
 Teori Agensi
 Teori Regulasi

Dalam bab ini juga menjelaskan bagaimana teori regulasi di


aplikasikan pada akuntansi dan praktik audit. Pemerintah pada
berbagai negara telah mengintervensi proses pengaturan akuntansi dan
pembuatan standart akuntansi. Dalam kerangka aturan untuk akuntansi
keuangan, dijelaskan mengenai beberapa elemen kunci yang dapat
ditinjau dari kerangka pelaporan diberbagai negara. Dalam struktur
kelembagaan penetapan standart akuntansi dan aunditing disediakan
overview mengenai pembentukan dari badan internasional yang
menyediakan standart akuntansi dan standart audit.

28
DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott Holmes. 2010.
Accounting Theory, 7th ed., John Wiley & Sons, Inc. (GHT)
Santoso, Iman. 2014. Mengaplikasikan Teori Pada Regulasi Akuntansi
Teori Aakuntansi Keuangan. https://www.coursehero.com/file/20937923/TAK-
ch3/. ( Diakses tanggal 14 september 2018 )
Suwarjono. 2010. Teori Akuntnasi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi
Ketiga, BPFE (SWD)
Dazafi. 2015. Teori Akuntansi.
https://www.academia.edu/19759417/Makalah_teori_akuntansi.
(Diakses tanggal 15 september 2018)
Arinita. 2014. Kerangka Konseptual untuk Laporan Keuangan.
https://anekatulisankoe.blogspot.com/2015/01/kerangka-konseptual-untuk-
laporan.html?m=1. ( Diakses tanggal 14 september 2018 )

29

Anda mungkin juga menyukai