Break Even Point/titik impas memiliki definisi yang berbeda-beda dari para ahli.
Berikut kami paparkan definisi break even point dari beberapa ahli :
1. Menurut Mulyadi (1997 : 232) Break Event Point adalah suatu usaha yang tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi dengan kata lain suatu usaha dikatakan
impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba
kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
2. Menurut Sofyan Syafri Harahap (1998 : 358) break event berarti suatu keadaan
dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi, artinya
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh
penghasilan penjualan, dimana total biaya (tetap dan variabel) sama dengan total
penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak rugi.
3. Menurut PS. Djarwanto (2002) break event point adalah suatu keadaan impas yaitu
apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan
tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugiaan.
4. Menurut Abdul Halim adalah “Titik break even dapat didefinisikan sebagai titik pada
saat pendapatan penjualan cukup untuk menutup semua biaya produksi dan penjualan
tetapi tidak ada laba yang diperoleh”.
5. Menurut Hansen dan Mowen “Titik impas (break event point) adalah titik dimana
total pendapatan sama dengan total biaya, titik di mana laba sama dengan nol”.
Perusahaan mendapatkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi
yang dikeluarkan.
6. Menurut Henry Simamora “Titik impas (brek event point) adalah volume penjualan
dimana jumlah pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba atau rugi
bersih”. Hal tersebut dapat terjadi apabila perusahaan dalam operasinya menggunakan
biaya tetap dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya
variabel.
Jadi dapat diartikan bahwa, Break Even Point adalah suatu keadaan dimana dalam
suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi dengan kata lain “impas”
(penghasilan = total biaya). Didalam break even terdapat suatu analisa yang mempelajari
hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan yang biasa
disebut analisis break event.
Analisis break event digunakan untuk mengetahui tingkat volume penjualan sebelum
perusahaan mengalami untung dan mengalami rugi sehingga hal tersebut dapat digunakan
manajer untuk menentukan perencanaan penjualan.
dimana
P = harga jual per unit
V = biaya variabel per unit
FC = biaya tetap
Q = jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual.
Dari contoh 22.1. dapat dihitung secara Iangsung dalam unit dengan menggunakan rumus
tersebut di atas dan hasilnya adalah sebagai berikut.
𝑅𝑝. 300.000,00
𝐵𝐸𝑃 = = 5.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝. 100,00 − 𝑅𝑝. 40,00
b) Perhitungan break-even point atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus aljabar sebagai berikut:
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 = 𝑉𝐶
1− 𝑆
di mana:
PC = biaya tetap
VC = biaya variabel
S = volume penjualan.
Dari contoh 22.1. di muka, Sales pada break-even dinyatakan dalam rupiah dapat dihitung
dengan menggunakan rumus tersebut sebagai berikut:
𝑅𝑝. 300.000,00
𝐵𝐸𝑃 = 𝑅𝑝.400.000,00 = 𝑅𝑝. 500.000,00
1 − 𝑅𝑝.1.000.000,00
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa volume penjualan pada break-even
dinyatakan dalam rupiah adalah sebesar Rp500.000,00. Apabila volume penjualan tersebut
dibagi dengan harga jual per unit, hasilnya menunjukkan break-even point dalam unit yaitu:
𝑅𝑝. 500.000,00
= = 5.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝. 100,00
Dalam analisa BEP perlu pula dipahami konsep “Margin of Safety”.Besarnya margin
of safety dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Margin of Safety menupakan angka yang menunjukkan jarak antara penjualan yang
direncanakan atau dibudgetkan (budgeted Sales) dengan penjualan pada break-even. Dengan
demikian maka margin of safety adalah juga menggambarkan batas jarak, di mana kalau
berkurangnya penjualan melampaui batas jarak tersebut, perusahaan akan menderita
kerugian. Dari contoh 22.1. besamya margin of safety dapat dihitung sebagai berikut:
𝑅𝑝. 1.000.000,00 − 𝑅𝑝. 500.000,00
𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑓 𝑠𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 = × 100% = 50%
𝑅𝑝. 1.000.000,00
Angka margin of safety sebesar 50% menunjukkan kalau jumlah penjualan yang
nyata berkurang atau menyimpang lebih besar dari 50% (dari penjualan yang direncanakan)
perusahaan akan menderita kerugian. Kalau berkurangnya penjualan hanya 40% dan yang
direncanakan, perusahaan belum mendenita kerugian.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makin kecilnya margin of safety berarti
makin cepat perusahaan menderita kerugian dalam hal ada penurunan jumlah penjualan yang
nyata. Untuk membedakan batas penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian
dinyatakan dalam angka absolut dan dalam angka relatif, kadang-kadang digunakan dua
macam istilah. Untuk batas penyimpangan yang absolut digunakan istilah “margin of Safety”
dan untuk batas penyimpangan dalam angka yang relatif (dalam persentase dari sales)
digunakan istilah “margin of safety ratio”. Untuk contoh tersebut di atas besarnya “margin of
safety’ adalab Rp500.000,00 dan besarnya “margin of safety ratio” adalah 50%.
Margin Of Safety
Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan
minimum agar perusahaan tidak menderita rugi. Jika angka impas dihubungan dengan angka
pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu, akan diperoleh
informasi berapa volume penjualan yang diangarkan atau pendapatan penjualan tertentu
boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih antara volume penjualan yang
dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan angka margin of safety.
Contoh, PT ELIONA merencanakan volume penjualan sebesar Rp. 172.000.000,
sedangkan menurut perhitungan, impas tercapai pada volume penjualan sebesar Rp.
103.200.000. Angka margin of safety adalah sebesar Rp. 68.000.000 (172.000.000-
103.200.000), atau jika dinyatakan dalam persentase angka volume penjualan yang
dianggarkan adalah sebesar 40 % (Rp. 6.800.000 : Rp 172.000.000).
Angka margin of safety ini memberikan informasi berapa maksimum volume
penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun, agar perusahaan tidak menderita rugi atau
dengan kata lain angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan
volume penjualan yang direncakan, yang tidak mengakibatkan kerugian. Dari data di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan yang dianggarkan tersebut tidak
dapat dicapai, maka maksimum penurunan yang boleh terjadi adalah sebesar Rp. 68.000.000
atau 40 % nya, agar perusahaan tidak menderita kerugian.
Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila dihubungkan
dengan marginal income ratio (profit-volume ratio).
Laba = 75 % x 40 % = 30 %
Margin of safety ratio (M/S ratio) dapat pula dihitung dengan rumus :
𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜
𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑓 𝑠𝑎𝑡𝑒𝑡𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜
30 %
Dari contoh diatas M/S ratio = 75 % = 40 %
Margin of Safety
Margin of Safety adalah batas keamanan yang menyatakan sampai seberapa jauh
volume penjualan yang dianggarkan boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi
atau dengan kata lain, batas maksimum penurunan volume penjualan yang
dianggarkan, yang tidak mengakibatkan kerugian.
Misalnya margin of safety ditemukan 30%, artinya realisasi penjualan
dipertahankan jangan sampai turun lebih dari 30%. Apabila realisasi penjualan turun
lebih dari 30%, maka perusahaan akan menderita kerugian, sedang bila penurunan
sampai 30% perusahaan dalam kondisi Break even yang digunakan untuk mencari
tingkat keamanan atau MoS adalah sebagai berikut.
2. Penjualan MoS
= 133,33 %
Hal ini berarti bahwa tingkat penjualan perusahaan tersebut tidak boleh turun lebih
dari 33,33 % dari penjualan break even.
Realisasi penjualan tidak boleh turun lebih dari Rp. 12.500.000,- dari penjualan yang
direncanakan.
Artinya penjualan tidak boleh turun lebih dari 25 % penjualan yang direncanakan.
Realisasi penjualan tidak boleh turun lebih dari Rp. 12.500.000,- dari penjualan yang
direncanakan.
Contoh Soal :
Pada pembahasan ini, jumlah produksi celana jeans model standart yang
dihasilkan oleh home industry Aryo Collection pada bulan Maret 2012 adalah 3000
potong dengan komposisi produksinya adalah 1400 potong celana jeans pria dan 1600
potong celana jeans wanita. Untuk menganalisis biaya laba volume, terlebih dahulu
akan digolongkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan kedalam biaya
tetap dan biaya variabel. Untuk kemudian dihitung besarnya Break Even Point (BEP)
beserta pembuktiannya, Margin of Safety (MOS), Degree of Operating Leverage
(DOL), Shut Down Point (SDP).
Tabel 4.1
Rp 77.000.000 Rp 80.000.000
Tabel 4.2
1. Celana Jeans Pria = 47% x 1264 unit = 589,963477 unit = 590 Unit
Rp 66.160.190
Dalam perusahaan yang memproduksi dan menjual lebih dari satu macam produk,
manajemen tidak hanya menghadapi masalah mencari komposisi produk yang dijual yang
menghasilkan laba maksimum, namun juga memerlukan informasi kontribusi masing-masing
produk dalam menghasilkan laba perusahaan secara keseluruhan.
Contoh :
Misalkan, PT El Sari menjual tiga macam produk dengan komposisi sebagai berikut :
Produk A = 10.000 unit; Produk B = 15.000 unit; Produk C = 10.000 unit. Perhitungan
laba kontribusi untuk masing-masing produk disajikan sebagai berikut :
Persentase
Biaya Profit
Variabel Volume
Pendapatan Laba dari Hasil Ratio (P/V
Produk Penjualan Biaya Variabel Kontribusi Penjualan Ratio
A 250.000 150.000 100.000 60 % 40 %
B 450.000 180.000 270.000 40 % 60 %
C 500.000 150.000 350.000 30 % 70 %
1.200.000 480.000 720.000 40 % 60 %
Biaya Tetap 500.000
Laba Bersih 220.000
500.000
Impas = = 833.333
0,6
Contoh
Suatu perusahaan menghasilkan dua macam produk yaitu Produk A dan B. dimana data
keuangannya sebagai berikut :
Pertanyaan :
a. BEP Total (Produk A dan B) ?
b. BEP (unit dan Rp) produk A dan BEP (unit dan Rp) produk B ?
Jawab :
Jadi Produk mix dalam satuan Unit (A: B) sesudah BEP = 12.000 Unit : 4.800 Unit = 2,5 : 1.
Sedangkan Produk mix dalam satuan Unit (A: B) sebelum BEP = 2,5 : 1.
Kesimpulan : Produk mix (Unit) sebelum dan sesudah BEP tetap konstan
BEP dalam multi produk tidak berarti bahwa :
Laba operasi (operating income) hanya mencakup pendapatan dan beban dari
operasional normal perusahaan. Net income menyatakan hasil dari laba operasi
dikurangi pajak penghasilan Setelah memiliki ukuran unit yang terjual dapat
dikembankan persamaan laba operasi dengan menyatakan pendapatan penjualan dan
beban variabel dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Secara lebih spesifik,
pendapatan penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang
terjual, dan total biaya variabel adalah biaya variabel per unit dikali jumlah unit yang
terjual. Dengan demikian, persamaan laba operasi menjadi:
Laba operasi = (Harga x Jumlah unit terjual) - (Biaya variabel per unit x Jumlah unit
terjual) -Total biaya tetap