Anda di halaman 1dari 3

KOLESTEROL VS SELEDRI

“Waktu adalah uang”, kalimat tersebut seringkali kita dengar di era modern
seperti ini. Semua orang menginginkan sesuatu yang serba cepat untuk memanfaatkan
waktu yang ada. Begitu pula halnya dengan makanan, fast food bahkan drive thru
yang mengandung banyak sodium, kolestrol dan lemak jenuh dijadikan alternatif oleh
kebanyakan orang yang merasa tidak memiliki waktu banyak sehingga tidak
memperhatikan kandungan gizi dan manfaatnya bagi tubuh.
Tubuh yang mengandung terlalu banyak sodium dapat meningkatkan aliran
dan tekanan darah, sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat. Seseorang yang
mempunyai kadar kolestrol melebihi ambang batas normal (hiperkolesterolemik)
beresiko terkena aterosklerosis. Pola hidup yang salah seperti tidur terlalu malam dan
malas untuk berolahraga merupakan salah satu cara yang menyebabkan terjadinya
penimbunan lemak dan kolestrol.
Departemen Kesehatan RI melakukan survey pada tahun 1992 mengenai
penyakit jantung koroner yang ternyata menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia.
Penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh aterosklerosis yang dipercepat oleh
tingginya kadar kolestrol dalam darah. Kolestrol tersebut akan menempel pada
permukaan dalam dinding pembuluh darah koroner sehingga menyebabkan
penyempitan dan hilangnya elastisitas pembuluh darah.
Selain dapat menyebabkan aterosklerosis, kolestrol dalam tubuh juga bisa
mengganggu proses metabolisme dan menyebabkan obesitas serta dapat memicu
terjadinya tekanan darah tinggi. Tentu saja kita tidak menginginkan hal tersebut
bukan? Maka dari itu berolahraga secara teratur dan mengonsumsi sayur serta buah
menjadi sangat penting untuk menghindari tubuh dari berbagai penyakit.
Seledri atau Apium graveolens L, tanaman daun yang terkadang hanya
menjadi pelengkap dalam bahan makanan ini ternyata dapat membantu untuk
menurunkan tekanan darah tinggi dan kolestrol jahat. Selain itu, seledri juga dapat
digunakan sebagai sampo yang dapat menghitamkan rambut.
Kandungan senyawa kimia pada daun seledri adalah apiin, apigenin, manitol,
inositol, asparagin, glutamin, kholin, pro vitamin A, vitamin C, dan vitamin B,
sementara kandungan asam-asam dalam daun seledri diantaranya adalah asam-asam
resin, asam lemak terutama asam palmitat, asam oleat, asam linoleat, dan petroselinat.
Berdasarkan penelitian yang ada, asam lemak tidak jenuh pada seledri yaitu
asam linoleat dan asam oleat yang dapat berfungsi menurunkan kadar Low Density
Lipoprotein (LDL) dan meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang
menyebabkan metabolisme kolestrol dalam empedu meningkat sehingga dapat
dikeluarkan dari dalam tubuh. Eksrak tanin dalam seledri mampu mempercepat
pembuangan kolestrol melalui feses.
Selain itu, aktivitas senyawa tanin dapat mencegah terjadinya stress oksidatif
yaitu ketidakseimbangan antara produksi oksidan dan antioksidan terkait dengan
konsumsi radikal bebas. Dengan kata lain, seledri juga dapat berfungsi sebagai
antioksidan dalam tubuh.
Jadi, tidak ada lagi alasan untuk menolak mengonsumsi si kecil hijau satu ini.
Di Eropa, seledri segar dikonsumsi secara langsung, karena banyak mengandung zat
gizi serta vitamin yang baik untuk tubuh.
Data pengirim :
Nama : Mutia Aryanti T
NPM : 240210140010
Jurusan : Teknologi Industri Pangan
Fakultas : Teknologi Industri Pertanian
Institusi : Universitas Padjajaran
Tempat, tgl lahir : Tasikmalaya, 19 Maret 1996
Alamat : Bumi Rizki Wibawa 1, Jatinangor, Kab. Sumedang
E-mail : Aryantimutia@yahoo.com
No Telepon : 085718761941

Anda mungkin juga menyukai