Prosedur
Prosedur
NIM : 1313015067
PROSEDUR PENELITIAN
A. Pembuatan Simplisia
1. Sampel daun pila-pila dikumpulkan
2. Sampel disortasi kering untuk menghilangkan bagian yang tidak dibutuhkan
dan memilih daun yang baik serta layak untuk diekstraksi
3. Sampel kemudian dicuci dengan air bersih untuk membersihkan dari pasir dan
kotoran lain
4. Sampel kemudian dipotong kecil untuk mempercepat proses pengeringan
5. Sampel dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dalam ruangan yang tidak
terkena cahaya matahari.
6. Sampel daun pila-pila yang telah kering ditimbang
B. Ekstraksi
1. Sampel yang telah kering dan diketahui beratnya diekstraksi dengan
menggunakan metode maserasi yakni menggunakan pelarut metanol p.a
dengan cara merendam sampel sampai sampel terendam sempurna dalam
pelarut di wadah kaca selama ± 24 jam dalam suhu ruang sambil dilakukan
pengadukan sesekali.
2. Setelah filtrat diperoleh, dilakukan remaserasi dengan merendam sampel daun
hasil meserasi pertama menggunakan pelarut metanol p.a yang baru dan
dilakukan remaserasi sampai didapatkan hasil filtrat berwarna bening
3. Selanjutnya disaring dengan menggunakan corong buchner yang diberi kertas
saring
4. Dipekatkan ekstrak dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40 °C
dan ditampung pada wadah kaca yang telah diketahui beratnya lalu diuapkan
dengan cara diangin-anginkan sampai menghasilkan ekstrak kering daun pila-
pila.
5. Ekstrak kering kemudian ditimbang
6. Dihitung berat ekstrak dengan cara mengurangkan berat wadah yang berisi
ekstrak dengan berat wadah kosong
7. Dihitung persen rendamen
C. Fraksinasi
1. Ekstrak kering ditimbang sebanyak 5 gram dan dilarutkan dalam 50 mL
aquades
2. Dimasukkan larutan ke dalam corong pisah dan ditambah pelarut n-Hexana 50
mL lalu digojog sampai tercampur dan diamkan sampai larutan memisah
menjadi dua lapisan yaitu lapisan air dan lapisan n-heksana.
3. Lapisan n-heksana dikeluarkan, ditampung dan diperoleh bagian yang larut
dalam n-heksan. Bagian larut air yang terdapat dalam corong pisah
ditambahkan kembali pelarut n-heksan dan dilakukan penggojokan kembali
hingga terbentuk 2 lapisan,
4. Lapisan n-heksana yang diperoleh ditampung dalam wadah dan dilakukan
beberapa pengulangan hingga diperoleh lapisan n-Hexana terlihat bening.
5. Lapisan yang larut aquadest diambil untuk dilakukan partisi selanjutnya
dengan pelarut etil asetat dan n-butanol.
6. Sampel yang telah dipartisi kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 40 °C dan ditampung pada wadah kaca yang telah
diketahui beratnya
7. Ditimbang berat sampel kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi dengan
menggunakan kromatografi kolom pada pelarut yang memiliki potensi
toksisitas terhadap Artemia salina Leach dan potensi antioksidan dan fraksi
dimonitoring dengan menggunakan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
untuk mengelompokkan lebih lanjut fraksi-fraksi yang diperoleh berdasarkan
kesamaan kandungan kimia dari bercak KLT.
8. Kolom fraksinasi disiapkan dengan memasukkan 100 g serbuk silika gel 60
GF254 ke dalam sinter glass berdiameter 6 cm selanjutnya divakum dan
ditekan-tekan hingga tinggi silika tersebut kurang lebih setengah dari sinter
glass.
9. Persiapan sampel untuk fraksinasi dilakukan dengan menambahkan 5 g bahan
uji dari pelarut yang berpotensi (aktif) dengan n-heksan kemudian
ditambahkan lagi dengan 10 g silika gel GF254 dan diaduk rata selanjutnya
diangin-anginkan hingga terbentuk serbuk dari silika gel dan sampel yang
kering
10. Serbuk sampel yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan
dielusi dengan menggunakan menggunakan berbagai komposisi eluen dengan
metode kromatografi kolom. Kemudian fraksi-fraksi yang didapat ditampung
dalam vial
11. Fraksi-fraksi yang diperoleh kemudian dimonitoring dengan metode KLT
dengan cara dibuat eluen masing-masing sebanyak 2 mL lalu dijenuhkan eluen
dengan memasukkan kertas saring di dalamnya dan diamati kenaikan eluen
pada kertas saring, lalu ambil kertas saring dan ditutup eluen
12. Dipotong plat KLT menjadi bagian-bagian kecil dengan panjang 6 cm dan
lebar 2 cm lalu diberi garis batas bawah 1 cm dan batas atas 0,5 cm dengan
menggunakan jarum
13. Dilakukan penotolan larutan fraksi-fraksi dengan menggunakan pipa kapiler
pada batas bawah lempeng
14. Dimasukkan plat KLT yang telah ditotol ke dalam chamber yang berisi eluen
yang telah dijenuhkan
15. Diamati kenaikan pelarut pada plat KLT dan jika telah sampai pada batas atas,
diangkat plat KLT
16. Diangin-anginkan plat KLT hingga kering lalu diamati spot warna yang
timbul di bawah lampu UV 254 nm dan 366 nm
17. Digabungkan fraksi yang memiliki profil kandungan senyawa kimia yang
hampir sama, dan kemudian fraksi-fraksi yang didapat dikeringkan dengan
cara diangin-anginkan dalam suhu ruang.