Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


ELEMINASI

A. Masalah Keperawatan
Pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi.

B. Pengertian
Eleminasi merupakan proses pembuangan sisa- sisa metabolism tubuh dapat
melalui urine ataupun bowel (Tarwoto dan Wartonah, 2010). Eliminasi merupakan
kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan dalam menentukan
kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan
homeostasis melalui pembuangan sisa-sisa metabolism. (Potter& Perry, Fundamental
Keperawatan Edisi 4 Volume 2, hal 1679, 2010)
Kebutuhan eliminasi terdiri dari 2 yaitu eliminasi urine (Buang air kecil) dan
eliminasi alvi (buang air besar) yang merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan
bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa. (Hidayat,2015)
Kebutuhan eleminasi terdiri dari dua, yaitu eleminasi urine (buang air kecil) dan
eleminasi alvi (buang air besar), yang merupakan bagian dari kebutuhan fisiologi dan
bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2010).Secara
garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi ke dalam dua jenis yaitu sampah yang
berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feces (nondigestible waste) serta
sampah metabolisme yang dibuang baik bersama feses ataupun melalui saluran lain
seperti urine, CO2, nitrogen, dan H2O. (Potter& Perry, Fundamental Keperawatan
Edisi 4 Volume 2, hal 1679, 2010)
1. Gangguan Eliminasi Urine
Proses Berkemih adalah proses pengosongan vesika urinaria (kandung
kemih). Proses ini dimulai dengan terkumpulnya urine dalam vesika urinaria
yang merangsang saraf-saraf sensorik dalam dinding vesika urinaria (bagian
reseptor). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi
kurang lebih 250-450 cc (pada org dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).
komposis urine air (96%) dan larutan 4% yang terdiri dari larutan organic (urea,
amoniak, keratin, dan asam urat), serta larutan anorganik (Natrium, klorida,
kalium, sulfat, magnesium, dan fosfor).
Faktor yang mempengaruhi eleminasi urine antara lain : diet dan supan,
respons keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stress psikologis, tingkat
aktivitas, tingkat perkembangan, kondisi penyakit, sosio cultural, kebiasaan
seseorang, tonus otot, pembedahan, pengobatan, dan pemeriksaan diagnostic.
(Uliyah & Hidayat, 2008)
Gangguan eliminasi urine adalah suatu keadan dimana seorang individu
mengalami gangguan dalam pola berkemih. (NANDA NIC NOC 2013, Edisi
Revisi Jilid 2, hal 597)
Gangguan eliminasi urine adalah keadaan ketika seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine (Lynda Juall
Carpenito-Moyet, hal 502).
2. Gangguan Eliminasi Fekal
Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut dengan
buang air besar. Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi yaitu
terletak di medulla dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan
parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar
menguncup. Rangsngan pada sfingter anus bagian luar setiap waktu menguncup
dan mengendur reflek defekasi dirangsang. (Hidayat, 2015)
Feses terdiri dari 75% air dan 25% materi padat. Feses normal berwarna
coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin, dan aktivitas bakteri dan bau khas
karena pengaruh dari mikroorganisme.
Faktor yang mempengaruhi proses defekasi antara ain : usia, diet, asupan
cairan, aktivitas, pengobatan, gaya hidup, penyakit, nyeri, dan kerusakan sensoris
dan motoris. (Hidayat,2015)
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan
jarang buang air besar, keras, feses kering.

C. Gejala dan Tanda


1. Gangguan Eliminasi urin
a. Retensi Urin
Subjektif :
1) Ketidak nyamanan daerah pubis.
2) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
3) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
4) Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
5) Ketidaksanggupan untuk berkemih
6) Sensasi penuh pada kandung kemih

Objektif :

1) Disuria/anuria
2) Distensi kandung kemih
3) Inkontinesia berlebih
4) Residu urin 150 ml atau lebih
b. Inkontinensia urin refleks
 Gejala dan tanda mayor
 Tidak mengalami sensasi berkemih
 Dribbling
 Sering buang air kecil
 Nokturia (sering kencing)
 Enuresis (mengompol)
 Volume residu urine meningkat
c. Inkotensia urine stres
 Gejala dan tanda mayor
 Mengeluh keluar urine < 50 ml saat tekanan abdominal meningkat
(misalnya saat berdiri, bersin, tertawa, berlari atau mengangkat
benda berat)
 Gejala dan tanda minor
 Pengeluaran urin tidak tuntas
 Urgensi miksi
 Frekuensi berkeming meningkat
 Overdistensi abdomen
d. Inkontensia urin urgensi
 Keinginan berkemih yang kuat disertai dengan inkotinesia

2. Gangguan Eliminasi Fekal


a. Konstipasi
1) Menurunnya frekuensi BAB
2) Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
3) Nyeri rectum
4) Feses keras
5) Peristaltik usus menurun
6) Teraba massa pada rektal
b. Inkotinensia fekal
1) Tidak mampu mengontrol pengeluaran feses
2) Tidak mampu menunda defekasi
3) Feses keluar sedikit-sedikit tapi sering
4) Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
5) BAB encer dan jumlahnya banyak
6) Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal
cord dan tumor spingter anal eksternal
7) Bau feses
8) Kulit perianal kemerahan
c. Impaction
1) Tidak BAB
2) Anoreksia
3) Kembung/kram
4) Nyeri rectum
d. Diare
1) Nyeri/kram abdomen
2) BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk
3) Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
4) Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa.
5) Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan BAB.
6) Frekuensi peristaltik meningkat > 30 kali
7) Bising usus hiperaktif > 30 kali
e. Flatulens
1) Menumpuknya gas pada lumen intestinal,
2) Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram.
3) Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
f. Hemoroid
1) Pembengkakan vena pada dinding rectum
2) Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
3) Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
4) Nyeri

D. Pohon Masalah
1. Eleminasi Urine

Diet dan asupan Jumlah urin


yang dibentuk
Respon keinginan Menahan urine
awal untuk berkemih Gangguan pola
eleminasi
Gaya Hidup Fasilitas toilet urine:
inkontinensia
Stres Psikologis Meningkatkan
sensitivitas
Tingkat Aktivitas
Pengontrolan
urine menurun
Tingkat Gangguan
Kesulitan
Perkembangan Eleminasi
mengontrol
e buang air kecil
Kondisi Penyakit Urine
Produksi urine

Sosiokultur
Kultur
masyarakat
Retensi Urine
Kebiasaan Seseorang Sulit berkemih
saat sakit
Tonus Otot Kontaksi pengontrol
pengeluaran urine
Pembedahan
Penurunan
produksi urine
Pengobatan
Penurunan
jumlah urine

2. Eleminasi Fekal
Bakteri, virus,
parasit

Masuk dalam
saluran cerna

Berkembang biak
di usus

Reaksi pertahanan
dari E.coli

Pertahanan tubuh
menurun

Kurangnya asupan Pola makan Pengaruh Penyakit


cairan dan makanan terganggu medikasi obat

Gangguan eliminasi

fekal
Konstipasi Diare Inkontinensia

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Eleminasi Urine
a. Pemeriksaan urine (urinalisis):
1) Warna (N: jernih kekuningan)
2) Penampilan (N: Jernih)
3) Bau (N: beraroma)
4) pH (N: 4,5- 8,0)
5) Berat jenis (N: 1,005- 1,030)
6) Glukosa (N: negatif)
7) Keton (N: negatif)
b. Kultur urine (N: kuman pathogen negatif).
2. Eleminasi Fekal
a. Endoskopi atau gastroskopi UGI
Endoskopi atau gastroskopi UGI memungkinkan visualisasi esophagus,
lambung, dan duodenum. Sebuah gastroskop memampukan dokter
mengambil specimen jaringan (biopsi), mengangkat pertumbuhan jaringan
yang abnormal (polip), dan sumber- sumber darah samar dari perdarahan.
b. Proktoskopi dan sigmoidoskopi
Proktoskopi dan sigmoidoskopi merupakan instrumen yang kaku,
berbentuk selang yang dilengkapi dengan sumber cahaya.Sigmoidoskopi
memungkinkan visualisasi anus, rectum, dan kolon sigmoid.Protoskopi
memungkinkan visualisasi anus dan rectum.Kedua tes memungkinkan
dokter mengumpulkan specimen jaringan dan membekukan sumber- sumber
perdarahan.
c. Rongen Media Kontras
Klien menelan media kontras atau media yang diberikan sebagai
enema.Salah satu media paling umum digunakan adalah barium, suatu
substansi radioopaq berwarna putih menyerupai kapur, yang diminumkan ke
klien seperti milkshake.Pemeriksaan GI bagian atas adalah pemeriksaan
media kontras yang ditelan dengan menggunakan sinar-X, yang
memungkinkan dokter melihat esophagus bagian bawah, lambung, dan
duodenum.

F. Penatalaksanaan Medis
1. Eleminasi Urine
a. Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
Cara pengambilan urine antara lain: pengambilan urine biasa,
pengambilan urine steril, dan pengumpulan selama 24 jam.
1) Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara
mengeluarkan urine secara biasa, yaitu buang air kecil. Pengambilan
urine biasa ini biasanya dilakukan untuk memeriksa gula atau
kehamilan.
2) Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan
menggunakan alat steril, dilakukan dengan cara kateterisasi atau pungsi
supra pubis. Pengambilan urine steril bertujuan untuk mengetahui
adanya infeksi pada utera, ginjal, atau nsaluran kemih lainnya.
3) Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang
dikumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah
urine selama 24 jam dan mengukur berat jenis, asupan dan pengeluaran,
serta mengetahui fungsi ginjal.
b. Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urinal
Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal merupakan
tindakan keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu buang air
kecil sendiri di kamar kecil menggunakan alat penampung (urinal) dengan
tujuan menampung urine (air kemih) dan mengetahui kelainan dari urine
(warna dan jumlah).
c. Melakukan Kateterisasi
Kateterisasi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan
kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan
membantumemenuhi kebutuhan eleminasi dan sebagai pengambilan bahan
pemeriksaan. Pelaksanaan kateterisasi dapat dilakukan melalui dua cara:
intermiten (straight kateter) dan indwelling (foley kakteter).
d. Menggunakan Kondom Kateter
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan dengan
cara memberikan kondom kateter kepada pasien yang tidak mampu
mengontrol berkemih. Cara ini bertujuan agar pasien dapat berkemih dan
mempertahankannya.
2. Eleminasi Fekal
a. Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang
dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan, yaitu
pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan).
1) Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses terdiri atas
pemeriksaan warna, bau, konsistensi, lender, darah, dan lain- lain.
2) Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan
dengan cara toucher
b. Menolong Buang Air Besar dengan Menggunakan Pispot
Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot merupakan
tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang
air besar secara sendiri di kamar kecil dengan membantu menggunakan pisot
(penampung) untuk buang air besar di tempat tidur dan bertujuan memenuhi
kebutuhan eliminasi fekal.
c. Memberikan Huknah Rendah
Memberikan huknah rendah merupakan tindakan keperawatan dengan
cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon desenden dengan
menggunakan kanula rekti melalui anus, bertujuan mengosongkan usus pada
proses pra bedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai
dampak dari pascaoperasi dan merangsang buang air besar bagi pasien yang
mengalami kesulitan dalam buang air besar.
d. Memberikan Huknah Tinggi
Memberikan huknah tinggi merupakan tindakkan keperawatan dengan
cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon asenden dengan
menggunakan kanula usus, bertujuan mengosongkan usus pada pasien
prabedah atau untuk prosedur diagnostik.
e. Memberikan Gliserin
Memberikan gliserin merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus menggunakan spuit
gliserin, bertujuan merangsang perisstaltik usus, sehingga pasien dapat
buang air besar (khususnya pada orang yang mengalami sembelit) dan juga
dapat digunakan untuk persiapan operasi.
f. Mengeluarkan Feses dengan Jari
Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakan keperawatan
dengan cara memasukkan jari ke dalam rektum pasien, digunakan untuk
mengambil atau menghancurkan massa feses sekaligus mengeluarkannya.
Indikasi tindakan ini adalah apabila massa feses terlalu keras dan dalam
pemberian edema tidak berhasil, konstipasi, serta terjadi pengerasan feses
yang tidak mampu dikeluarkan pada lansia.

G. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Identitas pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, status, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, no CM, diagnosa medis, sumber biaya.
Identitas penanggung jawab meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, status,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
2) Keluhan Utama
3) Kronologi Keluhan
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Kebutuhan Bio- Psiko- Sosial- Spiritual
Kebutuhan Bio- Psiko- Sosial- Spiritual meliputi: bernapas, makan, minum,
eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu,
rasa aman dan nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas,
pengetahuan, rekreasi, dan ibadah.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit, dan kebersihan diri.
b. Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
c. Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan hasil pemeriksaan laboratorium.
6. Batasan Karakteristik
a. Eliminasi Urine
1) Data Mayor
Melaporkan atau mengalami masalah eliminasi urine, seperti :
a) Dorongan berkemih g) Distensi kandung kemih
b) Sering berkemih h) Inkontinensia
c) Disuria i) Volume urine residu yang banyak
d) Nokturia j) Keragu-raguan
e) Enuresia k) Retensiurine
f) Menetes
2) Data Minor
a) Meringis, gelisah dan rasa tidak nyaman.
b. Eliminasi Fekal
1) Data Mayor
a) Feces lunak dan atau c) Peningkatan frekuensi defekasi
cair d) Defekasi kurang dari tiga kali
b) Feces keras dan seminggu
berbentuk e) Defekasi lama dan sulit
2) Data Minor
a) Nyeri abdomen
b) Frekuensi bising usus meningkat
c) Peningkatan dalam keenceran atau volume feces
d) Penurunan bising usus
e) Mengeluh rektal terasa penuh
f) Mengeluh ada tekanan pada rectum
g) Nyeri saat defekasi
h) Impaksi yang dapat diraba
i) Pengosongan terasa tidak adekuat

H. Daftar Masalah Keperawatan


1. Gangguan Eleminasi Urine
a. Gangguan pola eleminasi urine: Inkontinensia
 Definisi:Kondisi dimana seseorang tidak mampu mengendalikan
pengeluaran urine
 Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Gangguan neuromuskuler.
2) Spasme bladder.
3) Trauma pelvic.
4) Infeksi saluran kemih.
5) Trauma medulla spinalis.
 Kemungkinan data yang ditemukan:
1) Inkontinensia.
2) Keinginan berkemih yang segera.
3) Sering ke toilet.
4) Menghindari minum.
5) Spasme bladder.
6) Seriap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml
 Tujuan yang diharapkan:
1) Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam.
2) Tidak ada tanda- tanda retensi dan inkontinensia urine.
3) Klien berkemih dalam keadaan rileks.
b. Retensi urine
 Definisi:pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
 Penyebab :
1) Peningkatan tekanan uretra.
2) Kerusakan arkus refleks.
3) Blok spingter.
4) Disfungsi neurologis (mis. Trauma, penyakit saraf).
5) Efek agen farmakologis (mis. Atripine, antihistamin, opiate).
6) Sumbatan saluran kemih.
 Tanda dan gejala
Subjektif :
 Ketidak nyamanan daerah pubis.
 Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
 Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
 Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
 Ketidaksanggupan untuk berkemih
 Sensasi penuh pada kandung kemih

Objektif :

 Disuria/anuria
 Distensi kandung kemih
 Inkontinesia berlebih
 Residu urin 150 ml atau lebih

 Kemungkinan data yang ditemukan:


1) Tidak tuntasnya pengeluaran urine.
2) Distensi bladder.
3) Hipertropi prostat.
4) Kanker.
5) Infeksi saluran kemih.
6) Pembedahan besar abdomen.
 Tujuan yang diharapkan:
1) Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam.
2) Tanda dan gejala retensi urine tidak ada.
2. Gangguan Eleminasi Fekal
a. Gangguan eleminasi fekal: Konstipasi (actual/ risiko)
 Definisi:
Penurunan defekasi normal yang diserta pengeluaran feses sulit dan
tidak tuntas serta fese kering dan banyak
 Penyebab
Fisiologis
 Penurunan motilitas gastrointestinal
 Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
 Ketidakcukupan diet
 Ketidakcukupan asupan serat
 Ketidakcukupan asupan cairan
 Kelemahan otot abdomen
Psikologis
 Konfusi
 Depresi
 Gangguan emosional
Situasional
 Perubahan kebiasaan makan (misalnya, jenis makanan,jadwal
makanan)
 Ketidakadekuatan toileting
 Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
 Penyalahgunaan laksatif
 Efek agen farmakologis
 Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
 Kebiasaan menahan dorongan defekasi
 Perubahan lingkungan
 Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
- Defekasi kurang dari 2 kali - Feses keras
seminggu - Peristaltik usus menurun <
- Pengeluaran feses lama dan sulit 5 kali

 Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
- Mengejan saat defekasi - Distensi abdomen
- Kelemahan umum
- Teraba massa pada rektal

 Tujuan yang diharapkan:


 Pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowel.
 Terjadi perubahan pola hidup untuk menurunkan factor penyebab
konstipasi.
b. Gangguan eliminasi: diare
 Definisi:
Pengeluaran feses yang sering, lunak, dan tidak berbentuk
 Penyebab
Fisiologis
 Imflamasi gastrointestinal
 Iritasi gastrointestinal
 Proses infeksi
 malabsorpsi
Psikologis
 kecemasan
 tingkat stres tinggi
Situasional
 Terpapar kontaminan
 Terpapar toksin
 Penyalahgunaan laksatif
 Penyalahgunaan zat
 Program pengobatan (analgesik, antasida, antibiotik)
 Perubahan air dan makanan
 Bakteri pada air
 Tanda dan gejala
Subjektif
 Urgency
 Nyeri/ kram abdomen
Objektif
 Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
 Feses lembek atau cair
 Frekuensi peristaltik meningkat
 Bising usus hiperaktif
 Tujuan yang diharapkan:
 Pasien kembali buang air besar ke pola normal.
 Keadaan feses berbentuk dan lebih keras.
c. Gangguan eleminasi fekal: inkotinensia
 Definisi:
Perubahan kebiasaan buang air besar dari poal normal yang ditandai
dengan pengeluaran feses secara involunter (tidak disadari).
 Penyebab :
 Kerusakan susunan saraf motorik bawah
 Penurunan tonus otot
 Gangguan kognitif
 Penyalahgunaan laksatif
 Kehilangan fungsi pengendalian spingter rektum
 Ketidakmampuan mencapai kamar kecil
 Diare kronis
 Stres berlebihan
 Gejala dan tanda
 Tidak mampu mengontrol pengeluaran feses
 Tidak mampu mengontrol defekasi
 Fese keluar sedikit-sedikit dan sering
 Kulit perianal kemerahan
 Tujuan yang diharapkan:
 Pasien dapat mengontrol pengeluaran feses.
 Pasien kembali pada pola eleminasi normal.
I. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan Eleminasi Urine
a. Gangguan pola eleminasi urine: inkontinensia

No. Tujuan Intervensi Rasional

1 Setelah dilakukan Monitor keadaan Membantu


tindakan keperawatan bladder setiap 2 mencegah distensi
selam 1 x24 jam
diharapkan pasien jam atau komplikasi
dengan gangguan
dengan gangguan pola Tingkatkan Meningkatkan
eliminasi urine : aktivitas dengan kekuatan otot
inkontinensia dapat
melakukan kolaborasi dokter/ ginjal dan fungsi
aktivitasnya dengan fisioterapi bladder
criteria hasil :
1) Klien dapat Kolaborasi dalam Mengatasi faktor
mengontrol
pengeluaran urine bladder training penyebab
setiap 4 jam.
2) Tidak ada tanda- Hindari faktor Mengurangi/
tanda retensi dan pencetus menghindari
inkontinensia
inkontinensia inkontinensia
urine.
3) Klien berkemih urine seperti
dalam keadaan cemas
rileks.
Kolaborasi Mengatasi faktor
dengan dokter penyebab
dalam pengobatan
dan kateterisasi
Jelaskan tentang: Meningkatkan
Pengobatan, pengetahuan dan
kateter, penyebab, diharapkan pasien
tindakan lainnya lebih kooperatif
b. Retensi urine

No. Tujuan Intervensi Rasional

1 Setelah dilakukan Monitor keadaan Menentukan masalah


tindakan bladder setiap 2
keperawatan
selam 1 x24 jam jam
diharapkan pasien Ukur intake dan Memonitor
dengan gangguan
dengan gangguan output cairan keseimbangan cairan
retensi urine dapat setiap 4 jam
melakukan
Berikan cairan Menjaga deficit
aktivitasnya
dengan criteria 2000ml/ hari cairan
hasil : dengan kolaborasi
1. Pasien dapat
Kurangi minum Mencegah nokturia
mengontrol
setelah jam 6
pengeluaran
malam
bladder setiap
Kaji dan monitor Membantu
4 jam.
analisis urine memonitor
2. Tanda dan
elektrolit dan berat keseimbangan cairan
gejala retensi
badan
urine tidak ada.
Lakukan latihan Meningkatkan fungsi
pergerakan ginjal dan bladder
Lakukan relaksasi Relaksasi pikiran
ketika duduk dapat meningkatkan
berkemih kemampuan
berkemih
Ajarkan teknik Menguatkan otot
latihan dengan pelvis
kolaborasi dokter/
fisioterapi
Kolaborasi dalam Mengeluarkan urine
pemasangan
kateter

2. Gangguan Eleminasi Fekal


a. Gangguan eleminasi fekal: konstipasi (actual/ risiko)

No. Tujuan Intervensi Rasional

1 Setelah dilakukan Catat dan kaji Pengkajian dasar


tindakan kembali warna, untuk mengetahui
keperawatan selam
1 x24 jam konsistensi, adanya masalah
diharapkan pasien jumlah, dan bowel
dengan gangguan
waktu buang air
dengan gangguan
eliminasi fekal : besar
konstipasi dapat
Kaji dan catat Deteksi dini
melakukan
aktivitasnya dengan pergerakan usus penyebab konstipasi
criteria hasil :
1. Pasien kembali Jika terjadi fecal Membantu
ke pola normal impaction: mengeluarkan feses
dari fungsi  Lakukan
bowel. pengeluaran
2. Terjadi manual
perubahan pola  Lakukan
hidup untuk gliserin klisma
menurunkan Konsultasikan Meningkatkan
factor dengan dokter eleminasi
penyebab tentang:
konstipasi. pemberian
laksatif, enema,
pengobatan
Berikan cairan Membantu feses
adekuat lebih lunak

Berikan makanan Menurunkan


tinggi serat dan konstipasi
hindari makan
yang banyak
mengandung gas
dengan konsultasi
bagian gizi
Bantu klien Meningkatkan
dalam melakukan pergerakan usus
aktivitas pasif dan
aktif
Berikan Mengurangi/
pendidikan menghindari
kesehatan inkontinensia
tentang: personal
hygiene,
kebiasaan diet,
cairan dan
makanan yang
mengandung gas,
aktivitas,
kebiasaan buang
air besar

b. Gangguan eleminasi: diare

No. Tujuan Intervensi Rasional


1 Setelah Monitor/ kaji Dasar memonitor
dilakukan kembali kondisi
tindakan
keperawatan konsistensi, warna,
selam 1 x24 jam bau feses,
diharapkan
pergerakan usus,
pasien
dengan gangguan cek berat badan
dengan gangguan setiap hari
eliminasi fekal :
diare dapat Monitor dan cek Mengkaji status
melakukan elektrolit, intake dehidrasi
aktivitasnya
dengan criteria dan output cairan
hasil : Kolaborasi dengan Mengurangi kerja usus
1. Pasien
dokter pemberian
kembali
cairan IV, oral, dan
buang air
makanan lunak
besar ke pola
Berikan antidiare, Mempertahankan
normal.
tingkatkan intake status hidrasi
2. Keadaan
cairan
feses
Cek kulit bagian Frekuensi buang air
berbentuk
perineal dan jaga besar yang meningkat
dan lebih
dari gangguan menyebabkan iritasi
keras.
integritas kulit sekitar anus
Kolaborasi dengan Menurunkan stimulant
ahli diet tentang bowel
diet rendah serat
dan lunak
Hindari stres dan Stress meningkatkan
lakukan istirahat stimulus bowel
cukup
Berikan Meningkatkan
pendidikan pengetahuan dan
kesehatan tentang: mencegah diare
cairan, diet, obat-
obatan, perubahan
gaya hidup

c. Gangguan eleminasi fekal: inkontinensia

No. Tujuan Intervensi Rasional

1 Setelah dilakukan Tentukan penyebab Memberikan deta


tindakan inkontinensia dasar untuk
keperawatan selam
1 x24 jam memeberikan
diharapkan pasien asuhan
dengan gangguan
keperawatan
dengan gangguan
eliminasi fekal :
inkontinensia dapat Kaji penurunan Pasien terganggu
melakukan masalah ADL yang ADL karena takut
aktivitasnya dengan
berhubungan buang air besar
criteria hasil :
1. Pasien dapat dengan masalah
mengontrol inkontinensia
pengeluaran Kaji jumlah dan Menentukan pola
feses. karakteristik inkontinensia
2. Pasien kembali inkontinensia
pada pola Atur pola makan Membantu
eleminasi dan sampai berapa mengontrol buang
normal. lama terjadi buang air besar
air besar
Lakukan bowel Membantu
traning dengan mengontrol buang
kolaboorasi air besar
fisioterapi

Lakukan latihan Menguatkan otot


otot panggul pelvis

Berikan pengobatan Mengontrol


dengan kolaborasi frekuensi buang air
dengan dokter besar
J. Referensi
Carpenito, Lynda Juall.2013. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Hidayat,A.Aziz Alimul & Muzrifatul Uliyah.2008. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat,A.AzizAlimul.2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2.Jakarta :
Salemba Medika.
Nanda International. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. 2009-
2011. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi 4.Jakarta : Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
definisi dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP

Anda mungkin juga menyukai