1.Granule
Metode persiapan terbagi menjadi dua
1. Wet method
2. Dry method
proses dengan cara mencampurkan zat aktif dan bahan dalam keadaan
kering, untuk kemudian dikempa, lalu dihancurkan menjadi partikel yang lebih
besar, lalu dikempa kembali untuk mendapatkan tablet yang memenuhi
persyaratan. prinsipnya membuat granul yang baik dengan cara mekanis, tanpa
pengikat dan pelarut.
Roll compactor
Powder yang kering melewati roll compactor dan melewati mesin
granulasi
Roll compactor memproses powder halus menjadi padatan lembaran
dengan memberi tekanan, mekanik roller yang berputar dan bertemu
satu sama lain.
Permukaan roller mungkin menjadib lembut atau mempunyai kantung
identitas atau kerutan yang menjadikan perbedaan bentuk dan tekstur.
Compacted powder tergranulasi menjadi seragam ukuran dalam mesin
granulator
3. Slugging
Pengkompresan powder /campuran powder menjadi tablet besar atau
bundar dengan mengompres menggunakan mesin antara 8000 lb
sampai 12.000 lb tekanan, digolongkan dari karakteristik fisik
powder.
Bundaran pada umumnya mempunyai permukaan datar dan
berdiameter 2,5 ( 1 inch)
Bundaran itu tergranulasi menjadi ukuran partikel, biasanya
digunakan untuk membuat tablet
Proses kering selanjutnya diproduksi dengan hasil yang halus, halus
dihasilkan dan dipisahkan, dikumpulkan, dan didaur ulang kembali atau diproses
kelainnya
4. Penanganan Granule
Semua produk olahannya disimpan ditempat dingin, kering dan dengan
sirkulasi udara ruangan yang baik, terlindungi dari cahaya dan bahan-bahan
berbau tajam. Suhu 10 – 12oC dengan kelembaban 55 – 65% adalah kondisi
ruang penyimpanan coklat yang ideal. produk yang disimpan pada kondisi
penyimpanan yang tidak tepat akan memiliki warna permukaan yang kusam
keabuan. Pembentukan spot-spot gula (sugar bloom) disebabkan oleh
penyimpanan coklat pada kelembaban tinggi (RH diatas 75%) atau karena
terjadinya penumpukan uap air, yang menyebabkan partikel gula berukuran kecil
yang ada di permukaan mencair dan kemudian membentuk kristal berukuran
besar ketika terjadi proses evaporasi. Spot-spot lemak (fat bloom) terjadi pada
kondisi suhu penyimpanan diatas 30oC dan berfluktuasi mengakibatkan lemak
mencair lalu mengkristal kembali dengan ukuran yang lebih besar. Fat bloom
juga mungkin terjadi karena proses tempering dan pendinginan yang tidak tepat
Biji ditumpuk di lantai atau wadah (keranjang bambu, kotak kayu) dan
difermentasi selama 2 – 8 hari. Secara periodik, dilakukan pengadukan biji agar
oksigen yang dibutuhkan untuk proses fermentasi bisa masuk dan tersebar
merata diseluruh tumpukan biji. Selama fermentasi, suhu biji naik menjadi 45 -
50°C yang mematikan biji (menghentikan germinasi) dan meningkatkan
keasaman biji. Selain itu juga terjadi pembentukan warna dan flavor serta
degradasi parsial komponen penyebab rasa pahit dan kelat. Pulp yang menempel
pada biji coklat terdekomposisi secara enzimatis menjadi cairan yang larut air.
Fermentasi dikatakan sempurna jika warna biji kakao berubah dari warna terang
menjadi coklat gelap yang homogen dan biji mudah dipisah dari kulit
bijinya.Setelah fermentasi selesai, biji dikeringkan hingga kadar air mencapai 6
– 8%. Proses pengeringan bisa dilakukan dengan cara penjemuran atau
menggunakan oven pengering (55 – 66oC). Di beberapa negara, termasuk
Indonesia, dilakukan pencucian biji sebelum dikeringkan. Walaupun akan
memperbaiki penampakan biji, tetapi pencucian yang berlebihan beresiko untuk
meningkatkan kerapuhan biji.Biji kakao kering dibagi dalam beberapa kelas
mutu, seperti tampak pada Tabel 1. Mutu terbaik adalah biji yang masuk dalam
kategori kelas mutu A.
Pembuatan Pasta Coklat (Cocoa Liquor)