“Mikrobiologi Air”
Dosen Pembimbing :
Sri Ani,SKM,MKM
Amelia Damayanti
Devi Lailatusyifa
Farras Arvinendi
2 D-IV B
2018/2019
1. Flora Normal
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikrobe
tidak hanya terdapat dilingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikrobe yang secara
alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikrobiota. Selain itu juga
disebutkan bahwa flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat
pada tubuh manusia normal dan sehat. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh
manusia adalah dari
jenis bakteri. namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat ditemukan pada orang se
hat. Untuk dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen harus dapat masuk ke
tubuh
inang,namun tidak semua pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh inang dapat menyebabk
an penyakit. Banyak mikroorganisme tumbuh pada permukaan tubuh inang tanpa menyerang
jaringan tubuh dan merusak fungsi normal tubuh. Flora normal dalam tubuh umumnya tidak
patogen, namun pada kondisi tertentu dapat menjadi patogen oportunistik. Penyakit timbul bil
a infeksi menghasilkan perubahan pada fisiologi normal tubuh.
Mikroorganisme tidak saja terdapat dan hidup di lingkungan, akan tetapi juga di tubuh
manusia. Tubuh manusia tidaklah steril atau bebas dari mikroorganisme, begitu manusia
dilahirkan ia langsung berhubungan dengan mikroorganisme. Mikroorganisme yang secara
alamiah terdapat di tubuh manusia disebut flora normal atau mikrobiota
1. Nutrisi
2. Kebersihan seseorang (berapa seringnya dibersihkan)
3. Kondisi hidup
4. Penerapan prinsip-prinsip kesehatan
Manusia Mikroba yang terdapat dalam tubuh manusia selalu memiliki dampak baik positi
f maupun negatif. Adapun dampak-dampak tersebut adakala sebagai berikut
A. Dampak Positif
Flora normal manusia flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusiamempunyai
peran penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Seberapa anggota
flora tetap
disaluran pencernaan mensintesi vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan. Flora yang
menetap
diselaput lendir (mukosa) dan kulit dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan
mencegah penyakit akibat gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas.
Mungkin melalui kompetisi pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu,
kompetisi untuk zat makanan, penghambatan oleh produk metabolik atau racun,
penghambatan oleh zat antibiotik atau bakteriosin (bacteriocins). Supresi flora normal akan
menimbulkan tempat kosong yang cenderung akan ditempati oleh mikroorganisme dari
lingkungan atau tempat lain pada tubuh.)
flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu. Berbagai organism
e ini tidak bisa tembus (non-invasive) karena hambatan-hambatan yang diperankan oleh
lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan dihilangkan dan masuk ke dalam aliran darah
atau jaringan,organisme ini menjadi patogen.
Sebuah potensi risiko menyebar ke daerah tubuh yang normalnya steril tubuh, yang dapat
terjadi dalam berbagai situasi, misalnya, saat usus berlubang atau cedera kulit atau
pencabutan gigi (streptokokus !iridans bisa masuk aliran darah) atau escherichia
coli dari perianal naik ke uretra, yang menyebabkan infeksi saluran kemih.
2. Jenis Mikroba
2.1 Mikroba Udara
Selain gas, partikel debu dan uap air, udara juga mengandung mikroorganisme.
Di udara terdapat sel vegetatif dan spora bakteri, jamur dan ganggang, virus dan kista
protozoa. Selama udara terkena sinar matahari, udara tersebut akan bersuhu tinggi dan
berkurang kelembabannya. Selain mikroba yang mempunyai mekanisme untuk dapat
toleran pada kondisi ini, kebanyakan mikroba akan mati. Udara terutama merupakan
media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif
kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. Mikroba udara dapat dipelajari
dalam dua bagian, yaitu mikroba di luar ruangan dan di dalam ruangan.
Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar
orang menderita penyakit menular, telah ditemukan mikroba seperti
bakteri tuberkulum, streptokokus, pneumokokus,dan staphylokokus. Bakteri ini
tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara, dan tertawa. Pada proses
tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung mikroba. Virus
dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui debu
dan udara. Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang terkontaminasi
cairan yang mengandung patogen. Tetesan cairan (aerosol) biasanya dibentuk
oleh bersin, batuk dan berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir
yang dapat berisi ribuan mikroba. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu
kali bersin berkisar antara 10.000 sampai 100.000. Banyak patogen tanaman
juga diangkut dari satu tempat ke tempat lain melalui udara dan penyebaran
penyakit jamur pada tanaman dapat diprediksi dengan mengukur konsentrasi
spora jamur di udara.
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali dalam
penularannya. Pada umumnya penularan TBC terjadi secara langsung ketika sedang
berhadap-hadapan dengan si penderita, yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar
dari batuk dan hembusan nafas penderita. Secara tidak langsung dapat juga melalui
debu, Lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dari yang
berbulan-bulan sampi tahunan membuat penyakit ini digolongkan penyakit kronis.
2. Meningitis
3. Flu Burung
Avian Influenza atau flu burung adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza H5N1. Virus yang membawa penyakit ini terdapat
pada unggas dan dapat menyerang manusia. Penularan virus flu burung berlangsung
melalui saluran pernapasan. Unggas yang terinfeksi virus ini akan mengeluarkan virus
dalam jumlah besar di kotorannya. Manusia dapat terjangkit virus ini bila kotoran
unggas bervirus ini menjadi kering, terbang bersama debu, lalu terhirup oleh saluran
napas manusia.
4. Pneumonia
Mikroflora danau dipengaruhi oleh mikroflora sungai. Bakteri batang non spora
mempunyai jumlah terkecil pada zona iklim temperate dan boreal; dan memiliki
proporsi relatif terbesar pada danau eutrofik. Bakteri berspora memiliki jumlah lebih
dari 10%. Pada danau mesotrofik, jumlah bakteri berspora lebih besar; dan
kemungkinan terdiri 20-25% dari semua bekteri saprofitik. Bakteri pada danau-danau
bergaram, mayoritas baklteri yang hidup di danau bergaram dengan kadar garam
tinggi yang dinamakan bentuk halofilik. Kebanyakan organisme halofifilik ekstrem
dapat berkembang secara optimal dengan kadar garam 20-30%.
Misalnya: Halobakterium dan Halococcus.Bakteri laut, hampir semua bakteri laut
adalah halofilik, yakni dengan memerlukan NaCl untuk perkembangannya yang
optimal. Kebanyakan bakteri laut adalah motil, spora tidak pernah terbentuk pada
bakteri laut. Contohnya: Bacillus dan Clostridium. Bagian besar dari laut adalah laut
dalam. Pada daerah ini bakteri barofilik dan bakteri barotoleran berperan penting.
Akan tetapi, kadang-kadang pada daerah permukaan bakteri barofilik juga ditemukan
dengan kebiasaan hidup dengan tekanan di atas 100 atm.
Jumlah total yang pernah di observasi dari Teluk Kiel bejumlah antara 682 juta
sampai 2.300 juta per cm3 dengan kedalaman 12-14 meter yang kemudian
diobservasi dengan mikroskop fluoresensi. Sebanyak 49-64% didapatkan dari
permukaan dan 36-51% yang hidup bebas dalam interstitial air.
1. waterborne infection
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan higien perorangan yang buruk.
Angka kesakitan ini dapat ditekan dengen penyediaan air yang cukup bagi
kebersihan seseorang
4. Water-based disease
Cara penyebaran penyakit ini terjadi bila sebagian siklus hidup penyebaba
penyakit memerlukan hospes perantara seperti siput air.
Salah satu penyakit yang penularannya melalui tanah adalah kaki pecah-pecah,
hal ini disebabkan karena kaki terkena infeksi jamur. Infeksi jamur umumnya diawali
dengan bercak merah gatal dan bersisik di kulit. Kemudian kulit dapat menebal dan
retak. Penyebabnya bisa dikarenakan penderita tidak mengguanakan alas kaki,
sehingga terjadi kontak langsung dengan tanah.
Clostridium botulinum
C. botulinum ditemukan dimana-mana, dalam tanah, sedimen didasar
laut, usus dan kotoran binatang. Mikroorganisme ini dapat menyebabkan
gangguan pencernaan akut yang diikuti oleh pusing-pusing dan muntah-
muntah, bisa juga diare, lelah, pening dan sakit kepala. Gejala lanjut
konstipasi, kesulitan menelan dan berbicara, lidah bisa membengkak dan
tertutup, beberapa otot lumpuh, dan kelumpuhan bisa menyebar kehati
dansaluran pernafasan.
Clostridium tetani
Bakteri ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan
peliharaan dan di daerah pertanian. Umumnya, spora bakteri ini terdistribusi
pada tanah dan saluran penceranaan serta feses dari kuda, domba, anjing,
kucing, tikus, babi, dan ayam. Ketika bakteri tersebut berada di dalam tubuh,
ia akan menghasilkan neurotoksin (sejenis protein yang bertindak sebagai
racun yang menyerang bagian sistem saraf). C. tetani menghasilkan dua buah
eksotoksin, yaitu tetanolysin dan tetanospasmin. Fungsi dari`tetanoysin tidak
diketahui dengan pasti, namun juga dapat memengaruhi tetanus.
Tetanospasmin merupakan toksin yang cukup kuat.
Clostridium perfringens
C. perfringens secara luas dapat ditemukan dalamtanah dan merupakan
flora normal dari saluran usus manusia dan hewan-hewan tertentu. Bakteri ini
dapat tumbuh cepat pada makanan yang telah dimasak dan menghasilkan
enterotoksin yang dapat mengakibatkan penyakit diare.
Fungi paling banyak, dapat tumbuh pada kelembaban yang rendah. Contoh
rebah kecambah dan busuk akar (Rhizocnolia solani), penyakit karat daun
yangdisebabkan oleh jamur karat (uredenales).
Bakteri menyerang akar.
3.2 Peran Mikroorganisme Air
Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi
mikrobiologis, karena sewaktu proses pengaliran air mengalami penyaringan alamiah,
dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di dalamnya
(Sumirat.J, 2004). Sumber utama air tanah adalah presipitasi yang dapat menembus
tanah secara langsung ke air tanah atau mungkin memasuki sungai di permukaan
tanah dan merembes ke bawah melalui alur-alur ke air tanah. Sumber-sumber air
tanah yang lain adalah air dari lapisan jauh di bawah tanah yang terbawa keluar dalam
batuan intrusif serta air yang terjebak dalam batuan sediment. Keadaan geologis
menentukan jalur perjalanan air dari presipitasi hingga mencapai zona jenuh (Linsley,
1991). Kehadiran mikroba di dalam air dapat menguntungkan tetapi juga dapat
merugikan. Beberapa keuntungan mikroba dalam air antara lain :
2. Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad
”dekomposer”, artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai
atau merombak senyawa yang berada dalam badan air. Sehingga kehadirannya
dimanfaatkan dalam pengolahan buangan di dalam air secara biologis.
4. Kehadiran senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi dimanfaatkan oleh jasad
pemakai/konsumen. Tanpa adanya jasad pemakai kemungkinan besar akumulasi
hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhadap jasad lain,
khususnya ikan.
Sedangkan kerugian adanya mikroba dalam air antara lain :
3.1 Yang paling dikuatirkan, bila di dalam badan air terdapat mikroba penyebab
penyakit, seperti: Salmonella penyebab penyakit tifus/paratifus, Shigella
penyebab penyakit disentri basiler, Vibrio penyebab penyakit kolera,
Entamoeba penyebab disentri amuba.
3.2 Di dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksin seperti : Clostridium
yang hidup anaerobik, yang hidup aerobik misalnya : Pseudomonas,
Salmonella, Staphyloccus, serta beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena
dan Microcystis.
3.3 Sering didapatkan warna air bila disimpan cepat berubah, padahal air tersebut
berasal dari air pompa, misal di daerah permukiman baru yang tadinya
persawahan. Ini disebabkan oleh adanya bakteri besi misal Crenothrix yang
mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri.
3.4 Di pemukiman baru yang asalnya persawahan, kalau air pompa disimpan
menjadi berbau (bau busuk). Ini disebabkan oleh adanya bakteri belerang
misal Thiobacillus yang mempunyai kemampuan mereduksi senyawa sulfat
menjadi H2S.
3.5 Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau atau
warna-warna lain yang sesuai dengan warna yang dimiliki oleh mikroalgae.
Bahkan suatu proses yang sering terjadi pada danau atau kolam yang besar
yang seluruh permukaan airnya ditumbuhi oleh algae yang sangat banyak
dinamakan blooming. Biasanya jenis mikroalgae yang berperan didalamnya
adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis aerugynosa
3.3 Peran Mikroorganisme Udara
Udara dibagi menjadi dua bagian yaitu udara luar dan udara dalam ruangan.
Udara dalam ruang atau indoor air adalah udara dalam ruang gedung (rumah, sekolah,
restoran, hotel, rumah sakit, perkantoran) yang ditempati sekelompok orang dengan
tingkat kesehatan yang berbeda-beda selama minimal satu jam. Sedangkan udara luar
atau outdoor air adalah udara yang bergerak bebas di atmosfer dan jumlahnya lebih
banyak dari udara dalam suatu ruangan (Budiyanto. 2001).
Bioaerosol adalah mikroorganisme atau partikel, gas, substansi dalam gas atau
organisme hidup yang hidup atau terdapat dalam udara. Contoh bioaerosol di udara
bakteri (Legionella, Actinomycetes), jamur (Histoplasma, Alternaria, Penicillium,
Aspergillus, Stachybotrys, Aflatoxins), protozoa (Naegleria, Acanthamoeba), virus
(Influenza (flu)). Pada jumlah terbatas, keberadaan bioaerosol tidak akan
menimbulkan efek apapun, akan tetapi dalam jumlah tertentu dan terhirup akan
menimbulkan infeksi pernapasan misalnya asma, alergi
Dari semua lingkungan, udara merupakan lingkungan yang paling sederhana.
Komposisi normal udara terdiri atas gas nitrogen 78,1 %, oksigen 20,93 % dan
karbondioksida 0.03 %, sementara selebihnya berupa gas argon, neon, kripton, xenon
dan helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora dan sisa-sisa
tumbuhan. Meskipun terdapat bakteri di udara, belum ditemukan bakteri yang
berhabitat asli dari udara. Udara bukanlah lingkungan alami bagi bakteri, karena tidak
mengandung cukup air dan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan reproduksinya.
Udara dalam ruang tertutup mengandung lebih sedikit bakteri dari jenis yang sama
dibandingkan yang ditemukan di udara terbuka. Bakteri tersebut sebagian besar
adalah saprofit dan bersifat non patogenik, tetapi dengan bertambahnya bakteri non
patogenik dalam jumlah yang relatif besar dapat berpotensi sama seperti bakteri
patogenik.
Pada mulanya udara jarang mengandung bakteri patogenik, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya menjadi sasaran penularan sejumlah spesies utama yang
menyebebkan infeksi pada saluran pernafasan. Dalam hal ini droplet berperan sebagai
sumber bakteri patogen di udara. Bakteri dalam mulut yang keluar bersama batuk dan
bersin dapat tersebar, kemudian menguap pada waktu jatuh sehingga meninggalkan
droplet nuklei (inti tetesan) yang mampu bertahan dalam sirkulasi udara di dalam
ruangan selama berjam-jam, bahkan berhari-hari.
a) Mikroba Di Luar Ruangan
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun
terestrial. Mikroba di udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari
permukaan bumi adalah organisme tanah yang melekat pada fragmen daun
kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin. Mikroba tanah masih
dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai
pada ketinggian sampai 10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan
yaitu spora jamur, terutama Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka
dapat ditemukan baik di daerah kutub maupun tropis. Mikroba yang
ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500
kaki yaitu spora Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora
fungi, serbuk sari, kista protozoa, alga, Micrococcus, dan Corynebacterium,
dan lain-lain (Budiyanto. 2001).