Anda di halaman 1dari 18

Makalah Mikrobiologi Lingkungan

“Mikrobiologi Air”

Dosen Pembimbing :

Sri Ani,SKM,MKM

Disusun Oleh Kelompok 8 :

Amelia Damayanti

Devi Lailatusyifa

Farras Arvinendi

Rizhandika Yulia Nurlisa

2 D-IV B

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

2018/2019
1. Flora Normal
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikrobe
tidak hanya terdapat dilingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikrobe yang secara
alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikrobiota. Selain itu juga
disebutkan bahwa flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat
pada tubuh manusia normal dan sehat. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh
manusia adalah dari
jenis bakteri. namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat ditemukan pada orang se
hat. Untuk dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen harus dapat masuk ke
tubuh
inang,namun tidak semua pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh inang dapat menyebabk
an penyakit. Banyak mikroorganisme tumbuh pada permukaan tubuh inang tanpa menyerang
jaringan tubuh dan merusak fungsi normal tubuh. Flora normal dalam tubuh umumnya tidak
patogen, namun pada kondisi tertentu dapat menjadi patogen oportunistik. Penyakit timbul bil
a infeksi menghasilkan perubahan pada fisiologi normal tubuh.

Mikroorganisme tidak saja terdapat dan hidup di lingkungan, akan tetapi juga di tubuh
manusia. Tubuh manusia tidaklah steril atau bebas dari mikroorganisme, begitu manusia
dilahirkan ia langsung berhubungan dengan mikroorganisme. Mikroorganisme yang secara
alamiah terdapat di tubuh manusia disebut flora normal atau mikrobiota

Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya flora normal pada tubuh manusia :

1. Nutrisi
2. Kebersihan seseorang (berapa seringnya dibersihkan)
3. Kondisi hidup
4. Penerapan prinsip-prinsip kesehatan

 Dampak Positif dan Negatif Flora Normal Pada Tubuh

Manusia Mikroba yang terdapat dalam tubuh manusia selalu memiliki dampak baik positi
f maupun negatif. Adapun dampak-dampak tersebut adakala sebagai berikut

A. Dampak Positif

Flora normal manusia flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusiamempunyai
peran penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Seberapa anggota
flora tetap
disaluran pencernaan mensintesi vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan. Flora yang
menetap
diselaput lendir (mukosa) dan kulit dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan
mencegah penyakit akibat gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas.

Mungkin melalui kompetisi pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu,
kompetisi untuk zat makanan, penghambatan oleh produk metabolik atau racun,
penghambatan oleh zat antibiotik atau bakteriosin (bacteriocins). Supresi flora normal akan
menimbulkan tempat kosong yang cenderung akan ditempati oleh mikroorganisme dari
lingkungan atau tempat lain pada tubuh.)

B. Dampak Negatif Flora Normal Manusia

flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu. Berbagai organism
e ini tidak bisa tembus (non-invasive) karena hambatan-hambatan yang diperankan oleh
lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan dihilangkan dan masuk ke dalam aliran darah
atau jaringan,organisme ini menjadi patogen.

Sebuah potensi risiko menyebar ke daerah tubuh yang normalnya steril tubuh, yang dapat
terjadi dalam berbagai situasi, misalnya, saat usus berlubang atau cedera kulit atau
pencabutan gigi (streptokokus !iridans bisa masuk aliran darah) atau escherichia
coli dari perianal naik ke uretra, yang menyebabkan infeksi saluran kemih.

1.1 Mikroorganisme Udara


Mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium
tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan
tetesan cairan, yang kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba. Untuk mengetahui atau
memperkirakan secara akurat berapa jauh pengotoran udara sangat sukar karena memang
sulit untuk menghitung organisme dalam suatu volume udara.
Namun ada satu teknik kualitatif sederhana, menurut Volk, dkk (1989) yaitu
mendedahkan cawan hara atau medium di udara untuk beberapa saat. Selama waktu
pendedahan ini, beberapa bakteri di udara akan menetap pada cawan yang terdedah.
Semakin banyak bakteri maka bakteri yang menetap pada cawan semakin banyak.
Kemudian cawan tersebut diinkubasi selama 24 jam hingga 48 jam maka akan tampak
koloni-koloni bakteri, khamir dan jamur yang mampu tumbuh pada medium yang
digunakan. Mikroba yang terdapat diudara berasal dari tanah yang
disebabkan oleh percikan tanah dan akibat tiupan angin. Daerah yang terbebas dari
mikroba tanah atau disebut juga daerah steril yaitu terdapat pada: 100-1000 m diatas
permukaan tanah (kecuali jika ada pesawat lewat) 100 m dibawah permukaan tanah.
Udara merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka terdapat
dalam jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. Udara tidak
mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri di udara
kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering ataupun terhembus oleh tiupan
angin.
Kelompok mikroba yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah bakteri,
jamur dan juga mikroalge. Kehadiran jasad hidup tersebut di udara, ada yang dalam
bentuk vegetatif ataupun dalam bentuk generatif . Belum ada mikroba yang habitat
aslinya di udara. Udara dibagi menjadi dua bagian yaitu udara luar dan udara dalam
ruangan. Udara dalam ruang atau indoor air adalah udara dalam ruang gedung (rumah,
sekolah, restoran, hotel, rumah sakit, perkantoran) yang ditempati sekelompok orang
dengan tingkat kesehatan yang berbeda-beda selama minimal satu jam. Sedangkan udara
luar atau outdoor air adalah udara yang bergerak bebas di atmosfer dan jumlahnya lebih
banyak dari udara dalam suatu ruangan (Budiyanto. 2001).
Kualitas udara dalam ruangan (indoorair quality) juga merupakan masalah yang
perlu mendapat perhatian karena akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Timbulnya permasalahan yang mengganggu kualitas udara dalam ruangan umumnya
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya ventilasi udara (52%) adanya sumber
kontaminasi di dalam ruangan (16%) kontaminasi dari luar ruangan (10%), mikroba
(5%), bahan material bangunan (4%) , lain-lain (13%) CDC-NIOSH.
Mikroorganisme yang berasal dari luar misalnya serbuk sari, jamur dan spora,
yang bisa juga berada di dalam ruangan. Selain itu cemaran dalam ruangan yang berasal
dari mikroorganisme dalam ruangan seperti serangga, jamur pada ruangan yang lembab,
bakteri. Mikroorganisme yang tersebar di dalam ruangan dikenal dengan istilah
bioaerosol.
Bioaerosol adalah mikroorganisme atau partikel, gas, substansi dalam gas atau
organisme hidup yang hidup atau terdapat dalam udara. Contoh bioaerosol di udara
bakteri (Legionella, Actinomycetes), jamur (Histoplasma, Alternaria, Penicillium,
Aspergillus, Stachybotrys, Aflatoxins), protozoa (Naegleria, Acanthamoeba), virus
(Influenza (flu)). Pada jumlah terbatas, keberadaan bioaerosol tidak akan menimbulkan
efek apapun, akan tetapi dalam jumlah tertentu dan terhirup akan menimbulkan infeksi
pernapasan misalnya asma, alergi
Dari semua lingkungan, udara merupakan lingkungan yang paling sederhana.
Komposisi normal udara terdiri atas gas nitrogen 78,1 %, oksigen 20,93 % dan
karbondioksida 0.03 %, sementara selebihnya berupa gas argon, neon, kripton, xenon dan
helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora dan sisa-sisa tumbuhan.
Meskipun terdapat bakteri di udara, belum ditemukan bakteri yang berhabitat asli dari
udara. Udara bukanlah lingkungan alami bagi bakteri, karena tidak mengandung cukup
air dan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan reproduksinya. Udara dalam ruang
tertutup mengandung lebih sedikit bakteri dari jenis yang sama dibandingkan yang
ditemukan di udara terbuka. Bakteri tersebut sebagian besar adalah saprofit dan bersifat
non patogenik, tetapi dengan bertambahnya bakteri non patogenik dalam jumlah yang
relatif besar dapat berpotensi sama seperti bakteri patogenik. Pada mulanya udara jarang
mengandung bakteri patogenik, tetapi dalam perkembangan selanjutnya menjadi sasaran
penularan sejumlah spesies utama yang menyebebkan infeksi pada saluran pernafasan.
Dalam hal ini droplet berperan sebagai sumber bakteri patogen di udara. Bakteri
dalam mulut yang keluar bersama batuk dan bersin dapat tersebar, kemudian menguap
pada waktu jatuh sehingga meninggalkan droplet nuklei (inti tetesan) yang mampu
bertahan dalam sirkulasi udara di dalam ruangan selama berjam-jam, bahkan berhari-hari.

1.2 Mikroorganisme Air


Mikroorganisme patogen dalam air dapat masuk ke dalam tubuh dengan
perantaraan air minum atau infeksi pada luka yang terbuka. Mikroorganism ini umumnya
tumbuh dengan baik di dalam saluran pencernaan keluar bersama feses, bakteri ini
disebut bakteri coliform (Tarigan, 1988). Adanya hubungan antara tinja dengan
coliform,maka bakteri ini dijadikan indikator alami kehadiran materi fekal. Artinya, jika
pada suatu substrat atau benda didapatkan bakteri ini maka langsung ataupun tidak
langsung substrat atau benda tersebut sudah dikenal atau dicemari oleh materi fekal.
Selain itu dijelaskan pula bahwa ada kesamaan sifat dan kehidupan antara bakteri
coliform dengan bakteri lain penyebab penyakit perut, tifus, paratifus, disentri dan kolera.
Oleh karena itu kehadiran bakteri coliform dalam jumlah tertentu didalam sutau substrat
ataupun benda, misalnya air dan bahan makanan sudah merupakan indikator kehadiran
bakteri penyakit lainnya.
Kelompok bakteri coliform antara lain Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes,
dan Citrobacter fruendii. Keberadaan bakteri ini dalam air minum juga menunjukkan
adanya bakteri patogen lain, misalnya Shigella, yang bisa menyebabkan diare hingga
muntaber (Kompas Cyber Media, 2003 dalam Kompas.com).
Menurut Supardi dan Sukamto (1999), bakteri coliform dapat dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu.
a)Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran
hewan atau manusia.
b)Coliform non-fekal, misalnya E. aeroginosa, biasanya ditemukan pada hewan
atau tanaman yang telah mati.
Bakteri E. coli memiliki kemampuan untuk memfermentasikan kaldu laktosa pada
temperatur 37° Celcius dengan membentuk asam dan dan gas dalam waktu 48 jam. Sejak
diketahui bahwa E. coli tersebar dalam semua individu, analisis bakterialogis terhadap air
minum ditunjukkan dengan kehadiran bakteri tersebut. Walaupun adanya bakteri tersebut
tidak dapat memastikan adanya bakteri patogen secara langsung, namun dari hasil yang
didapat memberikan kesimpulan bahwa E. Coli dalam junlah tertentu dalam air dapat
digunakan sebagai indikator adanya bakteri yang patogen.
Aerobacter dan Klebsiela yang biasa disebut golongan perantara, memiliki sifat
Coli, dan lebih banyak didapatkan dalam habitat tanah dan air daripada dalam usus,
sehingga disebut “nonfekal” dan umumnya tidak patogen. Pencemaran bakteri fekal tidak
dikehendaki, baik dari segi estetika, sanitasi, maupun kemungkinan terjadinya infeksi
yang berbahaya. Jika dalam 100 ml air minum terdapat 500 bakteri Coli, mungkin terjadi
penyakit gastroenteritis yang segera dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh,
sehingga dapat tinggal dalam blander (cystitis) dan

2. Jenis Mikroba
2.1 Mikroba Udara
Selain gas, partikel debu dan uap air, udara juga mengandung mikroorganisme.
Di udara terdapat sel vegetatif dan spora bakteri, jamur dan ganggang, virus dan kista
protozoa. Selama udara terkena sinar matahari, udara tersebut akan bersuhu tinggi dan
berkurang kelembabannya. Selain mikroba yang mempunyai mekanisme untuk dapat
toleran pada kondisi ini, kebanyakan mikroba akan mati. Udara terutama merupakan
media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif
kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. Mikroba udara dapat dipelajari
dalam dua bagian, yaitu mikroba di luar ruangan dan di dalam ruangan.

Jenis dan Distribusi Mikroba di Udara

Kelompok mikroba yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah


bakteri, jamur (termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalge. Kehadiran jasad
hidup tersebut di udara, ada yang dalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam
bentuk generatif (umumnya spora).
Belum ada mikroba yang habitat aslinya di udara. Pada sub pokok bahasan
sebelumnya mikrooganisme di udara dibagi menjadi 2, yaitu mikroorganisme udara di
luar ruangan dan mikroorganisme udara di dalam ruangan. Mikroba paling banyak
ditemukan di dalam ruangan.

1. Mikroba di Luar Ruangan

Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun


terestrial. Mikroba di udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari
permukaan bumi adalah organisme tanah yang melekat pada fragmen daun
kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin. Mikroba tanah masih
dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai
pada ketinggian sampai 10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan
yaitu spora jamur, terutama Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka
dapat ditemukan baik di daerah kutub maupun tropis.

Mikroba yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di


bawah ketinggian 500 kaki yaitu spora Bacillus dan Clostridium, yeast,
fragmen dari miselium, spora fungi, serbuk sari, kista protozoa,
alga, Micrococcus, dan Corynebacterium, dan lain-lain.

2. Mikroba di dalam Ruangan

Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar
orang menderita penyakit menular, telah ditemukan mikroba seperti
bakteri tuberkulum, streptokokus, pneumokokus,dan staphylokokus. Bakteri ini
tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara, dan tertawa. Pada proses
tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung mikroba. Virus
dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui debu
dan udara. Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang terkontaminasi
cairan yang mengandung patogen. Tetesan cairan (aerosol) biasanya dibentuk
oleh bersin, batuk dan berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir
yang dapat berisi ribuan mikroba. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu
kali bersin berkisar antara 10.000 sampai 100.000. Banyak patogen tanaman
juga diangkut dari satu tempat ke tempat lain melalui udara dan penyebaran
penyakit jamur pada tanaman dapat diprediksi dengan mengukur konsentrasi
spora jamur di udara.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Mikroba di Udara

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu


atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan
kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari
mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesens dan E.
colimenunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu.
Peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan. Ada peningkatan yang
progresif di tingkat kematian dengan peningkatan suhu dari -18° C sampai 49o C.
Virus dalam aerosolmenunjukkan perilaku serupa. Partikel influenza, polio dan
virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur rendah, 7-24° C. tingkat
kelembaban relatif (RH) optimum untuk kelangsungan hidup mikroorganisme adalah
antara 40 sampai 80%. Kelembaban relatif yang lebih tinggi maupun lebih rendah
menyebabkan kematian mikroorganisme. Pengaruh angin juga menentukan
keberadaan mikroorganisme di udara. Pada udara yang tenang, partikel cenderung
turun oleh gravitasi.

Contoh Penyakit Serta Cara Penyebarannya Melalui Udara

1. Tuberkulosis atau TBC

Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali dalam
penularannya. Pada umumnya penularan TBC terjadi secara langsung ketika sedang
berhadap-hadapan dengan si penderita, yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar
dari batuk dan hembusan nafas penderita. Secara tidak langsung dapat juga melalui
debu, Lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dari yang
berbulan-bulan sampi tahunan membuat penyakit ini digolongkan penyakit kronis.

2. Meningitis

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane


atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis yang disebabkan oleh
virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman, sharing makan 1 sendok,
pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu batangnya. Maka
bagi anda yang mengetahui rekan atau disekeliling ada yang mengalami meningitis
jenis ini haruslah berhati-hati. Mancuci tangan yang bersih sebelum makan dan
setelah ketoilet umum, memegang hewan peliharaan.

3. Flu Burung

Avian Influenza atau flu burung adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza H5N1. Virus yang membawa penyakit ini terdapat
pada unggas dan dapat menyerang manusia. Penularan virus flu burung berlangsung
melalui saluran pernapasan. Unggas yang terinfeksi virus ini akan mengeluarkan virus
dalam jumlah besar di kotorannya. Manusia dapat terjangkit virus ini bila kotoran
unggas bervirus ini menjadi kering, terbang bersama debu, lalu terhirup oleh saluran
napas manusia.

4. Pneumonia

Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru


ditandai dengan gejala yang mirip dengan penderita selesma atau radang tenggorokan
biasa, antara lain batuk, panas, napas cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan
badan terasa lemas. Penyakit ini umumnya terjadi akibat bakteri Streptococus
pneumoniaedan Hemopilus influenzae yang berterbangan di udara terhirup masuk ke
dalam tubuh. Bakteri tersebut sering ditemukan pada saluran pernapasan, baik pada
anak-anak maupun orang dewasa.

2.2 Mikroba Air

Jenis dan Distribusi Mikroba di Air


Kelompok kehidupan yang terdapat di air terdiri dari bakteri, jamur,
mikroalga, protozoa, dan virus, disamping itu ada juga sekumpulan hewan atau
tanaman air lainnya yang tidak termasuk mikroba.

Mikroba yang ada di perairan dalam dan sungai

Bakteri flora pada permukaan perairan lebih banyak daripada perairan


subterania. Komposisinya tergantung dari suplai nutrien-nutrien dalam air. Jumlah
bakteri tanha yang terikut air biasanya masih cukup tinggi misalnya,Azotobacter
choroococum, dan bakteri pengurai nitrit, Nitrosomonas europeae dan Nitrobacter
winogradskyi.

Suingai-sungai membawa lebih banyak atau lebih sedikit limbah yang


membawa bakteri tergantung limpahan limbah yang terbuang. Contoh yang menarik
adalah bakteri intestinal Escherichia coli, yang dinamakan strain Koliform
dan Salmonella patogenik sebagai penyebab demam tifoid. Danau mata air masih
mengandung banyak bakteri dari sumber mata air; penambahan bakteri tergantung
dari faktor fisika dan faktor kimia. Determinasi jumlah total bakteri dengan cara
hitungan langsung di sungai memberikan gambaran jumlah yang tidak tentu
tergantung dari hidrografi. Misalnya, 352.000-9.800.000 per ml air, di sungai Rio
Negro Brazilia berjumlah 200.000-300.000 per ml air, dan di sungai Dalvin Slovakia
berjumalah 1.194.400 per ml air.

Distribusi pada danau dan laut

Mikroflora danau dipengaruhi oleh mikroflora sungai. Bakteri batang non spora
mempunyai jumlah terkecil pada zona iklim temperate dan boreal; dan memiliki
proporsi relatif terbesar pada danau eutrofik. Bakteri berspora memiliki jumlah lebih
dari 10%. Pada danau mesotrofik, jumlah bakteri berspora lebih besar; dan
kemungkinan terdiri 20-25% dari semua bekteri saprofitik. Bakteri pada danau-danau
bergaram, mayoritas baklteri yang hidup di danau bergaram dengan kadar garam
tinggi yang dinamakan bentuk halofilik. Kebanyakan organisme halofifilik ekstrem
dapat berkembang secara optimal dengan kadar garam 20-30%.
Misalnya: Halobakterium dan Halococcus.Bakteri laut, hampir semua bakteri laut
adalah halofilik, yakni dengan memerlukan NaCl untuk perkembangannya yang
optimal. Kebanyakan bakteri laut adalah motil, spora tidak pernah terbentuk pada
bakteri laut. Contohnya: Bacillus dan Clostridium. Bagian besar dari laut adalah laut
dalam. Pada daerah ini bakteri barofilik dan bakteri barotoleran berperan penting.
Akan tetapi, kadang-kadang pada daerah permukaan bakteri barofilik juga ditemukan
dengan kebiasaan hidup dengan tekanan di atas 100 atm.

Jumlah total yang pernah di observasi dari Teluk Kiel bejumlah antara 682 juta
sampai 2.300 juta per cm3 dengan kedalaman 12-14 meter yang kemudian
diobservasi dengan mikroskop fluoresensi. Sebanyak 49-64% didapatkan dari
permukaan dan 36-51% yang hidup bebas dalam interstitial air.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Mikroba di Air

Banayak faktor yang mempengaruhi penyebaran mikroba di dalam air.


Diantaranya; a) faktor abiotik, seperti cahaya, temperatur, tekanan, turbiditas,
konsentrasi ion hidrogen dan potensial redoks, salinitas, bahan-bahan anorganik dan
organik, gas-gas terlarlarut; b) faktor biotik seperti kompetisi nutrien, bakteri dan
fungi sebagai makanan organisme lainnya, vitamin, enzim dan antibiotika

Contoh penyakit serta cara penyebarannya melalui air

1. waterborne infection

Yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen.penyakit infeki


ini ditransmisikan melalui eksreta manusia dan binatang dan feses.
Kontaminasi fekala pada sumber air menyebabkan beberapa mikroba tersebut
hadior bersama air. Bila air yang telah terkontaminasi digunakan untuk
minum, menyiapkan masakan maka kemungkinan akan menyebabakan
infeksi.

2. Penyakit infeksi saluran pencernaan

Diare yang merupakan penyakit dimana penularanya bersifat fekal-oral.


Penyakit ini dapat ditularkan melalui beberapa jalur, jalur melalui air dan jalur
melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air.

3. penyakit infeksi kulit dan penyakit lendir

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan higien perorangan yang buruk.
Angka kesakitan ini dapat ditekan dengen penyediaan air yang cukup bagi
kebersihan seseorang

4. Water-based disease

Cara penyebaran penyakit ini terjadi bila sebagian siklus hidup penyebaba
penyakit memerlukan hospes perantara seperti siput air.

5. Water related insect vector

Cara penyebaran penyakit ini melalui serangga sebagai vektor perantara.

2.3 Mikroba Tanah


Jenis dan Distribusi Mikroba di Tanah

Golongan-golongan utama yang menyusun populasi mikroba taanah terdiri


atas prokariotik (bakteri dan actinomycetes, fungi, algae, mikrofauna (protozoa dan
archezoa), mezofauna (nemathoda) makrofauna (semut, cacing tanah, dan lainnya),
dan mikrobiota (mycoplasma, virus, viroid dan prion). Jumlah mikroba tanah sangat
tinggi, yakni berkisar 320.000-200.000 setiap gram tanah pasir, 360.000-600.000
bakteri setiap gram tanah lempeng, dan 2.000.000-200.000.000 bakteri setiap gram
tanah subur. Actinomycetes terdiri dari 10-50% total populasi mikroba di dalam
tanah. Organisme ini ditemukan di dalam tanah, kompos, dan sedimen. Kelimpahan
populai Actinomycetes di dalam tanah adalah terbesar kedua setelah bakteri, yakni
rentang dari 500.000-100.000.000 propagul/gr tanah. Propagul adalah bagian dari
suatu mikroorganisme yang dapat tumbuh dan berkembang biak. Sementara populasi
alga sekitar 3-300 kg/hektar.
Jumlah total protozoa antara 100.000 – 300.000 per gram tanah pada lapisan di
atas 15cm dari permukaan. Populasi ini dapat berubah setiap hari. Jumlah paling
sedikit adalah cilliata hanya di bawah 1.000 per gram tanah. Jumlah flagellata
merupakan protozoa yang dominan dalam tanah, termasuk tanah asam. Biomassa
protozoa dapat mencapai 5-20 gram per meter persegi. Sementara lebih dari 10.000
total spesies nematoda hanya lebih kurang 1000 spesies yang dapat ditemukan di
dalam tanah dan 90% nematoda di temukan pada lapisan tanah atas sekitar 15 cm.
Populasi nematoda lebih banyak terdapat di dalam akar tanaman daripada di dalam
tanah. biomassa arthropoda dalam tanah kurang dari 10%, sedangkan collembola di
dapatkan lebih dari 10.000 individu per meter persegi tanah.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Mikroba di Tanah

seperti halnya pada penyebaran mikroorganisme pada air dan udara,


penyebaran mikroba di tanah juga dipengaruhi oleh faktor pH dan suhu tanah. Tanah
yang bersifat asam dengan pH kurang dari 5,8 % lebih sedikit 50% terhidar dari
serangan penyakit akibat Streptomycetes patogen, hal ini karena Streptomycetes
scabies dipengaruhi pertumbuhannya pada pH dibawah 6,3. Sedangkan pengaruh
suhu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan mokroorganisme seperti pada
pertumbuhan Actinomycetes yang tumbuh sangat lambat pada suhu 5% dan dapat
diisolasi lebih banyak dari tanah yang lebih panas. Pertumbhan optimum pada suhu
antara 28 – 37 0C, tetapi beberapa Actinomycetes tumbuh 55 – 65 0C di dalam
kompos.

Penyinaran (radiasi) dari matahari berpengaruh besar terhadap kehidupan


mikroorganisme di dalam tanah, dalam partikel tanah terdapat komponen-komponen
anorganik antara lain elemen-elemen, pH, udara, air, sinar, sedangkan adalah
komponen-komponen organik mereka merupakan faktor-faktor alam. antara lain
hancuran dari sisa-sisa makhluk hidup.

Contoh Penyakit Serta Cara Penyebarannya Melalui tanah

Salah satu penyakit yang penularannya melalui tanah adalah kaki pecah-pecah,
hal ini disebabkan karena kaki terkena infeksi jamur. Infeksi jamur umumnya diawali
dengan bercak merah gatal dan bersisik di kulit. Kemudian kulit dapat menebal dan
retak. Penyebabnya bisa dikarenakan penderita tidak mengguanakan alas kaki,
sehingga terjadi kontak langsung dengan tanah.

3. Manfaat dan kerugiaan Mikroorganisme

3.1 Peran Mikroorganisme Tanah


Mikroorganisme ini banyak dimanfaatkan untuk bahan bakar hayati (metanol
dan etanol), bioremediasi, dan pertambangan. Selain itu, mikroorganisme yang ada di
lingkungan berperan dalam perputaran/siklus materi dan energi terutama dalam siklus
biogeokimia dan berperan sebagai pengurai (dekomposer). Mikroorganisme tanah
berfungsi merubah senyawa kimia di dalam tanah, terutama pengubahan senyawa
organik yang mengandung karbon, nitrogen, sulfu, dan fosfor menjadi senyawa
anorganik dan bisa menjadi nutrien bagi tumbuhan. Mikroorganisme pada lingkungan
alami juga dapat digunakan sebagai indikator baik buruknya kualitas lingkungan, baik
perairan ataupun terestrial.
Berikut beberapa peran mikroorganisme tanah yang merugikan diantaranya
sebagai patogen pada manusia dan hewan adalah sebagai berikut :
 Bacilus anthracis
Kuman anthrak bersifat zoonosis, biasanya menginneksi ternak lembu,
kambing, domba dan babi. Kuman dikeluarkan melalui feses, urin dan saliva
binatang yang terinfeksi dan bertahan hidup di tanah dalam bentuk spora
untuk waktu yang lama sekali yaitu sekitar 10 tahun. Pada manusia kuman
anthrax dapat menyebabkan infeksi kulit, yang dapat berkembang menjadi
toksemia. Selain itu B. anthtracis juga bisa menyebabkan infeksi selaput otak
setelah bakteremia dan infeksi pada usus, khususnya infeksi pada usus halus
yang disertai dengan, gangren. Sebabnya adalah karena makan daging yang
terinfeksi anthrax.

 Clostridium botulinum
C. botulinum ditemukan dimana-mana, dalam tanah, sedimen didasar
laut, usus dan kotoran binatang. Mikroorganisme ini dapat menyebabkan
gangguan pencernaan akut yang diikuti oleh pusing-pusing dan muntah-
muntah, bisa juga diare, lelah, pening dan sakit kepala. Gejala lanjut
konstipasi, kesulitan menelan dan berbicara, lidah bisa membengkak dan
tertutup, beberapa otot lumpuh, dan kelumpuhan bisa menyebar kehati
dansaluran pernafasan.

 Clostridium tetani
Bakteri ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan
peliharaan dan di daerah pertanian. Umumnya, spora bakteri ini terdistribusi
pada tanah dan saluran penceranaan serta feses dari kuda, domba, anjing,
kucing, tikus, babi, dan ayam. Ketika bakteri tersebut berada di dalam tubuh,
ia akan menghasilkan neurotoksin (sejenis protein yang bertindak sebagai
racun yang menyerang bagian sistem saraf). C. tetani menghasilkan dua buah
eksotoksin, yaitu tetanolysin dan tetanospasmin. Fungsi dari`tetanoysin tidak
diketahui dengan pasti, namun juga dapat memengaruhi tetanus.
Tetanospasmin merupakan toksin yang cukup kuat.

 Clostridium perfringens
C. perfringens secara luas dapat ditemukan dalamtanah dan merupakan
flora normal dari saluran usus manusia dan hewan-hewan tertentu. Bakteri ini
dapat tumbuh cepat pada makanan yang telah dimasak dan menghasilkan
enterotoksin yang dapat mengakibatkan penyakit diare.

Berikut mikroorganisme tanah yang patogen bagi tumbuhan :

 Fungi paling banyak, dapat tumbuh pada kelembaban yang rendah. Contoh
rebah kecambah dan busuk akar (Rhizocnolia solani), penyakit karat daun
yangdisebabkan oleh jamur karat (uredenales).
 Bakteri menyerang akar.
3.2 Peran Mikroorganisme Air
Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi
mikrobiologis, karena sewaktu proses pengaliran air mengalami penyaringan alamiah,
dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di dalamnya
(Sumirat.J, 2004). Sumber utama air tanah adalah presipitasi yang dapat menembus
tanah secara langsung ke air tanah atau mungkin memasuki sungai di permukaan
tanah dan merembes ke bawah melalui alur-alur ke air tanah. Sumber-sumber air
tanah yang lain adalah air dari lapisan jauh di bawah tanah yang terbawa keluar dalam
batuan intrusif serta air yang terjebak dalam batuan sediment. Keadaan geologis
menentukan jalur perjalanan air dari presipitasi hingga mencapai zona jenuh (Linsley,
1991). Kehadiran mikroba di dalam air dapat menguntungkan tetapi juga dapat
merugikan. Beberapa keuntungan mikroba dalam air antara lain :

1. Banyak plankton, baik fitoplankton ataupun zooplankton merupakan makanan


utama ikan, sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan perairan tersebut.
Jenis-jenis mikroalgae misalnya: Chlorella, Hydrodyction, Pinnularia,
Scenedesmus, Tabellaria.

2. Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad
”dekomposer”, artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai
atau merombak senyawa yang berada dalam badan air. Sehingga kehadirannya
dimanfaatkan dalam pengolahan buangan di dalam air secara biologis.

3. Pada umumnya mikroalgae mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan


fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis
akan menambah jumlah oksigen, sehingga nilai kelarutan oksigen akan naik/ber-
tambah, ini yang diperlukan oleh kehidupan di dalam air.

4. Kehadiran senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi dimanfaatkan oleh jasad
pemakai/konsumen. Tanpa adanya jasad pemakai kemungkinan besar akumulasi
hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhadap jasad lain,
khususnya ikan.
Sedangkan kerugian adanya mikroba dalam air antara lain :
3.1 Yang paling dikuatirkan, bila di dalam badan air terdapat mikroba penyebab
penyakit, seperti: Salmonella penyebab penyakit tifus/paratifus, Shigella
penyebab penyakit disentri basiler, Vibrio penyebab penyakit kolera,
Entamoeba penyebab disentri amuba.

3.2 Di dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksin seperti : Clostridium
yang hidup anaerobik, yang hidup aerobik misalnya : Pseudomonas,
Salmonella, Staphyloccus, serta beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena
dan Microcystis.

3.3 Sering didapatkan warna air bila disimpan cepat berubah, padahal air tersebut
berasal dari air pompa, misal di daerah permukiman baru yang tadinya
persawahan. Ini disebabkan oleh adanya bakteri besi misal Crenothrix yang
mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri.
3.4 Di pemukiman baru yang asalnya persawahan, kalau air pompa disimpan
menjadi berbau (bau busuk). Ini disebabkan oleh adanya bakteri belerang
misal Thiobacillus yang mempunyai kemampuan mereduksi senyawa sulfat
menjadi H2S.

3.5 Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau atau
warna-warna lain yang sesuai dengan warna yang dimiliki oleh mikroalgae.
Bahkan suatu proses yang sering terjadi pada danau atau kolam yang besar
yang seluruh permukaan airnya ditumbuhi oleh algae yang sangat banyak
dinamakan blooming. Biasanya jenis mikroalgae yang berperan didalamnya
adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis aerugynosa
3.3 Peran Mikroorganisme Udara
Udara dibagi menjadi dua bagian yaitu udara luar dan udara dalam ruangan.
Udara dalam ruang atau indoor air adalah udara dalam ruang gedung (rumah, sekolah,
restoran, hotel, rumah sakit, perkantoran) yang ditempati sekelompok orang dengan
tingkat kesehatan yang berbeda-beda selama minimal satu jam. Sedangkan udara luar
atau outdoor air adalah udara yang bergerak bebas di atmosfer dan jumlahnya lebih
banyak dari udara dalam suatu ruangan (Budiyanto. 2001).
Bioaerosol adalah mikroorganisme atau partikel, gas, substansi dalam gas atau
organisme hidup yang hidup atau terdapat dalam udara. Contoh bioaerosol di udara
bakteri (Legionella, Actinomycetes), jamur (Histoplasma, Alternaria, Penicillium,
Aspergillus, Stachybotrys, Aflatoxins), protozoa (Naegleria, Acanthamoeba), virus
(Influenza (flu)). Pada jumlah terbatas, keberadaan bioaerosol tidak akan
menimbulkan efek apapun, akan tetapi dalam jumlah tertentu dan terhirup akan
menimbulkan infeksi pernapasan misalnya asma, alergi
Dari semua lingkungan, udara merupakan lingkungan yang paling sederhana.
Komposisi normal udara terdiri atas gas nitrogen 78,1 %, oksigen 20,93 % dan
karbondioksida 0.03 %, sementara selebihnya berupa gas argon, neon, kripton, xenon
dan helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora dan sisa-sisa
tumbuhan. Meskipun terdapat bakteri di udara, belum ditemukan bakteri yang
berhabitat asli dari udara. Udara bukanlah lingkungan alami bagi bakteri, karena tidak
mengandung cukup air dan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan reproduksinya.
Udara dalam ruang tertutup mengandung lebih sedikit bakteri dari jenis yang sama
dibandingkan yang ditemukan di udara terbuka. Bakteri tersebut sebagian besar
adalah saprofit dan bersifat non patogenik, tetapi dengan bertambahnya bakteri non
patogenik dalam jumlah yang relatif besar dapat berpotensi sama seperti bakteri
patogenik.
Pada mulanya udara jarang mengandung bakteri patogenik, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya menjadi sasaran penularan sejumlah spesies utama yang
menyebebkan infeksi pada saluran pernafasan. Dalam hal ini droplet berperan sebagai
sumber bakteri patogen di udara. Bakteri dalam mulut yang keluar bersama batuk dan
bersin dapat tersebar, kemudian menguap pada waktu jatuh sehingga meninggalkan
droplet nuklei (inti tetesan) yang mampu bertahan dalam sirkulasi udara di dalam
ruangan selama berjam-jam, bahkan berhari-hari.
a) Mikroba Di Luar Ruangan
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun
terestrial. Mikroba di udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari
permukaan bumi adalah organisme tanah yang melekat pada fragmen daun
kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin. Mikroba tanah masih
dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai
pada ketinggian sampai 10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan
yaitu spora jamur, terutama Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka
dapat ditemukan baik di daerah kutub maupun tropis. Mikroba yang
ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500
kaki yaitu spora Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora
fungi, serbuk sari, kista protozoa, alga, Micrococcus, dan Corynebacterium,
dan lain-lain (Budiyanto. 2001).

b) Mikroba Di Dalam Ruangan


Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar
orang menderita penyakit menular, telah ditemukan mikroba seperti bakteri
tuberkulum, streptokokus, pneumokokus, dan staphylokokus. Bakteri ini
tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara, dan tertawa. Pada proses
tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung mikroba. Virus
dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui
debu dan udara. Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang
terkontaminasi cairan yang mengandung patogen. Tetesan cairan (aerosol)
biasanya dibentuk oleh bersin, batuk dan berbicara. Setiap tetesan terdiri dari
air liur dan lendir yang dapat berisi ribuan mikroba. Diperkirakan bahwa
jumlah bakteri dalam satu kali bersin berkisar antara 10.000 sampai 100.000.
Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu tempat ke tempat lain
melalui udara dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman dapat diprediksi
dengan mengukur konsentrasi spora jamur di udara.

c) Mikroorganisme Udara di Rumah Sakit


Meskipun rumah sakit adalah tempat pengobatan berbagai
penyakit, ada kasus dimana penyakit menular tambahan diderita pasien
pada saat rawat inap. Udara di dalam rumah sakit dapat bertindak sebagai
reservoir mikroorganisme patogen yang ditularkan oleh pasien. Infeksi
yang diperoleh selama perawatan di rumah sakit tersebut disebut infeksi
nosokomial dan patogen yang terlibat disebut sebagai patogen nosokomial.
Infeksi, diwujudkan oleh gejala terkait, setelah tiga hari dirawat di rumah
sakit bisa dianggap sebagai infeksi nosokomial. Terdapat dua cara utama
penyebaran patogen nosokomial, yaitu dengan kontak (baik langsung atau
tidak langsung), dan penyebaran melalui udara. Infeksi nosokomial di
rumah sakit mungkin dibawa oleh staf atau pasien yang masuk ke rumah
sakit. Infeksi nosokomial yang banyak ditemukan yaitu berasal dari
Haemophilus.influenzae, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus
aureus, Pseudomonas aeruginosa, anggota Enterobacteriaceae dan virus
pernafasan.
4. Pengendalian Mikroorganisme
Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan
diminimalisir, dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia.
Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah
populasi mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan
sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber
nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar
populasi mikroba.
b. Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap
peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif
mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk
membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
c. Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap
tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme
dengan cara menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba.
d. Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril.
Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas. Ada dua
metode yang sering digunakan, yaitu :
 Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk
sterilisasi karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses
cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga
mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan
sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC pada tekanan 5 kg/cm2
dengan waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan : pressure
cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.
 Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat
laboratorium. Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang
digunakan pada umumnya adalah oven.
e. Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya
o Pasteurisasi :
Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali
berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling
resisten untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh
hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun
tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk
susu, rum, anggur dan makanan asam lainnya. Suhu pemanasan
adalah 65oC selama 30 menit.
o Tyndalisasi :
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman
kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora
mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan
dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30
menit dalam waktu tiga hari berturut-turut.
o Boiling :
Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada
suhu 100oC selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel
vegetatif bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun spora
dan beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-
alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
o Red heating :
Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus)
sampai berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat
yang sederhana seperti jarum ose.
o Flaming :
Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsen
dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran.
f. Pengendalian Mikroba dengan Radiasi
Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan
penyinaran sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.
 Sinar UV :
Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan permukaan
suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati.
 Sinar Ionisasi :
Sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar gamma.
Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan biaya yang besar dan
biasanya hanya digunakan pada industri farmasi maupun industri
kedokteran.
 Sinar X
Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.
 Sinar alfa
Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak memiliki daya penetrasi.
 Sinar beta
Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X.
 Sinar gamma:
Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi bahan makanan.
g. Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi
 Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara.
 Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan
bahan-bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya
larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi
prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring
hanyalah bakteri saja. Diantara jenis filter bakteri yang umum
digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae),
Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.
 Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan
partikel (High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA)
memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang
tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow)
h. Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia
 Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh
atau menghambat mikroba. Penelitian dan penemuan senyawa kimia
baru terus berkembang. Agen kimia yang baik adalah yang memiliki
kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang
rendah tanpa merusak bahan atau alat yang didisinfeksi.
 Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi :
 Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
 Agen kimia yang merusak enzim mikroba.
 Agen kimia yang mendenaturasi protein.
Daftar Pustaka
Budiyanto, 2001. Peranan Mikroorganisme dalam Kehidupan Kita. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang
Press.
Waluyo, Lud. 2009. Mikrobiologi Lingkunagn. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Press.
Budiyanto MAK, 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Press.
J. Pelczar, Jr. Michael.2005. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia: Jakarta.
Hanafiah, Kemas, Ali. dkk. 2003. Ekologi dan Mikrobiologi Tanah. Rajawali Press. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai