Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Umum

Suatu terminal Bandar Udara merupakan sebuah bangunan di


Bandar Udara dimana penumpang berpindah antara transportasi darat dan
fasilitas yang membolehkan mereka menaiki dan meninggalkan pesawat.
Di terminal, penumpang membeli tiket, menitipkan bagasinya, dan
diperiksa pihak keamanan. Bangunan yang menyediakan akses ke
pesawat (melalui gerbang) disebut "concourse" dan pada terminal Bandar
Udara tersebut banyak sekali lalu – lalang pengguna jasa Bandar Udara
termasuk penumpang dan tamu VVIP yang ingin menggunakan terminal
Bandar Udara untuk menaiki atau meninggalkan pesawat. Maka dari itu
perlu adanya pengamanan Bandar Udara yang diamankan oleh pihak
avsec.

Penumpang VVIP adalah penumpang yang kedudukannya atau


jabatan dalam pemerintahan menyebabkan penumpang tersebut harus
mendapat penangan secara khusus,

Istilah avsec adalah singkatan dari dua kata yaitu Aviation Security
dalam bahasa indonesia adalah keamanan penerbangan. Avsec juga
memiliki arti yang luas, tidak hanya berlaku untuk seorang petugas
keamanan penerbangan di bandar udara, tetapi juga untuk semua benda
atau fasilitas yang berfungsi mendukung penerbangan. Jadi pengertian
avsec sesungguhnya adalah melindungi penerbangan sipil dari tindakan
melawan hukum terhadap penumpang, awak kabin , masyarakat dan
instansi.

Program Pengamanan Bandar Udara atau Airport Security


Programme adalah langkah – langkah kegiatan yang digunakan untuk
melindungi penerbangan sipil terhadap tindakan gangguan melawan
1
hukum di Bandar Udara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3
tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan disebutkan
dalam Bab II Pasal 3 yaitu penetapan Program Pengamanan Penerbangan
Sipil yang terdiri dari Program pengamanan Bandar Udara dan Program
Pengamanan Angkutan Udara. Hal tersebut diperjelas oleh Keputusan
Menteri Nomor 54 Tahun 2004 tanggal 21 Mei 2004 tentang Program
Nasional Pengamanan Penerbangan Sipil (PNPPS) yaitu setiap
penyelenggara Bandar Udara dan operator pesawat udara wajib membuat
program pengamanan Bandar Udara dan program pengamanan operator
pesawat udara disesuaikan dengan kondisi perkembangan yang
mempengaruhi keamanan dan keselamatan penerbangan sipil pada
Bandar Udara dan perusahaan angkutan udara dan mengacu pada
Program Nasional Pengamanan Penerbangan Sipil.

Program Nasional Pengamanan Penerbangan Sipil bertujuan untuk


melindungi keselamatan, keteraturan dan efisiensi penerbangan sipil di
Indonesia dengan memberikan perlindungan terhadap penumpang, awak
pesawat udara, para petugas di darat, masyarakat, pesawat udara dan
instalasi di Bandar Udara dari tindakan melawan hukum serta
memberikan perlindungan terhadap operator pesawat udara. Pelaksanaan
Program Nasional Pengamanan Penerbangan Sipil dimaksud adalah
untuk memenuhi standar dan rekomendasi internasional sebagaimana
tercantum dalam Annex 17 dan Annex – Annex lainnya yang berkaitan
sesuai konvensi penerbangan sipil internasional (ICAO Convention).

Pada pemerikasaan penumpang di Bandar Udara itu harus


diperiksa atau di awasi pergerakannya oleh petugas keamanan khusus
Bandar Udara yaitu Aviation Security ( AVSEC) yang menjaga
keamanan Bandar Udara yang menjadi salah satu hal yang penting dalam
keselamatan penerbangan, dalam penjagaan petugas Aviation Security
dibagi menjadi 3 Security Check Point (SCP) untuk di Bandar Udara
internasional Halim Perdanakusuma yang di khusus kan dalam
pengecekan barang dan penumpang di Security Check Point (SCP) 1

2
yang ditempatkan sebelum penumpang melakukan Check-in. Security
Check point 2 ditempatkan setelah penumpang melakukan Check-in dan
sebelum di Boarding Lounge yang dimana daerah tersebut harus steril
dari barang terlarang karena sudah melakukan pengecekan 2 kali.
Security Check Point 3 atau SCP karyawan dikhusus kan untuk karyawan
yang bekerja di area airside dan ruang VIP. Untuk penumpang VVIP
Khususnya RI 1 dan RI 2 jarang melalui jalur terminal penumpang biasa
melainkan jalur khusus yang terdapat di LANUD Halim Perdanakusuma
atau melalui gedung Sasana Manggala Praja.

Dalam pemeriksaan barang dan pennumpang di Bandar Udara


harus melalui alur pengecekan seperti pada pengecekan bukti perjalanan
atau tiket penumpang ( Check – in ) yang dilakukan oleh petugas
Aviation Security, lalu melalui pemeriksaan barang pada mesin X- Ray
dan untuk pemeriksaan orang harus melalui Walk Thrugh Metal Detector
(WTMD) jika melakukan pengecekan manual dapat menggunakan alat
Hand Held Metal Detector ( HHMD ). Semua pemeriksaan barang dan
penumpang harus dilakukan oleh petugas Aviation Security, oleh karena
itu petugas yang memeriksa harus teliti karena sangat berpengaruh
terhadap keselamatan penerbangan. Untuk pemerikasaan barang dan
penumpang yang dikategorikan sebagai VVIP atau VIP tetap dilakukan
seperti biasa halnya penumpang kategori biasa tetapi terkecuali RI 1 dan
RI 2 tidak diperiksa karena telah di atur dalam SKEP 2765 dan Undang –
Undang nomor 1 tahun 2009. Tetapi yang tetap diperiksa secara prosedur
adalah protokol dan menteri beserta barang bawaanya.

Bagian – bagian posisi penjagaan yang dikelola oleh petugas


Aviation Security sangatlah penting bagi menjaga kemanan dan
kertertiban di suatu bandara, oleh karena itu dibutuhkan koordinasi yang
tepat pada setiap pos – pos penjagaan Aviation Security .

Untuk di bandara Halim Perdanakusuma sendiri terdapat bagian –


bagian tugas yang dikerjakan oleh petugas Aviation Security yaitu :

3
1. Main Gate ( Pintu Utama )
2. Posko AVSEC
3. Pintu L.A.U.D (Langsung Akses Udara Darat )
4. SCP 1,2 dan karyawan ( Security Check Point )
5. Patroli
a. Patroli Mobil
b. Patroli lobi keberangkatan
c. Patroli lobi kedatangan

B. Alasan Pemilihan Judul


Dalam pemilihan judul penulis memiliki alasan, yaitu :
1. Menurut PM 127 tahun 2015 tentang Program Keamanan Penerbangan
Nasional Bab II Ketentuan Umum Nomor 4 Program Keamanan
Bandar Uadar ( Airport Security Programme ) adalah dokumen yang
tertulis memuat prosedur dan langkah – langkah serta persyaratan yang
wajib dilaksanakan oleh penyelenggara bandar udara dan badan usaha
bandar udara untuk memenuhi ketentuan yang terkait dengan operasi
penerbangan Indonesia.
2. Keselamatan, kenyamanan dan keamanan di bandar udara merupakan
prioritas utama bagi manajemen bandar udara. Oleh karena itu setiap
unit kerja memiliki tanggung jawab masing – masing untuk
melaksanakan tugas dengan sigap, cepat dan benar agar terciptanya
suatu keselamatan, kenyamanan dan keamanan.
3. Penumpang VVIP adalah penumpang yang mempunyai kedudukan
atau jabatannya dalam suatu pemerintahan atau badan usaha negara
yang benar – benar mendapat perhatian khusus ( prioritas/ istimewa ).
4. Kesiapan dan kesigapan dari peralatan penunjang operasional dan
personel unit Aviation Security sangatlah penting dalam mengamankan
bandar udara pada saat tamu VVIPP atau VIP sedang melakukan
kegiatan di bandar udara, maka dari itu penulis dalam hal ini
membahas dengan judul “PERAN AVSEC DALAM PENGAMANAN
TAMU VVIP di BANDAR UDARA HALIM PERDANAKUSUMA -

4
Jakarta”.
C. TUJUAN LAPORAN
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pekerjaan mengawasi serta
mengamankan terminal VVIP dan tamu VVIP oleh petugas Aviation
Security.
2. Mengetahui peralatan dan fasilitas apa saja yang digunakan untuk
menunjang proses pengamanan dan pengawalan tamu VVIP.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara petugas AVSEC membuat laporan
untuk memberitahukan pelaksanaan pengamanan VVIP.
4. Untuk mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan setelah
mendapati adanya gangguan di terminal VVIP ataupun tamu VVIP.

D. MANFAAT PEMBAHASAN
1. Untuk pengusul
Sebagai peluang dan menambah wawasan bagaimana cara bekerja dan
mengerjakan prosedur dan tata cara pengawasan dan pemeriksaan
gedung terminal VVIP dan tamu VVIP.
2. Untuk Perusahaan
Sebagai masukan dan hasil pengamatan di lapangan dengan harapan
berguna bagi perusahaan.
3. Untuk Masyarakat
Sebagai pengetahuan atau ilmu tambahan untuk masyarakat
bagaimana mengawasi dan melakukan cara pengawasan dan
pemeriksaan gedung terminal VVIP dan tamu VVIP supaya tercipta
keamanan untuk pengguna bandar udara.
4. Untuk Institusi Sekolah
Sebagai penambah koleksi kepustakaan serta dapat membantu dalam
penulisan Laporan Tugas Akhir junior.

E. CAKUPAN DAN TATA URUT


1. Cakupan

5
Laporan tugas akhir ini memiliki cakupan tentang peranan utama unit
Aviation Security dalam menangani kegiatan pengamanan tamu VVIP
di Bandar Udara Halim Perdanakusuma Jakarta.
2. Tata Urut
a. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pertama ini diuraikan mengenai alasan umum, alasan
pemilihan judul, tujuan laporan tugas akhir, manfaat, cakupan dan
tata urut.
b. BAB II GAMBARAN OBYEK STUDI
Dalam bab kedua ini diuraikan landasan teori dan metodologi yang
digunakan, bagian tempat PKL, aspek/faktor yang diamati, serta
penyajian data dan objek yang diamati.

c. BAB III ANALISIS HASIL PENGAMATAN


Dalam bab ketiga ini menganalisis mengenai sarana dan prasarana,
sumber daya manusia, prosedur kerja serta pelaksanaan.

d. BAB IV PENUTUP
Dalam bab keempat yang merupakan bab terakhir, di dalam
penulisan Laporan Tugas Akhir ini diuraikan kesimpulan dari
analisa dan pembahasan masalah penulisan pada bab sebelumnya
serta terdapat saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi
penulis maupun pihak manapun yang membaca laporan tugas akhir
ini.

6
BAB II
GAMBARAN OBYEK STUDI

A. Landasan Teori dan Metedeologi

1. Landasan Teori
Menurut SKEP/2765/XII/2010 Peraturan Direktur Jendral
Perhubungan Udara Tentang Tata Cara Pemeriksaan Penumpang
Personel Pesawat Udara dan Barang Bawaan yang Diangkut Dengan
Pesawat Udara dan Orang Perseorangan . Bab 1 Ketentuan Umum
Pasal dalam Peraturan pada pasal 1 yang dimaksud adalah:

a. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan


dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat
pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang,
bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan
fasilitas penunjang lainnya.

b. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang
di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan
karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan
untuk penerbangan.

c. Pemeriksaan Keamanan (Security Screening) adalah

1) Penerapan suatu teknik atau cara lain untuk mengenali atau


mendeteksi senjata, bahan peledak dan/atau alat-alat berbahaya
lainnya, dan barang berbahaya yang dapat digunakan untuk
melakukan tindakan melawan hukum.

7
d. Tempat Pemeriksaan Keamanan (Security Check Point/SCP)
adalah tempat pemeriksaan keamanan bagi penumpang, orang,
personel pesawat udara dan barang yang akan masuk ke daerah
keamanan terbatas dan/atau ruang tunggu di gedung terminal
Bandar udara.

e. Jalur pemeriksaan adalah jalur antrian pemeriksaan keamanan


untuk penumpang, personel pesawat udara dan barang bawaan
yang diangkut dengan pesawat udara dan orang perseorangan
pada tempat pemeriksaan keamanan (Security Check Point/SCP)
sebelum masuk ke daerah keamanan terbatas dan/atau ruang
tunggu di gedung terminal Bandar udara.

f. Daerah Keamanan Terbatas (Security Restricted Area) adalah


daerah-daerah di sisi udara pada bandar udara setelah posisi
pengendalian jalan masuk yang diidentifikasi sebagai daerah
beresiko tinggi.

g. Ruang Tunggu adalah daerah tertentu di dalam bandar udara yang


diperuntukkan bagi penumpang yang akan naik ke pesawat udara
setelah dilakukan pemeriksaan keamanan.

h. Barang Bawaan adalah barang yang dibawa oleh penumpang,


personel pesawat udara dan orang perseorangan yang memasuki
daerah keamanan terbatas dan/atau yang akan memasuki pesawat
udara.

8
i. Personel Keamanan adalah personel yang telah memiliki lisensi
yang diberi tugas dan tanggung jawab di bidang keamanan
penerbangan.
j. Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga pemerintah di
bandar udara yang bertindak sebagai penyelenggara bandar udara,
yang memberikan jasa pelayanan kebandarudaraan untuk bandar
udara yang belum diusahakan secara komersial.`
k. Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk
perseroan terbatas atau koperasi yang kegiatan utamanya
mengoperasikan bandar udara untuk pelayanan umum.
l. Badan Usaha Angkutan Udara adalah badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah, atau badan hukum indonesia berbentuk
perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanya
mengoperasikan pesawat udara untuk digunakan mengangkut
penumpang, kargo, dan/atau pos dengan memungut pembayaran.
m. Body Inspection Machine adalah peralatan yang digunakan untuk
mendeteksi barang-barang bawaan penumpang pesawat udara
baik yang berupa material logam maupun non logam yang dibawa
secara tersembunyi di balik pakaian atau melekat di badan yang
dapat membahayakan keamanan penerbangan.
n. Pengawas (Supervisor) adalah orang yang telah memiliki lisensi
dan ditunjuk oleh unit penyelenggara bandar udara atau badan
usaha bandar udara yang bertanggung jawab mengawasi
pelaksanaan pemeriksaan keamanan pada tempat pemeriksaan
keamanan (Security Check Point/SCP).
o. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara.
p. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara.
q. Direktur adalah Direktur yang membidangi urusan keamanan
penerbangan.

9
Pasal 2

a. Setiap penumpang, personel pesawat udara dan orang


perseorangan yang memasuki daerah keamanan terbatas harus
mempunyai izin masuk yang berlaku.

b. Setiap penumpang, personel pesawat udara dan orang


perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta barang
bawaan harus dilakukan pemeriksaan keamanan.

Pasal 3

Izin masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berupa :

a. Tiket penumpang atau pas masuk pesawat udara (boarding pass)


sesuai dengan identitas diri yang sah;
b. Pas bandar udara;
c. Identitas penerbang dan personel kabin (Crew ID Card); atau
d. Tanda pengenal inspektor penerbangan Direktorat Jenderal.

Pasal 4
Personel keamanan penerbangan, yaitu :
a. personel keamanan bandar udara;
b. personel keamanan angkutan udara;
c. personel keamanan badan usaha regulated agent; dan
d. personel keamanan badan usaha yang melakukan kegiatan usaha
terkait dengan penerbangan.

Pasal 5
a. Pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2), dilakukan oleh personel keamanan bandar udara.
b. Personel keamanan bandar udara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), harus memastikan penumpang, personel pesawat udara

10
dan barang bawaan dan orang perseorangan yang memasuki
daerah keamanan terbatas dan/atau ruang tunggu tidak membawa
barang dilarang (prohibited items) yang dapat digunakan untuk
melakukan tindakan melawan hukum dalam penerbangan.
c. Pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan di tempat pemeriksaan keamanan (Security Check
Point/SCP).

Pasal 6

a. Personel keamanan bandar udara wajib menolak setiap


penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan serta
barang bawaan untuk memasuki daerah keamanan terbatas
dan/atau ruang tunggu, apabila tidak memiliki izin masuk
dan/atau menolak untuk diperiksa.

Pasal 7

a. Tempat pemeriksaan keamanan (Security Check Point/SCP)


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), dibagi 2 (dua)
area yaitu :
1) Tempat pemeriksaan keamanan pertama (Security Check
Point/SCP-1) di daerah keamanan terbatas;
2) Tempat pemeriksaan keamanan kedua (Security Check
Point/SCP-2) di daerah pintu masuk menuju ruang
tunggu.

Pasal 8

a. Tempat pemeriksaan keamanan pertama (Security Check


Point/SCP-1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a,

11
terletak pada pintu masuk menuju daerah sekitar tempat
pelaporan keberangkatan (counter check-in).

b. Setiap tempat pemeriksaan keamanan pertama (Security Check


Point/SCP-1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) jalur pemeriksaan.

c. Jalur pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang


menggunakan peralatan keamanan penerbangan harus
mempunyai peralatan keamanan paling sedikit meliputi :
1) mesin x-ray bagasi tercatat;
2) gawang detektor logam (Walk Through Metal Detector /
WTMD );
3) detektor logam genggam (Hand Held Metal Detector /
HHMD ).
d. Jumlah jalur pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
dapat ditambah dan disesuaikan dengan jumlah orang dan
barang yang melalui tempat pemeriksaan keamanan pertama.
e. Peralatan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
ditambah dengan peralatan keamanan lainnya sesuai kebutuhan.

Pasal 9
a. Penempatan peralatan keamanan penerbangan di tempat
pemeriksaan keamanan pertama ( Security Check Point / SCP-
1) pada bandar udara sebagai berikut :
1) gawang detektor logam (Walk Through Metal Detector /
WTMD ) ditempatkan di sebelah mesin x-ray bagasi
tercatat;
2) jarak antara gawang detektor logam (Walk Through
Metal Detector / WTMD) dan mesin x-ray bagasi tercatat
minimal 50 (lima puluh) cm;

12
3) apabila terdapat lebih dari satu jalur pemeriksaan, maka
jarak antara dua gawang detektor logam (Walk Through
Metal Detector / WTMD) minimal 60 (enam puluh) cm;
4) exit belt termasuk roller pada mesin x-ray bagasi tercatat
memiliki panjang minimal 250 (dua ratus lima puluh) cm.
Pada sisi belt dimana penumpang atau personel lewat,
dipasang plexiglas;
5) plexiglas dipasang minimal sepanjang exit belt dan
setinggi tunel mesin x-ray bagasi tercatat;
6) setelah mesin x-ray bagasi tercatat, ditempatkan meja
sebagai tempat pemeriksaan bagasi yang mencurigakan.
7) jarak antara mesin x-ray bagasi kabin dan gawang detektor
logam (Walk Through Metal Detector / WTMD), dan jarak
antara 2 (dua) gawang detektor logam (Walk Through
Metal Detector / WTMD) yang berdampingan diberi sekat
pembatas.
8) model sekat pembatas dibuat bukan sebagai tempat untuk
meletakkan barang bawaan.

b. Gambar (layout) penempatan peralatan di tempat pemeriksaan


keamanan pertama (Security Check Point/SCP-1) sebagaimana
termuat dalam lampiran 1 peraturan ini.

Pasal 10
a. Tempat pemeriksaan keamanan kedua (Security Check
Point/SCP-2) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b,
terletak pada pintu masuk menuju ruang tunggu.
b. Setiap tempat pemeriksaan keamanan kedua (Security Check
Point/SCP-2) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) jalur pemeriksaan.

13
c. Jalur pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang
menggunakan peralatan keamanan penerbangan harus
mempunyai peralatan keamanan paling sedikit meliputi :
1) mesin x-ray bagasi kabin;

2) gawang detektor logam (Walk Through Metal Detector /


WTMD ); dan

3) detektor logam genggam (Hand Held Metal Detector /


HHMD).

d. Jumlah jalur pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat dapat


ditambahkan dan disesuaikan dengan jumlah orang dan barang
yang melalui tempat pemeriksaan keamanan kedua.
e. Peralatan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
ditambahkan dengan peralatan keamanan lainnya sesuai
kebutuhan.

Pasal 11

a. Penempatan peralatan keamanan penerbangan di tempat


pemeriksaan keamanan kedua (Security Check Point/SCP-2) pada
bandar udara, sebagai berikut:
1) Gawang detektor logam (Walk Through Metal Detector /
WTMD) di tempatkan disebelah mesin x-ray bagasi kabin;
2) Jarak antara gawang detektor logam (Walk Through Metal
Detector / WTMD ) dan mesin x-ray bagasi kabin minimal 50
cm;

14
3) Apabila terdapat lebih dari satu jalur antrian pemeriksaan,
jarak antara dua gawang detektor logam (Walk Through Metal
Detector / WTMD) yang berdampingan, minimal berjarak 60
cm;
4) Exit belt termasuk roller pada mesin x-ray bagasi kabin harus
memiliki panjang minimal 250 cm. Pada sisi exit belt dimana
penumpang atau personel lewat, dipasang plexiglas;
5) Plexiglas dipasang minimal sepanjang exit belt dan setinggi
tunel mesin x-ray bagasi kabin;
6) Setelah mesin x-ray bagasi kabin, ditempatkan meja sebagai
tempat pemeriksaan bagasi yang mencurigakan.
7) Jarak antara mesin x-ray bagasi kabin dan gawang detektor
logam (Walk Through Metal Detector / WTMD), dan jarak
antara 2 (dua) gawang detektor logam (Walk Through Metal
Detector / WTMD) yang berdampingan diberi sekat pembatas.
8) Model sekat pembatas dibuat bukan sebagai tempat untuk
meletakkan barang bawaan.
b. Gambar (layout) penempatan peralatan pada tempat pemeriksaan
keamanan kedua (Security Check Point/SCP-2) sebagaimana
termuat dalam lampiran 2 peraturan ini.

Pasal 12

a. Setiap tempat pemeriksaan keamanan kedua (Security Check


Point/SCP-2) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b,
harus tersedia :
1) tempat tertutup untuk pemeriksaan khusus; dan
2) kotak transparan yang memadai dan terkunci untuk
menyimpan barang dilarang (prohibited items).

15
Pasal 13

a. Ruang tunggu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b,


yang :
1) Digunakan secara terus-menerus harus dilakukan penyisiran
keamanan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 24 (dua
puluh empat) jam;
2) Tidak digunakan secara terus-menerus harus dilakukan
penyisiran keamanan sebelum dioperasikan.

Pasal 14

a. Setiap penumpang, personel pesawat udara dan orang


perseorangan yang memasuki ruang tunggu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b harus menunjukkan izin masuk
yang berlaku kepada personel keamanan bandar udara dan
dilakukan pemeriksaan keamanan.

b. Setiap barang bawaan yang memasuki ruang tunggu sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 huruf b harus dilakukan pemeriksaan
keamanan oleh personel keamanan bandar udara.

Pasal 15

a. Personel keamanan bandar udara wajib menolak penumpang,


personel pesawat udara dan orang perseorangan serta barang
bawaan yang memasuki ruang tunggu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14, apabila tidak memiliki izin masuk dan/atau
menolak untuk diperiksa.
16
b. Penumpang, personel pesawat udara dan orang perseorangan serta
barang bawaan yang tidak memiliki izin masuk dan/atau menolak
untuk diperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), telah
berada di ruang tunggu, personel keamanan bandarudara harus
mengeluarkannya dan memeriksa ulang seluruh penumpang serta
memastikan keamanan ruang tunggu.

Pasal 16

a. Pada Penerbangan Internasional dapat dilakukan pemeriksaan


keamanan untuk penumpang, personel pesawat udara dan orang
perseorangan pada tempat pemeriksaan keamanan kedua (Security
Check Point/SCP-2) dengan peralatan body inspection machine
untuk memastikan tidak terdapatnya barang dilarang (prohibited
items) melekat pada tubuh.

Pasal 17

a. Ruang tunggu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b harus


memenuhi persyaratan :
1) Memiliki ukuran seoptimal mungkin yang memudahkan untuk
dilakukan pengawasan;
2) Memiliki pembatas fisik yang nyata dari lantai sampai dengan
langit-langit ruangan dan tidak dapat disusupi barang dilarang
(prohibited items); dan
3) Dilakukan pengawasan kegiatan dalam ruang tunggu;

17
b. Unit penyelenggara bandar udara dan badan usaha bandar udara
yang mengijinkan kegiatan konsesioner pada ruang tunggu harus
melakukan pemeriksaan keamanan penerbangan untuk menjamin
dan memastikan barang yang dijual tidak terdapat barang dilarang
(prohibited items).

Pasal 18

a. Jalur ke atau dari daerah keamanan terbatas dan ruang tunggu


harus memenuhi aspek keamanan dan sesuai kebutuhan.

b. Jalur ke atau dari daerah keamanan terbatas dan ruang tunggu


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya digunakan untuk
kepentingan operasional bandar udara dan jika tidak
dipergunakan harus dikunci dan/atau dijaga.

Pasal 19

a. Unit penyelenggara bandar udara dan badan usaha bandar udara


dapat memberlakukan pintu masuk khusus (Security Check Point
– khusus/SCP-khusus) menuju daerah keamanan terbatas dan
diberi tanda (sign board).

b. Pintu masuk khusus (Security Check Point – khusus/SCP-khusus)


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya diperuntukan bagi
personel pesawat udara, orang perseorangan yang bekerja di
bandar udara dengan menunjukan izin masuk dan dilakukan
pemeriksaan keamanan. Pintu masuk khusus (Security Check
Point – khusus/SCP-khusus) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus selalu dalam pengawasan personel keamanan bandar udara
dan dikunci dan/atau dijaga apabila tidak digunakan
18
Pasal 38

a. Setiap diplomat yang memasuki daerah keamanan terbatas dan


ruang tunggu, harus mempunyai izin masuk yang sah dan
dilakukan pemeriksaan keamanan oleh personel keamanan bandar
udara.

b. Kantong diplomatik tidak dilakukan pemeriksaan kecuali atas


permintaan instansi yang berwenang dibidang hubungan luar
negeri dan pertahanan negara.

2. Metodologi

Metodologi yang digunakan oleh penulis dalam pengumpulan LTA


untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini antara lain
a. Metode Observasi
Dengan metode observasi ini, yaitu melakukan pengamatan
langsung dalam Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) di bandara
khususnya di unit Aviation Security.
b. Metode Wawancara
Melakukan wawancara kepada personil bagian Aviation Security
dengan pengalaman yang telah dimiliki dalam menunjang
perolehan data.
c. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan yang dilakukan untuk melengkapi data- data
dalam penyusunan laporan ini berasal dari buku – buku yang
diberikan kepada personel Aviation Security yang berkaitan dengan
materi yang akan dibahas dalam laporan tugas akhir ini.

19
B.Bagian Tempat PKL

1. Profil Bagian Tempat PKL

A. Bandar Udara Halim Perdanakusuma

Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma (bahasa


Inggris: Halim Perdanakusuma International Airport)
(IATA: HLP, ICAO: WIHH) adalah sebuah bandar
udara di Jakarta, Indonesia. Bandar udara ini juga digunakan sebagai
markas Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) TNI-AU.

Sebelumnya bandar udara ini bernama Lapangan Terbang


Cililitan. Bandara Halim Perdanakusuma beroperasi sementara menjadi
bandara komersial mulai tanggal 10 Januari 2014 untuk mengalihkan
penerbangan dari Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta yang
dinilai telah penuh sesak.

Pada abad ke-17, daerah Cililitan merupakan sebuah tanah partikelir


yang dimiliki oleh Pieter van der Velde. Tanah tersebut
dinamakan Tandjoeng Ost. Kemudian sekitar tahun 1924, sebagian
tanah tersebut dijadikan sebuah lapangan terbang pertama di
kota Batavia. Lapangan terbang tesebut dinamakan Vliegveld
Tjililitan (Lapangan Terbang Tjililitan). Di tahun yang sama, lapangan
terbang ini menerima kedatangan pesawat dari Amsterdam yang
kemudian menjadi penerbangan internasional pertama di Hindia
Belanda. Sebelum mendarat di Cililitan, pesawat Fokker ini
memerlukan waktu cukup lama di perjalanan. Karena pernah jatuh dan
mengalami kerusakan di Serbia hingga harus didatangkan suku cadang
dari pabriknya di Amsterdam.

Lapangan terbang ini juga turut andil dalam peresmian Bandar Udara
Internasional Kemayoran yaitu dengan cara menerbangkan pesawat
berjenis Douglas DC-3 menuju Kemayoran yang baru saja diresmikan.

20
Pada tanggal 20 Juni 1950, Belanda sepenuhnya menyerahkan lapangan
terbang ini kepada pemerintah Indonesia. Ketika itu lapangan terbang
ini langsung dipegang oleh AURI dan dijadikan pangkalan udara
militer. Kemudian bertepatan dengan 17 Agustus 1952, lapangan
terbang ini berganti nama menjadi Pangkalan Udara Halim
Perdanakusuma untuk mengenang almarhum Abdul Halim
Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugasnya.

Disamping sebagai pangkalan militer, Halim juga digunakan sebagai


bandar udara sipil utama di kota Jakarta bersamaan dengan Kemayoran.
Pada tahun 1974, bandar udara ini harus berbagi penerbangan
internasional dengan Kemayoran karena padatnya jadwal penerbangan
disana. Halim juga sempat ditunjuk menggantikan peranan Kemayoran
yang semakin padat. Namun hasilnya justru tertuju kepada
pembangunan sebuah bandar udara baru di daerah Cengkareng. Kelak
bandar udara tersebut dinamakan Bandar Udara Internasional
Soekarno–Hatta. Setelah Kemayoran ditutup, Bandar Udara Halim
Perdanakusuma mulai mengurangi jadwal penerbangan sipil untuk
berfokus guna kepentingan militer. Namun pada tahun 2013, Halim
memberikan 60 slot/jam untuk penerbangan berjadwal domestik
maupun internasional. Hal tersebut dikarenakan untuk mengurangi
padatnya jadwal penerbangan di Bandar Udara Internasional Soekarno–
Hatta.

A. Visi, Misi dan Tujuan

1) Visi

The Best Smart Connected Airport in the region

2) Misi

a) Memastikan keselamatan dan keamanan sebagai prioritas utama

21
b) Menyediakan infrastruktur dan layanan kelas dunia untuk
mendukung perkembangan ekonomi Indonesia melalui
konektivitas antar daerah maupun negara;
c) Memberikan pengalaman perjalanan yang terpercaya, konsisten,
dan menyenangkan kepada seluruh pelanggan dengan teknologi
modern;
d) Mengembangkan kemitraan untuk melengkapi kemampuan dan
memperluas penawaran perusahaan;
e) Menjadi BUMN pilihan dan memaksimalkan potensi dari setiap
karyawan perusahaan;
f) Menjunjung tinggi tanggung jawab sosial perusahaan

B. Sejarah dan Tujuan Aviation Security

Awal abad ke 20 ketika terjadi pembajakan pesawat udara di


Peru tahun 1931. Kejadian ini merupakan tindakan kejahatan (melawan
hukum) di udara yang pertama terhadap penerbangan sipil yang
kemudian terjadi berulang- ulang menimpa berbagi penerbangan sipil.

Setelah kejadian tersebut AVSEC diberikan tugas pokok untuk


menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan sipil di Indonesia
dari tindakan melawan hukum dan juga memberikan perlindungan
keamanan terhadap awak pesawat udara, pesawat udara, penumpang,
instalasi Bandar Udara, para petugas di darat, masyarakat dan pengguna
jasa penerbangan lainnya dari tindakan melawan hukum

Bedasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 54 tahun 2004


tanggal 21 Mei 2004, Aviation Security adalah gabungan sumber daya
manusia, fasilitas dan materil serta prosedur untuk melindungi
penerbangan sipil dari tindakan melawan hukum.

Tujuan utama dari Aviation Security adalah bertanggung jawab di


dalam kemanan operasi penerbangan maupun fasilitas Bandar Udara

22
yang mencakup kemanan penumpang, barang, pesawat dan fasilitas,
objek vital, sisi udara, sisi darat, termasuk ruang VVIP dan VIP.

2. Organisasi Tempat PKL

a. Struktur Organisasi Aviation Security

Unit Aviation Security adalah unint pelaksana Sturuktural di


lingkungan bandar udara. Kegiatan Aviation Security dipimpin oleh
Executive General Manager yang dibantu oleh Assistant Manager of
Airport Security yang mempunyai anggota terdiri dari Komandan Posko
Peleton A,B dan C dan komandan peleton A,Bdan C dibantu oleh
Komandan regu peleton A,B,C dibantu oleh anggota peleton masing –
masing.

23
Assistant Manager of
Airport Security

Marihot Sitorus

Komandan Posko Peleton Komandan Posko Peleton Komandan Posko Peleton


A B C

Yulianto Ariko Mahjaya Eddy Yusmansyah

Komandan Peleton C
Komandan Peleton A Komandan Peleton B
Giyan Adik Purnomo
Anggiat Poltak Marwanto Wawan Ridwan

Komandan Regu Peleton


Komandan Regu Peleton B
A Komandan Regu Peleton C
1. Agung Ramadiyanto
1. Fathi Mubarok 1. Dedi Firmansyah
2. Bagus Mahardika
2. Titon Mangiring 2. Lukman Harun
3. Anton Murtadho
3. Abu Mansyur 3. Fely Yusuf

PELAKSANA PELETON B PELAKSANA PELETON C


PELAKSANA PELETON A

b. Tugas dan Fungsi AVSEC

Unit pengamanan bandar udara memiliki tugas untuk memelihara,


melindungi dan mengamankan manusia dan material secara fisik dari
segala bentuk ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh manusia dan
barang di daerah lingkungan kerja bandar udara.

Fungsi Satuan Pengamanan Bandar Udara

a) Mengawasi dan mengendalikan ketertiban dan keteraturan


pergerakan penumpang dan barang yang masuk / keluar gedung
terminal penumpang dan terminal kargo.

b) Bekerja sama dengan petugas pengamanan perusahaan angkutan


udara dan perusahaan pelayanan darat (Ground Handling agent)

24
dalam melaksanakan pemeriksaan penumpang, bagasi, kargo
dan pos sebelum dimuat / dibongkar ke / dari pesawat udara.

c) Mengawasi dan memeriksa tanda pengenal / pas orang dan


kendaraan yang mempunyai hubungan ke / dari daerah steril dan
kawasan sisi udara ( air side ) lainnya, terutama di sekitar
pesawat udara.

d) Melaksanakan survey pengamanan bandar udara dan


melaporkan pada Komite Pengamanan Bandar Udara.

e) Melakukan pengawasan / pengendalian / penjagaan /


pengamatan / patroli di daerah batas bandar udara ( perimeter ).

f) Menjaga instalasi / bangunan penting seperti : VIP Room, gedung


listrik, tempat penampungan air / pompa air, fasilitas alat bantu
navigasi udara ( lampu landasan, stasiun pemancar / penerima,
DVOR, NDB, ILS, Radar, dll ), fasilitas bahan bakar minyak
pesawat udara dan lain – lain.

g) Mengumpulkan dan meneruskan / menyebarkan informasi yang


berhubungan dengan masalah pengamanan penerbangan /
bandar udara kepada yang berkepentingan.

h) Melakukan penyelidikan atas kejadian – kejadian / pelanggaran


yang terjadi di bandar udara dan melaporkan kepada komandan /
pimpinan satuan pengamanan bandar udara / Komite
Pengamanan Bandar Udara.

i) Membina hubungan yang erat dengan instansi – instansi lain


yang terkait dengan bandar udara.

j) Selalu melakukan koordinasi dengan pihak yang berwenang atas


perencanaan bandar udara sehingga semua aspek yang
menyangkut pengamanan penerbangan mendapat perhatian

25
dalam setiap perencanaan / desain / renovasi bangunan dan
fasilitas bandar udara.

k) Melakukan latihan pengamanan penerbangan di bandar udara


secara teratur sedikitnya sekali dalam setahun.

l) Mengalihkan tanggung jawab kepada POLRI bilamana terjadi


tindak kriminal di bandar udara.

m) Bekerja sama dan mengendalikan pengendalian bilamana terjadi


peningkatan ancaman keamanan di bandar udara kepada POLRI
/ TNI sesuai ketentuan.

n) Melakukan kerja sama dengan pihak – pihak terkait dan


melaksanakan tindak penanggulangan dalam keadaan gawat
darurat sesuai dengan Airport Emergency Plan.

Unit satuan pengamanan bandar udara di dalam menjalankan tugasnya


terkait erat dengan Unit Pemandu Lalu – Lintas Udara dalam hal ini
adalah Unit Tower. Pada Unit Tower sebagai pengawas jalannya
operasi penerbangan terhadap keselamatan lalu – lintas udara, apabila
melihat adanya gangguan terhadap gangguan keamanan dan
keselamatan operasi penerbangan di darat maka Unit Tower akan
segera menghubungi Unit Pengamanan Bandar Udara untuk meminta
bantuan dalam menangani gangguan tersebut.

3. Aspek / Faktor yang Diamati

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini adapun aspek atau faktor
yang diamati selama melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan
adalah sebagai berikut :
a. Sarana dan Prasarana. Dalam hal ini sarana dan prasarana yang
mendukung pelaksanaan kegiatan pelayanan bandar udara serta
unit – unit yang berkoordinasi langsung dalam pemeriksaan
dokumen, penumpang dan barang termasuk penumpang VVIP dan

26
VIP yang dianggap dapat membahayakan penerbangan dan
pemeriksaan itu dilakukan oleh unit Aviation Security.
b. Tempat Kerja. Dalam hal ini jumlah pegawai yang berkaitan
dengan kegiatan pemeriksaan penumpang, dokumen, barang
bawaan dan pengawalan penumpang VVIP.
c. Prosedur Kerja. Dalam hal ini diuraikan SOP ( Standart Operating
Procedure ) unit Aviation Security ( Avsec) dalam melakukan
kegitatan pemeriksaan penumpang, dokumen, barang bawaaan dan
pengawalan VVIP.
d. Pelakasanaan Kegiatan. Dalam hal ini diuraikan tentang alur kerja
unit Aviation Security (Avsec) dalam melaksanakan kegiatan yang
berdasarkan pada SOP ( Standart Operating Procedure ).

4. Penyajian Data dan Objek yang Diamati

a. Sarana
Sarana dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan operasional agar dapat terciptanya suatu kondisi
kerja yang baik dan efektif. Sarana yang terdapat pada unit Aviation
Security Bandara Halim Perdanakusuma sebagai berikut :
1) Kendaraan Operasional : unit Avsec Bandara Halim
Perdanakusuma memiliki 2 kendaraan operasional yaitu Nissan
Navarra tahun pembuatan 2012 berwarna putih dengan tambahan
warna biru yang ditambahkan sirine dan strobo berwana kuning dan
ditambahkan radio rig mobile. Kendaraan tersebut digunakan untuk
patroli sisi darat dan sisi udara.
2) Mesin X- Ray
Mesin X-Ray merupakan suatu alat pemeriksaan untuk mendeteksi
secara visual semua barang bawaan penumpang baik penumpang
biasa, VIP dan VVIP (kecuali RI 1 dan RI 2 ) tanpa membuka barang
tersebut. Peralatan x-ray dapat diklasifikasikan menurut fungsi dan
kapasitasnya yaitu, x-ray cabin, x-ray cargo dan x-ray baggage.

27
Di Bandar Udara Halim Perdanakusuma Terdapat 7 mesin x-ray yang
terbagi atas : 2 berada di SCP 1 ( x-ray baggage ), 2 berada di SCP 2
(x- ray cabin), 1 berada di VIP Room ( x-ray baggage ), 2 berada di
gedung VVIP, 1 berada di executive lounge Saphire dan 1 berada di
pintu LAUD ( x- ray baggage ).
3) Walk Throught Metal Detector (WTMD)
Walk Throught Metal Detector merupakan peralatan deteksi yang
berbentuk seperti pintu yang digunakan mendeteksi semua barang
bawaan yang berada di dalam pakaian atau yang melekat pada tubuh
penumpang pesawat udara yang terbuat dari metal / logam yang dapat
membahayakan keselamatan penerbangan, seperti senajata tajam,
senjata api dan alat yang dapat membahayakan keselamatan
penerbangan.
Untuk di Bandara Halim Perdanakusuma terdapat 8 alat tersebut yang
terbagi atas : 2 berada di SCP 1, 3 berada di SCP 2 ( 2 beroperasi dan
1 dipergunakan sebagai cadangan atau dipergunakan apabila antrian
pemeriksaan sudah mulai panjang ), 1 berada di VIP room dan 2
berada di ruang VVIP
4) Hand Held Metal Detector ( HHMD)
Hand Held Metal Detector merupakan peralatan untuk mendeteksi
letak pada barang bawaaan yang terdapat pada badan dan pakaian
penumpang.
5) Handy Talky ( HT)
Adalah alat komunikasi berbasis radio dengan frekuensi yang dapat
dibawa secara mudah seperti telefon genggam yang digunakan untuk
berkomunikasi secara cepat dengan pengguna HT khususnya di unit
Aviation Security.
6) Telephone
Alat komunikasi berbasih kabel yang digunakan oleh petugas avsec
untuk menerima dan memberikan informasi untuk unit lain yang tidak
ada di frekuensi HT.

28
7) Pengeras Suara
Pengeras suara adalah alat yang digunakan untuk membantu petugas
Avsec yang berupa suara rekaman tentang tata cara pemeriksaan
penumpang, personel pesawat udara, dan barang bawaan yang
tercantum pada SKEP/2765/XII/2010.
8) Layar Monitor
Layar monitor ini digunakan untuk memberikan informasi kepada
penumpang mengenai peraturan SKEP 2765 Tahun 2015 tentang
Keselamatan dan Keamanan Pesawat Udara.
b. Prasarana
Prasarana adalah suatu penunjang terselengaranya suatu proses.
Prasarana yang didalam unit Avsec ini yaitu :
9) Posko
Posko adalah tempat komando pusat utama Aviation Security.
Berfungsi untuk apel dan pengarahan untuk unit Aviation Security
sebelum bertugas, memonitori CCTV yang terpasang di area Bandar
Udara Halim Perdanakusuma, sebagai tempat mencatat waktu dan
kegiatan VVIP dan VIP, sebagai ruang kerja junior manager beserta
staf posko, sebagai tempat untuk mewawancarai staff bandar udara
yang ingin membuat pas bandara, serta sebagai tempat sidang untuk
pengguna bandar udara yang melakukan pelanggaran.
10) Ruang Istirahat SCP 1 dan SCP 2

Suatu ruangan khusus untuk unit Avsec di SCP 1 dan SCP 2


beristirahat sejenak, untuk makan dan juga beribadah.

c. Tenaga Kerja
1. Jumlah keseluruhan personel Avsec yang berstatus pegawai organik
dan pegawai dari APS berjumlah 143 orang. Masing – masing pleton
menempati pos – pos yang sudah ditentukan dan sesuai jumlah dari
masing – masing pleton.
Personel Aviation Security Bandar Udara Halim Perdanakusuma
terbagi menjadi 3 pleton yaitu pleton A, B, dan C. Personel Avsec
29
bekerja 24 jam dan terbagi menjadi 2 shift, yaitu shift pagi yang
bertugas 1 pleton yaitu dari 08:00 – 20:00 WIB dan shift malam yang
digantikan oleh pleton yang bertugas shift malam dari pukul 20:00 –
08:00.
d. Prosedur Kerja
Prosedur kerja adalah suatu proses dimana harus diikuti oleh seluruh
pekerja supaya sesuai dengan tupoksinya dan supaya tidak terjadi hal
yang tidak diinginkan. Tidak terkecuali di unit Avsec Bandar Udara
Halim Perdanakusuma memiliki prosedur kerja khususnya untuk
pengamanan penumpang VVIP dan VIP sebagai berikut:
1. Pendahuluan
a. Pemberitahuan dari Protokoler bahwa ada penumpang VVIP atau
VIP yaitu pada satu hari sebelum keberangkatan atau beberapa
jam sebelum keberangkatan, dan hanya unit tertentu yang tahu
seperti AMC, PKP-PK, LANUD dan Avsec.
b. Maksud dan tujuan
Maksud dan tujuan diberitahukannya sebelum mendekati hari
keberangkatan dan hanya unit tertentu saja dikarenakan untuk
menjaga keamanan VVIP dan VIP tersebut supaya tidak terjadi
pembajakan atau teror.
2. Prosedur
a. Pemeriksaan gedung VVIP dan VIP
Bandar Udara Halim Perdanakusuma mempunyai ruangan khusus
untuk VVIP maupun VIP dan gedung tersebut mempunyai nama
yaitu gedung Sasana Manggala Praja. Sebelum VVIP dan VIP
menggunakan gedung tersebut, prosedur pertama yaitu
pemeriksaan gedung. Pemeriksaan gedung digunakan untuk
mensterilisasi dari benda benda yang dapat membahayakan dan
juga untuk mempersiapkan gedung supaya dapat digunakan
dengan maksimal.

30
b. Pengaturan unit Avsec dengan Protokoler
Petugas Avsec yang sedang bertugas melakukan pengamanan
akan berkoordinasi dengan Protokoler supaya dapat melakukan
pengamanan gedung supaya dapat melakukan pengamanan
gedung yang akan digunakan tersebut secara maksimal dan
terarah.
c. Pemeriksaan dokumen
Sebelum VVIP atau VIP beserta rombongan memasuki gedung,
Protokoler negara dibantu dengan petugas Avsec akan memeriksa
dokumen – dokumen, surat tugas dan surat pendukung.
d. Pemeriksaan orang ( Body Search )
Petugas Avsec dibantu dengan Protokoler memeriksa rombongan
VVIP dan VIP terkecuali RI 1 dan RI 2. Pemeriksaan dilakukan
untuk keamanan dan kenyamanan saat penerbangan berlangsung.
e. Pemeriksaan barang
Personel Avsec dan Protokoler memeriksa barang bawaan
rombongan VVIP maupun VIP ( kecuali RI 1 dan RI 2) yang
bertujuan untuk mengetahui adanya barang bawaan yang
berbahaya seperti pistol dll. Karna pada penerbangan VVIP dan
VIP yang diperboleh kan membawa senjata api adalah Protokoler
khusus dan tidak semua diperbolehkan.
f. Pengawasan sisi udara
Petugas avsec yang menggunakan mobil patroli dan Protokoler
negara mengamannkan sisi udara sampai dengan pesawat VVIP
atau VIP siap taxiing, dan selama proses tersebut petugas avsec
akan menutup runway yang bertujuan untuk menutup akses
pesawat komersil, kendaraan yang berada di airside supaya tidak
ada pergerakan, dan akan dibuka pada saat pesawat VVIP atau
VIP tersebut telah terbang.

31
3. Pelaksanaan Kegiatan

Alur proses kegiatan pengamanan penumpang VVIP dari memasuki


ruang VVIP hingga pesawat VVIP airbone tergambar di bawah ini :

PEMBERITAHUAN VVIP PENGKOORDINASIAN TIM


ATAU VIP KE POSKO PETUGAS AVSEC DENGAN
AVSEC PROTOKOLER NEGARA

PEMERIKSAAN DOKUMEN, PEMERIKSAAN DAN


BARANG DAN ORANG PENSTERILAN GEDUNG
VVIP ATAU VIP VVIP

PENUTUPAN BANDARA,
RUNWAY, DAN
PEMBERHENTIAN
PERGERAKAN AIRSIDE

e. Obyek yang Diamati


Pokok persoalan yang dibahas pada Laporan Tugas Akhir ini hanya
meneliti Aviation Security khususnya pada saat penanganan VVIP atau
VIP di Bandar Udara Halim Perdanakusuma
1. Tata cara pengamanan dan pemeriksaan penumpang VVIP dan VIP
apakah bekerja sesuai prosedur saja atau dengan tambahan melihat
situasi di lapangan dan apakah terdap
2. Seiring kemajuan teknologi bahkan senajata yang lebih modern akan
menjadi acuan untuk meningkatkan kualitas, pengetahuan, dan alat
pembantu pengamanan supaya ada peningkatan mutu kualitas

32
pengamanan di bandar udara khususnya bandara yang beroperasi
melayani tamu VVIP atau VIP.

33
BAB III
ANALISIS HASIL PENGAMATAN

A. Sarana dan Prasarana

1. Sarana
a) Kendaraan operasional unit Aviation Security
unit Avsec Bandara Halim Perdanakusuma memiliki 2 kendaraan
operasional yaitu Nissan Navarra tahun pembuatan 2012 berwarna
putih dengan tambahan aksen berwarna biru yang ditambahkan
sirine dan strobo berwana kuning dan ditambahkan radio rig mobile.
Kedua kendaaran tersebut hanya dipakai salah satu saja tidak semua
dioperasikan. Jika kendaraan pertama dioperasikan maka kendaraan
kedua tidak dioperasikan, tetapi jika perlu kendaran patroli tambahan
kendaraan kedua akan dioperasikan.
b. Mesin X- Ray
Mesin X-Ray merupakan suatu alat pemeriksaan untuk mendeteksi
secara visual semua barang bawaan penumpang baik penumpang
biasa, VIP dan VVIP (kecuali RI 1 dan RI 2 ) tanpa membuka
barang tersebut. Peralatan x-ray dapat diklasifikasikan menurut
fungsi dan kapasitasnya yaitu, x-ray cabin, x-ray cargo dan x-ray
baggage. Untuk mesin x – ray yang berada di gedung Sasana
Manggala Praja atau gedung VVIP terdpat 3 mesin x – ray cabin dan
1 mesin x – ray baggage
c. Walk Throught Metal Detector (WTMD)
Walk Throught Metal Detector merupakan peralatan deteksi yang
berbentuk seperti pintu yang digunakan mendeteksi semua barang
bawaan yang berada di dalam pakaian atau yang melekat pada tubuh
penumpang pesawat udara yang terbuat dari metal / logam yang
dapat membahayakan keselamatan penerbangan, seperti senajata
tajam, senjata api dan alat yang dapat membahayakan keselamatan
penerbangan.

34
Untuk di gedung Sasana Manggala Praja atau gedung VVIP,1 berada
di VIP room dan 2 berada di ruang VVIP
d. Hand Held Metal Detector ( HHMD)
Hand Held Metal Detector merupakan peralatan untuk mendeteksi
letak pada barang bawaaan yang terdapat pada badan dan pakaian
penumpang. Dan setiap pintu pemeriksaan terdapat HHMD tersebut
termasuk di gedung VVIP
f. Handy Talky ( HT)
Adalah alat komunikasi berbasis radio dengan frekuensi yang dapat
dibawa secara mudah seperti telefon genggam yang digunakan untuk
berkomunikasi secara cepat dengan pengguna HT khususnya di unit
Aviation Security.
g. Telephone
Alat komunikasi berbasih kabel yang digunakan oleh petugas avsec
untuk menerima dan memberikan informasi untuk unit lain yang
tidak ada di frekuensi HT.
h. Pengeras Suara
Pengeras suara adalah alat yang digunakan untuk membantu petugas
Avsec yang berupa suara rekaman tentang tata cara pemeriksaan
penumpang, personel pesawat udara, dan barang bawaan yang
tercantum pada SKEP/2765/XII/2010 dan pemutaran lagu lagu
nasional jika diperlukan
i. Layar Monitor
Layar monitor ini digunakan untuk memberikan informasi kepada
VVIP mengenai peraturan SKEP 2765 Tahun 2015 tentang
Keselamatan dan Keamanan Pesawat Udara.
j. Rompi Keselamatan
Rompi ini digunakan untuk anggota Avsec yang bekerja diluar
terminal, hal ini bertujuan untuk keselamatan dan sebagai tanda
bahwa ada petugas.

Untuk hasil pengamatan pada sarana yang digunakan unit Aviation


Security Bandar Udara Halim Perdanakusuma, cukup baik, akan tetapi
35
sedikit ada permasalahan pada bagian radio rig pada mobil patroli
dikarenakan jika mobil patroli sedang melakukan pengamanan VVIP
atau VVIP di wilayah parimeter selatan, radio HT maupun rig tidak
mendapat sinyal, sehingga pengganti komunikasi via smartphone dan
untuk pengamanan VVIP atau VIP di wilayah gedung, koordinasi unit
Avsec yang bertugas dengan Protokoler negara sudah cukup baik.

2. Prasarana
a. Posko
Posko adalah tempat komando pusat utama Aviation Security.
Berfungsi untuk apel dan pengarahan untuk unit Aviation Security
sebelum bertugas, memonitori CCTV yang terpasang di area Bandar
Udara Halim Perdanakusuma, sebagai tempat mencatat waktu dan
kegiatan VVIP dan VIP, sebagai ruang kerja junior manager beserta
staf posko, sebagai tempat untuk mewawancarai staff bandar udara
yang ingin membuat pas bandara, serta sebagai tempat sidang untuk
pengguna bandar udara yang melakukan pelanggaran.
b. Ruang Istirahat SCP 1 dan SCP 2

Suatu ruangan khusus untuk unit Avsec di SCP 1 dan SCP 2


beristirahat sejenak, untuk makan dan juga beribadah.

Menurut pendapat penulis dengan hasil dari analisis pengamatan.


Untuk ruangan posko Avsec masih terlalu kecil, sehingga untuk
tempat untuk ruangan kelas suhu ruangan masih terlalu panas,
sehingga suasana dalam pembelajaran kurang konsentrasi akibat
suhu yang tidak bersahabat.

Untuk ruangan istirahat di SCP 1 dan SCP 2 sirkulasi udara cukup


sedikit walaupun terdapat kipas angin tetapi tidak ada pembuangan
udara, dikarenakan untuk istirahat sering kali bagi para anggota
Avsec yang merokok asapnya masih berada di satu ruangan
khususnya di ruang istirahat SCP 1 sehingga menurut penulis tempat
tersebut tidak cocok untuk istirahat, karena menurut pendapat
36
penulis kriteria untuk tempat beristirahat sejenak itu adalah tempat
yang sirkulasi udaranya bagus sehingga dengan sirkulasi udara yang
bagus akan menghasilkan udara yang baik buat tubuh bertistirahat,
melepas penatnya dalam pengamanan.

B. Tenaga Kerja

1. Setiap pekerja mengerti dengan baik tugas masing – masing dari jam
kerja, hingga hal – hal apa saaja yang dilakukan sesuai dengan
tupoksinya dalam unit Aviation Security. Personel Avsec harus
melaksanakan pendidikan kemamanan dan keselamatan penerbangan.
Yang meliputi :
a) Pendidikan dan Pelatihan Personel Penerbangan meliputi :

Pemeriksa Keamanan Penerbangan ( Basic / guard Aviation Security


), adalah pendidikan dan pelatihan yang bertujuan agar personel
keamanan penerbangan dapat melakukan pemeriksaan terhadap
penumpang, barang, cargo dan pos dengan tidak menggunakan
peralatan.

Pemeriksa Keamanan Penerbangan ( Junior / Screening Aviation


Security ), adalah pendidikan dan pelatihan yang bertujuan agar
personel keamanan penerbangan dapat melakukan pemeriksaan
terhadap barang, penumpang, cargo dan pos dengan
menggunakan peralatan keamanan penerbangan.
Pengawasan Keamanan Penerbangan ( Senior / Supervisor
Aviation Security ), adalah pendidikan dan pelatihan yang
bertujuan agar personel keamanan penerbangan dapat
melaksanakan kepemimpinan dalam kegiatan pengamanan
penerbangan dan pemeriksaan barang, penumpang, cargo dan pos
yang diagkut dalam pesawat udara, posisi supervisor tersebut bisa
sebagai unit pengamanan VVIP atau VIP.

37
b) Pendidikan dan pelatihan tambahan, meliputi :

Advance Aviation Security Training, meliputi :

1) Crisis Management.
2) Negotiaion.
3) Exercise.

Special Aviation Security Training, antara lain :

1) Auditor – Inspektor.
2) Instruktur.
Pendidikan dan pelatihan penangan pengangkutan barang
berbahaya ( Dangerous Good ).
c. Pendidikan dan pelatihan personel fasilitas keamanan penerbangan
meliputi :
1) Personel fasilitas keamanan penerbangan terampil ( skillfull
licence ) adalah pendidikan dan pelatihan yang bertujuan agar
personel dapat melakukan pemeliharaan dan perbaikan tingkat
ringan fasilitas penerbangan seperti :
a) Peralatan pendeteksi pemeriksaan barang.
b) Peralatan pendeteksi pemeriksaan orang.
c) Peralatan pendeteksi pemantau.
2) Personel keamanan penerbangan ahli ( expert licence ) adalah
pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk dapat melakukan
pemeliharaan, perbaikan, perencanaan, analisis dan modifikasi
fasilitas keamanan penerbangan, yaitu :
a) Peralatan pendeteksi pemeriksaan barang.
b) Peralatan pendeteksi pemeriksaan orang.
c) Peralatan pendeteksi pemantau.

2. Setelah melewati masa pendidikan dan keamanan penerbangan, personel


Avsec mengikuti sertifikasi personel keamanan dan penerbangan akan
38
mendapatkan lisensi dan akan ditugaskan di tempatkan di bandara se
indonesia termasuk di wilayah Bandar Udara Halim Perdanakusuma.
Dalam menjalankan tugasnya, personil Avsec wajib membawa lisensi
yang telah diterbitkan oleh Direktorat Jendral Perhubungan Udara dan
masih berlaku.

3. personel Avsec memiliki dua kebijakan yaitu;

a. Kebijakan pendidikan dan pelatihan penyegaran personel keamanan


penerbangan. Setiap personel Aviation Security di Bandara Halim
Perdanakusuma memiliki lisensi yang harus mengikuti pelatihan
penyegaran setiap 2 tahun sekali.

b. kebijakan pendidikan dan pelatihan Avsec. Setiap pegawai/ karyawan


yang terlibat dalam kegiatan penerbangan di Bandar Udara Halim
Perdanakusuma mengikuti sosialisasi kepedulian terhadap pengamanan
penerbangan ( Security Awareness ).

Hasil Pengamatan :

Hasil pengamatan terhadap seluruh personil Avsec baik yang bertugas di SCP 1,
SCP 2, Penjagaan pintu L.A.U.D, dan pengamanan VVIP di Bandar Udara Halim
Perdanakusuma sangat baik dan berkompeten dalam menjalankan tupoksinya
masing masing posisi.

C. Prosedur Kerja

Semakin meningkatnya ancaman terhadap keamanan penerbangan


maka diperlukan langkah-langkah konkrit guna menjamin keamanan
penerbangan melalui program keamanan penerbangan nasional (Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor. KM 9 Tahun 2010). Program keamanan
penerbangan nasional mengatur kewenangan keamanan penerbangan
berada di bawah kantor administrator bandar udara, kantor bandar udara,
cabang badan usaha kebandarudaraan, sebelum terbentuknya otoritas
bandar udara.

39
Berdasarkan Annex 17, Security-Safeguarding International Civil
Aviation Againts Acts of Unlawful Interference, aspek administrasi dan
koordinasi meliputi wajib keamanan adalah inspeksi/screening terhadap
penumpang dan bagasi bandar udara. Petugas bertanggungjawab terhadap
pemerintah dalam melaksanakan program nasional yang semua relevan
berhubungan dengan prosedur. Persediaan personel untuk semua
keamanan berkaitan dengan standar recommended practices and
procedures in a single document.

Guna efisiensi dan efektifitas Protokoler penerbangan VVIP/VIP tersebut


maka diadakan pembedaan lokasi penyambutan dan pengantarannya.
Apabila penerbangan VVIP atau VIP tujuan atau kedatangannya di atau
dari dalam negeri maka Protokolernya di Base Ops Lanud Halim
Perdanakusuma, sedangkan apabila tujuan/datang penerbangannya ke atau
dari luar negeri maka Protokolernya di Bandara Halim Perdanakusuma.

Untuk unit Aviation Security akan membantu Protokoler dalam


pengamanan VVIP atau VIP di Bandara Halim Perdanakusuma dan untuk
prosedur kerja pengamanan VVIP atau VIP yaitu :

1. Pemberitahuan dari Protokoler bahwa ada penumpang VVIP atau VIP


yaitu pada satu hari sebelum keberangkatan atau beberapa jam sebelum
keberangkatan kepada unit Avsec di posko.

2. Komandan Posko akan memberikan arahan kepada Komandan Peleton


dan supervisor Aviation Security untuk membantu Protokoler untuk
membantu proses pengamanan VVIP atau VIP dengan
pengkoordinasian maksimal supaya terciptanya pengamanan dan
pelayanan penerbangan VVIP atau VIP berlangung tertib, aman dan
lancar.

3. Protokoler beserta Komandan Peleton dan supervisor Aviation Security


memeriksa dan melakukan pensterilan gedung Sasana Manggala Praja
yang berguna untuk gedung tersebut aman dari benda yang
mencurigakan dan siap digunakan VVIP atau VIP.
40
4. Pemeriksaan Rombongan VVIP atau VIP dilakukan oleh Protokoler
dipantau oleh Komandan Peleton dan Supervisor, pemeriksaan
dilakukan pada, barang bawaan, penumpang, dan dokumen dokumen
pendukung serta senjata api. Dalam pemeriksaan tersebut khusus RI 1
dan RI 2 tidka diperiksa hal itu diatur dalam Undang – Undang nomor 1
tahun 2009.

5. Unit patroli mobil Avsec akan menutup Runway dan memberhentikan


pergerakan yang berada disisi udara, supaya benar benar steril dan
Pesawat VVIP atau VIP aman untuk diberangkatkan atau takeoff
hingga airborne.

Analisa pengamatan dalam prosedur kerja unit Aviation Security


Bandara Halim Perdanakusuma dalam pelaksanaan tugas pengamanan
VVIP ataupun VIP mengacu kepada :

a. UU Nomor 15 tahun 1992 tertanggal 25 Mei 1992 tentang


Penerbangan, yang terkait dengan pengamanan ( security ) bandar
udara yaitu Bab VIII pasal 3,
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001,
tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan.
c. Undang – Undang No 1 Tahun 2009
d. Surat Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Udara No. SKEP.
100 / XI / 1985 tentang Peraturan Dasar Tata Tertib Bandar Udara
e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 54 Tahun 2004 tentang
Program Nasional Pengamanan Penerbangan Sipil, Jakarta.
f. Doc 9246 ATS Planning Manual tentang Facility Security dan
siPersonel Security.
g. ANNEX 17 International Civil Aviation Organization, Security.
h. International Civil Aviation Organization Doc 8973 / 5 , Security
Manual for Safeguarding International Civil Aviation Againts Acts
of Unlawfu Interference.

41
D. Pelaksaan Kegiatan

1) Gedung Sasana Manggala Praja atau tempat gedung VVIP maupun VIP
termasuk kedalam area sangat terbatas dan tidak ada penumpang biasa
masuk melwati gedung tersebut, dan hanya petugas khusus yang bisa
memasuki gedung tersebut. Gedung tersebut dilengkapi CCTV yang
terpantau oleh gedung POM TNI – AU dan posko Avsec.

2) Setiap orang yang memasuki ruang VVIP atau VIP tersebut harus
memiliki izin dan yang berkepentingan saja yang bisa memasuki
gedung tersebut. Maka dari itu setiap terdapat kegiatan VVIP ataupun
VIP di gedung tersebut dilaksanakan pemeriksaan keamanan.

3) Tidak hanya pengamanan di dalam gedung saja, pengamanan di sisi


luar termasuk di sisi airside dilakukan unit Aviation Security dan
Protokoler mengamankan dan menstrelisasikan dan menutup kegiatan
di runway saat persiapan pesawat VVIP atau VIP takeoff sampai
dengan Airborne, begitu juga sebaliknya dari pesawat landing, taxiing,
sampai dengan VVIP atau VIP keluar dari gedung.

4) Gedung Sasana Manggala Praja termasuk daerah steril, maka


diberlakukan sistem izin masuk daerah steril yang berlaku di Bandar
Udara Halim Perdanakusuma, untuk yang memasuki gedung tersebut
dilakukan pemeriksaan terhadap :
a) PAS Bandara sesuai dengan kewenanganannya.
b) Tanda pengenal Inspector ( ID Inspector ) beserta Surat Perintah
Tugas ( SPT ) dari Direktorat Jendral.

Hasil Pengamatan analisa pada bagian pelaksanaan kegiatan:

Untuk pelaksanaan kegiatan Pengamanan VVIP atau VIP ini dilaksanakan


setelah mendapat panggilan dari Protokoler, setelah mendapatkan
panggilan dari Protokoler, unit Avsecakan melakukan pengamanan,
pensterilan gedung sesuai dengan UU Nomor 15 Tahun 1992 dan SKEP
42
188/VII/2006, dan seluruh personel yang bertugas baik unit Avsec dan
Protokoler berkerja sangat baik, koordinasi yang baik serta diselingi
dengan bercandaan agar dalam pelaksaan kegiatan pengaman VVIP
ataupun VIP tetap rileks.

43
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Unit Aviation Security merupakan unit yang bertanggung jawab atas


kegiatan pelaksanaan kegiatan keamanan dan keselamatan penerbangan.

44

Anda mungkin juga menyukai