Anda di halaman 1dari 5

Grafik 4.

22 menggambarkan peningkatan permintaan uang sebagai akibat dari


peningkatan pendapatan dapat dipandang sebagai pergeseran kurva permintaan uang dari Md
(Y1) ke Md (Y2).

Peningkatan atau penurunan uang yang disebabkan oleh perkembangan tingkat


pendapatan masyarakat dapat menciptakan gangguan pada stabilitas perekonomian, sehingga
dalam jangka pendek akan ditanggapi sebagai kebijakan moneter Bank Sentral untuk
melakukan langkah stabilisasi berdasarkan instrument moneter yang dipergunakan untuk
maksud itu.

Stabilitas perekonomian dimaksud adalah tingkat keseimbangan pasar uang dimana


permintaan uang Md sama dengan penawaran uang Ms pada suku bunga r*. Perekonomian
dinyatakan tidak menggambarkan stabilitas pada pasar keuangan apabila suku bunga berada
pada titik rl atau r2 (lihat Grafik 4.23).

Grafik 4.23 menyajikan kondisi ketidakseimbangan pasar keuangan domestik. Jika


perkembangan suku bunga mengarah kepada titik rl, maka posisi keseimbangan mengarah
kepada ekses penawaran uang, yaitu persediaan uang lebih banyak dari pada jumlah uang yang
diminta.
Dampak dari kelebihan persediaan uang akan menekan penurunan suku bunga yang
akhirnya mengarah kepada tingkat keseimbangan suku bunga r*. Sebaliknya, apabila
pergerakan suku bunga mengarah kebawah titik r*, maka system keseimbangan berada pada
ekses permintaan uang (lihat Grafik 4.24).

Money stock sebesar M2 tidak menggambarkan keseimbangan yang sebenarnya karena


penawaran uang yang tersedia lebih kecil dibandingkan dengan penawaran uang Ms.

Akibat lebih jauh penawaran uang tidak mengalami perubahan, tetapi permintaan uang
yang meningkat (ekses demand) mengakibatkan suku bunga bergerak dari r2 ke titik r* (lihat
Grafik 4.25).
Sebaliknya apabila terjadi excess supply yaitu ada tekanan penawaran uang cenderung
lebih kuat dibandingkan dengan permintaan uang (lihat Grafik 4.25), mengakibatkan
pergerakan suku bunga menurun dari 14 ke tingkat 7 atau dari titik r* ke titik r2 pada Grafik
4.26.

Kurva permintaan uang Md bergerak dari kanan atas ke kiri bawah memberikan isyarat
bahwa permintaan uang berlawanan arah dengan perilaku suku bunga. Bila suku bunga naik,
maka permintaan uang akan penurunan atau sebaliknya, apabila suku bunga maka permintaan
uang akan meningkat.

Pada Grafik 4.27 kita memandang permintaan uang tidak mengalami perubahan, tetapi
karena Bank Sentral menginginkan suku bunga maka Bank Sentral melakukan ekspansi
moneter dengan cara menggeser ke kanan money stork M/P ke kanan, sehingga terjadi apa yang
disebut sebagai excess supply yang menekan suku bunga menurun dari 14 menjadi 7. Tingkat
keseimbangan suku bunga dan permintaan Md dan penawaran uang Ms tercapai pada suku
bunga 7.

Perubahan keseimbangan suku bunga perbankan tidak selalu bersumber dari kebijakan
ekspansi moneter Bank Sentral. Pada Grafik 2.28 kita dapatkan kondisi perubahan suku bunga
dengan kurva MS yang tidak mengalami perubahan. Bank Sentral tidak melakukan perubahan
terhadap money stock Ms, tetapi suku bunga mengalami pergeseran tingkat keseimbangan.
Grafik 2.28 menyajikan kasus dimana telah terjadi peningkatan permintaan uang dari Md0 ke
Mdl, yaitu pergeseran ke kanan dari kurva Md telah mengakibatkan kenaikan suku bunga dari
7 menjadi 14.
Proses peruibahan keseimbangan pada suku bunga (penyesuaian pasar uang) tidaklah
berdiri sendiri, tetapi merupakan keseimbangan pada cross-Keynesian yaitu komponen fiscal
yang telah kita bahas pada Bab sebelumnya.

Perhatikan Grafik 4.28 dimana pergeseran actual ex-penditure ke kanan pada Gambar
(a) adalah merupakan peningkatan kegiatan transaksi pembelian barang, sehingga akan
memerlukan lebih banyak uang tunai. Sebagai akibat dari perubahan actual expenditure pada
cross-Keynesian berdampak pada peningkatan permintaan uang untuk kebutuhan transaksi,
sehingga pada Gambar (b) tampak terjadi pergeseran kurva Md ke kanan, yang mengakibatkan
kenaikan suku bunga perbankan.

Excess demand for money adalah terjadi sebagai akibat dari aggregate demand shocks
yaitu peristiwa peningkatan belanja yang berdampak pada pasar uang dan suku bunga. Dengan
demikian, maka posisi Bank Sentral adalah berusaha untuk melakukan ekspansi moneter agar
suku bunga dapat diturunkan.
Dalam analisis ekonomi makro yang lebih kompleks dengan memperhitungkan peranan
luar negeri, maka kebijakan penurunan suku bunga belum tentu dapat dipandang merupakan
kebijakan yang tepat sasaran. Pertama, bahwa terdapat mobilitas modal internasional yang
masuk (capital inflow) dan yang keluar (capital outflow). Jika suku bunga didalam negeri
cenderung menurun, maka terdapat resiko capital flight apabila suku bunga internasional lebih
tinggi dibandingkan dengan suku bunga domestic. Semakin tinggi derajat open economy suatu
bangsa, maka semakin besar dampak dari pasar uang internasional memberi pengaruh kepada
perekonomian didalam negeri.

Kita akan membahas model ekonomi makro open economy pada bab berikutnya,
sehingga dapat kita cermati bahwa permasalahan pasar uang domestic tidak dapat dilepaskan
dengan kepentingan pemgelolaan kekuatan external dalam mempengauhi kepentingan
ekonomi didalam negeri, termasuk pengendalian pertumbuhan perdagangan internasional
aliran modal internasional serta pengendalian inflasi dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai