Anda di halaman 1dari 8

Permasalahan lingkungan menjadi salah satu hal yang paling utama dan paling diperhatikan

dalam beberapa tahun belakangan ini. Setiap elemen masyarakat mulai menyadari bahwa
Bumi memang tidak sedang dalam keadaan baik, harus melakukan tindakan untuk
menyelamatkan Bumi kita bersama. Kata “hijau” atau “green” telah menjadi sebuah trend
baru dalam setiap keseharian manusia sekarang ini. Aspek lingkungan pun menjadi salah satu
acuan dasar dalam setiap proses pembangunan.

Perguruan tinggi merupakan tempat dimana para terpelajar dididik dan didewasakan agar
dapat memberi solusi dalam suatu permasalahan bangsa. Tingkat kemajuan suatu Negara
dapat dilihat dari kualitas perguruan tingginya. Oleh karena itu, sudah seharusnya sebuah
perguruan tinggi menjadi ujung tombak terdepan dalam menyelesaikan suatu permasalahan
bangsa, termasuk permasalahan lingkungan. Indonesia merupakan salah satu Negara yang
paling berkontribusi terhadap permasalahan global. Apalagi setelah Indonesia sempat
dinobatkan sebagai Negara yang paling cepat dalam penggundulan hutannya. Hutan kita yang
dahulu sangat dibanggakan sebagai paru-paru dunia, kini hanya tinggal cerita belaka.
Haruskah kita diam dan tidak peduli akan semua ini?

Isu Pemanasan Global dan Perubahan Iklim (Climate Change) bukan lagi sekedar isapan
jempol belaka, tapi sudah menunjukan bentuk & wujud yang sebenarnya kehadapan umat
manusia di bumi dengan semakin tidak nyamannya bumi sebagai tempat tinggal ataupun
hunian makhluk hidup. Berbagai fenomena alam yang cenderung mengalami penyimpangan
(anomali) akhir-akhir ini seperti iklim yang kacau, panas yang Ekstrim berkepanjangan,
intensitas curah hujan yang kelewat tinggi diluar normal, banjir, angin ribut, puting beliung,
banyak dikaitkan dengan isu pemanasan global tersebut. Hal tersebut tidaklah keliru dan
berlebihan bila melihat fakta dan hasil-hasil penelitian para ahli yang menunjukkan bahwa
ada kecenderungan jumlah kadar gas rumah kaca seperti CO2 di atmosfer telah kelewat batas,
yang terus menerus dimuntahkan dari bumi, dimana semakin hari jumlahnya dan
konsentrasinya terus membumbung tinggi, serta ternyata sangat berkorelasi positif dengan
semakin tingginya aktivitas manusia di Bumiyang dihasilkan dari berbagai kegiatan antara
lain rumah tangga (termasuk institusi/kantor/rumah sakit/sekolah/kampus), industrI,
transportasi, dan lain-lain.

Berbagai bentuk antisipasi ataupun menyiasati berupa mitigasi serta adaptasi sebagai wujud
kepedulian telah melahirkan berbagai program maupun gerakan-gerakan lingkungan dalam
upaya memerangi pemanasan global tersebut, baik berupa program-program lingkungan yang
diprakarsai oleh pemerintah (baca: Kementerian Lingkungan Hidup), gerakan-gerakan
lingkungan oleh LSM Lingkungan, Pendidikan Lingkungan di sekolah-sekolah, Pesantren
dan Kampus, kampanye, penyuluhan, sosialisasi, dll. Salah satu program lingkungan yang
akhir-akhir ini terutama ditujukan untuk lingkungan Perguruan Tinggi adalah yang disebut
dengan program eco-campus (Green Campus). Pada dasarnya berbagai program lingkungan
yang dibuat pemerintah tidak terkecuali eco-campus adalah bersifat sukarela (volunteer) dan
merupakan program stimulus, dimana tidak ada unsur paksaan maupun tekanan dari
pemerintah. Dengan demikian yang diharapakan adalah muncul dan terbangunnnya
kesadaran dan kepedulian warga kampus sendiri dalam memelihara kelestarian lingkungan.
Demikian juga kampus sebagai tempat berkumpulnya para intelektual dan tempat
dilahirkannya para intelektual muda generasi penerus bangsa diharapkan dapat menjadi
model atau contoh bagi institusi lain dalam pengelolaan lingkungan yang baik.

Sebagai kampus yang mayoritas mahasiswanya bergama muslim, IPB seharusnya bisa
menjadi pelopor dalam upaya menciptakan kampus yang berwawasan linglkungan. Sebagai
agama yang rahmatan lil alamin, Islam meletakkan pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan
sebagai bagian integral dari proses ibadah yang dijalankan oleh penganutnya. Kewajiban
setiap muslim dalam menjaga lingkungan yang baik telah termaktub di dalam Alqur’an dan
juga diberikan contohnya dalam beberapa hadis nabi, termasuk ganjaran atau hukuman bagi
yang tidak mengindahkan kewajiban tersebut. Usaha yang terus menerus masih harus
dilakukan guna menyadarkan mereka sehingga pengelolaan lingkungan yang baik dan
terpadu menjadi bagian dari hidup mereka. Selain itu, dengan menyadari hukuman berat yang
Allah SWT akan berikan pada mereka apabila melakukan kerusakan, akan menjauhkan
mereka dari perbuatan yang merusak tersebut.

Proses kerusakan lingkungan di darat dan lautan telah disitir dalam Alqur’an surat 30 (Ar-
rum) ayat 41:”Telah terjadi (tampak) kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah akan merasakan kepada mereka sebagian (akibat tindakan mereka)
agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Selanjutnya masih banyak lagi ayat-ayat
Alqur’an (misalnya: surat 2 ayat 60 dan 205; surat 5 ayat 64; surat 7 ayat 85; dan beberapa
surat lainnya) yang juga menegaskan tentang peranan manusia dalam kerusakan lingkungan,
melarang manusia untuk merusak lingkungan, dan sekaligus mengajak manusia memelihara
lingkungan. Dari ayat-ayat tersebut ada dua hal pokok yang menjadi dasar pandangan Islam
dalam issu pencemaran lingkungan. Pertama, Islam menyadari bahwa telah dan akan terjadi
kerusakan lingkungan baik di daratan dan lautan yang berakibat pada turunnya kualitas
lingkungan tersebut dalam mendukung hajat hidup manusia. Kedua, Islam memandang
manusia sebagai penyebab utama kerusakan dan sekaligus pencegah terjadinya kerusakan
tersebut. Untuk itu, ajaran Islam secara tegas mengajak manusia memakmurkan bumi dan
sekaligus secara tegas melarang manusia membuat kerusakan di bumi. Namun sayangnya,
ayat-ayat tersebut kurang mendapat perhatian baik dari kalangan ulama maupun masyarakat
umum. Kemungkinan besar masyarakat belum cukup menyadari dampak akibat kerusakan
lingkungan, bahkan ketika mereka jelas-jelas mengalami bencana tersebut.

Merosotnya citra Islam disegala bidang termasuk bidang lingkungan banyak diakibatkan oleh
tidak dilaksanakannya kewajiban agama tersebut oleh sebagian besar pemeluknya. Sebagian
besar pemeluk Islam masih menganggap bahwa kewajiban mereka hanyalah yang bersifat
ritual ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan pergi haji tanpa melihat fungsi dan manfaat
lebih jauh dari ritual tersebut. Misalnya, shalat selain merupakan sarana berbakti kepada
Allah SWT juga dimaksudkan agar mencegah pelaku shalat tersebut dari perbuatan keji dan
mungkar termasuk membuat kerusakan dan pencemaran lingkungan. Ibadah puasa
diharapkan menjadi sarana bagi pelaku puasa tersebut untuk bersifat sabar, sederhana, dan
tidak berfoya-foya. Dengan sifat tersebut, diharapkan mereka mampu mengekang diri mereka
dari eksploitasi lingkungan yang berlebihan. Zakat dan sedekah diharapkan mampu membuat
sipelaku menjadi orang yang pemurah dan sekaligus memberikan perhatian terhadap
lingkungan sekitar. Zakat dan sedekah seharusnya tidak dilakukan hanya untuk terlepas dari
kewajiban untuk memenuhinya tetapi seharusnya disadari bahwa zakat dan sedekah tersebut
harus memenuhi fungsinya sebagai salah satu sarana kesejahteraan umat manusia. Untuk itu,
zakat tersebut harus dikelola dan dimonitor dengan baik demi kesejahteraan bersama.
Selanjutnya pergi haji dapat juga dijadikan sarana untuk mempelajari lingkungan yang
mungkin sangat berbeda dengan lingkungan asal pelaku haji tersebut. Selain itu sejarah
mengenai kisah nabi Ibrahim juga dapat dijadikan pelajaran bagaimana pentingnya sumber
daya alam (misalnya air) bagi manusia. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam
tersebut merupakan kewajiban bagi setiap individu muslim. Dengan menumbuh semangatkan
kesadaran tersebut, insya Allah cita-cita sebagai agama yang rahmatan lil alamin dapat
terwujud.

Green Campus
Program eco-campus pada dasarnya dilatarbelakangi oleh antara lain bahwa,lingkungan
kampus diharapkan harus merupakan tempat yang Nyaman, Bersih, Teduh (Hijau),
Indah dan Sehat dalam menimba ilmu pengetahuan; Kemudian lingkungan kampus
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ekosistem perkotaan tidak sedikit peranan dan
sumbangannya bagi meningkatkan maupun dalam menurunkan pemanasan global.
Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana masyarakat kampus dapat
mengimplementasikan IPTEK Bidang Lingkungan Hidup secara Nyata. Oleh karena itu
program Eco-Campus / Green Campus adalah Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
serta kepedulian masyarakat kampus sebagai kumpulan masyarakat ilmiah untuk turut serta
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam mengurangi Pemanasan Global.

Pengertian istilah Eco-Campus/ Green Campus dalam konteks pelestarian lingkungan bukan
hanya suatu lingkungan kampus yang dipenuhi dengan Pepohonan yang Hijau ataupun
kampus yang dipenuhi oleh Cat Hijau, ataupun barangkali karena kebetulan Jaket Almamater
kampus yang bersangkutan berwarna hijau, namun lebih jauh dari itu makna yang terkandung
dalam eco-campus adalah sejauh mana warga kampus dapat memanfaatkan sumberdaya yang
ada di lingkungan kampus secara efektif dan efisien, misalnya dalam pemanfaatan Kertas,
alat tulis menulis, penggunaan Listrik, Air, Lahan, Pengelolaan Sampah, dll. Dimana semua
kegiatan itu dapat dibuat neraca dan dapat diukur secara Kuantitatif baik dalam jangka waktu
bulanan maupun tahunan.

Indikator Green Campus

Oleh sebab itu, dalam program eco-campus ada beberapa indikator ataupun parameter yang
dapat dijadikan sebagai ukuran apakah kampus tersebut telah benar-benar telah mencapai
sebutan eco-campus ataupun Green Campus. Adapun Ukuran keberhasilan ditentukan oleh
beberapa faktor antara lain: :

1. Efisiensi penggunaan kertas sebagai kebutuhan pokok pengajaran


2. Efisiensi pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
3. Efisiensi penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau dan estetika (landscape)
4. Efisiensi penggunaan listrik
5. Efisiensi penggunaan Air
Efisiensi pemakaian sumber daya alam
Upaya kontribusi pengurangan pemanasan Global
Pengelolaan Sampah

Kampus sebagai suatu Lembaga/ Institusi yang fungsinya utamanya menyelenggarakan


proses pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian masyarakat, tentunya dalam
semua kegiatannya tidak terlepas dari penggunaan kertas yang cukup banyak. Harus diakui
bahwa kondisi yang ada selama ini menunjukkan bahwa hampir semua lembaga/institusi baik
pemerintah maupun swasta tidak terkecuali lembaga pendidikan sangat boros dalam
pemakaian kertas. Hal ini bukan saja akan berdampak pada meningkatnya volume limbah
yang dihasilkan di perkotaan secara langsung, dimana pada gilirannya akan memperpendek
usia TPA, namun juga secara tidak langsung hal ini akan memboroskan penggunaan
sumberdaya alam hutan (kayu).

Pemusnahan limbah kertas dengan cara membakar seperti yang lazim dilakukan bukanlah
penyelesaian masalah sampah, bahkan sebaliknya akan menimbulkan masalah baru berupa
pencemaran udara, dengan dilepaskannya gas karbondioksida yang dapat memicu
meningkatnya pemanasan global. Oleh sebab itu, di dalam lingkungan kampus diharapkan
sudah tersedia tempat-tempat sampah sekaligus upaya-upaya pemilahan sampah antara
organik & an-organik. Penerapan konsep 4 R (Reduce, Recycle, Reuse dan Repair atau
Recovery) merupakan pilihan yang tepat dan bijak dalam mengatasi masalah sampah
termasuk di lingkungan kampus.

Pemanfaatan Lahan

Efisiensi penggunaan lahan di lingkungan kampus juga perlu mendapat perhatian. Idealnya
harus ada perimbangan antara luas bangunan dengan ruang terbuka hijau. Minimal 30% lahan
kampus sebaiknya dimanfaatkan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Selama ini ada
kecenderungan bahwa banyak lahan-lahan di lingkungan kampus yang belum dimanfaatkan
secara optimal, bahkan cenderung ditelantarkan atau dibiarkan sebagai Lahan Tidur
(Sleeping Land) atau ruang hilang (Lost Space). Padahal bila lahan yang ada dimanfaatkan
bagi berbagai macam tanaman, termasuk tanaman produktif misalnya buah-buahan akan
memberikan manfaat ganda. Disatu sisi tanaman dapat mendaurulang gas-gas CO2 di udara,
sekaligus menghasilkan Udara Segar (Oksigen) yang memberikan kenyamanan bagi
lingkungan sekitarnya, yang berarti juga akan mengurangi Pemanasan Global, disisi lain
tanaman buah-buahan dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga
kampus/masyarakat. Disamping itu dengan adanya vegetasi/tanaman dapat memberikan nilai
estetika/keindahan tersendiri bagi lingkungan Kampus.

Penggunaan Energi

Penggunaan energi listrik juga merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai
apakah suatu kampus telah berwawasan lingkungan atau belum. Hal ini sangat erat kaitannya
dengan isu pemanasan global itu sendiri. Selama ini sebagian besar sumber energi utama
manusia di bumi lebih terfokus pada penggunaan Bahan Bakar Fosil (BBF) seperti minyak
bumi, gas, dan batubara yang jelas-jelas telah banyak menghasilkan gas-gas rumah kaca
seperti CO2, dan telah memberikan kontribusi terbesar bagi Pemanasan Global. Disamping
itu, mengingat BBF ini merupakan energi tersimpan, sehingga dapat diperkirakan stock yang
ada di perut bumi, dimana hanya dapat dimanfaatkan untuk beberapa tahun ke depan. Untuk
itu, perlu upaya-upaya efisiensi dalam penggunaannya sambil terus menerus mengembangkan
energi alternatif lain yang ramah lingkungan seperti Energi Matahari (Solar Cell) yang terus
menerus mengalir dan tidak akan habis selama matahari masih bersinar, Energi Air, Energi
Angin, Bio-fuel, Panas Bumi (Geothermal), dll.

Pemanfaatan Air

Demikian juga halnya dengan pemanfaatan sumberdaya alam lainnya seperti air. Air
merupakan kebutuhan Vital manusia dan makhluk hidup lainnnya. Pemanfaatan air oleh
manusia ada kecenderungan terus menerus mengalami peningkatan baik secara kuantitatif
maupun kualitatif, baik diperkotaan maupun pedesaan serta menunjukkan pemakaian yang
cenderung boros. Walaupun secara kuantitatif jumlah air di bumi relatif tidak berkurang,
namun secara kualitas banyak sumber-sumber air yang telah mengalami pencemaran, baik air
permukaan maupun air tanah. Pemanfaatan air permukaan (mis: air sungai) sebagai sumber
air bersih dewasa ini bukan saja membutuhkan pengolahan dengan teknologi yang ekstra,
namun juga membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Tidak mengherankan harga jual air oleh
PDAM juga cenderung mengalami kenaikan yang terus menerus.

Eksploitasi air tanah, terlebih sumur bor sebagai sumber air bersih dan air minum bukan saja
berdampak pada semakin terkurasnya air tanah, namun juga dapat mengakibatkan
Menurunnya Permukaan Tanah (Land Subsidence) seperti yang dialami oleh banyak kota-
kota besar saat ini seperti Jakarta, dimana selanjutnya akan berdampak pada terjadinya intrusi
air laut. Dengan adanya gejala penurunan permukaan tanah yang terus menerus akan
memudahkan air laut masuk ke daratan yang lebih dikenal dengan Banjir Laut (Rob), terlebih
lebih dewasa ini ada kecenderungan yang menunjukkan bahwa volume air laut terus menerus
bertambah karena mencairnya es di kutub sebagai dampak dari Pemanasan Global yang
terjadi, yang akan memudahkan tenggelamnya daratan.

Oleh sebab itu, efisiensi pemanfaatan air adalah sangat penting dilakukan oleh semua warga
masyarakat tidak terkecuali di lingkungan kampus. Penghematan air misalnya dapat
dilakukan dengan jalan memanfaatkan kembali air yang telah digunakan dengan
menggunakan teknologi re-sirkulasi air seperti yang telah bayak digunakan oleh institusi lain.
Jadi sisa air yang telah digunakan untuk berbagai keperluan seperti dari kamar mandi, dapur,
dll. ditampung kembali dalam kolam penjernihan terpadu, yang kemudian dimanfaatkan
kembali. Di samping itu, lahan yang ada juga dapat dimanfaatkan sebagai sumur resapan
ataupun biopori untuk menampung air hujan yang jatuh agar tidak sia-sia mengalir sebagai
air permukaan dan terbuang ke laut. Air hujan selanjutnya dapat mengisi air tanah, kemudian
tersimpan sebagai air persediaan pada saat musim kemarau tiba.

Sebagai tempat pusat riset dan teknologi, kampus merupakan tempat yang sangat potensial
untuk tempat terjadinya kerusakan lingkungan akibat pencemaran limbah labolatorium baik
labolatorium kering maupun labolatorium basah. Pencemaran limbah dari labolatorium basah
seperti limbah dari labolatorium kimia dan labolatorium biologi dapat berpengaruh besar
pada kualitas lingkungan di daerah sekitar kampus. Oleh sebab itu pengololaan limbah
dikawasan tersebut perlu di atur dengan baik agar tidak mencemari lingkungan.

Berbagai parameter/indikator sebagaimana diuraikan diatas pada dasarnya adalah disusun


berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ilmiah terutama dikaitkan dengan fenomena-
fenomena alam serta fakta-fakta yang terjadi bahwasanya saat ini lingkungan hidup manusia
sedang mengalami degradasi dan kerusakan-kerusakan yang luar biasa, demikian juga
terjadinya laju penyusutan sumberdaya alam dengan intensitas yang cukup tinggi yang
bermuara pada timbulnya Pemanasan Global. Oleh karena itu, program ini juga bertujuan
untuk melestarikan lingkungan serta upaya-upaya efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam
dan lingkungan, dimana pada gilirannya diharapkan dapat meminimalisir ataupun
mengurangi pemanasan global. Sudah seyogyanya kita sebagai warga kampus yang hidup
dalam lingkungan masyarakat ilmiah terdidik selalu tanggap dan bertanggungjawab dalam
menyikapi berbagai masalah disekeliling kita dan menjadi contoh/model, tidak terkecuali
masalah lingkungan seperti Pemanasan Global / Global Warming yang sedang
menghantui kita yang dapat mengancam kelanjutan Bumi dan Kehidupan kita.
Mengapa kita tidak Bertindak untuk memulainya?

Anda mungkin juga menyukai