Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TERAPI KOMPLEMENTER PADA PASIEN TERMINAL

ILLNESS (PALIATIF CARE)

DISUSUN OLEH :

Kelompok 13

1. Untung Patilah B21713029P


2. Marisa B21713027P
3. Zainudin

Dosen Pembimbing :
Ns. Putinah, S.Kep., M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) SITI KHADIJAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2017 - 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan
di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat
627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 38 6 juta orang yang mengunjungi praktik
konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna
terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997
(Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu
alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri
dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat
untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan
sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan
konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer (Snyder & Lindquis,
2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di
berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer
atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak
dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena
klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan
terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat
untuk berperan memberikan terapi komplementer.

1. 2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana terapi Akupunktur pada Pasien Paliatif?
2. Bagaimana terapi Hypnotherapypada Pasien Paliatif?
3. Bagaimana terapi Akupresur pada Pasien Paliatif?
4. Bagaimana terapi Self-Hipnosis pada Pasien Paliatif?
5. Bagaimana terapi Terapy Herbal pada Pasien Paliatif?
6. Bagaimana terapi Pijat Refleksi pada Pasien Paliatif?

1. 3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana terapi Akupunktur pada Pasien Paliatif
2. Untuk mengetahui bagaimana terapi Hypnotherapy pada Pasien Paliatif
3. Untuk mengetahui bagaimana terapi Akupresur pada Pasien Paliatif
4. Untuk mengetahui bagaimana terapi Self-Hipnosis pada Pasien Paliatif
5. Untuk mengetahui bagaimana terapi Terapy Herbal pada Pasien Paliatif
6. Untuk mengetahui bagaimana terapi Pijat Refleksi pada Pasien Paliatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TERAPI KOMPLEMENTER


2.2.1 PENGERTIAN TERAPI KOMPLEMENTER
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis yang konvensional.
Terapi Komplementer adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk
terapi konvesional yang direkomendasikan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan induvidu.
Pengobatan Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal
dari Negara yang bersangkutan (WHO).

2.2.2 TUJUAN TERAPI KOMPLEMENTER


1. Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis.
2. Untuk memperbaiki fungsi dari system system tubuh, terutama system kekebalan
dan pertahanan tubuh.
3. Lebih berserah diri dan ikhlas menerima keadaan.

2.2.3 MACAM MACAM TERAPI KOMPLEMENTER


1. System Medis Alternatif
a. Akupunktur
Suatu metode tradisional Cina yang menghasilkan analgesia atau perubahan
fungsi system tubuh dengan cara memasukan jarum tipis sepanjang rangkaian
garis atau jalur yang disebut meredian.
b. Ayurveda
System pengobatan tradisional Hindu yang memkombinasikan obat herbal, obat
pencahar dan minyak gosok.
c. Pengobatan Homeopatic
System mengobatan medis yang didasari pada teori bahwa penyakit tertentu
dapat diobati dengan memberikan dosis kecil substansi yang ada pada individu
sehat akan menghasilkan gejala seperti penyakit.
d. Pengobatan Naturopatik
System pengobatan didasari pada makanan alami, cahaya, kehangatan, pijatan
air segar, olah raga teratur dan menghindari pengobatan, mengenali kemampuan
mnyembuhkan tubuh alami.
e. Pengobatan Tradisional Cina
Kumpulan tehnik dan metode sistematik termasuk Akupunktur, pengobatan
herbal, pijatan, akupreser, moxibustion (menggunakan panas dari herbal yang
dibakar), qigong (menyeimbangkan aliran energi melalui gerakan tubuh).

2. Terapi Biologis
Menggunakan substansi alam seperti herbal, makanan dan vitamin.
a. Zona
Progam diet yang memerlukan makanan berprotein, karbohidrat dan lemak
dengan perbandingan 30:40:30.
Digunakan untuk menyeimbangkan insulin dan hormone lain untuk kesehatan
yang optimal.
b. Diet Mikrobiotik
Diutamakan diet vegetarian.
c. Pengobatan Ortomolekuler
Meningkatkan nutrisi seperti vitamin c dan bertakoren.

3. Manipulasi Dan Metode Didasari Tubuh


Didasari pada manipulasi dari atau penggerakan dari satu atau lebih bagian tubuh.
a. Akupresur
Tehnik terapetik mempergunakan tekanan digital dalam cara tertentu pada titik
yang dibuat pada tubuh untuk mengurangi rasa nyeri menghasilkan analgesic
atau mengatur fungsi tubuh.
b. Pengobatan Kiropratik
System terapi yang melibatkan manipulasi kolumna spinalis dan memasukan
fisiotherapy dan terapi cliet.
c. Metode Feldenkrais
Terapi alternatif yang didasarkan pada citra tubuh yang baik melalui perbaikan
pergerakan tubuh.
d. Tai chi
Terapi alternatif yang menghubungkan pernafasan, pergerakan dan meditasi
untuk membersihkan, memperkuat dan sirkulasi energi dan darah kehidupan
yang penting.
e. Terapi Pijat
Manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan atau meremas untuk
meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat otot dan relaxsi.
f. Sentuhan Ringan
Sentuhan pada klien dengan cara yang tepat dan halus untuk membuat
hubungan menunjukkan penerimaan dan memberikan penghargaan.

4. Intervensi tubuh dan pikiran


Menggunakan berbagai tehnik yang di buat untuk meningkatkan kapasitas pikiran
untuk mempengaruhi tubuh.
a. Terapi Seni
Menggunakan seni untuk mendamaikan konflik emosional, meningkatkan
kewaspadaan diri dan mengungkapkan masalah yang tidak di katakan dan
didasari klien penyakit mereka.
b. Umpan balik biologis
Suatu proses yang memberikan individu dengan informasi visual dan suara
tentang fungsi fisiologis otonomi tubuh.

5. Intervensi tubuh-pikiran
Menggunakan berbagai tehnik yng dibuat untuk meningkatkan kapasitas pikiran
guna mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh.
a. Terapi Dansa
Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan ekspresi
langsung dari pikiran dan tubuh.
b. Terapi Pernafasan
Menggunakan segala jenis pola pernafasan untuk merelaxasi, memperkuat atau
membuka jalur emosional.
c. Imajinasi Terbimbing
Tehnik terapiutik untuk mengobati kondisi patologis dengan berkonsentrasi
pada imajinasi atau serangkaian gambar.
d. Meditasi
Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaxasi tubuh dan menenangkan
pikiran menggunakan ritme pernafasan yang berfokus.
e. Terapi Musik
Menggunakan music untuk menunjukkan kebutuhan fisik, psikologis, kogniti dan
sosial individu yang menderita cacat dan peny.
f. Usaha Pemulihan (doa)
Berbagai tehnik yang menggunakan dalam banyak budaya yang menggabungkan
pelayanan, kesabaran, cinta atau empati dengan target doa.
g. Psikoterapi
Pengobatan kelainan mental dan emosional dengan tehnik psikologi
h. Yoga
Tehnik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernafasan dan
kesadaran tubuh.

6. Terapi Energi
Melibatkan penggunaan medan energi
a. Terapi Reiki
Terapi yang berasal dari praktik budha kuno di mana praktisi menempatkan
tangannya pada atau diatas bagian tubuh dan memindahkan keharmonisan dan
keseimbangan untuk mengobati gangguan kesehatan.
b. Sentuhan Terapiutik
Pengobatan melibatkan pedoman keseimbangan energi atau praktisi dalam
suatu cara yang disengaja tidak semua pasien.

2.2.4 EFEK SAMPING TERAPI KOMPLEMENTER


Pada terapi Akupunktur dapat terjadi komplikasi seperti infeksi karena sterilesasi jarum
yang tidak adekuat atau jarum yang ditinggalkan dalam tempat untuk waktu yang lama, jarum
yang patah, perasaan mengantuk pasca pengobatan. Kontraindikasi pengobatan pada individu
yang memiliki kelainan perdarahan trombositopeni, infeksi kulit atau yang memiliki ketakutan
terhadap jarum.
Kontaminasi dengan herbal atau bahan kimia lain termasuk pestisida dan logam berat
juga terjadi, tidak semua perusahaan menjalankan pengawasan kualitas yang ketat dan garis
pedoman pabrik yang menentukan standar untuk kadar pestisida yang dapat diterima, bahan
pelarut sisa tingkat bacterial dan logam berat untuk alasan ini pembelian obat herbal hanya dari
pabrik yang mempunyai reputasi. Label pada produk herbal harus mengandung nama ilmiah
tanaman nama dan alat pabrik yang sebenarnya, tanggal kemasan dan tanggal kadaluarsa.
Di Indonesia ada 3 jenis tehnik pengobatan komplementer yang telah di terapkan oleh
Derpartemen Kesehatan untuk di Integrasikan ke dalam pelayanan konvensional yaitu:
1. Akupunktur Hiperbarik
Dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya.
2. Terapi Hiperbarik
Yaitu suatu metode terapi dimana pasien di masukan ke dalam sebuah ruangan yang
memiliki tekanan udara atmosfir normal, lalu di beri pernafasan oksigen murni (100%)
3. Terapi herbal medic
Yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alami baik berupa herbal terstandar dalam
kegiatan pelanyanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.

2.2.5 DASAR HUKUM


1. Peraturan Menteri kesehatan RI nomor 1109 tahun 2007 tentang penyelenggaraan
pengobatan komplementer-alternatif pelayanan kesehatan.
2. Permenkes RI no 1186 / Menkes / per / XI / 1996 tentang pemanfaatan
Akupunktur di sarana pelayanan kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 1076 / Menkes / SK / VII / 2003 tentang
penyelenggaraan pengobatan tradisional.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 121 tahun 2008 tentang standar pelayanan
Medik Herbal.

2.2.6 PENERAPAN DALAM PRATIK KEPERAWATAN


Keperawatan holistic menghormati serta mengobati jiwa, tubuh dan pikiran klien,
perawatan menggunakan Intervensi Keperawatan holistic seperti terapi relaxasi, terapi music,
sentuhan ringan dan usaha pemulihan (doa). Intervensi seperti ini mempengaruhi Individu
secara keseluruhan (jiwa, tubuh, pikiran) dan merupakan pelengkap yang bersifat efektif
ekonomis, non, invasive serta non farmakologis untuk pelayanan medis terapi tersebut di susun
dalam 2 tipe:
1. Terapi yang dapat diakses Keperawatan
Di mana seorang perawat dapat mulai mempelajari dan mempergunakanya dalam
pelayanan klien.
2. Terapi latihan spesifik
Di mana seorang perawat tidak dapat melakukan tanpa pelatihan tambahan dan atau
sertifikat.

2.2.7 TERAPI YANG DAPAT DIAKSES KEPERAWATAN

1. Relaksasi
Tujuan : agar individu mampu memonitor dirinya secara terus menerus terhadap indicator
ketegangan serta untuk membiarkan, melepaskan dengan sadar ketegangan yang terdapat
di bebagai tubuh.
Macam Relaksasi :
a. Relaksasi Progresif
Mengajarkan individu bagaimana beristirahat dengan efektif dan mengurangi
ketegangan pada tubuh.
b. Relaksasi Pasif
Mengajarkan individu untuk merelaksasikan sekelompok otot secara pasif.
Cara terapi relaksasi :
a. Meditasi dan pernafasan berirama
 Menyediakan lingkungan yang tenang.
 Membantu klien untuk mendapatkan kenyamanan saat sedang duduk atau
berbaring,minta klien untuk tetap diam sebisa mungkin dan bergerak jika perlu
agar tetap merasa nyaman.
 Menginstruksikan klien untuk bernafas kedalam dan keluar secara perlahan dan
dalam menggunakan otot perut.
 Pada awal setiap mengeluarkan nafas, minta klien untuk menyebut angka satu
dalam pikirannya, lanjutkan ketahap meditasi.
 Menjelaskan ketika pikiran mengembara, bawa kembali untuk memulai
mengeluarkan nafas dalam tanpa pertimbangan.
 Minta klien melakukan setiap jenis latihan selama 5,10,15 dan 20 menit
 Lakukan setiap hari untuk minimal satu jenis latihan.
b. Relaksasi dan progesif
 Menyediakan lingkungan yang tenang
 Membantu klien untuk mendapatkan kenyamanan saat sedang duduk atau
berbaring, meminta klien untuk tetap diam sebisa mungkin dan bergerak jika
perlu agar tetap merasa nyaman.
 Mengintrusikan klien untuk menutup mata dan mempertahankan sikap mau
menerima.
 Menginstruksikan untuk bernafas dalam dan keluar secara perlahan dan dalam
menggunakan otot otot paru paru
 Saat klien bernafas secara perlahan dan nyaman, instruksikan klien untuk
merelaksasikan dan meregangkan otot sesuai urutan yang diperintahkan,
menenangkan dan merelasaksikan serta merasakan tiap bagian yang berelaksasi.
 Instruksikan klien untuk menegangkan dan kemudian merelaksasikan betis, lutut,
dan seterusnya.
c. Relaksasi dengan gerakan sensoris
 Menyediakan tempat yang tenang
 Membantu klien untuk mendapatkan kenyamanan saat sedang duduk atau
berbaring, meminta klien untuk tetap diam sebisa mungkin dan bergerak jika
perlu agar tetap merasa nyaman.
 Menginstruksikan klien untuk menutup mata dan mempertahankan sikap mau
menerima.
 Menginstruksikan klien untuk bernafas ke dalam dan ke luar secara perlahan dan
dalam menggunakan otot otot perut.
 Instrusikan klien untuk mengulang secara perlahan lahan menyelesaikan setiap
kalimat berikut dengan suara rendah atau untuk dirinya:
Sekarang saya sadar melihat ………….
Sekarang saya sadar merasakan …………
Sekarang saya sadar mendengarkan ………..
 Instrusikan klien untuk mengulang dan menyelesaikan setiap kata empat kali,
kemudian tiga kali, kemudian dua kali dan terakhir satu kali.

d. Relaksasi dengan music


 Menfasilitasi klien dengan alat perekam dan alat pendengar.
 Meminta klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman (duduk atau berbaring
dengan tangan dan kaki disilang) dan untuk menutup mata dan mendengarkan
music melalui alat pendengar.
 Instrusikan klien untuk membanyangkan terapung atau ditiup dengan music
ketika sedang mendengarkan.
Evaluasi:
 Mengkaji tanda tanda vital klien terutama pola pernafasan.
 Minta klien untuk menggambarkan tingkat ketegangan atau perasaan khawatir.
 Mengamati klien terhadap adanya perilaku yang menunjukan kecemasan.

2. TERAPI LATIHAN SPESIFIK


a. Umpan balik biologis
Merupakan suatu kelompok prosedur terapeutik yang menggunakan alat elektronik,
atau elektromekanik untuk mengukur, memproses dan memberikan informasi bagi
individu tentang aktivitas system saraf otonom dan neuro moskuler.
b. Sentuhan terapiutik
Sentuhan terapiutik merupakan satu potensi alami manusia yang terdiri dari
meletakkan tangan praktisi pada atau dekat dengan tubuh seseorang kemudian
praktisi mencoba mengarahkan energi yang ada dalam tubuhnya untuk membawa
individu kembali masuk kedalam keseimbangan energi yang sama dengan praktisi.
c. Terapi kiropraktik
Manipulasi spinal yang diarahkan pada sendi tertentu ole praktisi dengan
menggunakan tangan atau alat.
d. Akupunktur
Merupakan metode stimulasi titik tertentu pada tubuh dengan memasukan jarum
kusus untuk memodifikasi persepsi rasa nyeri, menormalkan fungsi fisiologis serta
mengobati dan mencegah penyakit.
e. Terapi herbal
Menggunakan tanaman, hewan, atau mineral.

2.2 PERAWATAN PALIATIF


2.2.1 Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita yang
sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak
memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis.
Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi,
2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam
jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit yang
dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana penyakit ini sudah tidak lagi
merespon terhadap pengobatan yang dapat memperpanjang hidup (Robert, 2003). Perawatan
paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan
kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan. Perawatan
paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial,
dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan
pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013). Pada perawatan paliatif ini,
kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari tetapi kematian merupakan
suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang
bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan
paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan
keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013). Perawatan paliatif ini bertujuan
untuk membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan
hidup selama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya,
membuat pasien menganggap kematias sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-
aspek spikokologis dan spritual (Hartati & Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga
bertujuan agar pasien terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia
dengan baik dan tenang (Bertens, 2009).
Prinsip perawatan paliatifyaitu menghormati dan menghargai martabat serta harga diri
pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (KEMENKES, 2013) dan Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prisinsip pelayanan
perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan
fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai
proses normal, tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian, memberikan
dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien dapat hidup
seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta
menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
Elemen dalam perawatan paliatif menurut National Consensus Project dalam Campbell
(2013), meliputi :
1. Populasi pasien. Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien dengan semua usia,
penyakit kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan.
2. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga. Dimana pasien dan keluarga
merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.
3. Waktu perawatan paliatif. Waktu dalam pemberian perawatan paliatif berlangsung mulai
sejak terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga sembuh atau meninggal sampai
periode duka cita.
4. Perawatan komprehensif. Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang bertujuan
untuk menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk dalam aspek fisik, psikologis,
sosial maupun keagamaan.
5. Tim interdisiplin. Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat, farmasi, pekerja
sosial, sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah, pemuka agama, psikolog, asisten
perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.
6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan : Tujuan perawatan paliatif adalah
mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan oleh penyakit maupun
pengobatan.
7. Kemampuan berkomunikasi : Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan informasi,
mendengarkan aktif, menentukan tujuan, membantu membuat keputusan medis dan
komunikasi efektif terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga.
8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
9. Perawatan yang berkesinambungan. Dimana seluru sistem pelayanan kesehatan yang ada
dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif untuk
mencegah krisis dan rujukan yang tidak diperlukan.
10. Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana tim harus bekerja pada
akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori diagnosis, komunitas, tanpa
memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta kemampuan instrumental pasien.
11. Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat kebijakan,
pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan lingkungan klinis
yang optimal.
12. Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi teratur
dan sistemik dalam kebutuhan pasien.

2.2.2 Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-
kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah yang seringkali dikeluhkan pasien
yaitu mengenai masalah sperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta spiritual
(IAHPC, 2016). Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima perawatan paliatif
dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial,
konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual atau keagamaan
(Campbell, 2013).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 TERAPI AKUPUNKTUR PADA PASIEN PALIATIF


Pelayanan medik akupunktur yang dilakukan oleh dokter merupakan salah satu jenis
pelayanan kesehatan yang telah digunakan secara luas di dunia kedokteran dan manfaatnya
telah dirasakan oleh masyarakat dalam hal pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan,
bahkan digunakan dalam penyembuhan terhadap beberapa penyakit tertentu, serta untuk
pemeliharaan kualitas hidup manusia.
dr. Yuddi Gumara, SpAn, Koordinator Operasional Nyeri dan Komplementer Instalasi
Paliatif, menjelaskan bahwa salah satu tujuan dari pemberian pelayanan komplementer untuk
mengurangi nyeri. Hal ini dikarenakan nyeri kanker sangat kompleks (total pain).
dr. Adil S. Pasaribu, Sp.B.KBD, Kepala Instalasi Paliatif RSKD, memaparkan dalam
proses perjalanan penyakit, bila pengobatan yang diberikan tidak dapat lagi menghasilkan
kesembuhan ataupun pengobatan tidak dapat diberikan, maka layanan paliatif merupakan
pilihan yang tepat untuk mengatasi keluhan pasien dan keluarga. Layanan paliatif diberikan
secara menyeluruh dan terpadu terhadap aspek aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual,
sehingga diharapkan dapat meringankan penderitaan pasien dan beban keluarga.
Tugas seorang fisioterapis sangat diharapkan oleh dokter spesialis rehabilitasi medik
dan pasien yang memerlukan terapi pemulihan fisik, baik akibat trauma / kecelakaan maupun
karena penyakit dan proses degenerasi maupun pasca bedah. Namun fisioterapis juga
menghadapi kendala-kendala khusus dari pasien.
Kendala yang dihadapi yang berasal dari pasien antara lain adalah :
 Nyeri. Pada pasien pasca trauma baik yang memerlukan tindakan operasi / non operasi
sering disertai dengan nyeri baik kualitas ringan, sedang maupun berat. Hal ini sangat
dirasakan pada pelatihan gerakan pada pasien dengan kaku sendi akibat immobilisasi
anggota gerak yang lama. Nyeri akut ini bila tidak dikelola dengan baik akan berkembang
menjadi nyeri kronik yang akan lebih menyulitkan fisioterapis di dalam melakukan latihan
baik pasif maupun aktif pada pasien.
 Kelemahan otot gerak. Akibat tidak difungsikannya bagian tubuh dalam waktu yang lama,
akan mengalami hipofungsi. Untuk otot gerak, bila tidak difungsikan dalam waktu lama
akan mengalami hipotrofi sampai atrofi. Otot akan menjadi lebih kecil, lebih lemah kurang
bertenaga. Hal ini akan mengurangi stamina, kelincahan gerak anggota tubuh.
 Emosi. Suasana psikologis / emosional pasien sangat dipengaruhi oleh kepribadian
masing-masing. Namun bila pasien dihadapkan pada kenyataan bahwa dia menderita sakit
yang berkepanjangan seolah tanpa harapan padahal sebelum sakit aktivitas dan
mobilitasnya tinggi. Apalagi bila disertai nyeri baik pada waktu istirahat / diam maupun
nyeri yang timbul pada waktu bergerak / beraktivitas pasti akan lebih menderita lagi.
Belum lagi sikap, perilaku, tata cara serta profesionalisme fisioterapis kurang mendukung
situasi emosional pasien, sudah bisa dipastikan akan lebih menambah derita emosional
pasien.

Ketiga hal tersebut umumnya dihadapi oleh fisioterapis, sehingga diperlukan metode
yang tepat untuk mengatasinya.Pasien yang memerlukan fisioterapis cenderung membutuhkan
waktu yang lebih lama, oleh karena itu diperlukan metode yang tepat, efisien dan efektif.
Akupunktur Adalah Metode Fisioterapi Yang Tepat.
Peran Akupunktur Dalam Menunjang Terapi Medis Dan Fisioterapi
I. Akupunktur mampu mengatasi nyeri.
WHO (World Health Organization) atau Badan Kesehatan Dunia, telah memberikan
rekomendasi bahwa akupunktur dapat digunakan untuk terapi nyeri, meliputi :
 Nyeri akut : pasca bedah, persalinan, cedera olahraga.
 Nyeri kronik: artritis, nyeri kepala, tennis arm, shoulder arm syndrom, nyeri
punggung bawah, nyeri leher (torticollis), migrain, dan lain-lain.
 Nyeri kanker: baik nyeri akibat pembesaran / pendesakan tumor ke jaringan
sekitar, nyeri karena proses tindakan untuk menegakkan diagnosa, maupun nyeri
karena terapi menggunakan obat sitostatika.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia sudah menerbitkan Surat Keputusan dan Peraturan
Menkes yang mengatur mengenai Pengobatan Tradisional, Akupunktur sebagai salah satu
bentuk pelayanan di sarana kesehatan, maupun tenaga lulusan D3 Akupunktur sebagai
Tenaga Kesehatan.

II. Akupunktur mampu Menunjang Pemulihan Fungsi Alat Gerak


Penggunaan praktis akupunktur untuk kasus Bell’s palsy sudah sangat sering
dilakukan dan diteliti. Meskipun titik-titik yang dipilih berbeda antara praktisi akupunktur
satu dengan yang lain, akan tetapi pada prinsipnya adalah pemilihan titik akupunktur di
otot-otot mimik yang terkena kelumpuhan. Melalui rangsangan listrik frekuensi rendah,
maka otot yang ditusuk jarum dan dialiri listrik tersebut mengalami kontraksi secara
ritmis. Biasanya dilakukan selama 15-30 menit, 2 hari sekali selama 12 kali dalam 1 seri,
dan memberi hasil jauh lebih baik dan lebih cepat dibandingkan terapi yang hanya
menggunakan obat.
Akupunktur tidak hanya digunakan untuk terapi Bell’s palsy (kelumpuhan otot
wajah) tetapi juga kelumpuhan otot gerak lain baik di anggota gerak atas maupun bawah,
baik akibat trauma maupun penyakit dan proses degenerasi. Akupunktur memberi hasil
yang memuaskan bila terapi akupunktur segera dilakukan (tidak terlambat) pada pasien
stroke maupun cedera tulang belakang sepanjang saraf motoriknya tidak putus/ rusak
berat.

III. Akupunktur mampu Menenangkan Emosi Pasien


Mengenai pengaruh akupunktur terhadap emosi pasien, seperti penelitian yang
menggunakan fMRI di atas, terbukti bahwa bagian otak yang menghilang aktivitasnya yaitu
cortex eingulum arterior.Bagian otak tersebut adalah bagian yang juga menghubungkan
dengan sistem limbik, yaitu bagian otak yang mengendalikan emosi seseorang.
3.2 TERAPI HYPNOTHERAPY PADA PASIEN PALIATIF
Hipnoterapi adalah salah satu bentuk terapi komplementer, yaitu terapi yang
digunakan untuk melengkapi terapi atau tindakan medis, dan bukan untuk menggantikan terapi
atau tindakan medis yang sudah ada. Terapi komplementer bersifat holistik dan bertujuan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Hipnoterapi merupakan salah satu jenis Terapi
Komplementer Mind Body Intervention dimana terapi ini merupakan pendayagunaan kapasitas
pikiran untuk mengoptimalkan fungsi tubuh. Fokus terapi ini adalah menciptakan
keseimbangan antara pikiran, emosi, dan pernapasan. Hipnoterapi menggunakan sugesti atau
pengaruh kata - kata yang disampaikan dengan teknik - teknik tertentu. Satu-satunya kekuatan
dalam hipnoterapi adalah komunikasi. Setiap perawat sudah cukup akrab dengan namanya
komunikasi karena pekerjaannya adalah langsung berinteraksi dengan orang banyak, termasuk
klien dan keluarga. Oleh karena itu tak akan banyak makan waktu jika dibutuhkan latihan,
sebab hampir setiap hari kita berkomunikasi dengan orang asing. Perawat mampu
menghipnotis pasien jika dia memahami bahasa yang perawat gunakan.
Terapi komplementer telah berkembang pesat menjadi bagian dari pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Salah satu terapi komplementer yang juga cukup
populer adalah hipnoterapi. Hadirnya terapi komplementer ini masih menimbulkan
kontroversial tentang etis tidaknya apabila diterapkan dalam layanan kesehatan. Dalam
praktiknya, terapi komplementer telah banyak kita jumpai di lingkungan sekitar kita. Selain dari
tenaga kesehatan, banyak juga diantara penyelenggara praktik komplementer tersebut tidak
mempunyai background pendidikan kesehatan, tetapi didapat dari pelatihan- pelatihan
maupun mewarisi bakat turun temurun dari keluarganya. Dengan adanya kontroversial isu etik
terapi komplementer ini, bagi perawat dapat diambil sebagai peluang untuk dapat berperan
didalamnya.
Perawat merupakan profesi kesehatan yang merawat pasien dengan melakukan
pendekatan secara holistik (bio, psiko, sosio, kultural, spiritual). Dan terapi komplementer ini
juga dianggap sebagai terapi dengan pendekatan holistik karena berusaha menyembuhkan
pasien dengan memandang dari berbagai sudut dan beraneka aspek kehidupan pasien. Terapi
komplementer sekarang ini telah banyak dikembangkan dan dapat hidup berdampingan dengan
pengobatan modern/ konvensional, sebagai contoh adalah Rumah Sakit Umum Dr Soetomo
Surabaya, Jawa Timur, yang membuka Poliklinik Obat Tradisional Indonesia. Pemerintah telah
menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109 Tahun 2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut aturan itu, pelayanan komplementer-alternatif dapat dilaksanakan secara sinergi,
terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan. Pengobatan itu harus aman,
bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi berwenang sesuai dengan ketentuan berlaku.
Selain itu, pemerintah juga akan mengeluarkan standarisasi, pengaturan, dan
pengawasan yang lebih gamblang dan baku yang memuat perlindungan hukum bagi
masyarakat, termasuk tentang standarisasi tenaga pelaksana dan pendidikan yang harus
ditempuh sebagai syarat dalam menyelenggarakan terapi komplementer. Oleh karena itu,
perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di Indonesia harus segera melakukan jemput bola
agar dapat berperan dalam penyelenggaraan terapi komplementer ini. Terutama pada institusi
pendidikan keperawatan harus jeli dalam menangkap peluang yang terdapat dalam isu etik
terapi komplementer ini dengan mengakomodir dalam pembelajaran (setelah melalui
standarisasi kurikulum pendidikan keperawatan terpadu) serta sebagai bahan kajian diskusi
ilmiah dan penelitian berkelanjutan dengan didukung pula upaya- upaya strategis oleh
organisasi profesi. Diharapkan, dalam praktik terapi komplementer ini nantinya perawat tidak
masuk lagi dalam zona abu-abu namun dapat memberikan warna yang tegas dalam dunia
profesi keperawatan.

Peran Hipnoterapi Dalam Menunjang Terapi Medis Dan Fisioterapi


Saat ini hipnoterapi dapat digunakan untuk mengatasi masalah – masalah sebagai berikut:
I. Masalah Fisik
Ketegangan otot dan rasa nyeri (nyeri kronik) yang berlebihan dapat dibantu dengan
Hipnoterapi. Dengan Hipnoterapi, dapat membuat tubuh menjadi relaks dan mengurangi
intensitas nyeri yang berlebihan secara drastic. Selain itu hipnoterapi juga bermanfaat
kegemukan/ obesitas dan irritable bowel syndrome.
II. Masalah Emosi
Serangan panik, ketegangan dalam menghadapi ujian, kemarahan, rasa bersalah, kurang
percaya diri, ansietas/ cemas, duka (grief), depresi, trauma dan phobia adalah masalah-
masalah emosi yang berhubungan dengan rasa takut dan kegelisahan. Semua masalah di
atas bisa diatasi dengan hipnoterapi. Selain itu hipnoterapi juga bisa dilakukan untuk
penyembuhan diri sendiri atau self healing.
Sebenarnya beberapa penyakit sumbernya dari pikiran kita. Ramalan diri sendiri atau
sugesti hipnosis seringkali menjadi nyata karena pikiran kita yang memasukan sugesti
dalam proses pemikiran. Seperti saat kita kehujanan, di dalam pikiran kita akan tersugesti,
saya akan sakit kepala atau pusing karena kehujanan. Akibatnya tubuh benar-benar
mengalami sakit kepala. Padahal jika ditanamkan sugesti saya akan sehat dan tidak akan
terjadi apa-apa maka sakitpun tidak akan datang. Fenomena seperti ini yang disebut oleh
pengobatan medis barat sebagai efek plasebo. Penelitian dari NIH (National Institute of
Health) menunjukkan bahwa pada akhir dekade ini, hipnoterapi mulai dikembangkan
sebagai terapi paliatif pada pasien kanker. Hipnoterapi terbukti memiliki manfaat dalam
mengurangi nyeri kronik, stress dan depresi pada pasien kanker stadium lanjut.
III. Masalah Perilaku
Masalah perilaku seperti merokok, makan berlebihan dan minum minuman keras yang
berlebihan dan berbagai macam perilaku ketagihan (addiction) dapat diatasi dengan
hipnoterapi. Hipnoterapi juga bisa membantu insomnia/ gangguan tidur dan
menghilangkan latah.

3.3 TERAPI AKUPRESUR PADA PASIEN PALIATIF


Terapi akupresure merupakan terapi non medis yang meliputi pemijatan dengan
cara menekan titik-titik syaraf tubuh terutama di bagian tangan dan kaki. Akupresur
adalah salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi
pada titik- titik tertentu pada tubuh. berguna untuk mengurangi bermacam-macam
sakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan, kelelahan dan penyakit. Salah satu bentuk
dari pembedahan dengan menusukkan jarum-jarum ketitik-titik tertentu di badan,
akupresur menyembuhkan sakit dan nyeri yang sukar disembuhkan, nyeri
punggung, spondilitis, kram perut, gangguan neurologis, artritis dll. (Mardiantu, 2013 )
Falsafah yang mendasari akupresur adalah Taoisme. Falsafah ini menyatakan
bahwa kehidupan jagad raya atau makhluk hidup termasuk manusia terdiri dari 2 unsur
ini merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia sehat memiliki unsur Yin
dan Yang yang relatif seimbang. Jika salah satu dominan terganggu atau tidak sehat.
Akupresur bertujuan untuk menyeimbangkan Yin dan Yang. Unsur yin dalam alam
contohnya adalah perempuan, bulan, bagian bawah, kondisi lemah, dan keadaan gelap/
bayangan. Dalam tubuh manusia unsur yin adalah dada, perut, permukaan tubuh bagian
dalam, cairan kotor, fisik dan organ padat. Sedangkan dalam hal gejala penyakit, yin
adalah penyakit kronis, penderitanya tenang, tubuhnya dingin, lembab, lemah, pucat,
nadi lambat, lemah dan tenggelam, selaput lidah putih, otot lidah layu, basah, gemuk, dan
perjalanan penyakitnya regresif. Unsur yang dalam alam contohnya adalah laki-laki,
matahari, bagian atas, kondisi kuat dan keadaan terang/panas.
Dalam tubuh manusia yang adalah punggung, pinggul, permukaan tubuh
bagian luar, cairan bersih, psikis/ mental, organ berongga. Adapun dalam hal yang
menyangkut gejala penyakit, yang adalah penyakit akut, penderitanya selalu gelisah,
tubuhnya panas dan kering, nadi kuat, cepat, otot lidah kaku, selaputnya kuning kotor,
serta perjalanan penyakit progresif (Sukanta, 2008).
Efek samping dari Terapi Akupresure antara lain : Ngantuk, Merasa Lapar, Gatal-gatal
(kadang-kadang), dan merasa ingin BAB.

3.4 TERAPI SELF-HYPNOSIS PADA PASIEN PALIATIF


Hipnosis telah ada sejak awal mula peradaban manusia. Fenomena yang kita kenal
dengan nama hypnosis telah tercatat di berbagai peradaban, dan suku bangsa di muka
bumi ini. Fenomena ini, pada zaman dulu dan sekarang, selalu dihubungkan dengan
berbagai ritual keagamaan dan kepercayaan, kekuatan magis, supranatural dan klenik, alias
ilmu “perdukunan” .
Bangsa Mesir dan Yunani kuno punya pusat mimpi yang berfungsi sebagai tempat
untuk berpuasa, berdoa dan memohon agar mimpi mereka dapat diterjemahkan untuk
dapat membantu menyelesaikan masalah dan memberikan panduan hidup. Kemungkinan
besar, saat mereka berada di pusat mimpi, mimpi yang mereka alami adalah mimpi yang
muncul setelah mereka dihipnosis.
Hingga saat ini, para Hindu Healer masih melakukan berbagai variasi teknik
penyembuhan yang berasal dari zaman kuno dengan menggunakan unsure hypnosis.Pada
zaman Jengis Khan, para ahli mistik melakukan praktek sugesti kepada banyak orang
secara bersamaan untuk menimbulkan efek halusinasi visual dan auditori untuk
memperkuat kepercayaan terhadap kekuatan supranatural dan mistik. Dengan sejarah
yang demikian panjang, khususnya yang berkaitan dengan dunia supranatural dan mistik,
maka tidak heran, jika sampai saat inipun, banyak orang “salah faham” tentang makna
filosofis dari hypnosis itu sendiri.
Salah satu bentuk aplikasi hipnotis adalah self hipnotis. Namun demikian, selain self
hypnosis, masih banyak aplikasi hipnotis lainnya, seperti Stage Hypnosis, yang
pengaplikasiannya banyak kita tonton di televise, Hypnotherapy, aplikasi dalam mengatasi
masalah psikosomatis, misalnya fobia, stress, penyimpangan perilaku, mual, muntah,
melahirkan, penyakit kulit, dll. Anodyne Awarness, aplikasi hypnosis untuk mengurangi
rasa sakit dan kecemasan. Banyak dokter, tenaga medis, perawat, ahli bedah dan dokter
gigi menggunakan teknik Anodyne untuk mengurangi rasa sakit yang diderita pasien
maupun pada saat operasi. Forensic Hypnosis untuk membantu melakukan investigasi atau
penggalian informasi dan menghilangkan “lupa ingatan”. Metaphysical Hypnosis, digunakan
untuk meneliti berbagai fenomena mistik.
Self hipnotis berarti anda melakukan hipnotis terhadap diri sendiri, atau dalam
konkret lain anda sendiri yang mengarahkan arah dan tujuan pikiran anda. Ada banyak
manfaat positif yang bisa anda dapatkan dengan melakukan self hypnosis, Misalnya
berhenti merokok, membangkitkan semangat, mengendalikan rasa sakit, meningkatkan
daya ingat dan konsentrasi, mengatasi rasa takut dan masih banyak lagi.
Kunci keberhasilan self hypnosis adalah postsynaptic suggestion, yang berarti sugesti
yang diberikan saat seorang masih berada dalam kondisi trance, dan sugesti / perintah ini
baru akan dilaksanakan setelah seorang kembali ke kesadaran normal. Hal penting lain
yang perlu diperhatikan dalam postsynaptic suggestion hanya akan bekerja bila Anda
benar-benar menginginkannya bekerja. Jadi, anda harus termotivasi, semangat, dan benar –
benar mengharapkan dan mau menerima perubahan yang akan terjadi.

3.5 TERAPI HERBAL PADA PASIEN PALIATIF


Indonesia merupakan negara dengan kekayaan flora nomor 2 di dunia, memiliki
berbagai macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat termasuk untuk
pengobatan kanker. Akan tetapi dalam pemakaian tumbuhan untuk pengobatan masih
rendah bila dibandingkan dengan beberapa negara Asia, terutama dalam hal pemakaian
tumbuhan obat yang terintegrasikan dalam pelayanan kesehatan formal.
Diberbagai belahan dunia tumbuhan obat telah banyak digunakan untuk pengobatan
kanker, baik sebagai pencegahan maupun pengobatan. Tanaman yang digunakan adalah
yang mengandung senyawa atau substansi seperti karotenoid, vitamin C, selenium, serat
dan komponenkomponennya, dithiolthiones, isotiosianat, indol, fenol, inhibitor protease,
senyawa aliin, fitisterol, fitoestrogen dan limonen. Glukosianalat dan indol, tiosianat dan
isotiosianat, fenol dan kumarin dapat menginduksi multiplikasi enzim fase II (melarutkan
dan umumnya mengaktivasi). Asam askorbat dan fenol memblok pembentukan karsinogen
seperti nitrosamine. Flavonoid dan karotenoid bertindak sebagai antioksidan. Karotenoid
dan sterol mengubah struktur membran atau integritas. Senyawa yang mengandung sulfur
dapat menekan DNA dan sintesis protein, sedangkan fitoestrogen bersaing dengan
estradiol untuk reseptor estrogen sehingga akan terjadi keadaan anti proliperatif.
Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT),
setelah melalui prosedur dan identifikasi yang panjang, berhasil memilih 30 jenis tanaman
berkhasiat obat dalam mengatasi berbagai penyakit, termasuk kanker. Selain itu
berdasarkan pengalaman pengobatan di RSU Dr. Saiful Anwar Malang dan RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, diperoleh sejumlah herbal yang dapat dimanfaatkan dalam pelayanan
kesehatan.
Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker cukup tinggi. Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1.000
penduduk dan merupakan penyebab kematian nomor 7 sebesar 5,7% dari seluruh
penyebab kematian. Sementara itu pada Riskesdas tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di
Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Prevalensi kanker
tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (4,1‰), diikuti Jawa Tengah (2,1‰), Bali (2‰),
Bengkulu, dan DKI Jakarta masing-masing 1,9 per mil.
Penyakit kanker juga menyebabkan beban pembiayaan negara sangat tinggi. Hal ini
dapat diketahui dari data Jamkesmas yang menunjukkan bahwa pemanfaatan dana
Jamkesmas paling tinggi penyerapannya untuk penanganan penyakit kanker dibandingkan
dengan penyakit degeneratif lainnya. Pengobatan kanker yang baik harus memenuhi fungsi
menyembuhkan (kuratif), mengurangi rasa sakit (paliatif) dan mencegah timbulnya
kembali (preventif).
Pengobatan komplementer alternatif adalah salah satu pelayanan kesehatan yang
akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun kalangan kedokteran
konvensional. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer alternatif merupakan
pelayanan yang menggabungkan pelayanan konvensional dengan kesehatan tradisional
dan/atau hanya sebagai alternatif menggunakan pelayanan kesehatan tradisional,
terintegrasi dalam pelayanan kesehatan formal. Keberhasilan masuknya obat tradisional ke
dalam sistem pelayanan kesehatan formal hanya dapat dicapai apabila terdapat kemajuan
yang besar dari para klinisi untuk menerima dan menggunakan obat tradisional.
Penyelenggaran pengobatan komplementer alternatif diatur dalam standar
pelayanan medik herbal menurut Kepmenkes No.121/Menkes/SK/II/2008 yang meliputi
melakukan anamnesis; melakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi) maupun pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi,
EKG); menegakkan diagnosis secara ilmu kedokteran; memberikan obat herbal hanya pada
pasien dewasa; pemberian terapi berdasarkan hasil diagnosis yang telah ditegakkan;
penggunaan obat herbal dilakukan dengan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai
contoh yang selama ini telah digunakan di beberapa rumah sakit dan PDPKT; mencatat
setiap intervensi (dosis, bentuk sediaan, cara pemberian) dan hasil pelayanan yang
meliputi setiap kejadian atau perubahan yang terjadi pada pasien termasuk efek samping.
Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini adalah
kecenderungan kembali ke alam. Banyaknya pilihan tanaman obat yang ditawarkan,
mahalnya biaya pengobatan kanker secara konvensional, ketidakberhasilan dan banyaknya
penyulit sampingan dalam pengobatan kanker dalam kedokteran konvensional, serta
adanya kasus kanker yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat mendorong makin
banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif antara lain dengan tanaman obat
sebagai cara pengobatan kanker.

3.6 TERAPI PIJAT REFLEKSI PADA PASIEN PALIATIF


Studi penelitian di Amerika Serikat dan di seluruh dunia menunjukkan manfaat
positif dari pijat refleksi untuk berbagai kondisi. Secara khusus, ada beberapa penelitian
yang dirancang dengan baik, yang didanai oleh National Cancer Institute dan National
Institute of Health yang menunjukkan janji refleksologi sebagai intervensi untuk
mengurangi rasa sakit dan meningkatkan relaksasi, tidur, dan pengurangan gejala
psikologis, seperti kecemasan dan depresi. Mungkin hasil yang paling menguntungkan
telah di bidang paliatif kanker (Ernst, Posadzki, & Lee, 2010).
Kunz dan Kunz (2008) telah mengembangkan ringkasan dari 168 studi penelitian
dan abstrak dari jurnal dan pertemuan dari seluruh dunia. Banyak dari studi ini berasal
dari jurnal peer-review di Cina dan Korea. Semua studi memiliki informasi tentang
frekuensi dan durasi dari aplikasi refleksologi.
Berdasarkan studi mereka terakhir, Kunz dan Kunz mengidentifikasi empat efek
utama yang reflexology menunjukkan:
- Reflexology berdampak pada organ tertentu (misalnya, pembacaan fMRI
menunjukkan peningkatan aliran darah ke ginjal dan usus)
- Reflexology dapat menunjukkan perbaikan gejala (misalnya, perubahan positif yang
dicatat dalam ginjal berfungsi dengan pasien dialisis ginjal)
- Reflexoogy menciptakan efek relaksasi (misalnya, EEG mengukur alpha dan theta
gelombang, tekanan darah menurun, dan kecemasan diturunkan)
- Bantu Reflexology dalam pengurangan nyeri (27 studi menunjukkan hasil yang positif
bagi pengurangan rasa sakit, misalnya, AIDS, nyeri dada, neuropati perifer diabetes
mellitus, batu ginjal, dan osteoarthritis)
Contoh penelitian yang menunjukkan refleksologi efektif untuk berbagai masalah
kesehatan.

Pengobatan Kanker
Studi-studi ini menunjukkan pengurangan rasa sakit, mual, diare atau sembelit, dan
meningkatkan kualitas hidup dengan pijat refleksi.
Dalam studi terkontrol dengan 87 pasien, Hodgson (2000) menemukan peningkatan 100%
pada kelompok refleksi dalam kualitas hidup kategori penampilan, nafsu makan, bernafas,
komunikasi (dengan dokter, keluarga, perawat), konsentrasi, konstipasi / diare, takut masa
depan, isolasi, mobilitas, suasana hati, mual, nyeri, tidur / kelelahan. Kelompok plasebo
melaporkan peningkatan 67,6% dalam kategori ini.
Stephenson et al. (2000) melakukan penelitian kualitatif di rumah sakit pada 24 pasien
yang menerima refleksologi dengan payudara dan kanker paru-paru. Para peneliti
mencatat “penurunan yang signifikan dalam rasa sakit” untuk pasien dengan kanker
payudara. Sementara ini adalah contoh kecil, desain penelitian yang terkendali dengan baik
menghasilkan hasil yang berarti.
Milligan et al. (2002) melihat dampak dari pijat refleksi pada kualitas hidup dari 20 pasien
kanker. Ini menemukan kualitas hidup meningkat melalui pengurangan gejala fisik dan
emosional. Ini adalah contoh kecil namun.
Kim, Lee, Kang, Choi, dan Ernst (2010) terakhir satu percobaan klinis acak (RCT) dan tiga
uji klinis terkontrol nonrandomized (TTB), satu-satunya penelitian dari 60 studi potensi
untuk memenuhi kriteria mereka uji kuantitatif dikendalikan wtih fisik atau hasil
psikologis. Studi-studi menunjukkan penurunan yang signifikan dalam nyeri, mual /
muntah, dan kelelahan dengan pijat refleksi, dan peningkatan kualitas tidur dan suasana
hati. Singkatnya, semua empat studi menunjukkan efek menguntungkan dari refleksologi
untuk wanita dengan kanker payudara. Masalahnya, menurut penulis, adalah bahwa
kelemahan dalam studi membahayakan validitas hasil mereka. RCT adalah ketat, tetapi
karena desain studi, itu adalah “tidak dapat menunjukkan efek terapi spesifik refleksologi”
(hal. 329). Kim dan koleganya berpendapat bahwa hasil CCT menderita bias seleksi.
Kunci untuk memahami studi ini, dan interpretasi dari semua studi yang dibahas dalam
bagian ini, adalah bahwa hal itu sangat sulit untuk merencanakan dan melaksanakan
sebuah studi yang dirancang dengan baik yang memenuhi semua parameter. Para penulis
ini menyatakan bahwa “keterbatasan utama dari studi termasuk yang ukuran kecil sampel,
kontrol yang tidak memadai untuk efek nonspesifik, kurangnya perhitungan daya, dan
periode tindak lanjut atau pengobatan jangka pendek” (hal. 329). Mengingat bahwa RCT
adalah standar emas, menyilaukan selalu menjadi masalah. Menyilaukan yang tidak
memadai dan tidak memadai alokasi penyembunyian adalah faktor yang juga bisa
berkontribusi terhadap bias seleksi, yang mengarah ke efek pengobatan ditingkatkan. Para
penulis juga menyarankan bahwa studi harus mendiskusikan efek samping pengobatan,
bahkan jika tidak ada. Kesimpulan akhir mereka, berdasarkan empat penelitian, adalah
bahwa ada “bukti yang cukup untuk efektivitas refleksologi sebagai pengobatan simtomatik
untuk kanker payudara. Risiko bias dalam data primer yang ada tinggi” (pp 329-330).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional.
1. Akupunktur mempunyai peran penting terkait dengan praktek fisioterapi khususnya
di dalam hal mengatasi rasa nyeri, mempercepat pemulihan otot gerak serta
mengendalikan emosi pasien yang akan menguntungkan pasien serta dapat
meningkatkan kepercayaan pasien terhadap fisioterapis.
Akupunktur memenuhi kriteria dalam mendukung terapi jangka panjang rehabilitasi
pasien karena beberapa hal berikut :
1. Efisien dan aman karena tidak ada efek samping berarti yang ditimbulkan maupun
dalam jangka panjang.
2. Efektif dan rasional karena didukung oleh berbagai hasil penelitian dan jurnal di
seluruh dunia.
3. Simpel serta tidak membutuhkan biaya yang tinggi.
2. Hipnoterapi merupakan salah satu jenis Terapi Komplementer Mind Body Intervention
dimana terapi ini merupakan pendayagunaan kapasitas pikiran untuk
mengoptimalkan fungsi tubuh. Fokus terapi ini adalah menciptakan keseimbangan
antara pikiran, emosi, dan pernapasan. Hipnoterapi menggunakan sugesti atau
pengaruh kata - kata yang disampaikan dengan teknik - teknik tertentu. Satu-satunya
kekuatan dalam hipnoterapi adalah komunikasi.
3. Akupresur merupakan klasifikasi dari terapi menipulatif dan berbasis tubuh. Terapi
akupresur terbukti berpengaruh terhadap penurunan mual muntah pada pasien
kemoterapi kanker karena dapat memperbaiki aliran energi lambung dan
meningkatkan pengeluaran beta endorpin di hipofise.
4. Kunci keberhasilan self hypnosis adalah postsynaptic suggestion, yang berarti sugesti
yang diberikan saat seorang masih berada dalam kondisi trance, dan sugesti / perintah
ini baru akan dilaksanakan setelah seorang kembali ke kesadaran normal.
5. Mengenai Terapi Herbal, beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir
ini adalah kecenderungan kembali ke alam. Banyaknya pilihan tanaman obat yang
ditawarkan, mahalnya biaya pengobatan kanker secara konvensional, ketidak-
berhasilan dan banyaknya penyulit sampingan dalam pengobatan kanker dalam
kedokteran konvensional, serta adanya kasus kanker yang dapat disembuhkan dengan
tanaman obat mendorong makin banyak masyarakat yang memilih pengobatan
alternatif antara lain dengan tanaman obat sebagai cara pengobatan kanker.
6. Beberapa penelitian yang didanai oleh National Cancer Institute dan National Institute
of Health menunjukkan janji refleksologi sebagai intervensi untuk mengurangi rasa
sakit dan meningkatkan relaksasi, tidur, dan pengurangan gejala psikologis, seperti
kecemasan dan depresi. Hasil yang paling menguntungkan adalah di bidang paliatif
kanker (Ernst, Posadzki, & Lee, 2010).

4.2 SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi pembaca
pada umumnya. Dan penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/31990469/TUGAS_TERAPI_KOMPLEMENTER_PENGARUH_TERAPI_
AKUPRESUR_UNTUK_MENGATASI_MUAL_MUNTAH_AKIBAT_KEMOTERAPI_PADA_PASIEN_KA
NKER_KELOMPOK_6. Diakses Pada Tanggal 14 Mei 2018.

http://www.dirgaherdiantaputra.50megs.com/custom4.html. Diakses Pada Tanggal 14 Mei


2018.

https://media.neliti.com/media/publications/105468-ID-jamu-pada-pasien-tumorkanker-
sebagai-ter.pdf. Diakses Pada Tanggal 14 Mei 2018.

Mardiatu. Pengaruh Akupresu Dalam Meminimalisir Disminore Primer Pada Remaja Putri Di
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram Tahun 2013

Anda mungkin juga menyukai