Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada jaman sekarang ini, energi untuk bahan bakar semakin mahal dan
kelangkaanya, kebutuhan dasar energi rumah tangga merupakan jumlah energi
yang efektif untuk menghasilkan tenaga yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti memasak, penerangan, dan lain-lain yang
berasal dari berbagai sumber energi yang tersedia. Maka dari itu, dengan
seiringnya perkembangan jaman dilakuakan pembuatan energi alternatif yaitu
salah satunya energi biomassa yang dimanfaatkan untuk bahan bakar briket.
Dalam penggunaan briket biomassa diperlukan sebuah ruang pembakaran
atau kompor briket. Untuk pemanfaatan bahan bakar biobriket yang aman dari
sisi keselamatan, kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu dalam praktikum
ini akan dipelajari mengenai cara kerja dari kompor biobriket dan dapat
menghitung efisiensi dari kompor biobriket.

1.2.Identifikasi Masalah
1. Bagaimana cara kerja kompor biobriket ?
2. Bagaimana cara menghitung efisiensi kompor biobriket ?

1.3. Tujuan Percobaan


1. Memahami cara kerja kompor biobriket
2. Menghitung efisensi kompor biobriket
1.4. Metode Percobaan
1. 2. 3.

Menguji waktu Menguji Efisiensi


Menguji Emisi CO
penyalaan Termal

Menempatkan kompor pada Menyiapkan alat Menghubungkan


tempat yang disediakan kompor berisi biobriket termokopel

Mengisi kompor dengan Meletakkan sensor Gas


biobriket Meletakkan biobriket
Analyzer

Memasukan air kedalam Membakar 1 kg bahan Membakar < 1 kg


bejana biobriket biobriket

Mencatat konsentrasi Meletakan panci berisi


Menyalakan kompor
CO air

Meletakkan termokopel
Mengulangi percoban Meletakan termokopel
diatas biobriket

Mencatat waktu
Mencatat kenaikan suhu
penyalaan biobriket

Menunggu sampai Mengukur massa air


pembalkaran biobriket setelah pembakaran
selesai
Mengukur efisiensi termal
sampai biobriket habis

Mengulangi percobaan

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dari Laporan Pendahuluan ini adalah :
Cover
Lembar Pengesahan
 BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan Percobaan
1.4 Metode Percobaan
1.5 Sistematika Percobaan
1.6 Waktu dan Tempat Percobaan
 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Berisi mengenai teori dasar yang mendukung untuk keberlangsungan
percobaan yang bersumber dari berbagai literatur
 BAB III. METODE PERCOBAAN
Berisi alat-alat yang digunakan pada percobaan dan prosedur percobaan
Daftar Pustaka
Tugas Pendahuluan
 BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN
Berisi data hasil percobaan yang didapatkan dan pembahasan atau
analisa data
 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan saran setelah melakukan percobaan

1.6. Waktu dan Tempat Percobaan


Hari, Tanggal : Selasa, 20 Maret 2018
Waktu : 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : Laboratoriun Fisika Energi, Jurusan Fisika FMIPA Unpad
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,
baik berupa produk maupun buangan (sisa/limbah). Melalui fotosintesis,
karbondioksida di udara ditransformasi menjadi molekul karbon lain (misalnya
gula dan selulosa) dalam tumbuhan. Energi kimia yang tersimpan dalam
tanaman dan hewan (akibat memakan tumbuhan atau hewan lain) atau dalam
kotorannya dikenal dengan nama bio-energi. Contoh biomassa antara lain
adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan,
limbah perkebunan, tinja dan kotoran ternak.
Pada prinsipnya biomassa sudah mengandung energi yang dapat diubah
menjadi berbagai macam energi lain, misalnya menjadi energi panas. Contoh
pemanfaatannya adalah biomassa dibakar, maka energi akan terlepas,
umumnya dalam bentuk energi panas. Karbon pada biomassa bereaksi dengan
oksigen di udara sehingga membentuk karbondioksida. Apabila dibakar
sempurna, jumlah karbondioksida yang dihasilkan akan sama dengan jumlah
yang diserap dari udara ketika tanaman tersebut tumbuh.
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain
merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat
menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (suistainable)[1].
Biomassa adalah salah satu jenis bahan bakar padat selain batubara. Biomassa
diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu biomassa kayu dan biomassa
bukan kayu. Mekanisme pembakaran biomassa terdiri dari tiga tahap yaitu
pengeringan (drying), devolatilisasi (devolatilization), dan pembakaran arang
(char combustion)[2].

2.2 Kompor Biobriket


Kompor adalah alat masak yang menghasilkan panas tinggi. Biasanya
kompor ditemukan di dapur dan bahan bakarnya dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu cair, padat, dan gas. Pada dasarnya jenis kompor yang banyak
digunakan oleh masyarakat adalah kompor minyak tanah dan kompor gas.
Meskipun demikian, masih ada jenis lain yang juga bisa dijadikan sebagai alat
memasak yaitu salah satunya kompor briket biomassa atau kompor briket
batubara[3].
Penggunaan briket biomassa sebagai sumber energi alternatif pembakaran
harus disertai dengan keberadaan kompor atau tungku yang menunjang
kebutuhan pembakaran bahan bakar briket biomassa tersebut[4].
Pada prinsipnya, kompor atau tungku dibedakan menjadi dua macam,
yaitu tungku portabel atau kompor, jenis ini pada umumnya memuat briket
antara 1 - 8 kg serta dapat dipindah-pindahkan, jenis ini digunakan untuk
keperluan rumah tangga atau rumah makan dan tungku permanen, memuat
lebih dari 8 kg briket dibuat secara permanen, jenis ini dipergunakan untuk
industri kecil atau menengah.
Kompor briket adalah alat masak yang menggunakan bahan bakar dari
briket batubara atau campuran dari biomassa dan batubara. Bahan yang
digunakan untuk membuat kompor berpengaruh terhadap kualitas kompor,
baik dari sudut penampilan, daya tahan kompor, maupun mobilitas (mudah
dipindahkan atau tidak).
Johannes (1984) dalam Djatmiko (1986) membedakan tungku atau
kompor pembakaran biomassa atas beberapa jenis, yaitu:
a. Tungku biomassa, dimana bahan bakar biomassa langsung dibakar,
misalnya tungku lorena, singer, dan lain-lain.
b. Tungku bioarang, menggunakan bahan bakar arang, misalnya anglo dan
keren.
c. Tungku hibrida, menggunakan bahan bakar biomassa dan arang yang
disusun sedemikian agar asap dapat terbakar sehingga menghasilkan
energi lebih banyak.
Persyaratan Kompor/tungku harus memiliki :
a. Ada ruang bakar untuk briket
b. Adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas
dengan melewati ruang bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer
dan sekunder
c. Ada ruang untuk menampung abu briket yang terletak di bawah ruang
bakar briket

Kompor briket batubara berdasarkan ukurannya dapat diklasifikasikan


menjadi 2 macam yaitu dapat dilihat pada tabel 1.

Kompor briket ini memiliki kelebihan antara lain aman dan ramah
lingkungan, pada saat digunakan abunya tidak berterbangan dan tidak berasap,
tidak meninggalkan noda hitam pada peralatan yang digunakan ( alat-alat dapur
dan lain-lainnya) tidak mengeluarkan bau menyengat / aroma tidak sedap yang
dapat mengganggu aktifitas kerja kesehatan maupun lingkungan[3].

2.3 Bahan Bakar


Bahan bakar merupakan suatu materi di mana apabila dipanaskan pada
suhu tertentu disertai oksidasi dengan oksigen (O2) akan terjadi proses
pembakaran. Produk hasil proses pembakaran ada tiga, yaitu: radiasi panas,
emisi gas buang dan abu. Berdasarkan formasi dan proses pembentukannya
bahan bakar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, antara lain:
 Berdasarkan materi pembentuknya, bahan bakar dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
1. Bahan bakar berbasis bahan organik, yang terdiri dari:
a. Bahan bakar fosil, misalnya: batubara, minyak bumi dan gas bumi.
b. Bahan bakar terbarukan (biofuel), misalnya: biomassa, biogas,
biodiesel, bioetanol yang berbasis pada minyak nabati dan hewani.
c. Bahan bakar organik tersusun dari unsur-unsur karbon (C), hidrogen
(H), nitrogen (N), oksigen (O), sulfur (S) dan lain-lain dalam jumlah
kecil. Dari beberapa unsur kimia pembentuk bahan bakar tersebut,
unsur C, H, dan S merupakan kandungan utama yang berperan sebagai
bahan bakar.
d. Bahan bakar nuklir, misalnya: uranium dan plutonium. Energi yang
dihasilkan dari reaksi rantai penguraian atom-atom melalui peristiwa
peluruhan radioaktif.
 Berdasarkan wujudnya, bahan bakar dibagi menjadi tiga, yaitu: Bahan
bakar padat, bahan bakar cair, dan bahan bakar gas.
 Berdasarkan proses pembentukannya, bahan bakar dibagi menjadi dua,
yaitu: Bahan bakar alamiah dan bahan bakar non-alamiah.
 Bahan bakar padat tersusun dari : komponen yang dapat terbakar, yaitu
komponen yang mengandung: C, H, S, yaitu unsur-unsur yang bila
terbakar membentuk gas[4],
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padat, antara
lain :
1. Ukuran partikel
Partikel yang lebih kecil ukurannya akan lebih cepat terbakar.
2. Kecepatan aliran udara
Laju pembakaran biobriket akan naik dengan adanya kenaikan kecepatan aliran
udara dan kenaikan temperatur
3. Jenis bahan bakar
Jenis bahan bakar akan menentukan karakteristik bahan bakar. Karakteristik
tersebut antara lain kandungan volatile matter dan kandungan moisture.
4. Temperatur udara pembakaran
Kenaikan temperatur udara pembakaran menyebabkan semakin pendeknya
waktu pembakaran.
Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen dan bahan yang
dapat terbakar, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan kalor.
Pembakaran spontan adalah pembakaran dimana bahan mengalami oksidasi
perlahan- lahan sehingga kalor yang dihasilkan tidak dilepaskan, akan
tetapi dipakai untuk menaikkan suhu bahan secara pelan-pelan sampai
mencapai suhu nyala. Pembakaran sempurna adalah pembakaran dimana
semua konstituen yang dapat terbakar di dalam bahan bakar membentuk gas
CO2, air ( H2O) dan gas SO2, sehingga tak ada lagi bahan yang dapat terbakar
tersisa[4].
Contoh reaksi pembakaran:
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O (1)
Reaksi ini adalah reaksi sempurna yang terjadi pada proses pembakaran.
Namun pada kenyataannya proses pembakaran yang terjadi seringkali
menghasilkan pembakaran yang tidak sempurna sehingga reaksi pembakaran
yang terjadi menghasilkan karbon monoksida (CO). Emisi gas CO berasal
dari reaksi oksidasi tidak sempurna hidrokarbon dan karbon yang terkandung
dalam bahan bakar. Untuk memperoleh reaksi yang sempurna menuju
pembentukan karbondioksida(CO2), harus dipenuhi tiga syarat: kecukupan
waktu tinggal reaksi untuk reaksi CO ke CO2, kecukupan oksigen untuk
menyempurnakan reaksi oksidasi, dan temperatur reaksi yang cukup tinggi
untuk memperbesar kinetika reaksi oksidasi[5].

2.4 Performa Pembakaran Kompor Briket


2.4.1 Emisi Gas Karbon Monoksida(CO)
Emisi biobriket dihasilkan dari pembakaran biomassa dalam kompor.
Emisi ini dapat menyebabkan polusi udara berupa gas CO, sulfur, nitrogen
oksida, dan hidrokarbon. Pada penelitian ini gas buang yang akan diukur adalah
emisi gas CO, karena emisi gas CO menunjukkan adanya kesempurnaan dalam
proses pembakaran. Emisi gas CO berasal dari reaksi oksidasi tidak sempurna
hidrokarbon dan karbon yang terkandung dalam biobriket.
2.4.2 Efisiensi Termal
Efisiensi termal adalah perbandingan antara nilai kalor yang diterima oleh
air dengan nilai kalor yang diberikan oleh biobriket. Pada penelitian ini,
perhitungan untuk menentukan besar efisiensi termal didefinisikan pada
persamaan berikut:
ma  ca  T  ma  L
T  100 (2)
mk  LHV
Keterangan:
ma : massa air (kg)
Δma : massa air yang menguap (kg)
L : kalor laten air 2268000(J/kg)
ΔT : perubahaan temperatur (°C)
Δmk : massa bahan bakar yang telah dibakar (kg)
Ca : panas jenis air 4186 (J/(°C.kg))
LHV : entalpi biobriket (J/kg).
Pembakaran yang baik harus memiliki nilai efisiensi termal yang sangat
tinggi agar panas yang dihasilkan merata. Kalor yang diberikan dari biobriket
akan mempengaruhi perubahan temperatur air hingga mencapai titik didih.
Mula-mula air yang telah diketahui massanya kemudian dipanaskan sampai
mencapai titik didih yang kemudian digunakan untuk menghitung efisiensi
termal sesuai dengan Persamaan 2.
Efisiensi termal juga erat kaitannya dengan desain kompor yang
digunakan. Efisiensi dapat dikatakan sebagai acuan kinerja kompor briket
karena secara keseluruhan kinerja kompor hanya dapat ditinjau berdasarkan
nilai efisiensi termal, yakni efisiensi tungku akan meningkat bila persentase
panas yang dipindahkan meningkat. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja kompor, yang secara tidak langsung juga akan mempengaruhi besar
efisiensi termal dari hasil pembakaran biobriket[5].
- Rasio tinggi terhadap diameter/lebar ruang bakar
- Ketebalan unggun bahan bakar
- Sistem kisi (grate)
- Ukuran alat memasak atau bejana
- Bahan Konstruksi
- Konfigurasi Kisi (grate)
- Lubang masukkan udara primer
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


1. Biobriket,
Berfungsi sebagai objek percobaan yang akan diamati waktu ignisi, emisi
CO, dan efisiensi termalnya.
2. Kompor Konvensional,
Berfungsi sebagai media percobaan
3. Kompor yang telah dimodifikasi,
Berfungsi sebagai media percobaan
4. Termokopel,
Berfungsi sebagai alat ukur temperatur pembakaran briket didalam kompor
dan temperatur air
5. Gas Analyzer,
Berfungsi sebagai alat ukur gas CO2 hasil pembakaran
6. Blower,
Berfungsi sebagai komponen penghembus udara pada saat pembakaran

3.2 Prosedur Percobaan


A. Pengujian waktu penyalaan (ignisi)
1. Menempatkan kompor yang akan diuji pada tempat yang telah disediakan
2. Mengisi kompor dengan biobriket yang sudah diketahui beratnya sesuai
kapasitas kompor (misal 30R:70TK)
3. Memasukan air kedalam bejana
4. Menyalakan kompor
5. Meletakan termokopel diatas / menempel biobriket didalam kompor
pembakaran. Hubungkan corong kompor dengan termokopel.
6. Mencatat waktu penyalaan biobriket. Dimulai pada saat diletakannya
biobriket dalam kompor hingga waktu ketika temperatur yang dicapainya
pada kondisi terbentuknya bara api pada biobriket (sekitar 60oC).
7. Menunggu sampai pembakaran biobriket selesai ditandai oleh emisi CO
yang berkurang dengan temperatur sekitar 60oC.

B. Pengujian Emisi CO
1. Menyiapkan alat pemasakan berupa kompor yang telah berisikan biobriket
2. Meletakan Sensor Gas Analyzeryang disekitar kompor biobriket.
3. Membakar 1 kg bahan bakar biobriket dengan komposisi tertentu (misal 30-
70)
4. Ketika pembakaran terjadi, gas keluar dari kompor sehingga kadar emisinya
tertangkap dan selanjutnya dibaca oleh sensor dalam gas Analyzer.
5. Menatat konsentrasi CO yang keluar dari selang pada kompor
6. Mengulangi percobaan menggunakan variasi komposisi % berat biobriket
yang berbeda.
7. Membuat grafik temperatur terhadap emisi CO yang dihasilkan untuk
melihat kualitas pembakaran yang dihasilkan dari sistem pembakaran pada
kompor biobriket.

C. Pengujian Efisiensi Termal


1. Menghubungkan termokopel pada kompor
2. Meletakan biobriket pada kompor
3. Membakar kurang lebih 1 kg biobriket dengan komposisi tertentu
4. Meletakan panci yang berisi air diatas kompor
5. Meletakan termokopel hingga menyentuh badan air
6. Mencatat kenaikan suhu yang terjadi pada air
7. Mengukur massa air setelah pembakaran selesai
8. Mengukur efisiensi termal sampai biobriket habis untuk satu kali
pembakaran.
9. Mengulangi percobaan 1-8 menggunakan bahan bakar biobriket dengan
komposisi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Arizandy, RLP, 2014. http://erepo.unud.ac.id/15909/3/0804305008-3-


BAB_II.pdf (diakses Minggu, 18 Maret 2018 )

[2] Syamsiro, M., dan Harwin Saptoadi, 2007. Pembakaran Briket Biomassa
Cangkang Kakao: Pengaruh Temperatur Udara Preheat. Seminar
Nasional Teknologi 2007. Yogyakarta

[3] Budiarti, M, 2014 . http://eprints.polsri.ac.id/870/3/BAB%2520II.pdf (diakses


Minggu, 18 Maret 2018)

[4] Astuti Dwi I, 2014. http://eprints.polsri.ac.id/849/3/BAB%2520II.pdf (diakses


Minggu, 18 Maret 2018)

[5] Utami, Yuanita. 2008. Desain dan Uji Unjuk Kerja Tungku Briket Biomassa.
(Skripsi). Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/13867/F08yut.
pdf ( diakses Minggu, 18 Maret 2018)

Anda mungkin juga menyukai