Anda di halaman 1dari 7

Hampir Saja Aku Lupa (Part 1)

Awal Juli

Sungguh indah nikmat Allah, pencipta langit dan bumi beserta isinya. Tuhan yang
mempertemukan aku dengan teman baru yang ada di kelas X MIA 6. Awalnya aku penasaran
dengan suasana kelas yang baru. Saat libur ramadhan aku selalu terngiang-ngiang dengan
keadaan kelas baru. Aku berharap kelas baruku akan asyik dengan orang-orang baik dan
mengajakku mengenal dunia.

Aku pernah berkomitmen untuk hijrah dari sifat SMP yang snagat pemalu dan tidak
percaya diri. Untuk itu prestasiku saat SMP sangatlah kurang, jangankan prestasi untuk sekolah,
peringkat kelas saja bahkan aku kokoh di peringkat 20-an.

Pagi hari yang cukup cerah. Matahri terbit yang tepat berada di samping kanan kelasku
menyinari rupa ini. Seakan memberikan semangat baru untuk perjalanan hidupku ini. Lalu
kulangkahkan kaki ini untuk masuk ke dalam kelas. Hanya tampak beberapa perempuan dan aku
adalah pria yang pertama kali datang. Entah mengapa mereka hanya sibuk memainkan ponsel
mereka. Duduk mereka pun saling berjauhan.

Hari senin, ini adalah upacara bendera pertama setelah di-MOS. Aku duduk di barisan
tiga terdepan. Bagian depanku ada Indra, teman SMPku dulu. Dia satu-satunya teman kelas
SMPku yang tetap satu kelas lagi di SMA. Di depanku entah siapa dia, aku lupa namanya.
Padahal kita pernah sekali bercakap saat Pesantren ramdhan seminggu setelah di-MOS.

Saat upacara, sesekali aku menoleh ke belakang. Iseng-iseng untuk melihat wajah-wajah
baru temanku. Ada yang asing dan ada yang familiar di mataku. Mungkin karena satu angkatan
dulu di SMP Negeri 1 Bajeng. Oh iyah, di kelasku yang paling banyak itu berasal dari SMP
Negeri 1 Bajeng. Ada Indra, udin, Abi, Muta, Mulfa, wiwiek, dan lainnya, bahkan penyanyi
ngetop ke-Gowa pun aku satu kelas dengannya, yakni Azizah.

Awalnya, aku duduk bersama dengan Aspar. Dia dari MTs Muhammadiyyah Limbung.
Wajahnya sedikit sangar dan sering menatapku dengan tajam, seperti seorang yang sangat
misterius. Di depanku adalah dua orang yang katanya saling berkelurga, yakni sepupu. Lalu,
karena alasan tertentu aku, tempat duduk di mutasi jadi aku duduk dengan Udin di posisi kedua.
Di depanku ada Indra dan Ari yang berasal dari SMP Negeri 1 bajeng Barat.

Mengingat saat pertama tahun ajaran baru sungguh menarik untuk diingat. Pasalnya, saat
pertama tahun ajaran baru kami saling jaga images alias jaim. Teman setia kami adalah ponsel.
Tapi yang sungguh mengherankan adalah kehebohan dan juga sensasi yang dibuat oleh Yasmin,
Azizah, dan Wiwiek. Ketiga orang itu adalah satu SMP denganku. Pernah sekali ada yang
ngobrol mengenai mereka. Ada semacam rasa tak suka dengan mereka bertiga karena biang
kegaduhan kelas.

Aku masih mengingat pelajaran pertama yang aku pelajari saat tahun ajaran baru adalah
matematika Wajib. Nama gurunya adalah ibu Tini. Dia hanya mengajar di sekolah kami hanya
setengah bulan, lepas itu pindah ke salah satu SMA di Takalar. Aku juga masih mengingat
pelajaran pertama yang aku pelajari adalah Eksponen. Awal pertama mendengar materi ini, aku
dengan seenaknya menggampangkan materi ini. Lama-kelamaan aku merasa pusing. Apalgi
kurikulum yang diterapkan pada saat itu adalah Kurikulum 2013 yang bisa dibilang banyak tugas
perharinya.

Setelah seminggu belajar, aku sudah mulai mengenai satu persatu guru yang mengajar di
kelasku. Ada ibu Hasniah sebagi guru PAI sekaligus wali kelasku, ibu Rahmawati Peter sebagai
guru biologi, ibu Aisa Us Kai sebagi guru bahasa inggris, dan lainnya. Tapi, ada satu guru yang
belum pernah masuk ke kelasku. Itu adalah pak Alwi, guru kimia. Dua minggu berlalu, akhirnya
aku putuskan untuk mencari sendiri di ruang guru. aku bertanay kepada beberapa guru dan
hasilnya beliau menunjuk kea rah pak Alwi. Aku ingat alasan pak Alwi tidak pernah masuk ke
kelasku adalah karena beliau salah jadwal. Untungnya aku cepat ke ruang guru. kalau tidak
mungkin aku tidak akan pernah belajar kimia.

Dari hal tersebut, entah mengapa aku mulai menyukai dua pelajaran IPA yang sungguh
menarik perhatianku. Rasa penyesalan tersesat di jurusan IPA mulai memudar. Pelajaran tersebut
adalah Matematika dan Kimia yang membuatku nyaman di jurusan IPA. Hal utama yang
membuat aku suka dengan kimia adalah materinya yang mudah diingat dan juga asyik untuk
mempelajarinya. Apalagi ditambah gurunya yang asyik dan lucu, tapi sayang suka ngambek
kalau kelas riuh.

Pernah suatu kejadian, kelas sangat ribut melebihi pasar Limbung. Faktor utama
penyebab hal tersebut adalah temanku yang sedang bosan belajar, ditambah gerah dan juga jam
pelajaran kimia yang terlalu siang. Kepalaku memanas, satu sisi harus memperhatikan pelajaran
dan satu sisi lagi harus mendengar ocehan temanku. Hal tersebut yang membuat pak Alwi marah,
bahkan mengancam tidak akan pernah masuk ke kelasku lagi. Hal lain yang tak pernah
kulupakan saat beliau menyindir beberapa teman kelas.

Minggu demi minggu berlalu dengan sangat indah. Dalam waktu yang berlalu itu pula
aku mulai mengenal temanku, bahkan kami sangat akrab. Saat itu belum ada yang namanya geng
dan sejenisnya. Kami saling berbaur, bersosialisasi dan saling berbagi pengalaman.

Hampir saja aku lupa, hidup terus berjalan dan mulai meninggalkan seseorang yang
dulu kita kenal di masa lalu. Kita akan disambut dengan orang baru yang siap menjadi sahabat
kita. Menemani tiap hari yang berarti dalam hidup ini. Hampir saja aku lupa, kita takkan bisa
berjuang di dunia ini dengan sendiri. Kita butuh teman sejati yang siap mengisi pundi-pundi
hidup yang rumpang dalam hidup ini hingga di situlah kita disebut sahabat sejati……
Hampir Saja Aku Lupa Part 2

Perahu Kayu

Bagai semut yang ingin disiram air, teman kelasku yang sedang gossip di luar kelas
masuk ke dalam kelas dengan tersungut-sungut. Mereka berteriak bahwa wali kelas kita akan
datang. Aku pun turut mempercayainya dan duduk dengan baik. Ibu Hasniah masuk dengan
mengucapkan salam. Tampak dibelakangnya ada sosok pria dengan langkah malu-malu masuk
ke dalam kelas. Orangnya sedikit pendek, berwajah kurus dan sedikit rapi. Ternyata dia adalah
murid baru dari SMK negeri 2 Somba Opu. Namanya Muh. Riski Adrian.

Setelah memperkenalkan diri, dia berjalan dengan sedikit biasa ke arah bamgku paling
belakang yang kebetulan masih kosong. Dia menaruh tasnya dan menyapaku yang kebetulan
menoleh ke belakang. Aku adalah orang pertama yang menyapanya karena kebetulangan mau
menanyakan tata cara penulisan namanya serta NISN dia.

Dengan adanya murid baru tersebut, jadi lengkaplah kelasku menjadi 43 orang. Cukup
banyak kan? Coba bayangkan berada dalam kelas dengan jumlah yang sangat banyak, bising,
panas karena bersebelahan dengan arah matahari. Terkadang banyak yang mengeluh dengan
suasana kelas yang sangat panas. Tapi aku coba bersikap biasa saja. Namanya juga pengorbanan
untuk meraih ilmu. Coba bayangkan dengan saudara-saudara kita yang tidak bisa menikmati
indahnya sekolah yang nyaman.

Entah kabar apa yang didengar oleh seluruh temanku kalau bapak kepala Dinas
Pendidikan kabupaten gowa akan berkunjung ke sekolahku. Ibu Hasniah sebagai wali kelasku
menginstruksikan untuk mengubah pola meja dan kursi menjadi bentuk U. Samping kiri dan
kanan adalah perempuan dan di tengahnya adalah laki-laki yang waktu itu berjumlah 12 orang.
Aku duduk di depan sekali, di sebelahku ada Udin dan Abi. Katanya, Abi dan Udin ini sudah
satu kelas sejak mereka TK. Untukng kalau mereka tidak merasa bosan karena tiap hari sellau
orang yang sama terlihat.
Tak disangka kelasku menjadi kunjungan dari bapak kepala dinas. Beliau masuk dengan
senyum ramah dan sangat hangat sambil memperkenalkan diri. Bapak kepala dinas pendidikan
adalah orang yang sangat cerdas, terbukti dengan beberapa teka-tekinya yang sulit terpecahkan.
Di antara teka-teki itu ada sebuah pertanyaan yang bisa aku jawab, tapi sayangkan beliau tidak
menoleh ke arahku melainkan ke arah Ratih yang langsung menjawab pertanyaan beliau dengan
lugas. Alhasil, ratih diberi uang sebanyak Rp.200.000,00

Rasa penyesalan sih ada dalam hati. Siapa sih yang tak mau uang hanya dengan
menjawab teka-teki dari bapak kepala Dinas. Itu bagaikan menjawab telekuis yang biasanya
muncul di TV.

Ada satu lagi yang menarik dari kedatangannya, yakni mendeklarasikan diri sebagi wali
kelas X Mia 6. Sungguh kejutan yang sangat luar biasa. Kelas menjadi riuh dengan tepukan
tangan dan seketiga itu masuk ibu rahmawati Peter membawa minuman untuk Pak Idris, atau
bapak kepala Dinas. Senyum sumringah terpancar dari kami yang merasa sangat terkesan dengan
deklarasi dari bapak kepala dinas. Tak lupa, Pak Idris kembali memberikan kami uang untuk
membeli gorden kelas.

Dua jam ada di dalam kelas kami. Akhirnya pak Idris pamit untuk berpisah dengan kami.
Sebenarnya ini kali kedua aku bertemu dengan pak Idris setelah sebelumnya bertemu dengannya
di SMP Negeri 2 Sungguminasa saat mengikuti Olimpiade Sains kabupaten SMP mata pelajaran
IPS. Entah mengapa pertemuanku dengan beliau hari ini sangatlah berkesan.

Aku bergumam kalau hari ini pasti free class karena kedatangan pak Idris. Ternyata
dugaanku benar. Seharian kami tidak belajar seperti biasa karena sedang ada rapat di ruang guru.
sebagian siswa bersorak gembira karena tidak belajar seharian. Aku memilih murung karena
merasa rugi karena hari ini tidak ada guru yang masuk mengajar.

Keesokan harinya, jam pertama adalah Biologi. Ibu Rahmawati Peter masuk ke dalam
kelas. Materi yang diajarkan masih seperti pelajaran sebelumnya, yakni klasifikasi makhluk
hidup. Tepatnya belajar tentang Tumbuhan lumut. Sebenarnya aku terkadang suka biologi kalau
kurang hafalannya, tapi kalau begini kita disuruh mengetahui metagenesis lumut, jenis-jenis
lumut dan contohnya. Bahkan, aku disuruh keluar kelas mencari lumut yang memounyai spora.
Semua itu aku lakukan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai