Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stres adalah bentuk dari ketegangan fisik, psikis, emosi maupun
mental. Bentuk ketegangan ini, mempengaruhi kinerja keseharian seseorang.
Bahkan stres dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-
gangguan mental.
Kata stres biasa digunakan untuk mengartikan reaksi seseorang dalam
mengahadapi suatu masalah. Masalah stres sering dihubungkan dengan
kehidupan modern dan sepertinya kehidupan modern merupakan sumber
bermacam gangguan stres. Para ahli telah banyak meneliti masalah tentang
stres, terutama yang berhubungan dengan situasi kondisi hidup.
Stres bisa timbul akibat hal-hal sepele. Misalnya, terjebak keadaan
macet. Kejadian lebih serius dapat mengubah hidup seseorang, misalnya
kematian orang terdekat atau orang tercinta. Stres kerap kali disebut sebagai
penyebab masalah kesehatan nomor satu. Walau stres itu sendiri tak dapat
menyebabkan kematian, pengaruhnya bisa membuat kematian. Banyak hal
yang dapat menyebabkan stress dalam kehidupan sehari-hari. Tanda-tanda
stres dapat muncul di tubuh dengan berbagai bentuk. Stres yang dialami tiap
orang berbeda-beda.
Stres dapat memberikan stimulus terhadap perkembangan dan
pertumbuhan, dan dalam hal ini stres adalah hal positif dan diperlukan.
Namun demikian, terlalu banyak stres dapat menimbulkan gangguan-
gangguan seperti penyesuaian yang buruk, penyakit fisik, dan
ketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap masalah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aging ?
2. Apa yang di maksud dengan immun?
3. Apa yang di maksud dengan stress?
4. Bagaimana asuhan keperawatan tentang stress ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II
2. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui jenis-jenis aging
b. Untuk mengetahui jenis-jenis stress
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang stress

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Stress, Aging dan Immunity


1. Aging
a. Pengertian Aging
Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari
berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung
seiring dengan berlalunya waktu dan dapat meningkatkan resiko
terserang penyakit degeneratif hingga kematian. Proses menua
berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang berlangsung terus
menerus dan berkesinambungan, selanjutnya menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh yang akhirnya
mempengaruhi kemampuan fisik secara keseluruhan (Sudirman, 2011)
b. Mekanisme Pada Aging
Proses penuaan ditandai penurunan energi seluler yang
menurunkan kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Terjadi dua
fenomena, yaitu penurunan fisiologik (kehilangan fungsi tubuh dan
sistem organnya) dan peningkatan penyakit(Fowler, 2003).
Menurut Fowler (2003), aging adalah suatu penyakit dengan
karakteristik yang terbagi menjadi 3 fase yaitu :
1) Fase Subklinik (usia 25-35 tahun)
Kebanyakan hormon mulai menurun : testosteron, growth
hormone (GH), danestrogen. Pembentukan radikal bebas, yang
dapat merusak sel dan DNA mulaimempengaruhi tubuh, seperti
diet yang buruk, stress, polusi, paparan berlebihanradiasi
ultraviolet dari matahari. Kerusakan ini biasanya tidak tampak
dari luar.Individu akan tampak dan merasa “normal” tanpa tanda
dan gejala dari aging ataupenyakit. Bahkan, pada umumnya
rentang usia ini dianggap usia muda dan normal.
2) Fase Transisi (usia 35-45 tahun)

3
Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen.
Kehilangan massaotot yang mengakibatkan kehilangan kekuatan
dan energi serta komposisi lemaktubuh yang meninggi. Keadaan
ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatnyaresiko penyakit
jantung, pembuluh darah, dan obesitas.Pada tahap ini mulai
mnculgejala klinis, seperti penurunan ketajaman penglihatan-
pendengaran, rambut putihmulai tumbuh, elastisitan dan
pigmentasi kulit menurun, dorongan seksual danbangkitan seksual
menurun. Tergantung dari gaya hidup, radikal bebas merusak
seldengan cepat sehingga individu mulai merasa dan tampak tua.
Radikal bebas mulaimempengaruhi ekspresi gen, yang menjadi
penyebab dari banyak penyakit aging,termasuk kanker, arthritis,
kehilangan daya ingat, penyakit arteri koronaria dandiabetes.
3) Fase Klinik (usia 45 tahun keatas)
Orang mengalami penurunan hormon yang berlanjut,
termasuk DHEA(dehydroepiandrosterone), melatonin, GH,
testosteron, estrogen, dan hormon tiroid.Terdapat juga kehilangan
kemampuan penyerapan nutrisi, vitamin, dan mineralsehingga
terjadi penurunan densitas tulang, kehilangan massa otot sekitar 1
kilogramsetiap 3 tahun, peningkatan lemak tubuh dan berat
badan. Di antara usia 40 tahun dan70 tahun, seorang pria
kemungkinan dapat kehilangan 20 pon ototnya,
yangmengakibatkan ketidakmampuan untuk membakar 800-1.000
kalori perhari. Penyakitkronis menjadi sangat jelas terlihat, akibat
sistem organ yang mengalami kegagalan.
Ketidakmampuan menjadi faktor utama untuk menikmati
“tahun emas” danseringkali adanya ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas sederhana dalamkehidupan sehari-harinya.
Prevalensi penyakit kronis akan meningkat secara
dramaticsebagai akibat peningkatan usia (Fowler, 2007).

4
c. Faktor yang Mempercepat Aging
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan
(Wibowo, 2003), yaitu :
1) Faktor lingkungan
a. Pencemaran linkungan yang berwujud bahan-bahan polutan
dan kimia sebagai hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan
rumah tangga) akan mempercepat penuaan.
b. Pencemaran lingkungan berwujud suara bising. Dari
berbagai penelitian ternyata suara bising akan mampu
meningkatkan kadar hormon prolaktin dan mampu
menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan tubuh.
c. Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya
penyediaan air bersih akan meningkatkan pemakaian energi
tubuh untuk meningkatkan kekebalan.
d. Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak terkontrol
pemakaiannnya sehingga menyebabkan turunnya hormon
tubuh secara langsung atau tidak langsung melalui
mekanisme umpan balik (hormonal feedback mechanism).
e. Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat
penuaan kulit dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya
kolagen
2) Faktor diet/makanan.
Jumlah nutrisi yang cukup, jenis, dan kualitas makanan yang
tidak menggunakan pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia
terlarang. Zat beracun dalam makanan dapat menimbulkan
kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain organ hati.
3) Faktor genetic
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya.
Tetapi faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi
virus, radiasi, dan zat racun dalam makanan/minuman/kulit yang
diserap oleh tubuh.
4) Faktor psikik

5
Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di
berbagai organ/jaringan tubuh.
5) Faktor organic
Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya
kebugaran/fitness, pola makan kurang sehat, penurunan GH dan
IGF-I, penurunan testosteron, penurunan melatonin secara
konstan setelah usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan
circandian clock (ritme harian) selanjutnya kulit dan rambut
akan berkurang pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur,
peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi dan
stress, perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH).
2. Immunity
a. Pengertian imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini
mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai
cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan
memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar
tetap dapat berfungsi seperti biasa.
3. Stress
a. Pengertian Stress
Menurut Sinaga (2005) stress merupakan suatu kondisi yang tidak
menyenangkan atau tertekan baik secara fisik maupun psikis yang
mengganggu individu sebagai akibat ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan kemampuan individu dengan tuntutan lingkungan
yang ada dan individu merasakannya sebagai suatu gangguan
psikologis yang meliputi perasaan tertekan, ketegangan dan
kecemasan yang muncul sebagai reaksi adanya rasa terancam.

6
Stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan
perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang
menantang, mengancam atau merusak terhadap keseimbagan atau
ekuilibrium dinamis seseorang (Smeltzer & Bare, 2002).Sedangkan
menurut WHO (2003) dalam Sriati (2008) stres adalah reaksi atau
respon tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau
beban kehidupan).
Stres adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap
setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya (Pusdidakes
Depkes RI dalam Sunaryo 2004). Stress dewasa ini digunakan secara
bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intesitas
berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku dan
subjektif terhadap stres. Konteks yang menjembatani pertemuan
anara individu dengan stimulus yang membuat stres sebagai sistem.
b. Etiologi atau Penyebab Stres
Aktivitas kehidupan sehari-hari kadang membuat kita merasa
jenuh dan bosan.Jika aktivitas yang kita kerjakan itu bervariasi atau
berganti-ganti, mungkin rasa bosan itu tidak terjadi.Namun
meskipun demikian, rutinitas yang dilakukan setiap harinya bisa
memicu rasa jenuh dan bosan.Hal ini sangat erat hubungannya
dengan pekerjaan yang digeluti.Hampir setiap pegawai atau pekerja
mengeluh karena merasa bosan dengan rutinitas.
Keadaan tersebut makin diperparah oleh adanya beban kerja
dan tekanan dalam pekerjaan.Stres bisa timbul kalau keadaan sudah
demikian parah dan tidak bisa dikendalikan lagi. Bagi mereka yang
mengalami, mungkin akan menganggap bahwa hidup ini tidak
menyenangkan, statis, tidak berkembang bahkan mungkin tidak ada
gunanya.
Hampir segala usia, mereka yang mengalami kejenuhan dan
rasa bosan. Mereka yang memiliki pekerjaan tetap saja tidak bisa
terhindar dari hal ini, apalagi mereka yang pengangguran dan tidak
punya aktivitas apa-apa.Kejenuhan yang sudah kronis dan mengakar

7
pada diri seseorang bisa mengakibatkan depresi, yaitu suatu kondisi
kejiwaan yang lebih parah dari sekedar stress.Kondisi semacam ini
memerlukan terapi professional dari psikiater.Kalau dibiarkan saja
bisa berakibat fatal
Diantara sekian banyak orang yang mengalami kejenuhan,
ada yang merasakan pada waktu-waktu tertentu saja.Ini bisa hilang
setelah beberapa jam, beberapa hari atau beberapa minggu.Biasanya
kejenuhan seperti ini mudah diatasi tanpa lari ke hal-hal yang
merugikan atau merusak.Tetapi ada pula orang yang mengalami
kejenuhan permanen. Kejenuhan ini akan menetap apabila tidak
terjadi perubahan kondisi, baik lingkungan ataupun aktivitas. Hal
inilah yang bisa memicu terjadinya depresi, kalau tidak diatasi
dengan segera.
Penyebab utama stress adalah ketidaksesuaian antara harapan
dan kenyataan. Stress adalah tuntutan, stress selalu menuntut dan
menuntut saja. Stress awalnya di gunakan pemicu untuk
meningkatkan performa dalam hal apapun namun saat ini stress
sudah berlebihan dan merusak keseimbangan yang ada. Banyak
sekali penyebab stress. Penyebab-penyebab stress tersebut
mengelilingi kita dan hadir dalam kehidupan sehari-hati kita. Stress
yang berbahaya adalah stress yang berlebihan.
c. Klasifikasi Stres
1. Stres Akut (Acute Stress) merupakan reaksi terhadap ancaman
yang segera, umunya dikenal dengan respon atas pertengkaran
atau penerbangan (fight or flight). Suatu ancaman dapat terjadi
pada situasi apa pun yang pernah dialami bahkan secara tidak
disadari atau salah dianggap sebagai suatu bahaya. Penyebab-
penyebab stres akut antara lain:
a. Kebisingan
b. Keramaian,
c. Pengasingan,
d. Lapar

8
e. Bahaya
f. Bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa
berbahaya (mengerikan).
Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah
dilalui, suatu respon menjadi tidak aktif dan tingkat-tingkat
hormon stres kembali normal, suatu kondisi yang disebut respon
relaksasi (relaxation response).
2. Stres Kronis (Chronic Stress). Kehidupan modern menciptakan
situasi stres berkesinambungan yang tidak berumur pendek.
Penyebab-penyebab umum stres kronis antara lain:
a. Kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus,
b. Problem-problem hubungan jangka panjang,
c. Kesepian, dan
d. Kekhawatiran yang terus-menerus.
e. Manifestas Klinis
Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama
dan dapat merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang
berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik individu, maka
responnya berbeda-beda untuk setiap orang. Seseorang yang
mengalami stres dapat mengalami perubahan-perubahan yang
terjadi.
Menurut Cary Cooper dan Alison Straw tanda dan gejala
stress dapat berupa seperti berikut :
1) Fisik
Nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangan
lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu,
sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat
dan gelisah.
2) Perilaku
Perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tidak
berdaya, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat,
susah konsentrasi dan mudah menangis

9
3) Watak dan Kepribadian
Sikap hati-hati yang berlebihan, menjadi cepat panik, dan
selalu jengkel

f. Patofisiologi Stres

Menurut Rasmun (2004), sesungguhnya tidak ada stresor


yang dapat membahayakan kehidupan karena stresor tersebut akan
menimbulkan kebosanan. Stresor diperlukan untuk meningkatkan
kewaspadaan, kematangan pribadi, dan kompetisi dalam hidup.
Dalam jangka pendek, stres menghasilkan perubahan adaptif
yang membantu seseorang untuk merespons stresornya (misalnya
mobilisasi sumber energi), tetapi dalam jangka panjang ia
menghasilkan perubahan-perubahan yang maladaptif (misalnya,
kelenjar adrenal yang membesar). Respon stres bersifat kompleks
dan bervariasi. Respon seseorang terhadap stres bergantung pada
jenis stresornya, kapan waktunya, bagaimana sifat orang yang
mengalami stres, dan bagaimana orang yang mengalami stres
bereaksi terhadap stresornya (Pinel, 2009).
Menurut Davison (2006), terdapat tiga fase dalam proses
terjadinya stres. Pada fase pertama, yaitu reaksi alarm, sistem saraf
otonom diaktifkan oleh stres. Jika stresor terlalu kuat, terjadi luka
pada saluran pencernaan, kelenjar adrenalin membesar, dan timus
menjadi lemah. Pada fase kedua, resistensi, organisme beradaptasi
10
dengan stres melalui berbagai mekanisme. Jika stresor menetap atau
organisme tidak mampu merespons secara elektif, maka terjadilah
fase ketiga, yaitu suatu tahap kelelahan yang amat sangat dan
organisme akan mati atau mengalami kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki.
Terjadinya stres dapat dijelaskan melalui teori biologis dan
teori psikologis. Menurut teori biologis, stres terjadi akibat lemahnya
organ tertentu. Contohnya, sistem pernafasan yang lemah sejak lahir
dapat memicu seseorang menderita asma dan menjadi stres
karenanya. Teori biologis yang lebih mutakhir menjelaskan bahwa
stres terjadi akibat ketidakseimbangan hormon-hormon di dalam
tubuh. Tubuh yang menderita stres akan mengalami peningkatan
jumlah kortisol dan mengalami penurunan sistem imun sehingga
mudah terserang penyakit.
Menurut teori psikologis, ancaman fisik akan menciptakan
stres. Namun, manusia menerima lebih lebih dari sekadar ancaman
fisik. Semua persepsi tersebut dapat merangsang aktivitas sistem
simpatik dan sekresi hormon-hormon stres. Namun, emosi-emosi
negatif, seperti kekecewaan, penyesalan, dan kekhawatiran, tidak
dapat dilawan atau diabaikan dengan mudah seperti halnya ancaman
eksternal, dan juga tidak mudah untuk dihilangkan. Emosi negatif
membuat sistem biologis tubuh menjadi tegang dan tubuh selalu
berada dalam kondisi darurat. Kadangkala hal ini berlangsung lebih
lama dari yang dapat kita tanggung. Orang-orang yang selalu menilai
bahwa berbagai pengalaman hidup yang terjadi melebihi
kemampuan mereka sehingga mereka dapat mengalami stres kronik
dan berisiko menderita suatu gangguan psikofisiologis
g. Faktor-faktor Penyebab Stres
1. Faktor Biologis
a) Gen
Keadaan individu pada masa konsepsi dipengaruhi oleh
sikap dan perilaku Ibu. Bagaimana ibu berperilaku ketika

11
sedang hamil, dan asupan gizinya apakah sudah terpenuhi
atau malah defisiensi. Ketika seorang ibu stress, otomatis
bayi yang dikandungnyapun akan ikut stress pula. Dan
kebanyakan hal ini tidak disadari oleh si Ibu sehingga pada
saat melahirkan Ibu malah menyalahkan proses persalinan
ketika anaknya cacat fisik atau cacat mental.
b) Penyakit
Karena mempunyai penyakit langka, sulit disembuhkan
bahkan tak ada obatnya, seseorang bisa saja mengakhiri
hidupnya pada tali gantungan atau meminum racun.
Penyakit yang membuat seseorang merasa tak berguna dan
tak mungkin sembuh bisa menjadi sebuah stressor.
c) Tidur
Obat capek yang paling manjur adalah tidur. Ketika porsi
tidur seseorang tidak terpenuhi, maka akan terjadi tekanan
dalam diri orang tersebut ditandai dengan sensitivitas yang
lebih tinggi dari biasa, pusing, sulit beradaptasi dengan
lingkungan dan belum menyadari dimana berada. Hal
tersebut akan menimbulkan stress baik pada tingkat ringan
atau tinggi.
d) Postur tubuh
Kebanyakan, stressor ini menyebabkan perempuan ingin
melakukan apa saja untuk mendapatkan postur tubuh yang
diinginkan. Jika tidak terpenuhi, maka akan terjadi konflik
dan tegangan atau stress.
e) Kelelahan
Faktor ini tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu faktor
penyebab stress yang paling utama. Ketika seseorang merasa
kelelahan, maka hal yang ingin segera dipenuhi adalah
beristirahat. Ketika keinginannya tidak terpenuhi maka akan
terjadi tegangan dan menimbulkan efek yang berbahaya.
2. Faktor Psikologis

12
a) Frustasi
Sudah sangat jelas bahwasannya frustasi adalah penyebab
seseorang mengalami stress. Ketika seseorang kecewa
dengan apa yang dia dapatkan, atau gagal dalam meraih apa
yang diinginkan maka banyak kemungkinan, orang itu akan
mengalami frustasi. Frustasi ditandai dengan menurunnya
semangat hidup.
b) Perasaan dan Emosi
Marah, mudah tersinggung, merasa tidak nyaman, merasa
tidak aman, sedih, merasa bersalah dan lain-lain adalah
contoh perasaan dan emosi yang dapat menimbulkan stress.
c) Pengalaman Hidup
Perpisahan dengan orang yang dicintai adalah stressor dari
psikologis yang paling banyak mempengaruhi tingkat
kesadaran sesorang. Segala hal yang terjadi dalam
kehidupan seseorang yang tidak sesuai dengan yang
diinginkan biasanya akan menimbulkan stress.
d) Keputusan Perilaku
Salah mengambil keputusan membuat orang merasa takut
dan tak mau lagi menjalani hidupnya. Salah pengambilan
keputusan ini menjadi salah satu faktor dari segi psikologis
yang dapat menyebabkan seseorang terkena stress.
3. Faktor Sosial
a) Keluarga
Faktor yang menyebabkan stress dari keluarga misalnya
adalah terjadi kesalahan pada pola asuh yang diberikan,
broken home, keadaan sosial ekonomi yang tidak sesuai
harapan serta adanya tradisi juga filsafat keluarga yang
dianggap tidak sejalan dengan filsafat individu.
b) Lingkungan
Peristiwa alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan
longsor secara langsung akan membuat seseorang

13
mempunyai tegangan tinggi dalam dirinya, apalagi orang
tersebut menjadi korban bencana tersebut. Gaya hidup yang
modern juga membuat orang mudah terkena stress.
h. Interaksi antara stres dengan sistem Imun
Stresor pertama kali ditampung oleh panca indera dan diteruskan ke
pusat emosi yang terletak di sistem saraf pusat. Dari sini, stres akan
dialirkan ke organ tubuh melalui saraf otonom. Organ yang antara
lain dialiri stres adalah kelenjar hormon dan terjadi lah perubahan
keseimbangan hormon, yang selanjutnya akan menimbulkan
perubahan fungsional berbagai organ target. Beberapa peneliti
membuktikan stres telah menyebabkan perubahan neurotransmitter
neurohormonal melalui berbagai aksis seperti HPA (Hypothalamic-
Pituitary Adrenal Axis), HPT (Hypothalamic-Pituitary-Thyroid
Axis) dan HPO (Hypothalamic-Pituitary-Ovarial Axis). HPA
merupakan teori mekanisme yang paling banyak diteliti (5,16,17)
Kemudian ACTH mengaktifkan proses biosintesis dan melepaskan
glukokortikoid dari korteks adrenal kortison pada roden dan kortisol
pada primata. Steroid tersebut memiliki banyak fungsi yang
diperantarai reseptor penting yang mempengaruhi ekspresi gen dan
regulasi tubuh secara umum serta menyiapkan energi dan perubahan
metabolik yang diperlukan organisme untuk proses coping terhadap
stressor (3,6,18,19)
Pada kondisi stres, aksis LHPA meningkat dan glukokortikoid
disekresikan walaupun kemudian kadarnya kembali normal melalui
mekanisme umpan balik negatif. Peningkatan glukokortikoid
umumnya disertai penurunan kadar androgen dan estrogen. Karena
glukokortikoid dan steroid gonadal melawan efek fungsi imun, stres
pertama akan menyebabkan baik imunodepresi (melalui
peningkatan kadar glukokortikoid) maupun imunostimulasi (dengan
menurunkan kadar steoid gonadal). Karena rasio estrogen androgen
berubah maka stres menyebabkan efek yang berbeda pada wanita
dibanding pria. Pada penelitian binatang percobaan, stres

14
menstimulasi respon imun pada betina tetapi justru menghambat
respon tersebut pada jantan. Suatu penelitian menggunakan 63 tikus
menunjukkan kadar testosteron serum meningkat bermakna dan
berahi betina terhadap pejantan menurun.
Selain kenaikan kadar ACTH, beta endorfin, enkefalin dan
katekolamin di peredaran darah juga terjadi penekanan aktifitas sel
NK saat stres. Blalock (1981) melaporkan bahwa limfosit yang
mengalami infeksi virus dapat menghasilkan hormon imunoreaktif
(ir), antara lain irACTH, ir endorfin, irTSH dan limfokin yang
sangat mirip dengan hormon sejenis yang dihasilkan di luar limfosit.
Limfosit B dan limfosit T yang merupakan sel efektor respon imun
diketahui mempunyai reseptor opioid yang berbeda, sehingga
pengaturan kualitas maupun kuantitas opioid ini dapat mengatur
respon imun. Pengaruh stres terhadap sistem imun adalah akibat
pelepasan neuropeptida dan adanya reseptor neuropeptida pada
limfosit B dan limfosit T. Kecocokan neuropeptida dan reseptornya
akan menyebabkan stres dapat mempengaruhi kualitas sistem imun
seseorang (5,9).
Beberapa penelitian imunologis menunjukkan stres menyebabkan
penurunan respon limfoproliferatif terhadap mitogen (PHA, Con-
A), aktifitas sel natural killer (NK) turun dan produksi interferon
gama (IFN-) turun (4,5,19,22)
Glaser etal melaporkan adanya penurunan aktifitas Natural Killer
Cell (sel NK) dan produksi Interferon Gamma (IFN-)
pada mahasiswa kedokteran yang sedang menjalani ujian.
Dilaporkan juga bahwa pada mahasiswa yang mengalami stres pada
saat menjalani ujian terjadi penurunan IL-2R mRNA (1992);
sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres akibat
masalah akademis dapat memodulasi interaksi sel
imunokompeten (4,5,16,25).
Penelitian Uchakin dkk. (2003) pada 15 pelari maraton pria
menunjukkan peningkatan signifikan granulosit, sel MID, dan

15
limfopenia beberapa saat setelah maraton. Sekresi IL-2 dan
interferonturun pada 0 dan 1 jam setelah lari sedangkan sekresi
TNF-turun pada 0 jam dan tetap rendah setelah 5 hari. Sekresi IL-6
turun pada 24 dan 48 jam dan konsentrasi ACTH, kortisol, endorfin
dan GH mencapai puncak pada 0 dan 1 jam (23).
Lebih menarik lagi adalah pengaruh stres (eksperimental) terhadap
organ atau jaringan tubuh tertentu. Contohnya pemberian syok
elektris (electric footshock) intensitas rendah akan meningkatkan
produksi antibodi saluran pernafasan tikus. Mekanismenya adalah
melalui proses hambatan makrofag alveolar yang bersifat
supresif (21)

i. Komplikasi stress
1. Tekanan darah tinggi dan serangan jantung.
2. Sakit mental, hysteria.
3. Gangguan makan seperti hilang nafsu makan atau terlalu banyak
makan.
4. Tidak bisa tidur (insomnia).
5. Migren/kepala pusing.
6. Sakit maag.
7. Serangan asma yang tambah berat.
8. Ruam kulit.

j. Pemeriksaan Diagnostik

Modalitas dignostik adalah macam-macam pemeriksaan


diagnostik yang disediakan untuk mendeteksi fungsi otak.
Modalitas diagnostik ini sangat diperlukan untuk kegiatan
diagnosis dini, rujukan dini serta skrining. Selain itu modalitas
diagnostik juga membantu tenaga kesehatan dalam
mengembangkan kemampuan untuk memastikan gejala sedini
mungkin.

16
Beberapa prosedur diagnostik yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Elektroensefalogram (EEG)

Elektroensefalogram (EEG) digunakan untuk mengukur


aktivitas elektrik otak, mengidentifikasi disritmia, asimetris
atau penekanan irama otak. EEG juga digunakan untuk
mendiagnosis epilepsi, neoplasma, stroke, penyakit degeneratif
dan metabolisme.
2. Computerized EEG Maping

Computerized EEG Maping digunakan mengukur aktivitas


otak.
3. Computerized Axial Tomography (CT Scan)

CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk


mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang
tengkorak dan otak, mengukur struktur otak untuk mendeteksi
lesi, abses, daerah infark atau aneurisma. CT Scan juga dapat
mengidentifikasi perbedaan anatomi pasien skizofrenia,
gangguan mental organik, dan gangguan bipolar.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Magnetic Resonance Imaging (MRI) ialah gambaran


pencitraan bagian badan yang diambil dengan menggunakan
daya magnet yang kuat mengelilingi anggota badan tersebut.
Berbeda dengan "CT Scan", MRI tidak menggunakan radiasi
sinar-x dan cocok untuk mendeteksi jaringan lunak, misalnya
kista ataupun tumor yang masih sedikit, tetapi pencitraan
dengan MRI lebih mahal daripada menggunakan CT Scan.
MRI digunakan untuk mengukur anatomi dan status biokimia
otak, mendeteksi edema otak, iskemia, infeksi, neoplasma,
trauma, dan lain-lain.
5. Positron Emission Tomography (PET)

17
Positron Emission Tomography, yang dikenal dengan sebutan
penggambaran PET adalah pemeriksaan diagnostik dengan
cara visualisasi fungsi tubuh menggunakan radioisotop yang
memancarkan positron. Positron adalah partikel tipis yang
diemisikan dari unsur radioaktif mengalir pada pasien, yang
dikembangkan dengan teknik radioaktif untuk menganalisa
berbagai penyakit dalam kedokteran nuklir menggunakan
instrumen tomographic untuk menggambarkan sebagian organ
tubuh dan memfungsikannya dengan menyisipkan radio isotop
ke dalam sistem vaskuler dan kemudian mencari konsentrasi
dari pengusut dalam berbagai organ tubuh. PET digunakan
untuk mengukur fungsi otak secara spesifik, seperti :
metabolisme glukose, penggunaan oksigen, aliran darah, dll.
6. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)

SPECT adalah bagian dari kedokteran nuklir untuk mengukur


aliran darah dan tingkat aktivitas otak pada pasien dengan
gangguan, dan membandingkannya dengan otak normal. sama
dengan PET, tetapi SPECT juga digunakan untuk melihat
kesan dari aktivitas sirkulasi cairan serebrospinalis.

k. Penatalaksanaan
Beberapa petunjuk di bawah ini dapat diamalkan oleh
seseorang agar kekebalan terhadap stress dapat ditingkatkan
sehingga yang bersangkutan tidak jatuh dalam keadaan stress yakni:
1) Makanan
Makan dan minum hendaknya yang halal, serta tidak
berlebihan. Jadwal makan hendaknya teratur dan diusahakan
jangan sampai terlambat. Menu makanan hendaknya
bervariasi, berimbang dan hangat. Sebab, makanan yang dingin
dan monoton dapat menurunkan daya tahan atau kekebalan
tubuh. Jumlah kalori makanan dan minuman hendaknya
sedang dan wajar.
18
2) Tidur
Tidur adalah obat alamiah yang dapat memulihkan segala
keletihan fisik dan mental. Tidur adalah kebutuhan mutlak bagi
kebutuhan mahluk hidup, terutama manusia, oleh karena itu
jadwal tidur hendaknya teratur.
3) Olah Raga
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mental, olah raga
adalah salah satunya.
4) Rokok
Tidak merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi
kesehatan dan ketahanan tubuh.
5) Minuman Keras
Dampak dari minuman keras dapat mengakibatkan gangguan
mental dan perilaku juga penyakit lever yang berlanjut pada
kematian.
6) Berat badan
Orang dengan berat badan berlebihan(keegmukan/obesitas)
atau sebaliknya akan menurunkan daya tahan terhadap stress.
Oleh karena itu berat badan hendaknya seimbang dengan
tinggi badan atau tipe tubuh atletis.
7) Pergaulan
Manusia adalah mahluk sosial, seseorang tidak dapat hidup
sendiri atau menyendiri. Untuk meningkatkan daya tahan dan
kekebalan tubuh terhadap stress, maka orang hendaknya
bergaul, banyak relasi serta perluas pergaulan sosial, atau
dengan kata lain perbanyaklah silaturahmi antar sesame yang
serasi, selaras dan seimbang
8) Agama
Seseorang yang beragama hendaknya jangan sekedar
formalitas belaka, tetapi yang lebih utama mampu menghayati
dan mengamalkan keyakinan agamanya itu, sehingga ia
memperoleh kekuatan dan ketenangan daripadanya.

19
9) Rekreasi
Guna membebaskan diri dari kejenuhan pekerjaan atau
kehidupan yang monoton, maka meluangkan waktu untuk
rekreasi atau mencari hiburan (hiburan yang sehat) amatlah
baik guna memulihkan ketahanan dan kekebalan fisik maupun
mental.

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Perawat dapat mengumpulkan data dengan cara observasi, wawancara,
dan pemeriksaan. Data yang didapat dapat dikelompokkan menjadi :

I. Biodata
II. Data fisiologis

a. Peningkatan tekanan darah

b. Ketegangan otot meningkat

c. Peningkatan denyut nadi dan frekuensi napas

d. Keringat dingin pada telapak tangan

e. Tangan dan kaki dingin

f. Sakit kepala

g. Sakit perut (gangguan pencernaan)

h. Suara nada tinggi dan cepat

i. Nafsu makan berubah

j. Frekuensi miksi (proses pengeluaran urine melalui uretra)


bertambah

k. Sukar tidur atau sering terbangun

l. Dilatasi pupil

m. Gula darah meningkat

III. Data psikososial

a. Cemas dan ragu-ragu

21
b. Depresi

c. Bosan

d. Penggunaan obat dan zat meningkat

e. Pola makan berubah

f. Perubahan pola tidur dan kegiatan

g. Kelelahan mental

h. Perasaan tidak mampu

i. Harga diri kurang dan hilang

j. Mudah tersinggung dan cepat marah

k. Motivasi hilang

l. Menangis

m. Produktivitas dan kualitas kerja menurun

n. Cenderung melakukan kesalahan atau daya nilai buruk

o. Pelupa dan sering blocking

p. Sering melamun

q. Tidak konsentrasi pada tugas

r. Meingkat absen dan sering sakit

s. Minat hilang

B. DIAGNOSA

Dalam menulis diagnosa keperawatan ini kami mengutip dari


beberapa sumber diantaranya adalah Carpenito, Lynda Juall, dan Moyet,
Buku Saku Diagnosis Keperawatan.2012., NANDA International, Diagnosis

22
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. 2012-2014., dan Wilkinson, Judith M.
Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. 2011.

1. Ketidakefektifan koping
2. Ketidakmampuan koping keluarga
3. Penurunan koping kelurga
4. Ansietas
5. Koping Defensif
6. Stress Berlebihan

C. INTERVENSI
Dalam melakukan asuhan keperawatan, kita sebagai perawat wajib
mengetahui diagnosa keperawatan dan tujuan dilakukannya asuhan
keperawatan baru kita dapat menentukan rencana keperawatan yang akan
kita berikan kepada klien.

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Ketidakefektifan koping NOC NIC
Definisi :Ketidak mampuan a. Decision making Decision making
untuk membentuk penilaian b. Role inhasmet a. Menginformasikan
valid tentang stressor, c. Sosial support pasien alternative
ketidak adekuatan pilihan Kriteria hasil atau solusi lain
respon yang dilakukan a. Mengidentifikasi penanganan
dan/atau ketidakmampuan pola koping yang b. Memfasilitasi
untuk menggunakan sumber efektif pasien untuk
daya yang tersedia b. Mengungkapkan membuat
Batasan Karakteristik secara verbal keputusan
a. Perubahan dalam pola tentang koping yang c. Bantu pasien
komunikasi yang efektif mengidentifikasi
biasa c. Mengatakan keuntungan,
b. Penurunan penurunan stress kerugian dan
penggunaan keadaan

23
dukungan sosial Role inhancemet
c. Perilaku destruktif Anticipatory Guidance
terhadap orang lain

2 Ketidakmampuan koping NOC NIC


keluarga a. Family Coping, Coping Enhanchement
Definisi : Perilaku terdekat Disable a. Bantu keluarga
(anggota keluarga atau b. Parenting, Impaired dalam mengenal
orang penting lainnya) yang c. Therapeutic masalah (misalnya
membatasi kapasitas / Regimen penatalaksanaan
kemampuannya dan Management, konflik kekerasan,
kemampuan klien untuk Ineffective kekerasan seksual)
secara efektif menangani d. Violence : Other b. Dorong partisipasi
tugas penting mengenai Directed, Risk for keluarga dalam
adaptasikeduanya terhadap Kriteria hasil : semua pertemuan
masalah kesehatan. a. Hubungan pemberi kelompok
Batasan karakteristik Asuhan pasien : c. Dorong keluarga
a. Pengabaian interaksi dan untuk
b. Agresi hubungan yang memperlihatkan
c. Agitasi positif antara kekhawatiran dan
pemberi dan untuk membantu
penerima asuhan merencanakan
b. Performa pemberi perawatan
asuhan perawatan pascahospitalisas
langsung d. Bantu memotivasi
:penyediaan keluarga untuk
perawatan kesehatan berubah
dan perawatan membantu pasien
personal yang tepat beradaptasi
kepada anggota dengan persepsi
keluarga oleh stressor,perubahan
pemberi perawatan , atau ancaman

24
keluarga yang mengganggu
c. Kesejahteraan pemenuhan
pemberi asuhan : tuntutan dan peran
derajat persepsi hidup
positif mengenai
status kesehatan dan
kondisi kehidupan
pemberi perawatan
primer

3 Penurunan koping NOC NIC


kelurga a. Caregiver Stressors Coping Enhancement
Definisi : Orang terdekat b. Family Coping, a. Dukungan
anggota keluarga yang Disable Pemberi Asuhan :
memberikan dukungan, rasa c. Parenting, Impaired Menyediakan
nyaman, bantuan, atau d. Parental Role, informasi penting,
motivasi tidak adekuat, Conflict advokasi, dan
tidak efektif, atau e. Therapeutic dukungan yang
mengalami penurunan yang Regimen dibutuhkan untuk
mungkin diperlukan oleh Management, memfasilitasi
klien untuk mengelola atau Ineffective perawatan primer
menguasai tugas-tugas Kriteria Hasil : pasien selain dari
adaptif terkait masalah a. Keluarga tidak professional
kesehatan mengalami kesehatan
Batasan karakteristik penurunan koping b. Peningkatan
Obyektif keluarga koping :
a. Orang terdekat b. Hubungan pasien – membantu pasien
mengupayakan perilaku pemberi kesehatan beradaptasi
asistif/ membantu adekuat dengan persepsi
dengan hasil yang tidak c. Kesejahteraan emosi c. Stresor, perubahan
memuaskan pemberi asuhan atau ancaman
b. Orang terdekat kesehatan keluarga yang mengganggu

25
mengupayakan perilaku d. Koping keluarga pemenuhan
suportif/ mendukung meningkat tuntutan dan peran
dengan hasil yang tidak e. Normalisasi keluarga hidup
memuaskan yang meningkat d. Dukungan emosi :
c. Orang terdekat memberikan
menunjukkan perilaku penenangan,
protektif yang tidak penerimaan dan
sesuai dengan dorongan selama
kemampuan klien periode stress
d. Orang terdekat
menunjukkan perilaku
protektif yang tidak
sesuai dengan
kebutuhan otonomi
klien

4 Ansietas NOC NIC


Definisi : Perasaan tidak a. Anxiety self-control Anxiety Reduction
nyaman atau kekawatiran b. Anxiety level (penurunan kecemasan)
yang samar disertai respon c. Coping a. Gunakan
autonom ( sumber sering Kriteria Hasil : pendekatan yang
kali tidak spesifik atau tidak a. Klien mampu menenangkan
diketahui oleh individu ) ; mengidentifikasi dan b. Nyatakan dengan
perasaan takut yang mengungkapkan jelas harapan
disebabkan oleh antisipasi gejala cemas terhadap pelaku
terhadap bahaya. Hal ini b. Mengidentifikasi, pasien
merupakan isyarat mengungkapkan dan c. Jelaskan semua
kewaspadaan yang menunjukkan tehnik prosedur dan apa
memperingatkan individu untuk mengontrol yang dirasakan
akan akan adanya bahaya cemas selama prosedur
dan kemampuan individu c. Vital sign dalam d. Pahami prespektif
untuk bertindak menghadapi batas normal pasien terhadap

26
ancaman d. Postur tubuh, situasi stress
Batasan Karakteristik ekspresi wajah,
a. Perilaku: bahasa tubuh dan
b. Affektif : tingkat aktivitas
c. Fisiologis menunjukkan
d. Simpatik berkurangnya
e. Parasimpatik kecemasan

5 Koping Defensif NOC NIC


Definisi : Keadaan keika Penerimaan: Status Peningkatan Koping,
individu berulangkali Kesehatan, Harga Diri, Dukungan Emosional,
menampilkan evaluasi-diri Keterampilan Interaksi Peningkatan Kesadaran
yang positif namun palsu Sosial Diri, Penatalaksanaan
sebagai bentuk pertahanan Tujuan: Lingkungan,
terhadap ancaman yang Individu akan Mendengar Aktif
dirasakan pada harga diri melaporkan atau Intervensi Umum
yang positif. menunjukkan sikap yang a. Kurangi tuntutan
Batasan Karakteristik kurang defensive pada klien jika tingkat
(NORRIS & KUNES- Indikator stress meningkat
CONELL 1987) a. Mengidentifikasi b. Gunakan sikap
Mayor (80%-100%) respons defensive berdialog yang akan
1) Penyangkala b. Menetapkan tujuan mengurangi sikap
n terhadap yang realistis defensive dan
masalah/kele bersama dengan meningkatkan tindakan
mahan yang pemberi asuhan. yang efektif
nyata c. Bekerja secara
2) Proyeksi efektif untuk
kesalahan/tanggung mencapai tujuan ini.
jawab
3) Rasionalisasi kegagalan
4) Hipersensitivitas

27
6 Stress Berlebihan NOC NIC
Definisi : Keadaan ketika Kesejahteraan, Penurunan ansietas,
seorang individu atau Keyakinan Kesehatan, modifikasi perilaku,
kelompok mengalami Tingkat Ansietas, peningkatan latihan
jumlah dan jenis Koping, Pengetahuan: fisik
permintaan/tuntutan yang Sumber Kesehatan Intervensi
sangat membebani dan Kriteria Hasil : a. Bantu Individu
berlebihan yang a. Mengidentifikasi untuk menilai stressor
memerlukan tindakan. stressor yang dapat mereka saat ini sebagai
Batasan Karakteristik dikendalikan dan stressor ekstrinsik
a. Fisiologis yang tidak dapat (tidak dapat dikontrol)
b. Emosional dikendalikan atau intrinsic (sebagian
c. Kognitif b. Mengidentifikasi dapat dikontrol)
d. Perilaku satu perilaku untuk b. Ajarkan individu
mengurangi atau cara mengatasi siklus
menghilangkan, guna stresnya dalam sebuah
meningkatkan kemacetan lalu lintas
keberhasilan dan cara mengatasi
penatalaksanaan peningkatan denyut
stress jantung dan frekuensi
pernapasan serta
perasaan marah yang
kuat (Edelman &
Mandle 2006)
c. Minta Individu
untuk mendaftar satu
atau dua perubahan
yang ia inginkan pada
minggu berikutnya
d. Jika terjadi
gangguan tidur, lihat
gangguan pola tidur

28
e. Jika kebutuhan
spiritual yang
diidentifikasi kurang,
lihat diagnosis distress
spiritual

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
(Setiadi :2012)

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien.( Potter & Perry.2009)

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stress merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan atau
tertekan baik secara fisik maupun psikis yang mengganggu individu sebagai
akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan individu dengan
tuntutan lingkungan yang ada dan individu merasakannya sebagai suatu
gangguan psikologis yang meliputi perasaan tertekan, ketegangan dan
kecemasan yang muncul sebagai reaksi adanya rasa terancam.
Koping merupakan cara-cara yang digunakan oleh individu untuk
menghadapi situasi yang menekan. Oleh karena itu meskipun koping menjadi
bagian dari penyesuaian diri, namun koping merupakan istilah yang khusus
digunakan untuk menunjukkan reaksi individu ketika menghadapi tekanan
atau stres.

B. Saran
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis berharap bagi yang membaca makalah ini
bisa memberikan masukan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, Dadang. Prof. Dr. dr. H. “Manajemen Stress Cemas Dan Depresi”, BP.
FKUI, Ed. I, Cetakan IV, 2004.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25526/5/Chapter%20I.pdf
(Diakses pada tanggal 10 November 2015)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21565/4/Chapter%20II.pdf
(Diakses pada tanggal 10 November 2015)

31

Anda mungkin juga menyukai