Anda di halaman 1dari 1

Farmakokinetika

Farmakokinetika dapat di definisikan sebagai setiap proses yang dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu
absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Farmakokinetika menghubungkan antara dosis dan
jalur pemberian, dan kadar obat di dalam darah terhadap waktu. Dalam perkembangannya, ketika
orang mulai menyadari adanya berbagai variasi yang mungkin timbul selama proses ADME, dengan
berpedoman terhadap profil kadar obat di dalam darah terhadap waktu akibat pemberian suatu
dosis, efek farmakologi suatu obat dapat diprediksi dengan lebih mudah dan akurat. Oleh karenanya
di dalam farmakokinetika klinik, peran therapeutic drug monitoring (TDM) yaitu memantau kadar
obat dalam darah pasien selama proses farmakoterapi berlangsung, sangat penting untuk
keberhasilan terapi dan sekaligus mengurangi efek yang tidak diinginkan. Alasannya ialah, dengan
memantau kadar obat dalam darah sesudah pemberian dosis tertentu, akan diketahui apakah kadar
obat telah berada di dalam kisaran terapeutik (Shargel dkk, 2005).

Farmakokinetika juga diterapkan untuk pemantauan obat terapeutik (TDM) untuk obat-obat yang
sangat poten, seperti obat -obat dengan rentang terapeutik sempit, untuk mengoptimalkan
kemajuan dan mencegah berbagai toksisitas yang merugikan (Shargel dkk, 2012).

Aplikasi konsep farmakokinetik klinis merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya efek toksik, meminimalkan efek samping obat, serta
mengoptimalkan terapi. Pemahaman prinsip farmakokinetika yang mencakup proses absorpsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat di dalam tubuh dan parameter-parameternya. Perubahan
nilai parameter farmakokinetika akibat kondisi klinik pasien, keberadaan obat lain serta metabolit
perlu dipahami agar dapat digunakan untuk merancang regimen dosis rasional (Nasiution, 2015).

Adapun beberapa parameter-parameter farmakokinetika, yaitu :

a. Klirens kreatinin, untuk melihat fungsi ginjal pasien, bila terjadi peningkatan klirens kreatinin
menunjukkan gangguan pada fungsi ginjal.
b. Konstanta laju eliminasi menunjukkan laju penurunan kadar obat setelah proses-proses
kinetik mencapai keseimbangan, nilai ini menggambarkan proses eliminasi.
c. Volume distribusi adalah volume kadar obat dalam darah.
d. Kadar tunak maksimum (Cssmaks) kadar maksimum obat di dalam darah pada keadaan
tunak (steady-state), setelah obat diberikan berulang (multiple dosing)
e. Kadar tunak minimum (Cssmin) kadar minimum obat di dalam darah pada keadaan tunak
(steady-state), setelah diberikan berulang (multiple dosing)
f. Klirens menunjukkan volume darah atau plasma yang dibersihkan dari obat secara sempurna
dalam periode tertentu. Atau kemampuan tubuh mengeluarkan obat dari darah atau plasma.
g. Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan oleh jumlah total obat di dalam tubuh atau
konsentrasi obat di dalam plasma untuk berkurang sebanyak setengahnya

Anda mungkin juga menyukai