Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT dan segala puji syukur hanya bagi-Nya Tuhan semesta alam yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam penyusunan makalah Pendidikan Agama Islam ini.
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Maksud penyusunan makalah ini adalah sebagai syarat memenuhi tugas Pendidikan Agama
Islam.Makalah ini juga menguraikan beberapa materi mengenai Sistem Politik dalam Islam dan juga
untuk mempermudah pemahaman kepada kita semua, khususnya mahasiswa Universitas Negeri
Gorontalo.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyampaikan terimakasih kepada yang turut serta
membantu dalam penyelasaian makalah ini baik moril maupun materil. Kepada para orangtua dari kami
yang telah memberi support dan motivasi untuk pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami sampaikan
terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami, kepada teman-
teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada para mahasiswa dari hasil makalah ini.Karena itu
kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama, bermanfaat
bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusunmakalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah
ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..........

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..…..

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….

Latar belakang ………………………………………………………………..

Rumusan masalah …………………………………………………………….

Tujuan ………………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................

Pengertian sistem politik islam …….…………………………………….....…

Asas-asas politik islam ..…………… ………………….. ….

Nilai-nilai dasar sistem politik dalam al-qur’an …………………………….......

Prinsip-prinsip Hukum Antar Agama atau Hukum Internasional ….….. ….…

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN………………………………………………………………...

B. SARAN……………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Di setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda.Namun, Islam memiliki aturan politik yang
bisa membuat negara itu adil.Dalam Al-Qur’an memang aturan politik tidak disebutkan, tetapi sistem
politik pada jaman Rasullullah SAW sangatlah baik.Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang
mendorong masyarakatnya menjalankan syari’at Islam.

Indonesia adalah salah satu negara Islam terbesar di dunia, namun bila dikatakan negara Islam, dalam
prakteknya islam kurang di aplikasikan dalam sistem pemerintahan baik itu politik maupun
demokrasinya. Hal itu berpengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia di Indonesia,
terutama pada sistem yang berlaku dalam pemerintahan Indonesia. Contoh kecil adalah banyaknya
pelaku korupsi yang dikarenakan kurang transparannya pemerintahan di indonesia. Hal tersebut di atas
membuat penulis membahas tentang sistem politik dalam islam.

Disini kita akan membahas tentang peranan agama Islam dalam perkembangan politik di dunia saat ini,
dengan mengkaji berbagai informasi berdasarkan Al-Qur’an, Al Hadits dan sejarah sistem politik di masa
Rasulullah SAW.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat kami rumuskan beberapa permasalahan, yaitu :

1. Apa pengertian sistem politik Islam?

2. Apa asas-asas yang digunakan di politik islam ?

3. Bagaimana nilai-nilai dasar sistem politik dalam Al-Qur’an?

4. Bagaimna Prinsip-prinsip Hukum Antar Agama atau Hukum Internasional?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian dari Sistem Politik Islam.


2. Mengetahui asas-asas yang digunakan dipolitik islam.

3. Mengetahui nilai-nilai dasar politik islam dalam al-qur’an

4. Mengetahui Prinsip-prinsip Hukum Antar Agama atau Hukum Internasional

Bab 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN POLITIK ISLAM

Kata sistem berasal dari bahasa asing (Inggris), yaitu system, artinya perangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas atau susunan yang teratur dengan pandangan,
teori, dan asas. Sedangkan kata politik pada mulanya berasal dari bahasa Yunani atau Latin, politicos
atau politicus, yang berarti relating to citizen. Keduanya berasal dari kata polis, yang berati kota. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata politik diartikan sebagai “segala urusan dan tindakan (kebijakan,
siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan”. Kata Islam, adalah agama yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah
SWT. Sedangkan secara harfiyah, Politik Islam disebut juga Fiqh Siyasah yang dapat diartikan sebgai
mengurus, mengendali atau memimpin sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“ Adapun Bani Israel dipimpin oleh Nabi mereka “

Fiqh siyasah dalam konteks terjemahan diartikan sebagai materi yang membahas mengenai
ketatanegaraan dalam Islam (Sistem Politik).Dengan demikian, sistem politik Islam adalah sebuah aturan
tentang pemerintahan yang berdasarkan nilai-nilai Islam.

Islam memang memberikan landasan kehidupan umat manusia secara lengkap, termasuk di dalamnya
kehidupan politik. Tetapi Islam tidak menentukan secara konkrit bentuk kekuasaan politik seperti apa
yang diajarkan dalam Islam. Itulah sebabnya, kemudian terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat
Islam dalam merumuskan sistem politik Islam. Dalam bahasa Arab politik disebut siyasah, sehingga
dalam keislaman politik diidentik dengan kata tersebut.secara etimologis siyasah artinya
mengatur,aturan dan keteraturan.Fiqih siyasah adalah hukum islam yang mengatur sistem kekuasaan
dan pemerintahan. Dalam islam, negara didirikan atas prinsip-prinsip tertentu yang ditetapkan Al-qur'an
dan Sunnah Nabi Muhammad S.A.W. Adapun prinsip-prinsip pemerintahan islam adalah :

1. Bahwa seluruh kekuasaan di alam semesta ada pada Allah karena Ia yang menciptakannya.
Maka,hanya Allah yang harus ditaati, orang dapat ditaati

bila Allah memerintahkannya.


2. Bahwa Hukum Islam ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur'an dan Sunnah

Nabi, sedangkan Sunnah Nabi merupakan penjelasan otoratif tentang al-qur’an

Dalam kamus bahasa Arab modern, kata politik biasanya di terjemahkan dengan kata siyasah.Kata ini
terambil dari akar kata sasa-yasusu, yang biasa diartikan mengemudi, mengendalikan, mengatur, dan
sebagainya. Dari akar kata yang sama, ditemukan kata sus, yang berarti penuh kuman, kutu atau rusak,
sementara dalam al-Qur’an tidak ditemukan kata yang terbentuk dari akar kata sasa-yasusu, namun ini
bukan berarti bahwa al-Qur’an tidak menguraikan masalah sosial politik.

Banyak ulama ahli Al-Qur’an yang menyusun karya ilmiah dalam bidang politik dengan menggunakan al-
Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai rujukan, bahkan Ibnu Taimiyah (1263-1328) menamai salah satu karya
ilmiahnya dengan al-Siyasah al-Syar’iyah (Politik Keagamaan).Uraian al-Qur’an tentang politik secara
sepintas dapat ditemukan pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang hukum.Kata ini pada mulanya
berarti “menghalangi atau melarang dalam rangka perbaikan”. Dari akar kata yang sama, terbentuk kata
hikmah, yang pada mulanya berarti kendali. Makna ini sejalan dengan asal makna kata sasa-yasusu-sais-
siyasah, yang berarti mengemudi, mengendalikan, pengendali dan cara pengendalian (M. Quraish
Shihab, Wawasan al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Berbagai Persoalan Umat, 1997 : 417).

Kata siyasah,sebagaimana dikemukakan diatas, diartikan dengan politik, dan juga sebagaimana terbaca,
sama dengan kata hikmat. Disisi lain, terdapat persamaan makna antara kata hikmah dan politik.
Sementara ulama mengartikan hikmah sebagai kebijaksanaaan, atau kemampuan menangani suatu
masalah, sehingga mendatangkan manfaat atau menghindarkan madharat. Dengan demikian, sistem
politik Islam adalah suatu konsepsi yang berisikan antara lain ketentuan-ketentuan tentang siapa
sumber kekuasaan Negara,: siapa pelaksana kekuasan tersebut, apa dasar, dan bagaimana cara untuk
menentukan kepada siapa kewenangan melaksanakan kekuasaan itu diberikan, kepada siapa pelaksana
kekuasaan itu bertanggung jawab, dan bagaimana bentuk tanggung jawab berdasarkan nilai-nilai agama
Islam (sesuai dengan ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an, Hadist dan Ijtihad).

Umat islam berbeda pendapat tentang kedudukan politik dlam syari’at islam. Pendapat pertama
menyatakan bahwa islam adalah suatu agama yang sempurnah dan lengkap dengan pengaturan bagi
segalah aspek kehidupan manusia termasuk kehidupan bernegara. Didalamnya juga terdapat antara lain
sistem ketatanegaraan atau politik. Dalam bahasa lain, sistem politik atau juga disebut fikih siasah
merupakan bagian integral dari ajaran islam. Lebih jauh kelompok ini berpendapat bahwa sistem
ketatanegaraan yang harus diteladani adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh nabi Muhammad
S.A.W. Dan oleh para khulafah al-rasyidin yaitu sistem khalifah.

Kedua, kelompok yang berpenditrian bahwa islam adalah agama yang berpendirian barat. Artinya
agama tidak ada hubunganhya dengan urusan kenegaraan. Menurut aliran ini nabi muhammad
hanyalah seorang rasul seperti rasul-rasul lain yang bertugas menyampaikan risalah tuhan kepada
segenap alam. Nabi tidak ditugaskan untuk mendirikan dan memimpin suatu negara.
Aliran ketiga menolak bahwa islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat didalamnya segalah
sistem kehidupan termasuk sistem ketatanegaraan, tetapi juga menolak bahwa islam sebagai
pandangan barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhan. Aliran ini berpendirian bahwa
dalam islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat nilai etika bagi
kehidupan bernegara.

Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun nasution, kepala
agama, juga beliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah yaitu yasrib kemudian menjadi
al-munawwarah sebagai wilayah kekuasaan nabi sekaligus menjadi pusat pemerintahanya dengan
piagam madinah sebagai aturan dasar kenegaraan. Sepeninggalan nabi, kedudukan beliau digantikan
dengan abubakar yang hasil kesepakatan tokoh-tokoh para sahabat,selanjutnya disebut “khalifah” .
sistem “khalifah” ini berlangsung hingga kepemimpinan berada dikekuasaan khalifah terakhir, ali
“karrama allahu wajhahu”. Sistem pemerintahan selepas ali mengambil bentuk kerajaan, meskipun raja-
raja yang menjadi para penguasa menyatakan dirinya sebagai khalifah.

Dalam sistem kerajaan khalifah bukan dipilih secara demokratis melainkan diangkat secara turun-
temurun. Sistem kerajaan ini berlangsung hinggah abad ke-17 saat turki usmani mulai mengalami
kekalahan dari bangsa Eropa. Akhir abad ke -17 hampir semua negara islam masuk dalam penjajahan
barat. Lama penjajahan disatu negara dengan negara lainnya tidak sama. Awal abad ke-19 negara-
negara islam mulai melapaskan diri satu-persatu dari kolonialisme barat. Dan dalam waktu yang
bersamaan muncullah nasionalisme-nasionalisme. Sistem pemerintahan bagi negara yang baru
melepaskan diri dari kolonialisme berbeda-beda. Ada yang muncul mengambil bentuk kerajaan,
keemira, kesultanan, dan ada juga yang muncul dengan bentuk presidensial kabinet atau parlementer
kabinet.

Menurut harun nasution, khalifah (pemerintah) yang timbul sesudah wafatnya nabi muhammad, tidak
mempunyai bentuk kerajan tapi lebih dekat merupakan republik, dalam arti kepalah negara dipilih dan
tidak mempunyai sifat turun temurun.

Secara pragamatis menerima penggabungan dalam arti menganggap tidak ada perbedaan prinsipil
antara sistem khalifa allah dan sistem kerajaan, dan selanjutnya ia menyatakan : kekhilafahan maupun
kerajaan adalah khilafah allah diantara manusia.

B. ASAS-ASAS POLITIK ISLAM

· HAKIMIYAAH ILAHIYYAH

Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi dalam sistem politik
Islam hanyalah hak mutlak Allah. Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti bahwa terasutama kepada sistem
politik Islam ialah tauhid kepada Allah di segi Rububiyyahdan Uluhiyyah.

· RISALAH
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi Adam hingga
kepada Nabi Muhammad saw adalah suatu asas yang penting dalam sistem politik Islam. Melalui
landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah dalam bidang perundangan
dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah
dengan ucapan dan perbuatan.

· KHILAFAH

Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adalah sebagai wakil Allah. Oleh
itu, dengan kekuasaan yang telah diamanahkan ini, maka manusia hendaklah melaksanakan undang-
undang Allah dalam batas yang ditetapkan. Di atas landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau
pemilik tetapi hanyalah khalifah atau wakil Allah yang menjadi Pemilik yang sebenar.

C. NILAI-NILAI DASAR SISTEM POLITIK DALAM AL-QUR’AN

Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utama dan pertama agama Islam mengandung ajaran tentang nilai-
nilai dasar yang harus diaplikasikan dan di implementasikan dalam pengembangan sistem politik Islam.
Nilai-nilai dasar tersebut adalah :

a) Keharusan mewujudkan persatuan dan kesatuan umat.

“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah
Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku.

(Q.S. al-Mukminun: 52)”.

b) Kemestian bemusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyah.

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang
urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Asy Syura : 38)”.

c) Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil.


“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil.Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.( Q.S. an-Nisa: 58)”.

d) Kemestian mentaati Allah dan Rasulullah serta Ulil Amri (pemegang kekuasaan).

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-
Qur'an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An-Nisa: 59)”.

e) Keniscayaan mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat Islam.

“Dan jika dua golongan daripada orang Mukmin berperang, maka damaikanlah antara kedua-duanya.
Maka jika salah satu daripada kedua-duanya berbuat aniaya terhadap yang lain, maka perangilah yang
berbuat aniaya itu sehingga kembali kepada perintah Allah. Maka jika telah kembali, damaikanlah antara
kedua-duanya dengan adil.Dan hendaklah berlaku adil, sesungguhnya Allah menyukai orang yang
berlaku adil”.Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu
damaikan antara keduanya.(Q.S. al-Hujurat:9)”.

f) Keharusan mempertahankan kedaulatan Negara dan larangan melakukan agresi dan invasi.

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, (tetapi) janganlah kalian melampaui
batas, karena sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang melampaui batas.(Q.S. al-Baqarah:
190)”.

g) Kemestian mementingkan perdamaian daripada permusuhan.

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah
kepada Allah.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Anfal 8:61)”.

h) Kemestian meningkatkan kewaspadaan dalam bidang pertahanan dan keamanan.

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda
yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah,
musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah
mengetahuinya.Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup
kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).(Q.S. al-Anfal: 60)”.
i) Keharusan menepati janji.

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai
saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu).Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.(Q.S.
an-Nahl:91)”.

j) Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
taqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(Q.S. al-Hujurat: 13)”

k) Kemestian peredaran harta pada seluruh lapisan masyarakat

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal
dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-
orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya.(Q.S. al-Hasyr: 7)”.

l) keharusan mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan hukum dalam hal:

ü Menyedikitkan beban (taqlil al-takalif)

ü Berangsur-angsur (al-tadaruj)

ü Tidak menyulitkan (adam al-haraj)

D. PRISIP HUKUM ANTAR NEGARA ATAU HUKUM INTERNASIONAL

Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyampaikan ajaran Allah kepada seluruh umat manusia tanpa
dibatasi oleh wilayah, perbedaan ras dan warna kulit, bahasa dan perbedaan-perbedaan lainnya. Setiap
orang di penjuru dunia manapun yang beriman kepada Allah dalam arti menempatkan al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah sebagai acuan, paradigma hidupnya, maka orang tersebut adalah umat Nabi
Muhammad SAW. Begitu juga negara manapun yang melandaskan sistem perundang-undangannya
berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Muhammad SAW, maka negara tersebut adalah negara
Islam. Namun dalam kenyataannya kita juga saling berhubungan dengan negara lain yang harus di jalin
dengan baik dan benar, jadi diperlukan adanya prinsip-prinsip politik luar negeri dalam Islam.

Hukum Islam, di samping mengatur soal-soal agama, juga mengatur persoalan kemasyarakatan.
Maksudnya, hukum Islam, di samping sebagai dasar-dasar peribadatan, berfungsi pula sebagai dasar-
dasar hukum dan akhlak yang mengatur hubungan antara sesama manusia.Bahkan, hukum Islam bukan
hanya meletakkan dasar hubungan dalam arti yang sempit, tetapi mencakup segala aspek hidup dan
kehidupan yang ada.

Hukum Islam menjunjung tinggi huquq al-insaniyyah tanpa mengenal diskriminasi agama, warna kulit,
dan kebangsaan.Selain itu, hukum Islam juga mengakui hak milik pribadi, namun melarang menumpuk
kekayaan, merampas, dan eksploitasi. Dengan kata lain, hukum Islam mengakui hak milik perorangan,
tetapi kepentingan sosial tidak boleh diabaikan.

Dalam sikap yang lebih luas, hukum Islam menyuruh agar seluruh umat manusia yang berlainan asal dan
kebangsaan, warna kulit dan agamanya, menegakkan persaudaraan kemanusiaan secara menyeluruh,
sehingga hubungan manusiawi benar-benar terwujud dalam kehidupan umat manusia.

Itulah sebabnya sehingga hukum Islam mengatur hubungan antara bangsa dan negara, baik di waktu
damai maupun di waktu perang.Bahkan, sampai pada mendirikan badan Internasional yang bertugas
untuk menyelesaikan pertikaian yang terjadi di antara mereka. Apabila ada bangsa dan negara yang
tidak mau tunduk, maka dengan kekuatan badan itu dapat memaksa menyelesaikan pertikaian-
pertikaian yang terjadi, demi tegaknya kebenaran dan terjaminnya keadilan.

Pada garis besar objek pembahasan islam meliputi:

a. Dusturiyah atau Siasah Hukum Tata Negara

Membahas hubungan pemimpin dengan rakyatnya serta industri-industri yang ada di negara itu
sesuai dengan kebutuhan rakyat untuk kemaslahatan dan pemenuhan kebutuhan rakyat itu sendiri,
yang biasanya meliputi :

· Persoalan imamah, hak dan kewajibannya.

· Persoalan rakyat, status, hak, dan kewajiban.

· Persoalan ba’iat.

· Persoalan Waliyatul Ahdi.

· Persoalan perwakilan.

· Persoalan ahlu al-halli wa al-aqdi.

· Wizarah dan pembagiannya.


b. Siasah Dauliyah atau Hukum Internasional dalam Islam.

Dalam ajaran islam, siasah dauliyah (hubungan internasional) dalam islam berdasarkan pada :

1. Kesatuan umat manusia

2. Keadilan (al-‘adalah)

3. Persamaan (al-musa’awa’hukum)

4. Kehormatan manusia (karomah insyaniyyah

5. Toleransi (al-tasa’muh)

6. Kerja sama kemanusiaan

7. Kebebasan, kemerdekaan (al-hurriyyah)

· Kebebasan berfikir

· Kebebasan beragama

· Kebebasan menyatakan pendapat

· Kebebasan menuntut ilmu

· Kebebasan memiliki harta benda

8. Prilaku moral yang baik (al-akhlak al-karimah)

Pembahasan siasah dauliyah dalam islam berorientasi pada permasalahan berikut:

1) Damai adalah asas hubungan Internasional

2) Memperlakukan tawanan perang secara manusiawi.

3) Kewajiban suatu negara terhadap negara lain.

4) Perjanjian-perjanjian Internasional. Dan syarat-syarat mengikuti perjanjian antara lain:

a. Yang melakukan perjanjian memiliki kewenangan.

b. Memiliki kerelaan.

c. Isi perjanjian dan objeknya tidak dilarang oleh agama Islam.

d. Perjanjian penting harus ditulis.

e. Saling memberi dan menerima (take and give).

5) Perjanjian ada yang selamanya (mu’abbad) dan sementara (mu’aqqat).


6) Perjanjian terbuka dan tertutup.

7) Mentaati perjanjian dan

8) siasah dauliyah dan orang asing.

Secara khusus siasah dauliyah membahas hubungan internasional dan berkaisar pada persoalan berikut:

1. Sebab-sebab terjadinya perang

a. perang dalam islam untuk mempertahankan diri

b. perang dalam rangka dakwah

Perang dianggap legal apabila terjadi karena

· mempertahankan diri dari serangan musuh

· perang melindungi hak negara yang syah yang dilanggar oleh suatu negara lainnya tanpa sebab
yang diterima

2. aturan perang dalam siasah dauliyyah

a. dilarang membunuh anak dan wanita

b. dilarang membunuh yang sudah tua apabila ia tidak ikut perang

c. tidak merusak pepohonantidak membunuh hewan ternak

d. dilarang menghancurkan rumah ibadah semua agama

e. bersikap sabar, ikhlas dan berani dalam melakukan peperangan

f. tidak melampaui batas

c. Siasah Maaliyyah.

Hukum yang mengatur tentang pemasukan pengelolaan dan pengeluaran uang milik negara

Yang menjadi pembahasan dalam siasah maaliyyah adalah sekitar:

· Prinsip-prinsip kepemilikan harta.

· Tanggung jawab sosial yang kokoh.

· Zakat, zakat hasil bumi (emas dan perak), ternak dan zakat fitrah.

· Harta karun.

· Kharaj (pajak bumi)


.khataj yaitu punggutan yang dikenakan pada tanah-tanah yang dukuasai oleh kaum muslimin

· Harta peninggalan dari orang yang tidak meninggalkan ahli waris.

· Harta Jizyah

Yaitu punggutan yang diambil dari ahli dzimah pada akhir tahun yang negerinya ditaklukkan melalui
perang

· Ganimah dan fa’i

Ganimah (sesuatu yang diperoleh seseorang melalui usaha atau secara paksa kepada kaum kafir harbi)

Fa’i (kekayaan yang dimiliki orang-orang kafir namun dimiliki kaum muslimin tanpa adanya perang)

· Bea cukai barang import.

· Eksploitasi Sumber Daya Alam yang berwawasan lingkungan.

Bab 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah kami kaji, kami dapat menyimpulkan bahwa definisi politik dari sudut
pandang Islam adalah sebuah aturan tentang pemerintahan yang berdasarkan nilai-nilai Islam. Politik
Islam sama dengan Fiqh Siyasah, Semua sumber politik Islam yang kita pelajari adalah bersumber dari
Al-Qur’an dan Hadist. Dalam fikih siasah disebutkan bahwa garis besar fikih siasah meliputi :

• Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)

• Siasah Dauliyyah (Politik yang mengatur Hubungan antara satu Negara Islam dengan negara Islam
lain atau dengan negara sekuler lainya)

• Siasah Maaliyyah (Sistem Ekonomi Negara)

B. SARAN
Sebaiknya para pemimpin ataupun pemerintah yang ada diIndonesia menggunakan sistem politik Islam
yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist. Insya allah dengan cara ini rakyat Indonesia akan hidup rukun
dan makmur.

DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar mata kiliah pendidikan agama islam. Rujukan utama dosen dan mahasiswa diseluruh periodi
universitas negeri gorontalo. Oleh H. Lukman D. Katili, S.Ag., M.Th.I :UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

http://kamusbahasaindonesia.org/politik/mirip

http://tugasulyakyu.blogspot.com/2012/03/sistem-politik-islam.html

http://www.referensimakalah.com/2013/03/prinsip-prinsip-politik-islam.html
http://studipemikiranquranhadist.wordpress.com/2013/12/25/tafsir-ayat-ayat-al-quran-tentang-
musyawarah/

http://jatisarwoedy.blogspot.com/2011/11/nilai-nilai-dasar-sistem-politik-dalam-Al-Qur’an.html

http://kreatif123.blogspot.com/2013/06/ruang-lingkup-fiqh-siyasah.html

http://cahyodwi-dc.blogspot.com/2011/03/kontribusi-umat-islam-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai