ZAT RADIOAKTIF
DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
XII-IPA 3
SMA NEGERI 8 SAMARINDA
2016/2017
1
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum.wr.wb
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan berkahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berisi tentang Zat Radioaktif.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada guru kami, Bu Endah Winarni,
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah. Kami sadar bahwa makalah ini
memiliki banyak kekurangan maka untuk itu kami memohon maaf apa bila ada kesalahan
penulisan atau sebagainya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk guru dan teman-teman yang
telah membaca makalah ini. Sekian dan terima kasih.
Wassalamua’laikum.wr.wb
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................................................. 3
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 4
C. Tujuan..................................................................................................................... 4
BAB II. Pembahasan
A. Pengertian Zat Radioaktif........................................................................................ 5
B. Sejarah Penemuan Zat Radioaktif........................................................................... 5
C. Jenis-Jenis Sinar Radioaktif.................................................................................... 5
D. Struktur Inti............................................................................................................. 6
E. Transmutasi inti....................................................................................................... 9
F. Reaksi Inti............................................................................................................... 10
G. Energi Nuklir.......................................................................................................... 11
H. Deret Keradioaktifan.............................................................................................. 12
I. Peluruhan Zat Radioaktif........................................................................................ 13
J. Kegunaan dan Dampak Zat Radioaktif.................................................................. 15
K. Latihan Soal........................................................................................................... 19
Kesimpulan.............................................................................................................................. 20
Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan teknologi masa kini dengan adanya radioaktif membawa
perkembangan di dalam berbagai aspek kehidupan. Suatu zat radioaktif (radioactive substance)
dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki sifat untuk mengemisikan radiasi secara
spontan yang mampu berjalan melewati lembaran-lembaran logam dan zat-zat lain yang tak
tembus terhadap cahaya. Radiasi tersebut berlaku dengan cara yang sama seperti pada cahaya
terhadap suatu pelat fotografi, menyebabkan fluoresensi bertanda dalam zat-zat tertentu dan
memberikan konduktivitas listrik pada udara.
Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen tersebut, maka Henry Becquerel pada tahun
1896 bermaksud menyelidik sinar X, tetapi secara kebetulan ia menemukan gejala
keradioaktifan. Pada penelitiannya ia menemukan bahwa garam-garam uranium dapat merusak
film foto meskipun ditutup rapat dengan kertas hitam. Menurut Becquerel, hal ini karena garam-
garam uranium tersebut dapat memancarkan suatu sinar dengan spontan. Peristiwa ini dinamakan
radio aktivitas spontan.
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan zat radioaktif?
Bagaimana sejarah penemuan zat radioaktif?
Apa saja jenis-jenis sinar radioaktif?
Bagaimana struktur inti, transmutasi inti dan reaksi inti dari zat radioaktif?
Apa yang dimaksud dengan energi nuklir?
Apa yang dimaksud deret keradioaktifan?
Apa yang dimaksud peluruhan zat radioaktif?
Apa saja kegunaan dan dampak dari zat radioaktif?
C. Tujuan
Siswa dapat mengetahui pengertian zat radioaktif.
Siswa dapat mengetahui sejarah penemuan zat radioaktif.
Siswa dapat mengetahui jenis-jenis sinar radioaktif.
Siswa dapat mengetahui struktur inti, transmutasi inti dan reaksi inti dari zat radioaktif.
Siswa dapat mengetahui pengertian energi nuklir
Siswa dapat mengetahui deret keradioaktifan.
Siswa dapat mengetahui peluruhan zat radioaktif.
Siswa dapat mengetahui kegunaan dan dampak dari zat radioaktif.
4
BAB II
PEMBAHASAN
a) Sinar Alpa
5
Bermuatan positif
Lambang
Daya pengion tinggi, tetapi daya tembus terhadap suatu materi rendah.
Daya tembus kecil.
b) Sinar Beta
Sinar beta terdiri dari elektron-elektron yang bergerak cepat.
Ditemukan oleh Ernest Rutherford (1871 - 1937) pada tahun 1903.
Bermuatan negatif.
Lambang
Kecepatan mendekati kecepatan cahaya.
Daya tembus lebih besar daripada sinar alfa.
Dapat mengionkan benda-benda yang dilalui.
c) Sinar Gamma
Merupakan gelombang elektromagnetik
Ditemukan oleh Paul Ultich Villard.
Tidak bermuatan listrik, karena itu tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet / listrik.
Daya tembus sangat besar hanya dapat ditahan oleh selapis baja atau beton.
Dapat mengionkan materi yang dilalui, tetapi tidak sekuat sinar alfa atau beta.
D. Struktur Inti
Dalam suatu nuklida tersusun atas nukleon-nukleon, dimana nukleon tersebut merupakan
partikel-partikel penyusun inti atom/nukleus, sedangkan nuklida itu sendiri adalah isotop atom.
Nukleon mengandung dua jenis partikel dasar yaitu proton (bermuatan positif) dan neutron (tidak
bermuatan). Suatu inti atom yang mempunyai jumlah nukleon tertentu disebut nuklida, yaitu
atom tanpa elektron pada kulit-kulitnya. Suatu nuklida dapat dinyatakan dengan lambang unsur
yang dilengkapi nomor massa (jumlah nukleon), sedangkan nomor atom boleh ditulis atau tidak
karena dapat dilihat pada sistem periodik.
a. Penggolongan Nuklida
Isotop adalah nuklida dengan nomor atom sama tetapi nomor massa berbeda.
Isobar adalah nuklida dengan nomor massa sama, tetapi jumlah proton berbeda.
Isoton adalah nuklida dengan jumlah neutron sama.
6
b. Kestabilan Inti
Kestabilan secara kinetika ditinjau berdasarkan kejadian inti meluruh membentuk inti
yang lain, disebut peluruhan radioaktif. Inti atom dikatakan stabil bila komposisi jumlah proton
dan neutronnya sudah ”seimbang” serta tingkat energinya sudah berada pada keadaan dasar.
Jumlah proton dan neutron maupun tingkat energi dari inti-inti yang stabil tidak akan mengalami
perubahan selama tidak ada gangguan dari luar. Sebaliknya, inti atom dikatakan tidak stabil bila
komposisi jumlah proton dan neutronnya “tidak seimbang” atau tingkat energinya tidak berada
pada keadaan dasar. Perlu dicatat bahwa komposisi proton dan neutron yang “seimbang” atau
“tidak seimbang” di atas tidak berarti mempunyai jumlah yang sama ataupun tidak sama. Setiap
inti atom mempunyai “kesetimbangan” yang berbeda.
Untuk mengetahui ciri-ciri inti yang stabil dan inti yang tidak stabil dapat ditinjau dari
perbandingan antarpartikel yang terkandung di dalam inti atom, yaitu perbandingan neutron
terhadap proton (N/Z). Selain nuklida 1H, semua nuklida atom memiliki proton dan neutron.
Suatu nuklida dinyatakan stabil jika memiliki perbandingan neutron terhadap proton lebih besar
atau sama dengan satu (N/Z ≥ 1). Nuklida terdiri dari dua kelompok yaitu:
Nuklida ringan
yaitu nuklida yang memiliki jumlah proton kurang dari 20.
Nuklida berat
yaitu nuklida yang memiliki jumlah proton lebih dari 83. Nuklida ini tidak ada yang
stabil karena adanya gaya tolak menolak antarproton yang sangat kuat.
Pita kestabilan : Grafik antara banyaknya neutron versus
banyaknya proton dalam berbagai isotop yang disebut pita
kestabilan menunjukkan inti-inti yang stabil. Kebanyakan unsur
radioaktif terletak di luar pita ini.
Di atas pita kestabilan.
Untuk mencapai kestabilan: Inti melepas neutron atau
memancarkan sinar beta
Di pojok atas kanan pita kestabilan Z > 83
Untuk mencapai kestabilan : Inti memancarkan partikel alfa
Di bawah pita kestabilan
Untuk mencapai kestabilan : Inti memancarkan positron atau
menangkap elektron
7
c. Jenis-Jenis Radiasi Sinar Radioaktif
o Radiasi Alfa
Partikel alfa (α) didefinisikan sebagai partikel bermuatan positif pada inti helium. Partikel
alfa tersusun atas dua proton dan dua neutron, sehingga dapat dinyatakan sebagai atom Helium-4
(He-4). Partikel alfa (α) merupakan partikel inti Helium yang bermuatan positif (kation dari
unsur Helium, He2+). Akan tetapi, elektron pada dasarnya bebas, mudah untuk lepas dan mudah
pula untuk didapat. Jadi, secara umum, partikel alfa (α) dapat dituliskan tanpa muatan karena
akan dengan cepat mendapatkan 2 elektron dan menjadi atom Helium netral (bukan sebagai ion).
86Rn
222
→ 84Po
218
+ 2He4
o Radiasi Beta
Partikel beta (β) pada dasarnya adalah elektron yang dipancarkan dari inti. Sebagai
contoh, isotop Iodin-131 (I-131) digunakan dalam bidang medis sebagai isotop untuk mendeteksi
dan mengobati kanker kelenjar gondok (tyroid). Isotop tersebut mengalami peluruhan dan
memancarkan partikel beta. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
53I
131
→ 54Xe
131
+ -1e0
o Radiasi Gamma
Radiasi gamma (γ) sangat menyerupai sinar X, yaitu radiasi dengan energi tinggi dan
memiliki panjang gelombang pendek (short wavelength). Radiasi sinar gamma umumnya disertai
dengan pemancaran partikel alfa dan partikel beta. Tetapi, biasanya tidak dinyatakan pada
persamaan reaksi inti yang disetarakan. Contoh reaksi yang terjadi pada Cobalt-60 (Co-60) :
27 Co → 2760Co + γ
60
o Radiasi Positron
Pemancaran positron tidak terjadi pada isotop radioaktif yang meluruh secara alami,
tetapi hal ini terjadi secara alami pada isotop radioaktif buatan manusia. Positron pada dasarnya
merupakan elektron yang memiliki muatan positif. Positron dapat terbentuk bila proton di dalam
inti atom meluruh menjadi neutron. Positron yang terbentuk ini kemudian dipancarkan dari inti
atom.
Proses ini terjadi pada beberapa isotop, seperti isotop Kalium-40 (K-40). Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
19K
40
→ 40
18Ar + +1e
0
8
E. Transmutasi Inti
Reaksi transmutasi inti adalah reaksi penembakan inti atom suatu unsur dengan
menggunakan partikel penembak sehingga terbentuk inti baru yang stabil. Transmutasi inti dapat
dituliskan dalam bentuk notasi singkat : M ( a, b ) M’, dengan:
Suatu reaksi inti harus memenuhi hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan muatan.
Jumlah massa inti sebelum reaksi sama dengan jumlah massa inti setelah reaksi. Jumlah muatan
inti sebelum reaksi sama dengan jumlah muatan inti setelah reaksi.
Jenis reaksi transmutasi inti:
9
Penembakan dengan partikel yang menghasilkan partikel neutron
Penembakan isotop dengan suatu partikel yang menghasilkan neutron dilakukan dengan
Chadwick (1932). Chadwick menembak inti berilium (Be) dengan partikel alfa sehingga
menghasilkan isotop karbon-12. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
9 4 12 1
Be + He → C + n
4 2 6 0
F. Reaksi Inti
Reaksi yang terjadi di inti atom dinamakan reaksi nuklir. Jadi Reaksi nuklir melibatkan
perubahan yang tidak terjadi di kulit elektron terluar tetapi terjadi di inti atom. Reaksi nuklir
memiliki persamaan dan perbedaan dengan reaksi kimia biasa.
10
Matahari adalah salah satu bintang yang merupakan sumber energi bumi. Energi yang
dihasilkan oleh matahari kemudian dipancarkan ke bumi merupakan hasil dari reaksi inti. Reaksi
inti yang terjadi dalam bintang termasuk Matahari merupakan reaksi fusi. Reaksi ini meliputi
beberapa jenis, antara lain daur proton-proton, daur karbon, dan reaksi temperatur tinggi. Reaksi
ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
o Reaksi Fusi Daur Proton-Proton
Terjadi di matahari dan memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:
Reaksi pembentukan deuteron
1H
1
+ 1H1 → 1H2 + 1e0 + energi
Reaksi pembentukan 2He3
1H
1
+ 1H2 → 2He3 + sinar gamma + energi
Reaksi pembentukan inti helium
2He
3
+ 2He3 → 2He4 + 21H1 + energi
G. Energi Nuklir
Energi nuklir adalah suatu energi yang tersimpan dalam atom. Energi ini keluar ketika
terjadi proses dalam reaksi nuklir. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa energi nuklir didapatkan
dari perubahan sejumlah massa inti atom ketika berubah menjadi inti atom yang lain dalam
reaksi nuklir. Contoh-contoh banda-banda yang memiliki energi nuklir diantaranya adalah:
1. Pembangkit listrik tenaga nuklir
2. Awan cendawan karena bom nuklir
Secara umum, energi nuklir ini dapat dihasilkan melalui dua macam mekanisme, yaitu
pembelahan inti atau reaksi fisi dan penggabungan beberapa inti melalui reaksi fusi. Fisi Nuklir
adalah sebuah inti berat yang ditumbuk oleh partikel (misalnya neutron) dapat membelah
menjadi dua inti yang lebih ringan dan beberapa partikel lain. Mekanisme yang semacam ini
disebut pembelahan inti atau fisi nuklir. Contoh reaksi fisi nuklir ini adalah uranium yang
ditumbuk (atau menyerap) neutron lambat yang akan menghasilkan neutron selain dua buah inti
atom yang lebih ringan. Neutron ini mampu menumbuk (diserap) kembali oleh inti uranium
untuk membentuk suatu reaksi fisi berikutnya. Mekanisme ini terus terjadi dalam waktu yang
11
sangat cepat membentuk reaksi berantai tak terkendali. Akibatnya, jika terjadi pelepasan energi
yang besar dalam waktu singkat maka akan sangat membahayakan jiwa manusia. Mekanisme ini
sebenarnya sering terjadi di dalam bom nuklir yang menghasilkan ledakan dahsyat. Jadi, reaksi
fisi dapat membentuk reaksi berantai yang tak terkendali serta memiliki potensi daya ledak
dahsyat dan dapat dibuat dalam bentuk bom nuklir.
Disisi lain pelepasan energi yang dihasilkan melalui reaksi fisi dapat digunakan untuk
hal-hal yang lebih bermanfaat lagi. Oleh sebab itu, reaksi berantai yang terjadi dalam reaksi fisi
ini harus dibuat lebih terkontrol lagi. Dalam mengontrol reaksi fisi ini maka diperlukan sebuah
reaktor nuklir. Reaksi berantai yang terkendali dapat dilakukan dalam reaktor yang terjamin
keamanannya dan energi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lebih berguna
lagi, misalnya untuk penelitian dan untuk membangkitkan listrik.
H. Deret Keradioaktifan
Deret radioaktif merupakan deret nuklida radioaktif. Pada deret ini setiap anggotanya
terbentuk dari hasil peluruhan nuklida sebelumnya. Deret akan berakhir dengan nuklida stabil.
Suatu unsur radioaktif (isotop radioaktif) selalu meluruh sehingga terbentuk unsur yang baru.
Unsur yang terbentuk masih juga bersifat radioaktif sehingga akan meluruh, demikian terus
akan terjadi sehingga akhirnya akan diperoleh hasil akhir terbentuk inti atom yang
stabil/mantap. Dari hasil inti-inti yang terbentuk yang bersifat radioaktif sampai diperoleh inti
atom yang stabil/mantap, ternyata serangkaian inti-inti atom yang terjadi memiliki nomor
massa yang membentuk suatu deret.
Misalnya isotop radioaktif 92U235 meluruh menjadi 90Th231 dengan memancarkan sinar α,
selanjutnya90Th231 meluruh menjadi 91Pa231 dengan memancarkan sinar β. Pemancaran sinar α
dan sinar β ini akan berlangsung terus hingga terbentuk inti atom yang stabil yaitu 82Pb207. Dari
serangkaian hasil-hasil inti selama peluruhan (92U235) sampai terbentuk inti atom yang stabil
(82Pb207) ternyata nomor massa inti yang terbentuk selalu merupakan kelipatan bilangan (4n + 3)
di mana n adalah bilangan bulat. Di mana peluruhan yang diawali oleh inti
induk 92U235 sehingga diperoleh inti atom akhir82Pb207 yang stabil disebut deret radioaktif (4n +
3) yang diberi nama deret Aktinium.
Karena dalam peluruhan radioaktif hanya pemancaran sinar α yang menyebabkan
terjadinya perubahan nomor massa inti, maka unsur radioaktif dalam peluruhannya dapat
digolongkan dalam 4 macam deret yaitu deret Thorium (4n), deret Neptonium (4n + 1), deret
Uranium(4n + 2) dan deret Aktinium (4n + 3). Di mana dari keempat deret tersebut tiga
merupakan deret radioaktif alami dan satu deret merupakan deret radioaktif buatan, yaitu deret
Neptonium.
Empat deret radioaktif alamiah, yaitu deret torium, neptunium, uranium, dan aktinium.
a. Deret Torium
Deret torium dimulai dari inti induk dan berakhir pada inti . Deret ini juga disebut
dengan deret 4n, sebab nomor massanya selalu kelipatan 4.
12
b. Deret Neptunium
Deret neptunium dimulai dari induk dan berakhir pada inti . Deret ini juga disebut deret
(4n +1), karena nomor massanya selalu dapat dinyatakan dalam bentuk 4n +1.
c. Deret Uranium
Deret uranium dimulai dari inti induk dan berakhir pada . Deret ini disebut juga deret
(4n +2), karena nomor massanya selalu dapat dinyatakan dalam bentuk 4n + 2.
d. Deret Aktinium
Deret aktinium dimulai dari inti induk U dan berakhir pada Pb. Deret ini juga disebut
deret (4n +3), sebab nomor massanya selalu dapat dinyatakan dalam bentuk 4n + 3.
I. Peluruhan Radioaktif
Peluruhan adalah perubahan spontan dari satu nuklida induk menjadi satu nuklida anak
yang bersifat radioaktif maupun yang tidak, dengan memancarkan sinar-sinar atau partikel-
partikel radioaktif.
Laju peluruhan
Laju peluruhan adalah seberapa cepat suatu zat radioaktif meluruh. Laju peluruhan
menandakan keaktifan zat radioaktif, dengan berbanding lurus terhadap konstanta dan jumlah
nuklida radioaktif. Rumusnya:
Waktu paruh
13
Berapakah waktu yang diperlukan suatu radioisotop untuk meluruh? Waktu meluruh
setiap radioisotop berbeda-beda, ada yang ribuan tahun, ada juga yang hanya membutuhkan
waktu beberapa detik. Istilah yang biasanya digunakan untuk menyatakan waktu yang diperlukan
suatu radioisotop untuk meluruh adalah waktu paruh. Waktu paruh didefinisikan sebagai waktu
yang dibutuhkan oleh suatu radioisotop untuk meluruh separuhnya. Waktu paruh suatu
radioisotop ditentukan dengan cara mengukur perubahan radiasi dari massa suatu radioisotop
selama periode tertentu. Perhatikanlah Gambar 4. berikut ini yang memperlihatkan waktu
paruh .
Dengan mengetahui waktu paruh suatu radioisotop, kita dapat menentukan massa suatu
radioisotop setelah meluruh selama waktu tertentu. Kita juga dapat menentukan waktu paruh jika
mengetahui massa isotop sebelum dan setelah meluruh serta lama peluruhannya. Berikut ini
rumus yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan yang berkaitan dengan waktu paruh.
Keterangan:
Nt = banyaknya radioisotop yang tersisa setelah meluruh selama t satuan waktu
N0 = banyaknya radioisotop mula-mula
t = lamanya radioisotop meluruh
t= waktu paruh
Umur rata-rata
Umur rata-rata adalah kebalikan dari peluang (hipotesis) untuk meluruh persatuan waktu.
Dengan rumus:
14
Peluruhan inti
Dalam peluruhan inti inilah perhitungan radioaktif yang paling penting karena
menyebabkan perbedaan jumlah partikel sebelum dan sesudah reaksi peluruhan. Berikut rumus
peluruhan inti:
15
Gambar 6. (a) Alat Tomografi Emisi Positron (PET).
Pasien disuntik dengan larutan yang diberi label senyawa
radioaktif yang dengan cepat bergerak ke otak. Inti radioaktif
dalam senyawa tersebut mengemisikan positron. (b) Alat PET
mengukur jumlah emisi positron dan menghasilkan gambar
dari otak secara tiga dimensi.
16
Dalam bidang pertanian, radioisotop dapat digunakan dalam pembuatan bibit unggul,
penentuan waktu pemupukan yang tepat, dan pengendalian hama. Di Indonesia, berbagai
penelitian mengenai penggunaan radioisotop untuk membuat bibit unggul tanaman industri telah
dilakukan. Sejak 1982 hingga sekarang Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN
telah melepas 12 varietas padi unggul, 4 varietas kedelai unggul, dan 1 varietas kacang hijau
unggul.
Radioisotop nitrogen-15 dapat digunakan untuk penentuan waktu pemupukan yang tepat.
Pupuk yang mengandung N-15 dipantau dengan alat pencacah (pengukur radiasi). Ketika
pencacah tidak lagi mendeteksi radiasi, artinya pupuk telah terserap habis. Dari data tersebut
dapat diketahui jangka waktu pemupukan yang sesuai dengan usia tanaman.
Pengendalian hama menggunakan radioisotop dapat dilakukan dengan cara meradiasi sel
kelamin hama jantan sehingga mandul. Kemudian, hama tersebut dilepas kembali. Oleh karena
hama tersebut mandul, hama betina tidak dapat berkembang biak.
17
o 24Na dan 131I, digunakan untuk mengetahui kecepatan aliran air sungai.
o Menyelidiki kebocoran pipa air bawah tanah.
o 14C dan 13C, menentukan umur dan asal air tanah.
Dampak Radiasi
Radiasi yang dihasilkan dari peluruhan radioisotop berbahaya bagi kesehatan manusia.
Radiasi dapat mempercepat pembelahan sel tubuh. Efek radiasi terhadap tubuh manusia ini
dipengaruhi oleh banyaknya radiasi, jenis radiasi, dan lama penyinaran. Semakin banyak dan
semakin lama radiasi yang diterima oleh tubuh, semakin besar pula dampak yang diterima tubuh. Di
antara 3 radiasi alfa, beta, dan gama, radiasi sinar gama yang paling berbahaya. Ini disebabkan oleh
kemampuan sinar gamma yang dapat menembus kulit, sel, tulang, dan tubuh bagian dalam.
Perhatikan Gambar 10.
Untuk menjaga agar penggunaan radioisotop tidak berbahaya, perlu adanya petunjuk
mengenai dosis radiasi yang boleh masuk ke dalam tubuh. Dalam hal ini, para peneliti terus-
menerus melakukan penelitian.
18
dan Nagasaki pada 1945 oleh Amerika Serikat. Pada Perang Dunia II (PD II) tersebut, tentara
Amerika Serikat menjatuhkan bom atom ke dua kota di Jepang. Ribuan orang tewas seketika
hanya dalam hitungan detik. Bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat tersebut dibuat dengan
menggunakan prinsip reaksi berantai yang tidak terkendali.
K. Latihan Soal
Diketahui :
Nt = 2 mg
No = 8 mg
t 1/2 = 20 hari
Jawab:
n=2
19
t = n . t1/2 = 2 x 20 = 40
KESIMPULAN
Zat radioaktif adalah zat yang mengandung inti tidak stabil. Jenis-jenis zat ini dibedakan
menjadi sinar alfa, sinar beta, dan sinar gamma. Banyak kegunaan maupun dampak dari zat
radioaktif. Salah satu kegunaannya yaitu sebagai pendeteksi beberapa gangguan tubuh dalam
bidang kedokteran. Sedangkan dampaknya yaitu menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah
zat radioaktif sebaiknya dikelola sedemikian rupa agar tidak membahayakan makhluk hidup dan
lingkungannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kholis. (2012, 23 November). Kimia Inti. Diperoleh 9 Oktober 2016, dari
http://abdulkholiskimia.blogspot.co.id/2012/11/kimia-inti_23.html?m=1
Sudarmo, Unggul. 2007. KIMIA UNTUK SMA KELAS XII. Surakarta: PHIBETA.
Rahayu, Imam. 2009. Praktis Belajar Kimia untuk Kelas XII Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, p. 194.
21