Anda di halaman 1dari 13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi yang

bertumpu pada asumsi dasar bahwa teks sastra selalu menyajikan peristiwa

kejiwaan manusia. Manusia memiliki pribadi yang cenderung sensitif.

Terutama bagi penderita phobia sosial. Dengan seseorang memiliki gangguan

phobia sosial dalam dirinya, itu akan mengganggu kehidupannya. Akan

membuat dirinya merasa sendiri, tidak memiliki banyak teman, hidup tidak

tenang, penderita phobia sosial ini akan merasa takut jika berbicara di depan

banyak orang. Phobia sosial ini banyak terjadi dikalangan remaja, dimana

seseorang tidak memiliki teman, dimana seseorang tidak bisa bergaul dengan

biasanya, penderita ini akan merasa nyaman sendiri. Memang penderita ini

bisa disembuhkan dengan cara terapi.

Beberapa kriteria pendekatan mengenai phobia sosial berdasarkan

penelitian Amir, Foa, dan Coles megatakan bahwa phobia sosial ada karena

adanya acara sosial eksternal dalam mode yang berlebihan negatif. Jadi phobia

sosial disebabkan oleh adanya acara yang berlebihan yang berhubungan

dengan banyak orang, sehingga hubungan itu mendapat hal yang lebih kearah

negatif.

Beberapa pakar penelitian lainnya memiliki hipotesis tentang phobia

sosial ini yaitu Bruch, Heimburg, Berger & Collins, 1989; Mellings & Alden

2000 berpendapat bahwa seseorang yang menderita phobia sosial akan

menunjukkan perhatian terhadap dirinya sendiri dan akan mengurangi


pergaulannya terhadap sosialisai eksternal dan mereka akan merasa ceman

dalam menghadapi situasi sosial itu.

Jadi phobia sosial ini berdampak dalam diri sendiri, mereka akan takut

untuk bergaul dan berbicara dengan orang yang tidak mereka kenal, ataupun

berbicara di depan banyak orang. Penderita ini akan dengan sendiri

menghindar dari kawasan yang banyak orang dan memilih untuk sendiri.

B. Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif lebih mengutamakan penggunaan logika induktif dimana

kategorisasi dilahirkan dari informasi yang didapatkan dari lapangan atau

orang-orang agar data dapat ditemukan. Sehingga pendekatan kualitatif dalam

melakukan proses verifikasi untuk pengukuran lebih mengutamakan

kedalaman penghayatan antara konsep melalui penggkajian secara empiric.

(Hanum, 2012:33)

Konsep yang digunakan yaitu peneliti ingin melihat seberapa

pengaruhnya phobia sosial terhadap psikologi seseorang.

Berikut penulis akan menyinggung beberapa perbedaan antara cara

penelitian antara Kuantitatif dan Kualitatif :

Tabel 1. “Gaya” Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Somantri 2005)

Kuantitatif Kualitatif
Mengukur fakta-fakta objektif Mengkonstruksikan realitas dan makna kultural
Fokus pada variabel-variabel Fokus pada proses dan peristiwa secara interaktif
Reliabilitas adalah kunci Otentisitas adalah kunci
Bebas nilai Hadirnya nilai secara eksplisit
Bebas dari konteks Dibatasi situasi
Banyak kasus dan subjek Sedikit kasus dan subjek
Analisis statistik Analisis tematik
Peneliti terpisah Peneliti terlibat

Sumber: W. Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and


Quantitative Approaches, (Needham Heights, MA: Allyn& Bacon, 1997), hlm. 14.

R.C. Bogdan dan S.K. Biklen dalam Hanum (2012: 34-35)

mengungkapkan konsep pendekatan kualitatif, mencakup :

1. Latar alamiah sebagai sumber data, dan peneliti sebagai instrument kunci.

Peneliti kualitatif berasumsi bahwa penderita phobia sosial pasti memiliki

faktor yaitu latar belakang phobia sosial itu bisa terjadi didalam diri

seseorang.

2. Bersifat deskriptif ini bermakna semua hal menyangkut objek penelitian

terdiri dari sistem tanda yang berpengaruh dan berkaitan dengan yang lain

dan tidak ada patut diremehkan. Pendeskripsian segala macam system tanda

akan memberikan pemahaman komprehensif terhadap objek penelitian;

3. Pendekatan pada proses atau prosedur dan bukan pada hasil penelitian.

Bentuk dan wujud hasil penelitian sangat ditentukan oleh proses penelitian

itu sendiri sehingga para peneliti yang berhasil harus bekerja keras dan

terlibat secara totalitas dalam proses penelitian agar dapat menyesuaikan

dengan situasi dan kondisi yang berkembang di lapangan;

4. Analisis data cenderung secara induktif dengan merekonstruksi konsep-

konsep secara lebih jelas dalam proses penelitian setelah mengumpulkan

berbagai fenomena dan menyeleksi unsur-unsur berkaitan.

5. Makna adalah sesuatu yag esensial dalam pengungkapan fenomena

penelitian melalui penjaringan perspektif-perspektif secara akurat dan cermat

dari informan-informan sebagai subjek penelitian. Untuk itu, para peneliti


dan memberikan “makna” yang tepat dan benar terhadap segala fenomena

yang ditemukan.

Maka dari konsep pendekatan kualitatif ini peneliti dapat

menggunakan ini sebagai acuan dalam membuat penelitian ini :

1. Latar belakang phobia sosial akan lebih ditekankan, karena itu

merupakan suatu hal yang mendukung topik dari penelitian ini. Faktor

terjadinya atau adanya phobia sosial di dalam diri seseorang.

2. Menjelaskan arti dari phobia itu sendiri.

3. Menganalisis pengaruh phobia sosial bagi psikologis seseorang yang

menderitanya.

4. Cara menyembuhkan phobia sosial.

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan teknis penelitian

kualitatif atau metode kualitatif, karena peneliti menggunakan sumber yang

berasal dari para ahli maupun dari orang-orang atau pendapat yang bersumber

dari lapangan langsung yang merupakan hasil data yang deskriptif.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi yaitu dari 40 orang yang

memiliki phobia sosial akan diambil 10 orang sebagai sampel untuk penelitian

ini.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

sendiri sebagai instrument utama, dan dibantu dengan tabel kerja sebagai

berikut:
Tabel 1

SANGAT BIASA SAJA TIDAK

SAMA

SEKALI

Phobia sosial

mengganggu psikologi

seseorang dalam

kehidupan sehari-

harinya
E. Teknik Pencatatan Data (ambil dari buku-buku)

Teknik pencatatan data atau penyandian dapat dilakukan pada

penelitian, sebagai berikut:

1. Pembacaan transkrip untuk mengindentifikasikan

kemungkinan topic-topik yang muncul. Topic-topik

dapat saja memodifikasi proses pengumpulan data yang

data saja bersamaan dengan penganalisisan data;

2. Membaca berulang-ulang secara kritis transkripsi

kembali sehingga peneliti dapat melakukan “coding” atau

penyandian untuk menghindar kesulitan dalam

menyimpulkan;

3. Penyusunan transkripsi verbatim (kata demi kata)

sehingga tersedia kolom kosong sebelah kiri atau kanan

transripsi untuk pembubuhan sandi-sandi atau catatan-

catatan;

4. Secara urut dan koninyu pembubuhan nomor pada baris-

baris transkrip atau catatan;

5. Hasil penyimakan tu dicatat sebagai data. Dalam data

yang dicatat itu disertakan pula halaman sumber datanya

untuk pengecekan ulang terhadap sumber data ketika

diperlukan dalam rangka analisis data. (Hanum, 2012:

75-76)
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik keabsahan data memiliki empat teknik untuk mencapai

keabsahan data yaitu, kredibilitas, transferabilitas, auditabilitas (dipendabilitas),

konfirmabilitas dan triangulasi (Endraswara 2006). Dalam penelitian ini digunakan

triangulasi karena dengan menggunakan teknik triangulasi penulis bisa

mendapatkan data yang valid, dan bisa membantu bahwa, mencari sumber lain,

dan membuktikan bahwa data yang didapatkan itu benar.

Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan beberapa pengecekkan

yang diperoleh dari sumber lain. Data yang sudah ada akan dilakukan pemilahan

data yang sama dan data yang berbeda untuk analisis lebih lanjut, seperti

melakukan pemilahan data terhadap pengaruh psikologi seseorang dalam

kesehariannya.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Informasi Penelitian

Penelitian ini akan menguraikan beberapa permasalahan mengenai :

1. Karakteristik seseorang yang memiliki phobia sosial

2. Penanganan atau perawatan untuk seseorang yang terkena phobia

sosial

3. Dampak yang akan terjadi untuk penderita phobia sosial

B. Deskripsi temuan penelitian

Seseorang yang memiliki phobia sosial memiliki karakteristik yang

muncul dari dirinya sendiri, yang bisa dilihat atau dinilai dari orang lain

seperti hal yang mungkin paling terlihat yaitu mereka senang untuk sendiri,

memilih menjauh dari kumpulan banyak orang, minder, dan adanya

perasaan atau ekspresi takut untuk atau saat mereka berkomunikasi dengan

orang lain disekitarnya. Ada hal lainnya juga seperti penderita phobia sosial

ini memiliki sifat yang mungkin tidak terlalu terlihat ole banyak orang

disaat dia ketakutan menghadapi banyak orang atau disaat penderita sedang

berbicara sendiri untuk orang banyak, penderita ini akan bisa mengalami

keringat dingin, jantung yang berdebar seperti ketakutan, tangan yang

keringatan, dan bisa saja penderita menangis karena ketakutan. Inilah hal-

hal yang dialami oleh penderita phobia sosial.

Banyak dikenal pengobatan atau perawatan untuk penderita phobia

sosial ini seperti pergi ke dokter psikolog untuk mendapatkan terapi. Terapi

yang rutin akan membantu para penderita ini bisa sembuh atau mengurangi
rasa ketakutannya terhadap orang-orang sekitarnya. Mungkin ada obat, obat

yang dapat membantu diri penderita disaat mereka ketakutan menjadi

merasa tenang.

Phobia sosial tentu ada yang mengganggu ada juga sebagian yang

memang mereka nyaman dengan kehidupan sendirinya mereka, dunia

mereka sendiri, tidak ingin ada teman ataupun orang lain. Bagi penderita ini

akan menyebabkan mereka menjadi di asingkan, menjadi bahan omongan,

bahan ejekan karena sifat bagi penderita ini terlihat aneh oleh orang-orang

disekitar mereka. Adapun sebagian penderita ini merasa sedih karena

mereka menjadi seseorang yang takut akan kehidupan sosial, ada juga yang

bisa menjadi depresi, tekanan batin untuk diri mereka sendiri.

C. Analisis temuan penelitian

Pengaruh phobia sosial dalam kehidupan kesehariannya

SANGAT BIASA SAJA TIDAK

SAMA

SEKALI

Phobia sosial mengganggu



psikologi seseorang dalam

kehidupan sehari-harinya 


Phobia sosial

mengganggu psikologi

seseorang dalam

kehidupan sehari- 

harinya

Dari data yang didapatkan perbandingan antara pengaruhnya terhadap

kehidupan sehari-hari bagi penderita phobia sosial 50:50 yaitu sangat mengganggu

dan biasa saja. Dari wawancara atau penelitian yang dilakukan penulis

mendapatkan alasan yaitu dari orang-orang yang berpendapat sangat menganggu

karena penderita ini sebenarnya ingin juga memiliki teman dan ingin berani untuk

berbicara dengan orang banyak disekitarnya ataupun tidak menyendiri, dan karena

mereka memiliki phobia ini penderita menjadi terganggu, menjadi bahan

pemikiran mereka sendiri karena mereka tidak tahu apa yang harus mereka

perbuat, dan penderita ini bisa merasa tertekan setiap harinya mereka, setiap

mereka melihat banyak orang yang memiliki teman yang tidak sendirian. Untuk
data yang didapatkan berpendapat biasa saja, tidak terlalu mengganggu memiliki

alasan bahwa penderita ini mungkin memang memiliki trauma, sehingga penderita

akan lebih nyaman sendiri karena mereka tidak mau mengambil resiko yang akan

menyebabkan diri mereka bahaya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa dampak bagi penderita

sosial bisa saja membahayakan dirinya atau jiwa atau psikologis seseorang itu

karena didapatkan bahwa ada penderita yang tidak menginginkan diri mereka

seperti itu, tapi penderita ini takut untuk merubah dirinya dan menghilangkan

phobia ini karena dia tidak tahu apa yang harus dia perbuat, dan akan

menyebabkan dirinya merasa tertekan karena harus merasa berpikir sendiri

dan mencari solusi sendiri. Ada sebagian penderita juga yang merasa nyaman

dengan apa yang ada dalam dirinya yaitu phobia ini, penderita ini memang

merasa takut dengan banyak orang tapi mereka akan merasa nyaman untuk

tidak mengambil resiko yang dapat membahayakan diri mereka dengan

mendekatkan dirinya dengan orang banyak. Phobia sosial memiliki perawatan

seperti melakukan terapi yang rutin dan konsultasi kepada ahli psikolog atau

counselor.

B. Saran

Phobia sosial mungkin dikenal hal yang biasa, karena dalam kehidupan

ini kita memang sadar bahwa banyak sekali orang atau bahkan teman yang ada

di lingkungan kita terlihat sendirian dan seperti memiliki phobia sosial ini.

Penulis menyarankan bahwa bagi penderita sosial harus dibawa atau di tangani

oleh para ahli seperti ahli psikolog untuk mendapatkan solusi yang tepat dalam

kehidupannya. Dan penulis juga menyarankan untuk pembaca agar tidak

memperlakukan penderita phobia sosial ini dengan tidak benar sebagai bahan

ejekan, atau bullying.

Anda mungkin juga menyukai