Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA TERAPAN

PERCOBAAN IV
“HIPERLIPIDEMIA”

HARI/TANGGAL : JUMAT, 20 APRIL 2018


NAMA : MAHARANI YUDHIESTIA RODINGAN
NIM : O1A1 15 167
KELOMPOK :
KELAS :B
ASISTEN :

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN
Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami cara melakukan skrining resep pasien
hiperlipidemiakondisi khusus.
2. Untuk mengetahui dan memahami cara perhitungan dosis dan bahan dalam resep
pasien hiperlipidemia kondisi khusus .
3. Untuk mengetahui dan memahami cara pelayanan informasi obat dan konseling
pasien hiperlipidemia kondisi khusus.

B. LANDASAN TEORI
Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah sumber utama mortalitas dan
morbiditas secara global dengan dislipidemia berkontribusi banyak terhadap
atherosclerosis untuk pertumbuhan ekonomi dan gaya hidup menetap yang
berkelanjutan, lebih banyak orang menderita aterosklerotik penyakit kardiovaskular
dengan evolusi industrialisasi dan urbanisasi, morbiditas dan mortalitas penyakit
seperti itu meningkat sangat. Peneliti menetapkan fakta yang rendah lipoprotein
kolesterol (LDL-C) secara lahiriah penting untuk penyakit kardiovaskular sementara
high-density lipoprotein kolesterol (HDL-C) melindungi dari penyakit-penyakit ini
(Iffat dkk., 2017).
Hiperlipidemia merupakan kondisi dimana kadar kolesterol dan atau
trigliserida dalam darah meningkat di atas batas normal, hal ini merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya aterosklerosis dan penyakit arteri koroner dan dapat
berkembang menjadi penyakit jantung dan pembuluh darah Hiperlipidemia ditandai
dengan terjadinya peningkatan kadar lipid darah (lemak atau senyawa sejenis lemak),
utamanya kolesterol dan trigliserida. Hiperlipidemia umumnya tidak menunjukkan
gejala klinis yang spesifik, namun hiperlipidemia berat dan kronis pada beberapa
kasus ditandai dengan mun-culnya xanthoma, yaitu deposit lemak berupa benjolan
atau nodul berwarna kekuningan pada kulit, di daerah mata, atau daerah
muskuloskeletal (misalnya di siku lengan) (Balgis dan Binar, 2013).
Kebiasaan pola makan modern yang tinggi kolesterol dengan intensitas
makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta
aktivitas yang kurang membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan
dapat menimbulkan hiperlipidemia. Hiperlipidemia dikenal juga dengan
dislipoproteinemia atau gangguan pada lipoprotein karena lipid berikatan dengan
protein sebagai mekanisme transport dalam darah (Oktomaliaputri dkk., 2016).
Metode Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) merupakan bagian strategi
penatalaksanaan non farmakologi hiperlipidemia. Dalam metode ini pengaturan pola
makan, seperti mengurangi kalori dari lemak dan karbohidrat, menambah serat alami,
pengaturan pola hidup seperti latihan/olah raga rutin, dan berhenti merokok dapat
memperbaiki kadar kolesterol (Suhadi dkk., 2010).
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya penyakit
jantung koroner (PJK), 1,2 dan di dunia prevalensinya cenderung meningkat terutama
di kalangan usia lanjut dan perempuan pasca menopause. Dislipidemia adalah kondisi
dimana kadar lipid darah di luar batas kadar normal. Dislipidemia dapat dibagi atas 4
klasifikasi berdasarkan tinggi rendahnya nilai lipoprotein dan serum lipid, yakni (1)
hiperkolesterolemia, dimana LDL dan kolesterol total (TC) tinggi; (2) hiperlipidemia,
dimana LDL, VLDL, TC dan trigliserida (TG) tinggi; (3) hipertrigliseridemia,
dimana VLDL, TG tinggi, dan HDL-kolesterol rendah atau normal; (4) HDL-
kolesterol rendah, dimana HDL rendah, TC normal, dan TG normal atau tingg
(Gitawati, R. dkk., 2015).
Kondisi hiperlipidemia sering dijumpai pada penderita diabetes mellitus
(DM). Kondisi hiperlipidemia pada DM mengakibatkan terjadinya aterosklerosis,
yaitu terbentuknya plak di dinding aorta dan koronaria yang mempersempit lumen
serta mengurangi elastisitas pembuluh darah. Menyempitnya lumen pembuluh darah
mengakibatkan terhambatnya aliran darah dan sebagai penyebab penyakit jantung
koroner (PJK). Hiperlipidemia merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan kadar
lipid dalam plasma meliputi peningkatan trigliserida dan kolesteroltotal, peningkatan
LDL (Low Density Lipoprotein)dan penurunan HDL (High Density Lipoprotein).
Hasil penelitian menunjukkan, peningkatan kadarkolesterol total dan LDL yang
disertai penurunan HDL akan menyebabkan penimbunan lemak pada lapisan-lapisan
pembuluh darah yang berdampak pada terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis yang
terjadi pada arteri koroner akan memberikan manifestasi klinis berupa penyakit
jantung iskemik yang merupakan salah satu penyebab kematian utama tidak hanya di
negara-negara maju melainkan juga di berbagai negara berkembang,seperti Indonesia.
Survei yang dilakukan pada13 kota besar di Indonesia membuktikan bahwa
hiperlipidemia merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK) (Pradana, D.
A. dkk., 2016).
Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian. Banyak faktor risiko
seperti merokok, kurang olahraga dan konsumsi lemak yang tinggi diet bertanggung
jawab untuk menyebabkan penyakit jantung. Mayoritas faktor risiko yang terlibat
dalam penyebab penyakit aterosklerotik langsung atau tidak langsung karena
gangguan di metabolisme lipid dan lipoprotein. Bukti dari studi baik pada hewan dan
manusia menunjukkan perkembangan itu dapat diperlambat jika meningkat
konsentrasi serum aterogenik lipoprotein dan trigliserida berkurang, yang pada
gilirannya mencegah penyakit jantung koroner. Diet tinggi fruktosa menginduksi
resistensi insulin (IR) pada tikus, hamster dan anjing. Peneliti telah menghasilkan IR
dengan pemberian fruktosa di air minum (5-10%) atau dengan memberi makan diet
fruktosa yang berkontribusi lebih dari 50% dari total kalori. Tikus berkembang
menjadi IR, hiperlipidemia, dan hipertensi sedini 2 minggu inisiasi diet fruktosa 5.
Perubahan lipid dilaporkan termasuk peningkatan tingkat total kolesterol (TC),
trigliserida (TG), lemak bebas asam (FFA), kolesterol lipoprotein densitas rendah
(LDL-C) dan penurunan tingkat kepadatan tinggi lipoprotein cholesterol (HDL-C)
(Borate dkk., 2011).
Modifikasi diet, aktivitas fisik teratur, berhenti merokok, dan pengurangan
berat badan harus dicoba sebagai pengobatan awal, terutama di kasus ringan
hiperlipidemia dan pada orang tanpa PJK atau PJK risiko setara dan <2 faktor risiko.
Harus diingat itu saat diet, asupan kolesterol berkurang. Pada waktu bersamaan,
produksi kolesterol, terutama oleh hati, meningkat, sehingga direkomendasikan
bahwa asupan harus dibatasi hingga 25% -35% dari asupan energi dan asam lemak
jenuh membentuk kurang dari 7% dari asupan energi dan asupan kolesterol harus
kurang dari 200 mg harian. Asupan ester sterol dan serat larut dianjurkan. Diet sehat
dapat menghasilkan pengurangan kolesterol hingga 10% hingga 15% tingkat darah
(Verma, 2017).
BAB II
PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN
Resep Asli

Dr. Ryan Tedder, Sp. PD


SIP. 123/abc/345/2008
Jl. Gunung Merbabu, No.19D
Telp. 0401-123456
Kendari, 19 April 2018

R/
Simvastatin 40 mg No. XIV
S 0-0-1 p.c
Ezetimibe 10 mg No. XIV
S 0-0-1 p.c
Aspirin 81 mg No. XIV
S 0-0-1 p.c
Metformin 500 mg No. XIV
S 1-0-1 d.c
Allopurinol 300 mg No. XIV
0-0-1 p.c

Pro : Ny. DS
Umur : 32 tahun
Alamat : Jln. Nangka

Pasien merupakan wanita karir berusia 32 tahun bernama Ny. DS dan baru
saja menikah. 3 tahun sebelumnya pasien divonis menderita dislipidemia dan
DM tipe 2. Ia juga memiliki riwayat asam urat. Pasien diberikan simvastatin 40
mg setiap hari, metformin 500 gram dua kali sehari, dan aspirin 81 mg setiap
hari untuk mengontrol penyakitnya. Kerika pasien datang melakukan
pemeriksaan rutin, pasien menyangkal mengalami nyeri otot, kelemahan atau
nyeri . Pasien ingin segera memiliki anak. Menurut hasil pemeriksaan profil
lipid terakhirnya adalah : LDL 86 mg/dL , kolesterol total 192 mg/dL , TG 360
mg/dL dan HDL 34 mg/dL. Nilai GDP 200 mg/dL. Fungsi ginjal dan hati berada
dalam batas normal.

Resep Hasil Skrining

Dr. Ryan Tedder, Sp. PD


SIP. 123/abc/345/2008
Jl. Gunung Merbabu, No.19D
Telp. 0401-123456
Kendari, 16 April 2018

R/
Metformin 500 mg No. XIV
S 1-0-1 d.c

Pro : Ny. DS
Umur : 32 tahun
Alamat : Jln. Nangka
B. PEMBAHASAN
Hiperlipidemia adalah suatu penyakit yang mengakibatkan kadar lemak
(kolesterol, trigliserida, atau keduanya) dalam darah meningka sebagai manivestasi
kelainan metabolisme atau transportasi lemak/lipid. Lipid atau lemak adalah zat yang
kaya akan energi, yang berfungsi sebagai sumber utama dalam proses metabolisme.
Untuk mengetahui adanya gangguan hiperlipidemia dalam diri seseorang
maka perlu dilakukan pengukuran profil lemak darah. Profil lemak darah diperoleh
melalui pengukuran level lipoprotein darah. Lipoprotein terdiri dari trigliserida,
kolesterol, dan phospholipida. Seseorang dapat dikatakan mengalami hiperlipidemia
memiliki lebih dari satu kriteria berikut : peningkatan kolesterol total (TC : Total
Cholesterole), peningkatan low density lipoprotein (LDL), peningkatan trigliserida
(TG), penurunan High density lipoprotein (HDL).
Penyakit jantung koroner berkorelasi langsung dengan level TC dan LDL.
Lebih dari 50% penduduk dewasa Amerika Serikat memiliki total kolesterol darah
lebih dari 200 mg/dL, sehingga hampir 50% pasien penyakit jantung koroner juga
menerima terapi penurunan kolesterol darah. Terapi obat penurun lemak darah telah
terbukti mampu menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler/cerebrovaskuler.
Hiperkolesterolemia menyebabkan faktor-faktor nonlipid seperti kebiasaan
merokok, diabetes melitus, hipertensi, rendah LDL, dan abnormalitas
elektrokardiografi sebagai faktor resiko yang memberatkan terjadinya penyakit
jantung koroner. Penyakit jantung koroner menyebabkan resiko infark miokard
terulang dengan kemungkinan 5 sampai 7 kali lebih besar pada pasien yang pernah
mengalami infark miokard. Level LDL darah merupakan prediktor penting dalam
memprediksi morbiditas/mortalitas seseorang.
Berdasarkan resep yang diberikan beserta kasusnya telah dilakukan perbaikan
resep yang diberikan kepada pasien. Setelah dilakukan skrining resep kelengkapan
administratif dari resep tersebut ternyata lengkap karena semua persyaratan penulisan
resep semua tertera pada resep ini. Berdasarkan skrining resep tentang kelengkapan
administrasi resep dapat diambil kesimpulan bahwa resep tidak perlu dilakukan
perubahan untuk melengkapi administrasinya.
Kesesuaian farmasetis dari obat yang diberikan kebanyakan sudah sesuai .
Namun ada beberapa perubahan yang harus dilakukan berkenaan dengan obat yang
diresepkan. Pada resep sebelum dilakukan skrining diberikan Simvastatin 40 mg ,
ezetimibe 10 mg , aspirin 81 mg, allopurinol 300 mg masing-masing diminum sekali
sehari pada malam hari. Namun ketika dilihat lagi dari kondisi pasien bahwa pasien
baru saja menikah dan sementara program kehamilan, maka obat yang tercantum
dalam resep ini tidak aman untuk pasien . Seperti simvastatin, ezetimibe, aspirin dan
allopurinol karena obat-obat ini kontraindikasinya adalah ibu hamil dan tentunya
tidak aman untuk wanita yang dalam program kehamilan. Jadi disini simvastatin
diganti dengan minyak ikan karena uji klinis telah membuktikan bahwa omega 3
sangat efektif mengurangi kejadian penyakit kardiovaskular (CVD). Minyak ikan
merupakan sumber yang baik dari omega 3 dan karena itu, mengurangi risiko
penyakit jantung dan aritmia jantung. minyak ikan juga menurunkan kadar kolesterol
jahat (LDL), dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL). Minyak ikan mencegah
akumulasi trigliserida dan selanjutnya mengurangi tingkat trigliserida berlebih.
Sedangkan obat ezetimibe tidak dianjurkan jika di kombinasikan dengan obat
golongan statin karena tidak aman untuk wanita yang sedang program kehamilan atau
wanita hamil, jadi ezetimibe juga tidak diberikan ada pasien. Obat selanjutnya adalah
aspirin, jika dilihat lagi dari kasus bahwa pasien tidak mengalami sakit atau nyeri
persendian, nyeri otot dan lemah jadi aspirin tidak diberikan karena selain alasan
tersebut aspirin juga memiliki efek samping untuk program kehamilannya. Obat
allopurinol juga tidak diberikan karena tidak ada keluhan asam urat dari pasien. Jadi
obat yang diberikan hanya metformin 500 mg sebagai obat DM tipe 2 , minyak ikan
dan asam folat.
Terapi non farmakologi yang dapat dijelaskan kepada pasien yaitu dengan
rutin melakukan olah raga paling tidak 3 kali seminggu. Olahraga yang dapat
dilakukan yaitu lari santai, berjalan kaki, senam aerobik dan olahraga ringan lainnya.
Pasien juga perlu mengatur pola dietnya, dimana porsi makanan yang dimakan diatur
sedemikian rupa terutama makanan yang banyak mengandung lemak dan sumber
karohidrat serta mengurangi makan makanan siap saji. Pola makan untuk penderita
diabetes melitus dapat diatur dengan memberikan makanan secara terpisah. pertama
makan makanan mengandung protein, setelah itu makanan mengandung lemak dan
terakhir makanan yang mengandung karbohidrat. Hal ini dilakukan agar pasien cepat
merasa kenyang dan konsumsi glukosanya juga berkurang. Kebutuhan karbohidrat
60-70%, protein 10-15% dan lemak 20-25% dari jumlah total makanan yang dimakan
tiap hari. Pasien juga dapat menyelingi pola pengaturan makannya dengan camilan
rendah kalori atau memakan buah-buahan yang banyak mengandung serat sehingga
dapat memperlancar pencernaan dan membuang kelebihan glukosa dan lemak yang
akan diserap tubuh. Monitoring efek samping yang kemungkinan timbul perlu
dilakukan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Pasien dapat diberitahu jika,
badan terasa pega-pegal, atau mual dan mutah yang sangat mengganggu dapat
menghenikan minum obatnya dan segera menghubungi dokter. Monitoring kepatuhan
pasien minum obat perlu dilakukan agar keberhasilan terapi tercapai. Pasien dapat
diberitahu pentingnya kepatuhan minum obat untuk meringankan dan mengontrol
penyakitnya. Selai itu apoteker sendiri memastikan bahwa pasien meminum obatnya
sesuai aturan pakai yang diberikan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:


1. Skrining resep yang diperuntukan bagi pasien hiperlipidemia kondisi khusus
dengan melihat kelengkapan administratif resep, kesesuaian obat yang diberikan,
dosis, dan cara penggunaan obat.
2. Perhitungan dosis disesuaikan dengan umur dan berat badan pasien serta kondisi
khusus yang mungkin dialami pasien.
3. Pelayanan informasi obat yang dapat dilakukan yaitu menjelaskan manfaat obat,
cara penggunaannya dan kemungkinan efek sampingnya. Konseling yang dapat
dilakukan yaitu dengan memberikan informasi terapi nonfarmakologi dan
pentingnya meminum obat serta pemecahan masalah dari penggunaan obat dan
keluhan penyakit pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Balgis, dan Binar, P., 2013, pengaruh pemberian angkak terhadap kadar kolesterol
total dan trigliseridda pada wanita penderita hiperlipidemia, Journal of
Nutrition College, Vol. 2 (4).

Borate, A. R., Anupama A. S., Smita S. B., Pravin V. M., Pritam A. B., 2011,
Antihyperlipidemic Effect Of Protocatechuic Acid In Fructose Induced
Hyperlipidemia In Rats, International Journal of Pharma and Bio Sciences,
Vol. 2 (4).

Gitawati, R., Lucis, W., dan Frans, S., 2015, Penggunaan jamu pada pasien
hiperlipidemia berdasarkan data rekam medik, di beberapa fasilitas
pelayanan kesehatan di Indonesia, Jurnal Kefarmasian Indonesia, Vol. 5 (1),

Iffat, W., Najia R., Sadia S., Tariq A., Shazia N., Lubna B., Areeb B. T., 2017,
Prevalence Of Dyslipidemia Through Screening Among Karachities,
International Journal of Current Research, Vol. 9 (6).

Oktomalioputri, B., Eryati, D., dan Eva, D., 2016, Pengaruh Lama Pemberian Diet
Tinggi Kolesterol terhadap Kadar LDL dan TGF-B Serum Tikus Putih
(Rattus novergicus) strain wistar, Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 5 (1).

Pradana, D. A., dkk, 2016, Potensi Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol Daun Bayam
Merah (Amaranthus tricolor L.) Terstandar secara in Vivo Berdasarkan
Parameter LDL (Low Density Lipoprotein), Jurnal Sains Farmasi & Klinis ,
Vol. 2 (2).

Suhadi, R., Dewi, M., dan Haryanti V, 2010, perbandingan kadar kolesterol total
subyek karena perbedaan durasi edukasi hidup sehat, Jurnal Penelitian, Vol.
14 (1).

Verma, N., 2017, Introduction To Hyperlipidemia And Its Treatment : A Review,


International Journal of Current Pharmaceutical Research, Vol. 9 (1).

Anda mungkin juga menyukai