Anda di halaman 1dari 14

BAB II

Perencanaan Half Slab

2.1 Perencanaan Tebal Pelat


Pada perhitungan tebal pelat ini mengambil contoh pelat yang telah ditentukan. Dimensi awal
dari pelat adalah 5m x 3m, namun kami memodifikasi untuk pelat lantai 2 berubah dari cor setempat
menjadi sistem precast (half slab) dengan dimensi 2,5m x 3m seperti gambar dibawah ini

Gambar 2. 1 Precast

namun untuk perhitungan tebal pelat, kami menggunakan tebal pelat konvensional yaitu pelat ukuran
5m x 3m:
400 400
𝐿𝑛 = 5000 − ( + ) = 4600 𝑚𝑚
2 2
400 400
𝑆𝑛 = 3000 − ( + ) = 2600𝑚𝑚
2 2
𝐿𝑛 4600
𝛽= = = 1,7 < 2
𝑆𝑛 2600
𝑙 𝑓𝑦 3000 320
ℎ𝑚𝑖𝑛 = (0,4 + )= (0,4 + ) = 128,17𝑚𝑚
20 700 20 700
Sehingga, tebal yang digunakan adalah 150 mm

2.2 Penulangan Pelat Konvensional


Pada analisa perhitungan pelat lantai yang ditinjau adalah pelat pada soal dengan ukuran 5m x 3m
dengan fungsi ruangan sebagai perkantoran.
Data – data perencanaan :
 Tipe pelat : S1
 Bentang pelat sumbu panjang (Ly) : 500 cm
 Bentang pelat sumbu pendek (Lx) : 300 cm
 β : 0,85
 φ : 0,8
 h : 150 mm
 Mutu beton (fc’) : 25 Mpa
 Kuat leleh tulangan lentur (fy) : 320 Mpa
 Kuat leleh tulangan geser (fys) : 320 Mpa

Perhitungan penulangan pelat :

- Tipe pelat
ly 500
lx
= 300
= 1,7 ≤ 2 (Two way slab) Pembebanan pelat

a. Beban Hidup (qL)

Lobby = 479 kg/m²

𝑄𝑙𝑙 = 479 kg/m²

b. Beban Mati (qD)

Berat sendiri plat (t=15 cm) = 360 kg/m²

Spesi (t=2cm) = 42 kg/m

Berat keramik (t=1cm) = 17.2 kg/m

Plumbing = 25 kg/m

Plafond kalsiboard 4.5 = 6.39 kg/m

Mekanikal Elektrikal = 19 kg/m

𝑄𝑑𝑙 = 370 kg/m²

c. Beban Ultimate

U = 1,2 D + 1, 6 L

U = 1243,96 kg/m²

- Momen pada pelat


Perhitungan momen berdasarkan tabel pada PBI 1971 tabel 13.3.2 dengan tipe Momen
pada pelat terjepit penuh
Momen X
𝑀𝑙𝑥 34 0,001*Qu*Mlx2*X 517,91 kg.m
Lapangan
𝑀𝑙𝑦 18 0,001*Qu*Mlx2*X 274,19 kg.m
𝑀𝑇𝑥 73 0,001*Qu*Mlx2*X 1111,9 kg.m
Tumpuan
𝑀𝑇𝑦 57 0,001*Qu*Mlx2*X 868,27 kg.m
Perhitungan :
 Tebal decking : 20 mm
 D tulangan rencana : 10 mm

Tinggi Manfaat :

dx = tpelat – tdecking – (½drencana)


= 150 mm – 20 mm – 5 mm
= 125 mm
dy = tpelat – tdecking – drencana – (½drencana)
= 150 mm – 20 mm – 10 mm – 5 mm
= 115 mm
b = 1000 mm
𝜌min = 0,0014
(SNI 2847-2013.2.1)
0,85 x fc′ x β 600
𝜌b = ( fy
) (600+fy)
0,85 x 30 x 0,85 600
= ( 240
) (600+240)
= 0,064
𝜌max = 0,75 x 𝜌b
= 0,75 x 0,064
= 0,048
fy
m = 0,85 x fc′
240
=
0,85 𝑥 30
= 9,41
 Tulangan Lapangan

- Arah X

Mu = 517,91 kg.m = 5.179.160 N.mm


𝑀𝑢 5.179.160
Mn = = = 6.473.951 N.mm
ᵩ 0,8
𝑀 6.473.951
Rn = b𝑑𝑥𝑛2 = 1000 x 952 = 0,72 N/mm2

1 2.m.Rn
𝜌 = m (1 − √1 − fy
)

1 2.9,41.0,72
= 9,41 (1 − √1 − 240
)

= 0,003

Syarat :

𝜌min ˂ 𝜌 ˂ 𝜌max
0,0014 ˂ 0,003 ˂ 0,048 (Memenuhi)

Asperlu = 𝜌 x b x d

= 0,003 x 1000 x 95

= 374,47 mm2

Syarat spasi antar tulangan :

Smaks ≤ 2h
≤ 2 (150mm)

≤ 300 mm

Dipakai tulangan D-10


¼ .π.d2 b
S=
As

¼ x π x (10 mm)2 x 1000


= 374,47

= 210 mm

Maka, dipakai S = 100 mm

Kontrol jarak tulangan :

Smaks ≥ Stul

300 mm ≥ 100 mm (Memenuhi)

Tulangan yang dipakai D10-100mm


¼ x π x d2 x b
Aspakai = s

¼ x π x (10mm)2 x 1000
=
100

= 785,71 mm2

Syarat luas tulangan :

Aspakai ˃ Asperlu

785,71 mm2 > 374,47 mm2 (Memenuhi)

Jadi, untuk tulangan pelat lantai Lapangan Arah X digunakan D10-100mm.

- Arah Y
Mu = 274,19 kg.m = 2.741.909 N.mm
Mu 2741909
Mn = φ
= 0,8
= 3.427.386 N.mm
M 3427386
Rn = bdyn2 = 1000 x 852 = 0,47 N/mm2

1 2.m.Rn
𝜌 = m (1 − √1 − fy
)

1 2.9,41.0,47
= 9,41 (1 − √1 − 240
)

= 0,002
Syarat :
𝜌min ˂ 𝜌 ˂ 𝜌max
0,0014 ˂ 0,002 ˂ 0,048 (Memenuhi)

Asperlu = 𝜌 x b x d

= 0,0025 x 1000 x 85

= 220,48 mm2

Syarat spasi antar tulangan :

Smaks ≤ 2h

≤ 2 (150mm)

≤ 300 mm

Dipakai tulangan D-10

¼ x π x d2 x b
S=
As

¼ x π x (10 mm)2 x 1000


=
220,48

= 356 mm

Maka, dipakai S = 100 mm

Kontrol jarak tulangan :

Smaks ≥ Stul

300 mm ≥ 100 mm (Memenuhi)

Tulangan yang dipakai D10-100mm

¼ x π x d2 x b
Aspakai = s

¼ x π x (10 mm)2 x 1000


= 100

= 785,71 mm2

Syarat luas tulangan :

Aspakai ˃ Asperlu

785,71 mm2 > 220,48 mm2 (Memenuhi)

Jadi, untuk tulangan pelat lantai Lapangan Arah Y digunakan D10-100mm.


 Tulangan Tumpuan

- Arah X

Mu = 1111,9 kg.m = 11.119.963 N.mm


Mu 11.119.963
Mn = φ
= 0,8
= 13.899.954 N.mm
M 13899954
Rn = bdxn2 = 1000 x 952 = 1,54 N/mm2

1 2.m.Rn
𝜌 = m (1 − √1 − fy
)

1 2.9,41.1,54
= 9,41 (1 − √1 − 240
)

= 0,006
Syarat :

𝜌min ˂ 𝜌 ˂ 𝜌max
0,0014 ˂ 0,006 ˂ 0,048 (Memenuhi)
Asperlu = 𝜌 x b x d

= 0,006 x 1000 x 95

= 629,26 mm2

Syarat spasi antar tulangan :

Smaks ≤ 2h

≤ 2 (120mm)

≤ 240 mm

Dipakai tulangan D-10


¼ x π x d2 x b
S= As

¼ x π x (10 mm)2 x 1000


= 629,26

= 125 mm

Maka, dipakai S = 100 mm

Kontrol jarak tulangan :

Smaks ≥ Stul

240 mm ≥ 100 mm (Memenuhi)

Tulangan yang dipakai D10-100mm


¼ x π x d2 x b
Aspakai = s

¼ x π x (10 mm)2 x 1000


= 100

= 785,71 mm2

Syarat luas tulangan :

Aspakai ˃ Asperlu

785,71 mm2 > 629,26 mm2 (Memenuhi)

Jadi, untuk tulangan pelat lantai Lapangan Arah X digunakan D10-100mm.

- Arah Y
Mu = 868,27 kg.m = 8.682.711 N.mm
Mu 8.682.711
Mn = φ
= 0,8
= 8.172.109 N.mm
M 8.172.109
Rn = bdyn2 = 1000 x 852 = 1,54 N/mm2

1 2.m.Rn
𝜌 = m (1 − √1 − fy
)

1 2.9,41.1,54
= 9,41 (1 − √1 − 240
)

= 0,006
Syarat :

𝜌min ˂ 𝜌 ˂ 𝜌max
0,0014 ˂ 0,006 ˂ 0,024 (Memenuhi)
Asperlu = 𝜌 x b x d

= 0,006 x 1000 x 85

= 548,69 mm2

Syarat spasi antar tulangan :

Smaks ≤ 2h

≤ 2 (150mm)

≤ 300 mm

Dipakai tulangan D-10


¼ 𝑥 π x 𝑑2 x b
S= 𝐴𝑠

¼ x π x (10 mm)2 x 1000


= 548,69

= 143 mm

Maka, dipakai S = 100 mm

Kontrol jarak tulangan :

Smaks ≥ Stul

300 mm ≥ 100 mm (Memenuhi)

Tulangan yang dipakai D10-100mm

¼ x π x d2 x b
Aspakai = s

¼ x π x (10mm)2 x 1000
= 100

= 785,71 mm2

Syarat luas tulangan :

Aspakai ˃ Asperlu

785,71 mm2 > 548,69 mm2 (Memenuhi)

Jadi, untuk tulangan pelat lantai Lapangan Arah X digunakan D10-100mm.

- Kesimpulan Penulangan
Arah X D10-100
Tumpuan
Arah Y D10-100
Arah X D10-100
Lapangan
Arah Y D10-100

 Tulangan Susut
Menurut hasil interpolasi sesuai SNI 03-2847:2013 pasal 7.12.2.1 untuk tulangan mutu
240 Mpa menggunakan rasio tulangan minimum 𝜌susut = 0,0018
Assusut = 𝜌susut x b x tebal pelat
= 0,0018 x 1000 mm x 150 mm
= 216 mm2
Syarat : Smaks ≤ 5h atau Smaks ≤ 450

Smaks = 5 x 150 mm

= 750 mm
Direncanakan menggunakan tulangan Ø 8mm
¼ x π x d2 x b
S= As

¼ x π x (10mm)2 x 1000
=
216

= 363

Syarat : Smaks ≤ 5h atau Smaks ≤ 450

363 ≤ 750 atau 363 ≤ 450 (Memenuhi)

Maka digunakan S = 200 mm

Dipakai tulangan Ø8-200 mm


¼ 𝑥 π x 𝑑2 x b
Aspakai = 𝑠

¼ 𝑥 π x (8𝑚𝑚)2 x 1000
= 200

= 251,2 mm2

Syarat luas tulangan :

Aspakai ˃ Asperlu

251,2 mm2 > 216 mm2 (Memenuhi)

2.3 Tulangan angkat pelat precast


Dalam pemasangan pelat pracetak, pelat akan mengalami pengangkatan sehingga perlu direncanakan
tulangan angkat untuk pelat. Pada tugas akhir ini digunakan empat titik pengangkatan (four point pick
up) sesuai dengan PCI edisi ke 7.

Gambar 2. 2 Jarak tulangan angkat

perencanaan tulangan angkat pada pelat pracetak diketahui sebagai berikut :


a. Gaya akibat pengangkatan akan ditransformasikan kedua
arah horizontal
b. Pada perhitungan beban ultimate ditambahkan koefisien
kejut (k = 1,2) pada saat pengangkatan.
c. Beban yang harus diangkat (W)
𝑊 = 0,08 𝑚 𝑥 3 𝑚 𝑥 2,5 𝑚 𝑥 2400 𝐾𝑔/𝑚3 = 1440 𝐾𝑔
d. Beban ultimate yang bekerja (Qu)
𝑄𝑢 = 1,2 𝑥 (1,2 𝑥 𝑊) + (1,6 x L)
𝑄𝑢 = 1,2 𝑥 (1,2 𝑥 1440 𝐾𝑔) + (1,6 𝑥 0) = 2073,6 𝐾𝑔
e. Faktor sling (F)
𝐹 = 1,16 (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 Ɵ = 60˚ 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑃𝐶𝐼)
Untuk angkur digunakan tulangan baja polos yang dibengkokkan bagian ujungnya seperti yang terlihat
pada sketsa gambar dibawah ini.

Gambar 2. 3 Pengangkuran tulangan angkat

Gaya tarik nominal yang bekerja pada angkur harus memenuhi ketentuan SNI 2847:2013 lampiran D
sebagai berikut :
𝑁𝑛 ≤ 𝑁𝑠𝑎
𝑁𝑠𝑎 = 𝐴𝑠𝑒 𝑥 𝑓𝑢𝑡𝑎
Dimana:
Nn = gaya tarik pada angkur (N)
Nsa = kekuatan baja angkur (N)
n = jumlah angkur
Ase = luas tulangan angkur
futa = kekuatan tarik angkur baja (Mpa)
fy = kekuatan leleh tarik angkur baja (Mpa)

Gaya angkat (4 titik angkat) :


𝑄𝑢 2073,6 𝐾𝑔 (1,16)
𝑁𝑛 = 4
= 4
= 601,34 Kg = 6013,44 N
Tegangan tarik izin baja sesuai PBI pasal 2.2.2
𝑓𝑦 320
𝑓𝑢𝑡𝑎 = = = 213,33 𝑀𝑝𝑎
1.5 1.5
Menurut SNI 2847:2013 pasal D.5.1.2 untuk Futa tidak boleh
melebihi yang paling kecil dari :
𝑓𝑢𝑡𝑎 = 1,9 𝑓𝑦 = 1,9 (320) = 608 𝑀𝑝𝑎
𝑓𝑢𝑡𝑎 = 608 𝑀𝑝𝑎
Jadi digunakan 𝑓𝑢𝑡𝑎 = 213,33 𝑀𝑝𝑎
Penentuan diameter angkur berdasarkan analisa kekuatan baja angkur :
𝑁𝑛 ≤ 𝑁𝑠𝑎
6013,44 𝑁 = 𝐴𝑠𝑒 𝑥 𝑓𝑢𝑡𝑎
𝜋𝑑2
6013,44 𝑁 = 𝑥 213,33
4
6013,44 (4)
𝑑=√ = 5,99 𝑚𝑚 ≈ 10 𝑚𝑚
𝜋 (213,33)
Jadi digunakan diameter tulangan angkat ø10 mm

Penentuan kedalaman angkur berdasarkan analisa kekuatan pecah beton dari angkur terhadap gaya
tarik
2
3 𝑁𝑛
ℎ𝑒𝑓𝑓 = √( )
𝑘𝑐 √𝑓 ′ 𝑐

Dimana :
heff = tinggi efektif atau kedalam angkur (mm)
kc = koefisien untuk kuat jebol (breakout) beton dasar dalam
kondisi tarik (10) untuk cast in anchor
2
3 𝑁𝑛 3 6013,44 2
ℎ𝑒𝑓𝑓 = √( ) = √( ) = 24,69 ≈ 25 𝑚𝑚
𝑘𝑐 √𝑓 ′ 𝑐 10√24
Maka digunakan tulangan angkat :
Ø = 4-10 mm
heff = 25 mm
untuk lebar tulangan angkat dapat dihitung sebagai berikut :
x < 3.heff
x < 3.25 = 75 mm
x = 50 mm
 Kontrol tegangan akibat pengangkatan
Kontrol ini mengacu pada metode pengangkatan pada PCI edisi ke-7, dimana tegangan yang terjadi saat
pengangkatan pelat beton pracetak tidak boleh melebihi modulus kehancuran beton (σ≤ fr)
Diasumsikan pelat pracetak diangkat setelah berumur 3 hari.
Kuat tekan beton saat berumur 3 hari
𝑓 ′ 𝑐𝑖 = 0,4 𝑓 ′ 𝑐 = 0,4(24) = 9,6 𝑀𝑝𝑎
Modulus kehancuran beton saat berumur 3 hari
𝑓𝑟 = 0,62𝜆√𝑓′𝑐𝑖 = 0,62(1)√9,6 = 1,92 𝑀𝑝𝑎 = 19,2 Kg/cm²
Beban pelat saat diangkat
Faktor kejut = 1,2
DL = 2400 Kg/m³ x 0,08 m = 192 Kg/m²
Qu = 276,48 Kg/m²
Momen saat pengangkatan
Mx = 0,0107 x w x a² x b = 0,0107 x 276,48 x 2,5² x 3
= 55,47 Kgm = 5547,43 Kgcm
My = 0,0107 x w x a x b² = 0,0107 x 276,48 x 2,5 x 3²
= 66,56 Kgm = 6656 Kgcm
Gambar 2. 4 Skema pengangkatan pelat pracetak

digunakan model pengangkatan seperti di atas karena menurut PCI, 4 titik angkat masing-masing akan
mengangkat beban dari pelat pracetak.
untuk arah x tegangan ditahan oleh nilai b yang terkecil dari 15t atau b/2.
𝑏 3
𝑏 = = = 1,5 𝑚
2 2
𝑏 = 15𝑡 = 15(0,07) = 1,05 𝑚
Jadi digunakan nilai b = 1,05 m
untuk arah y tegangan ditahan oleh nilai b = a/2.
𝑎 2,5
𝑏= = = 1,25 𝑚
2 2
Momen tahanan arah x dan arah y
1 1
𝑊𝑥 = 𝑥 𝑏 𝑥 𝑡 2 = 𝑥 105 𝑐𝑚 𝑥 72 = 857,50 𝑐𝑚3
6 6
1 1
𝑊𝑦 = 𝑥 𝑏 𝑥 𝑡 2 = 𝑥 125 𝑐𝑚 𝑥 72 = 1020,83 𝑐𝑚3
6 6
Tegangan beton pada komponen pracetak tidak boleh melebihi modulus kehancuran beton,
𝑀𝑥 5547,4𝐾𝑔cm
𝜎𝑥 = = = 6,47 Kg/cm2 ≤ fr (19,2 Kg/cm2)..OK
𝑊𝑥 857,5 𝑐𝑚3
𝑀𝑦 6656 𝐾𝑔𝑐𝑚
𝜎𝑦 = 𝑊𝑦
= 1020,83 𝑐𝑚³
= 6,52 Kg/cm2 ≤ fr (19,2 Kg/cm2 )..OK
Jadi saat pengangkatan digunakan 4 titik angkat

2.3.1 Pemasangan Precast


1. Pemasangan pelat pracetak
Setelah balok induk dapat menumpu beban dari pelat maka kemudian pelat pracetak bisa
dipasang karena pelat pracetak direncanakan menumpu pada balok induk. Terlebih dahulu pelat
pracetak diangkat oleh tower crane
Gambar 2. 5 Pengangkatan pelat pracetak

Kemudian pelat pracetak dipasang di atas balok induk sesuai dengan dimensi pelat yang sudah
ditentukan.

Gambar 2. 6 Pelat pracetak terpasang

2. Pemasangan tulangan overtopping


Setelah semua elemen pracetak terpasang maka selanjutnya dilakukan pemasangan tulangan
overtopping pada pelat dan pemasangan tulangan atas pada balok

Gambar 2. 7 Tulangan overtopping terpasang


2.3.2 Proses pengecoran overtopping
Setelah semua tulangan terpasang, kemudian dilakukan pengecoran pada bagian atas pelat, dan
balok induk yang berfungsi sebagai topping atau penutup bagian atas. Selain itu topping juga berfungsi
untuk merekatkan komponen pelat, balok anak, dan balok induk agar menjadi satu kesatuan (komposit).
Hal ini diperkuat dengan adanya tulangan panjang penyaluran pada masing – masing komponen pelat,
dan balok induk. Topping digunakan setinggi 5 cm.

Gambar 2. 8 Pengecoran overtopping

Anda mungkin juga menyukai