FAULYA NURMALA AROVA-fkik PDF
FAULYA NURMALA AROVA-fkik PDF
SKRIPSI
Oleh:
Agama : Islam
Email : faulya.nurmala@yahoo.com/faulya.arova@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Riwayat Organisasi
v
4. Ketua Divisi Olahraga dan Seni MAU Amanatul Ummah [2007-2008]
vii
Teruntuk Tuhan ku Allah SWT
Alhamdulillah, sujud syukur hamba haturkan padamu Ya Allah atas segala KaruniaMu hingga
hamba mu ini dapat menyelesaikan apa yang telah hamba mulai. Thanks a lot Allah and teruslah
menjagaku, melindungiku, membantuku dan mengabulkan doaku
Teruntuk Ibuku Siti Kunainah dan Bapakku Nurhadi serta Adikku Faisal Fian Azizi
Tiada kata yang bisa mengungkapkan betapa berterima kasihnya anakmu ini atas segala apa
yang telah kalian berikan. Perjuangan untuk selalu membahagiakan dan membanggakan bapak
dan ibu tidak akan pernah selesai hanya disini. Mala hanya mohon doa restu selalu untuk setiap
jalan yang Mala pilih.
Dhek Faisal ku tersayang, Thanks for your word...”Semangat mbak’e...masak segitu ajah
nyerah” Kalimat mu ituh membuatku kembali untuk berjuang.
Teruntuk Sahabat-Sahabat Ku
“Fighters” (Fita, Fitri, Hanik. Etika, Ulvi, Humayra, Dian, Nyonya Dewi, Iqbal, Astuti)
The best Friend I ever had. Kalian selalu memberi semangat ditengah keputus-asaan yang aq
rasakan. Suka duka, perjalanan, cerita dan kenangan kita lalui bersama. Thanks a lot
Guys...We are always Fighters...dimanapun kita tetep Fighters
“Sahabat sejati akan tetap bersama kita ketika kita merasa seisi dunia meninggalkan
kita. Maka rangkullah sahabatmu dengan kedua lenganmu karena mereka adalah
penjagamu.”Keep Fight...Fighters ^_^
viii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Oktober 2013
ABSTRAK
Non comunicable disease atau penyakit tidak menular telah menjadi
persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti kasus
penyakit kronis. Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan salah satu penyakit kronis
yang perkembangannya lambat namun progresif, irreversibel, dan samar dengan
prevalensi yang terus meningkat. Pasien GGK memiliki kompleksifitas masalah
pada kondisi fisik, psikologis, sosial, spiritual dan ekonomi sehingga
membutuhkan self-care management. Orem dalam Teori Self-Care percaya bahwa
setiap individu memiliki kemampuan natural dalam merawat dirinya sendiri (self-
care). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi gambaran self-care
management pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis, hambatan, dan
sumber dukungan yang diterima oleh pasien. Desain penelitian ini adalah
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Total partisipan dalam penelitian ini
adalah 8 orang pasien GGK dewasa yang berumur antara 35-63 tahun dan telah
menjalani hemodialisis selama kurun waktu 6 bulan hingga 7 tahun. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian
menunjukkan 3 tema yang teridentifikasi yakni 1) gambaran self care
management pasien GGK yang menjalani hemodialisis yang meliputi aspek
pemenuhan kebutuhan fisik yakni terkait management nutrisi, pengaturan intake
cairan, regiment pengobatan, perawatan akses vaskuler, dan aktivitas
istirahat/tidur dan olahraga, kondisi psikologis meliputi self efficacy dalam
pelaksanaan self-care management, kepatuhan maupun ketidakpatuhan terhadap
regiment pengobatan, koping maladaptif (putus asa), dan banyak aktifitas, dan
spiritual meliputi kepasrahan terhadap Tuhan, keyakinan akan kesembuhan dari
Tuhan, dan aktifitas ibadah sholat; 2) hambatan dalam pelaksanaannya meliputi
hambatan internal meliputi motivasi diri dalam pengaturan nutrisi, pembatasan
cairan, dan aktifitas dan ekternal yakni ekonomi; dan 3) sumber social support
yang dimiliki pasien berasal dari pasangan (suami/istri), keluarga, dan sesama
pasien yang menjalani hemodialisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa self-
care management penting untuk diperhatikan pasien GGK yang menjalani
hemodialisis sehingga hasil ini dapat digunakan untuk mengembangkan promosi
kesehatan dan edukasi yang komprehensif tentang self-care management sebagai
upaya dalam meningkatkan keterlibatan dan kesadaran pasien dan keluarga
tentang kepatuhan terhadap regiment pengobatan terapeutik mereka.
ix
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
ABSTRACT
Non Comunicable Diseases has become global issue because of
increasing case day by day especially for chronic disease’s case. End Stage Renal
Disease (ESRD) is one of chronic disease that slow in expansion but progressive,
irreversible, vague and the prevalent also increase. ESRD patients have complex
problems in many aspects such as in physical, psychology, social, spiritual, and
economic condition so they need self-care management. Orem in her Self-Care
Theory believe that individual have natural ability for his/her self-care. This study
aims to explore the decription of self care management ESRD patients on
hemodialysis, barriers for do it, and support system resources that patient have.
The study design uses qualitative-phenomenology. Total partisipant in this study
is 8 ESRD patients in the age 35-63 years and have done hemodialysis therapy for
6 month until 7 years. Data was collected by in-depth interviews. Results showed
that 3 themes has identified by researcher as 1) the description of self-care
management for ESRD’s patients on hemodialysis in three aspects as physical
needs such as nutrition management, fluid intake management, medication
treatment, maintenance of vascular access, and sleep and exercise activity,
psychological condition such as self efficacy in the implementation of self-care
management, adherence and nonadherence to implement medication treatment,
maladaptive coping (desperate) and many activities, and spiritual such as
resignation to God, belief in cure from God, and sholat activity; 2) barriers for
implementation as from internal such as self motivation for nutrition management,
fluid retriction, and activity and also external factors such as economic; 3) Social
support resources that ESRD’s patients have as from their partner (husband/wife),
family, and patients on same hemodialysis unit. This research shows that self-care
management is important for ESRD patients on hemodialysis and also could be
used to develop health promotion services and comprehensive education about
self-care management as a effort to increase patient and family involvement and
awareness to adherence with their complex terapeutic medication treatment.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua umat manusia
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah dengan doa, kesungguhan, kerja keras,
dan kesabaran disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung
maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima
1. Prof. Dr (Hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Jakarta.
2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua rogram Studi Ilmu
Keperawatan dan Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, MSN selaku Sekretaris
Hidayatullah Jakarta.
xi
3. Ibu Maftuhah, M.Kep, Ph.D dan Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep, MNS
selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
4. Ibu Tien Gartinah, M.N selaku Dosen Penasehat Akademik peneliti yang
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Staf Pengajar Program Studi Ilmu
pengetahuannya kepada peneliti selama duduk pada bangku kuliah serta staff
akademik Bapak Azib Rosyidi, S.Psi dan Ibu Syamsiyah yang telah
xii
9. Segenap Jajaran Staf Puskesmas Ciputat Timur, Pisangan, dan Benda Baru
yang telah memberikan informasi data pasien GGK di wilayah kerjanya dan
10. Pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis yang menjadi partisipan
dalam penelitian ini atas kerjasama dan segala informasi yang telah
11. Kedua orang tua saya yaitu Nurhadi S.Pd dan Siti Kunainah S.Pd yang
spiritual dalam do’a yang selalu mengiringi setiap langkah peneliti sehingga
12. Adikku Faisal Fian Azizi dengan kata-kata penyemangat, motivasi, dan
13. Sahabat-sahabatku tercinta “Fighters” (Fita, fitri, Etika, mala, dian, Ulfi,
Dewi, mayra, Astuti dan Iqbal) dan teman-teman angkatan 2009 yang
Dengan memohon do’a kepada Allah SWT , penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pembacanya, semua kebaikan yang telah diberikan mendapat
balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah. Amin
xiii
DAFTAR ISI
JUDUL HAL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. v
LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................. viii
ABSTRAK ............................................................................................................... ix
ABSTRACT ............................................................................................................. x
KATA PENGANTAR ............................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiv
DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
1. Identifikasi Masalah .................................................................. 6
2. Pertanyaan Penelitian ................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum............................................................................. 7
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kesehatan ......................................................... 8
2. Bagi Masyarakat ......................................................................... 8
3. Bagi Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan .......................... 9
4. Bagi Peneliti .............................................................................. 9
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 9
xiv
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Gagal Ginjal Kronis ........................................................................ 11
1. Definisi ....................................................................................... 11
2. Klasifikasi .................................................................................. 12
3. Etiologi ....................................................................................... 12
4. Patofisiologi................................................................................ 13
5. Komplikasi ................................................................................ 16
6. Penatalaksanaan.......................................................................... 16
7. Perubahan Yang Terjadi Pada Pasien GGK ............................... 19
B. Teori Self-Care Orem dan Self Efficacy Bandura ........................... 23
1. Teori Self-Care Orem ................................................................ 23
2. Teori Self-Efficacy Bandura ....................................................... 29
C. Nursing Care Plan ......................................................................... 32
D. Penelitian Terkait ............................................................................ 35
E. Kerangka Teori................................................................................ 39
BAB III : KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep ............................................................................ 40
B. Definisi Istilah ................................................................................. 40
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................. 42
B. Partisipan Penelitian ........................................................................ 42
C. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 44
D. Instrumen Penelitian........................................................................ 44
E. Sarana Penelitian ............................................................................. 44
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 45
G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 47
H. Validasi Data .................................................................................. 48
I. Etika Penelitian ............................................................................... 49
BAB V : HASIL PENELITIAN
xv
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ............................................ 52
B. Hasil Penelitian .............................................................................. 53
1. Karakteristik Partisipan ............................................................. 53
2. Hasil Analisa Data ..................................................................... 55
BAB VI : PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 83
1. Gambaran Self-Care Management ............................................ 83
2. Hambatan dalam Self-Care Management................................... 98
3. Sumber Social Support .............................................................. 100
4. Kaitan dengan Nursing Care Plan ............................................ 101
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 105
C. Implikasi untuk Ilmu Keperawatan dan Pelayanan Kesehatan ....... 106
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 108
B. Saran ............................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR BAGAN
xvii
DAFTAR TABEL
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Non Comunicable Disease (NCD) atau penyakit tidak menular telah menjadi
menjadi penyebab kematian utama dan kecacatan di dunia. Tahun 2008, penyakit
dengan waktu yang panjang dan progresifitas yang lambat ini dilaporkan telah
membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahunnya dan 80% atau 29 juta
Kondisi tersebut mendorong WHO membuat suatu strategi The 2008 -2013 Action
Plan for The Global Strategy for The Prevention and Control of Non
pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah tersebut (WHO, 2013). Pada Mei
2012, World Health Assembly juga menyepakati sebuah target global untuk
kematian akibat NCD lebih besar dibandingkan dengan jumlah kematian akibat
terhadap penyakit tidak menular atau NCD seperti jantung, penyakit berkaitan
dengan darah, diabetes melitus, penyakit degeneratif, dan penyakit kronis telah
terkait masalah tersebut dan berupaya mengadopsi strategi global WHO dalam
1
2
perhatian adalah penyakit gagal ginjal kronis (GGK) yang merupakan komplikasi
dari beberapa NCD seperti hipertensi, diabetes melitus, dan juga penyakit renal
lainnya. Etiologi dari GGK menurut US Renal System tahun 2000 menunjukkan
bahwa diabetes melitus dan hipertensi menjadi etiologi dengan prosentase tinggi
yakni 34% dan 21% (US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006).
menunjukkan trend yang penting dimana kadang melambat, kadang naik dan
dapat stabil (USRDS Annual Report, 2012). National Institut of Diabetes Melitus
and Digestif and Kidney Disease (NIDDK) menyebutkan bahwa antara 1980 dan
2009, rata-rata prevalensi GGK di US meningkat mendekati 600%, dari 290 kasus
menjadi 1.738 kasus per juta penduduk. Jumlah kematian pasien GGK juga
menunjukkan kenaikan dari 10.478 pada tahun 1980 menjadi 90.118 pada tahun
Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat penderita GGK yang cukup
bahwa diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yang
terdeteksi menderita GGK tahap akhir dan menjalani hemodialisis hanya sekitar
4-5 ribu saja. Banyak yang telah menjalani terapi dialisis meninggal dunia karena
mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk berobat dan proses dialisis (Fransisca,
diderita oleh satu dari 10 orang dewasa. Indonesian Renal Registry tahun 2008
melaporkan jumlah pasien hemodialisis (cuci darah) mencapai 2260 orang dari
2148 orang pada tahun 2007 (ANTARA, 2009). Dinas Kesehatan (Dinkes)
3
Tangerang Selatan tahun 2012 melaporkan bahwa terdapat 170 pasien GGK di
2009).
yang rusak salah satunya adalah terapi hemodialisis. Terapi ini merupakan
prosedur penyelamatan jiwa yang mahal, tidak asing karena paling sering dijalani
oleh pasien GGK, dan suatu tekhnologi tinggi untuk mengeluarkan zat-zat sisa
metabolisme tubuh dan zat-zat toksin di dalam tubuh melalui membran semi
permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada alat dialiser melalui
proses difusi, osmosis atau ultrafiltrat (Smeltzer, 2001). Lebih dari 70% negara-
kompleks terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, ekonomi, dan spiritual pasien
kelemahan, fatigue, bibir kering dan gatal-gatal pada kulit dapat berpengaruh
terhadap fungsi fisik , mental dan mengganggu aktifitas pasien (Curtin, 2002).
Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap penderita GGK yang
menjalani terapi ini yakni sekitar Rp 550.000 – Rp 1.000.000 setiap terapi juga
menjadi hal yang patut diperhatikan (PELITA, 2013). Umumnya pasien menjalani
terapi secara rutin 2-3 kali dalam seminggu selama 4-5 jam sepanjang hidupnya
menyatakan bahwa biaya untuk cuci darah saja, rata-rata Rp 50-80 juta per tahun,
tergantung rumah sakitnya (Dianing, 2013). GGK merupakan suatu masalah yang
perubahan pada aspek sosialisasi dan fisik pasien dimana pasien mengatakan
jarang keluar rumah karena kondisinya yang lemah. Biaya menjadi masalah yang
berarti buat pasien dan keluarga walaupun terdapat pembiayaan dari pihak lain
yakni Jamkesmas, namun untuk beberapa obat tidak termasuk dalam bantuan
pasien mengatakan sudah mengikuti petunjuk dan saran yang diberikan dokter
Kondisi dari peningkatan biaya pengobatan serta jumlah tenaga edukator yang
tidak cukup juga turut andil menjadi alasan self-care penting ditingkatkan sebagai
upaya meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis, keluarga dan
5
komunitas (Taylor & Renpenning, 2011). Orem percaya bahwa setiap individu
memiliki kemampuan natural dalam merawat dirinya sendiri dan perawat harus
Simmons, 2009).
paling sedikit terkait dengan nutrisi. Penelitian lainnya juga telah melaporkan
bahwa ada hubungan yang langsung dan signifikan antara kemampuan self-care
dengan kualitas hidup, dimensi fisik, psikologis, dan sosial (Heidarzadeh dkk,
2010), terhadap keaktifan dan keefektifan proses perawatan pasien (Curtin &
Mapes, 2001) dan terhadap self efficacy pasien (Bag & Mollaoglu, 2009).
dapat mempengaruhi fluid weight gain (Joanna Briggs Institute, 2011) dan
responden yang menerima self efficacy training merasa lebih percaya diri terhadap
taat dalam pembatasan intake cairan (Tsay, 2003). Teori kognitif sosial Bandura
dalam membuat atau menjalankan tindakan yang ingin mereka capai. Keyakinan
ini juga dapat membantu menentukan sejauh mana usaha yang akan dikerahkan
Tangerang Selatan.
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
yakni dengan transplantasi atau dialisis. Dialisis kemudian menjadi pilihan yang
banyak dijalani oleh pasien. Hal tersebut disebabkan oleh mahal dan sulitnya
menemukan donor ginjal. Terapi tanpa usaha dari diri pasien untuk merawat
dirinya sendiri juga dapat mempercepat keparahan atau penurunan kondisi pasien.
dukungan, informasi sesuai dengan kebutuhan pasien, dan berperan serta dalam
Selatan?”
7
2. Pertanyaan Penelitian
Selatan?
self-care management ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
self-care management.
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Masyarakat
Jakarta
4. Bagi Peneliti
kronis.
Fokus penelitian ini adalah pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan
seseorang yang merawat pasien. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Ginjal merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh manusia.
macam zat-zat sisa metabolisme tubuh selain juga berperan penting dalam
Gagal ginjal kronis (GGK) atau End Stage Renal Disease (ESRD)
sebesar 75-85% dan ketika fungsi ginjal sudah di bawah 25% maka gejala
End Stage Renal Disease (ESRD) atau gagal ginjal tahap akhir terjadi
ketika nilai GFR (Glomerulus Filtration Rate) kurang dari 15 mL/min. Pada
dianjurkan (Smeltzer, 2009). Gagal ginjal terminal terjadi apabila 90% fungsi
11
12
2. Klasifikasi
Tabel 2.1
atau ↑
ringan
sedang
berat
3. Etiologi
Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal
infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan
4. Patofisiologi
penatalaksanaan untuk pasien dengan gagal ginjal kronis dapat dilihat pada
Penatalaksanaan Transplantasi
masalah yang Ginjal
mendasari
Dialisis
Dehidrasi
Kehilangan fungsi
Kehilangan nefron lebih lanjut ekresi renal
↓ Libido
Gangguan sistem
Reproduksi Infertilitas
Kehilangan
fungsi non
ekresi renal
Penyembuhan
luka tertunda
Gangguan sistem imun
Infection
Sodium
Bicarbonat
↓ eksresi ↓ absorpsi
Hiperfosfatemia Hipokalsemia
fosfat kalsium
Hiperparatiroidisme
Agen Pengikat
kalium ↓ eksresi kalium
↑ Kalium
Pembatasan
↓ eksresi kalium
Hiperkalemia
Kalium
Pembatasan
cairan Diuretik Gagal
Hipertensi Jantung Edema
↓ reabsorpsi
natrium dalam Retensi
tubulus Air
Lotions
antikonvulsan Bathing
↑ BUN ↑ Kreatinin
Sistem saraf Cenderung
Perubahan terjadi
syaraf perifer pusat
pendarahan
↓ eksresi
sampah Uremia
nitrogen
5. Komplikasi
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
6. Penatalaksanaan
namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang dibutuhkan
adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi ginjal.
fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses penyakit
melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan) dan
Hawks, 2005)
dan tidak asing bagi pasien GGK karena paling sering dijalani. Terapi ini
tubuh melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan
dialisat pada alat dialiser melalui proses difusi, osmosis atau ultrafiltrat
(Smeltzer, 2001). Terapi untuk gagal ginjal kronis secara lebih lanjut dapat
Indikasi dilakukan dialisis ada dua yakni indikasi klinis dan indikasi
kejang dan lain sebagainya; 2) overhidrasi yang yang tidak bisa diatasi
dengan pemberian diuretik; 3) edema paru akut yang tidak bisa diatasi dengan
cara lain. Sedangkan indikasi biokimiawi meliputi 1) ureum plasma lebih atau
18
sama dengan 150 mg%; 2) kreatinin plasma sama atau lebih dari 10 mg%; 3)
bikarbonat plasma kurang atau sama dengan 12 meq/L (Bakta & Suastika,
1999).
(Rubenstein dkk, 2007). Terdapat lima cara akses ke sirkulasi darah pasien
hipotensi merupakan hasil dari pengeluaran secara cepat dari volume darah
hasil dari darah yang tidak keluar secara lengkap dari dializer, tidak sengaja
terpisah dari tubing darah, ruptur membran dialisis, atau pendarahan setelah
angka kejadiannya telah menurun dan The Centers for Disease Control
Depresi dan gangguan tidur terjadi dengan frekuensi yang lebih pada
yakni 47,8%, insomnia sebesar 60,9%, dan peningkatan resiko sleep apnea
19
(24,6%) pada pasien GGK dan depresi pada caregiver sebesar 31,9% (Rai, et.
al 2001).
rapuh.
Fungsi psikologis
Fungsi spiritual
Perubahan ekspresi spiritual yang terjadi pada pasien GGK yang menjalani
(Farida , 2010).
Psikososial
Perubahan pola interaksi sosial yang terjadi yakni pasien cenderung lebih
dengan jarak yang jauh menjadi terbatas. Interaksi baru juga terjadi dengan
fungsi seksual pada pasien dan gangguan mobilitas atau bepergian sehingga
pasien tidak dapat bepergian lebih dari 3-4 hari (Farida , 2010).
23
Ekonomi
asuransi atau pemerintah), namun informan mengatakan ada biaya lain yang
harus dikeluarkan setiap bulan yakni untuk obat-obatan yang tidak dijamin,
care dalam ilmu keperawatan yang terkenal adalah teori self-care Orem.
Orem dalam hal ini melihat individu sebagai satu kesatuan utuh yang
terdiri dari aspek fisik, psikologis, dan sosial dengan derajat kemampuan
dalam foundational sciences adalah self-care, self care agency, dan human
Teori orem ini dikenal dengan sebagai Self-Care Deficit Theory yang
keperawatan.
dari self care demand , self-care agency dan nursing agency. Sepuluh
2010, Muhlisin & Indarwati, 2010). Jika dilakukan secara efektif, upaya
untuk mengaplikasikan teori self-care Orem ini dimana aplikasi ini akan
sesuai karena penting sekali untuk pasien untuk aktif terlibat dalam
kualitas hidup. Sebagai perawat, kita dapat melakukan hal tersebut dengan
mengganggu kehidupan yang mereka sukai (Curtin & Mapes, 2001). Yang
a) Pembatasan cairan
dipengaruhi oleh ukuran tubuh, volume urin output, apa yang pasien
kontrol gula darah, cuaca, dan self efficacy (kepercayaan diri pasien
mengaturnya.
28
b) Pengaturan diet
dengan tepat sesuai dengan kondisi ginjal serta kecukupan kalori dan
c) Pengobatan
hal terkait dengan obat yang perlu diketahui oleh pasien mengingat
obat, jumlah obat yang diminum, dosisnya, jenisnya, untuk apa saja
d) Akses vaskuler
hal yang tidak boleh dilakukan pada daerah akses vaskuler (lengan
baik.
dokter dan layanan kesehatan (Cutin & Mapes, 2001). Penelitian lain
perlu untuk mereka dan termasuk peraturan yang kaku dimana ketika
apa yang dihendaki oleh pasien serta strategi yang dapat dilakukan
ditetapkan.
Mukhid, 2009).
yang terbaik dalam diri mereka. Keteguhan mereka terhadap hal tersebut
(Mukhid, 2009). Dalam beberapa survey dari self efficacy dalam bidang
31
D. Penelitian Terkait
Tabel 2.4 Penelitian Terkait
Judul Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian
Pengalaman Self-Care Wahyu Hidayati Kualitatif dengan Hasil penelitian menunjukkan baiknya pemahaman informan
Berdasarkan Teori Orem & Kiki Wahyuni pendekatan tentang penyakit ginjal kronik dan hemodialisis melalui pemahaman
pada Pasien Penyakit Ginjal (2012) fenomenologis informan akan pengalaman riwayat dahulu, masalah psikologis yang
Kronik yang Menjalani Jurnal Nursing dialami informan seperti stress dan masalah ketidakberdayaan
dijelaskan.
The Evaluation of Self-Care E. Bağ , & Kuantitatif melalui Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara
and Self-Efficacy in Patients Mollaoğlu M. deskriptif survey self care agency dengan self efficacy pasien gagal ginjal
Undergoing Hemodialysis (2010) kronis yang menjalani HD dimana kenaikan pada self care agency
Clinical Practice pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan, dan frekuensi HD.
Relationship Between M. Heidarzadeh , Kuantitatif cross- Hasil penelitian melaporkan bahwa 78,3% pasien menginginkan
Quality of Life and Self-Care Atashpeikar S., & sectional kemampuan self care. Kemampuan self care yang paling banyak
Ability in Patients Receiving Jalilazar T. diinginkan adalah perawatan akses vaskuler (arteriovenous) dan
Hemodialysis (2012) yang paling sedikit diinginkan yakni terkait nutrisi. Penelitian juga
Iranian Journal of menunjukkan adanya hubungan yang langsung dan signifikan antara
Nursing and kualitas hidup pasien gagal ginjal terminal yang menjalani
Pengalaman Klien Anna Farida Kualitatif dengan Hasil penelitian menunjukkan pengalaman hidup pasien gagal ginjal
Hemodialisa Terhadap (2010) pendekatan kronis yang menjalani hemodialisa terhadap kualitas hidup mereka
Kualitas Hidup Dalam UI Journal fenomenologis didapatkan lima tema yaitu perubahan pemenuhan kebutuhan dasar,
Konteks Asuhan kualitas spiritual yang meningkat, kualitas fisik dan psikologis
Fatmawati Jakarta dukungan sosial. Dari hal tersebut menunjukkan adanya perubahan
Self-Management of Joanna Briggs Randomized Intervensi psikososial seperti intervensi terhadap self-efficacy
Hemodialysis for End Stage Institute Controlled Trials (program training individu terstruktur) efektif dalam mengontrol
Renal Disease (2011) peningkatan berat badan. Partisipasi pada pasien dalam program
grup.
39
Psikologis
Spiritual
Deficit Sosial
ekonomi
Basic
Conditioning Nursing Agency Gagal Ginjal
(Orem,2001) Kronis
Factors
Modifikasi dari Orem (2001) dalam Alligood & Tomey (2010), Black & Hawks (2011), Farida (2010), Bandura (1982)
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
care management pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi
langkah, tindakan ataupun edukasi yang perlu diberikan perawat kepada pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis agar memiliki kualitas dan
kuantitas hidup yang lebih baik. Di bawah ini dijelaskan mengenai kerangka
B. Definisi Istilah
40
41
pasien.
2. Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) atau End Stage Renal Disease (ESRD)
tubuh dan zat-zat toksin di dalam tubuh melalui membran semi permiabel
sebagai pemisah darah dan cairan dialisat dengan alat dialiser, melalui
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
pengalaman yang sama dan tidak pernah berasumsi bahwa peneliti mengetahui
apa makna hal tersebut bagi mereka. Peneliti menghargai adanya pengalaman
B. Partisipan Penelitian
42
43
1. Partisipan Utama
berikut :
consent
2. Partisipan Pendukung
perawatan pasien)
manakala datanya sudah jenuh atau telah terjadi saturasi data dimana data dari
oleh Puskesmas Ciputat Timur, Pisangan, dan Puskesmas Benda Baru. Waktu
penelitian terkait pengumpulan data dilaksanakan mulai Mei 2013 hingga Juni
2013.
D. Instrumen Penelitian
mendapatkan hasil yang baik tergantung pada peneliti dalam mengelola atau
2. Catatan Lapangan
E. Sarana Penelitian
mencatat, alat perekam, surat izin penelitian dan lembar inform consent dan
1. Pengumpulan Data
penelitian ini.
pada buku catatan sebagai penguat data, serta untuk cross check data
suatu fenomena yang dipahami untuk diteliti. Data yang diperoleh pada
penelitian kualitatif diolah secara kualitatif naratif. Menurut Burns & Grove
Bagan 4.1
Teknik Analisis Data
H. Validasi Data
Limcoln dan Guba (1985) dalam Polit, Beck and Hungler (2001)
1. Kredibilitas
diri terhadap kebenaran data dan bagaimana data diproses dan dianalisis
dengan baik sesuai dengan fokus yang dimaksudkan (Polit & Hunger, 1999
dalam Granehim & Lundman, 2003). Cara yang dapat dilakukan dalam
memberikan masukan dan kritik dari awal proses hingga hasil penelitian
(Bungin, 2008)
2. Transferabilitas
yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian (Bungin, 2008). Untuk
memfasilitasi hal tersebut maka sangat berarti apabila hasil penelitian dapat
memberikan deskripsi yang jelas dan nyata dari budaya dan konteks,
3. Dependabilitas
Polit & Hunger (1999) dalam Granehim & Lundman (2003) menyatakan
hasil penelitian secara keseluruhan. Dalam hal ini auditor eksternal yang
4. Konfirmabilitas
hasil penelitian dapat di konfirmasi orang lain dan disetujui relevansi atau
penilaian tentang kemungkinan distorsi dan bias (Emzir, 2012; Polit, Beck
mendalam yang telah peneliti susun dan berdiskusi dengan teman sesama
I. Etika Penelitian
Menurut Wasis (2008) etika yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah
sebagai berikut :
50
a. Otonomi
atau tidak lembar inform consent dari peneliti. Inform consent adalah suatu
b. Beneficence
c. Nonmaleficence
d. Confidentiality
51
e. Veracity
tentang manfaat, efeknya, dan apa yang akan didapat partisipan yang
penelitian.
f. Justice
HASIL PENELITIAN
delapan partisipan melalui proses analisis data dari hasil wawancara mendalam
oleh peneliti pada hasil penelitian berikut ini. Penyajian hasil penelitian meliputi
dan pekerjaan, serta pemaparan hasil penelitian yakni deskripsi gambaran self-
Selatan terletak di bagian timur provinsi Banten yaitu pada koordinat 106’38’ –
52
53
kecamatan, 49 kelurahan, dan 5 desa dengan luas wilayah 147,19 Km2 atau
14,719 Ha. Hasil Sensus penduduk BPS Kota Tanggerang Selatan jumlah
kelamin laki-laki sebesar 652.281 jiwa dan perempuan 638.041 jiwa. Data
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Partisipan
Dalam penelitian ini partisipan dibagi menjadi dua yaitu partisipan utama
a. Partisipan Utama
utama yang berumur antara 35-63 tahun dengan rata-rata umur pasien 44
tahun dan telah menjalani hemodialisis selama kurun waktu 6 bulan hingga
Ibu Rumah
Ny. Sm
35 Tangga SMA 5 Tahun 2 kali
(P8)
Keterangan : *P = Partisipan
55
b. Partisipan Pendukung
Keterangan : *P = Partisipan
Pengaturan
Nutrisi
Pengaturan Intake
Cairan
Regiment
Pemenuhan
Pengobatan Self-care
Kebutuhan
Management
Fisik
Perawatan Akses
Vaskuler
Aktifitas
Istirahat/Tidur dan
Olahraga
1) Pengaturan Nutrisi
klien meliputi apa saja yang dimakan dan dihindari serta dibatasi oleh
pasien GGK dengan hemodialisis dapat dilihat pada bagan berikut ini :
58
mencuri-curi
makanan yang
dilarang
Menghindari makanan
tinggi kalium
menghindari makanan
yang membuat sesak
Pemenuhan
Makan buah dengan Pengaturan Self-care
Kebutuhan
jumlah terbatas Nutrisi Management
Fisik
menghindari buah
belimbing dan pisang
menghindari sayuran
seperti timun,
kangkung dan bayam
makan tanpa
pantangan atau bebas
menghindari makanan
berlemak dan protein
Makan makanan
padang (bersantan)
“.......Makan sih apah ajah saya makan, nggak ada pantangan apalagi
kalo makan, apah ajah saya makan, kecuali yang pernah saya makan
itu nyesek saya berenti.....”(P2)
'Buah nggak boleh terlalu banyak, boleh sedikit-sedikit ajah. ya kalo itu
yah makan....Belimbing apalagi nggak sama sekali Kalo belimbing
nggak boleh. Sayuran bayem itu sama sekali nggak boleh. Kalo makan
sayur itu kuahnya jangan terlalu banyak. Air juga itu. Melinjo juga
nggak boleh Dari makannya kalo masak sendiri maunya yang aneh-
aneh, maunya makannya padang gitu..” (P5)
membatasi minum
namun tidak terukur
mebatasi minum
dengan menggunakan
botol berukuran 300 cc
membatasi minum
dengan menggunakan
botol ukuran 600 cc
Pengaturan Pemenuhan
Kebutuhan Self-care
Mengurangi intake Intake
Fisik Management
cairan dari sayur Cairan
berkuah
Tidak sanggup
membatasi minum
Menurunkan suhu
tubuh dengan mandi
dan berkumur
“....tempatnya satu. Jadi gak banyak tempat. Jadi misalnya kalau gelas
ini ya gelas ini. Bapak gelas ini terus sih (menunjukkan gelas). cara
minumnya juga....caranya bapak minumnya dalam satu gelas saja. Satu
tempat ajah. ya kira-kira 600 cc lah. Yaitu bapak caranya disedot pake
sedotan aqua gelas ya tiga sedot cukup lah. Tiga kali sedotan berapa
62
sih isinya...? jadi bapak pakai sedotan ajah , isinya juga berapa banyak
sih. Kalau misalnya minumnya langsung ditenggak itu ya banyak. Tapi
bapak kan naiknya rata-rata 2 kilo berarti kan gak kelebihan air.
Dilihat dari berat awal dan akhir saja pada waktu HD Senin Kamis
Senin Kamis..kenaikan rata-ratanya 2 kg. Nggak pernah banyak. 2
kg...2,5 lah paling banyak.......”(P1)
“....Cuman pas kena yah apa boleh buat, 2 gelas tapi itu pun saya
nggak yakin dengan dua gelas itu, karena saya masih minum obat 3
kali sehari. Kadang pas makan saya nggak minum, minum
obatnya...eeee minumnya itu pas mau minum obat, saya minum habis
segelas, bisa segelas setengah. Maka saya nggak yakin dengan 2 gelas
air tu saya nggak yakin.Saya lebih dari itu pasti....bisa 3 gelas mah
ada. 3-4 gelas. Kalo udah ada sayurnya umpamanya yang berkuah
jangan kalo bisa air ininya jangan terlalu banyak......”(P2)
“....dikurangi minum ... gitu aja. Kalau boleh minum tuh paling banyak
sehari itu sedikit, sebotol ..segelas itu lah (menunjuk ke gelas
taperware) sehari...kalau boleh, kalau sanggup. Tapi saya nggak
sanggup.”” (P7)
”Yah paling cuman dia jaga minum. Yang nomer satu itu jaga minum.
Minumnya jangan banyak. Kalau minumnya banyak yah dia sesak
napas.” (Suami P8)
63
berikut ini :
“Bapak kalau misalnya ngilangin haus bapak kumur dulu. Kalau gak
mandi. Awalnya mandi terus kumur pakai air secukupnya. Jadi kalau
udah gak haus lagi kan gak mau minum banyak. Kan kalo mau minum
banyak itu kan pas kalau haus....kan minumnya pasti
ditenggak.........”(P1)
“....Kadang jam 3 malam mandi kalau lagi panas. Kalo lagi gerah jam
3 sebelum adzan udah mandi. Mandinya lihat situasi ajah. Karena
kurang minum bisa 6 kali sehari, mandi guyur..guyur udah, kalo lagi
panas. Kan minumnya sedikit. Tengah malam kan karena panas karena
minumnya sedkit, keringat nggak ada kan panas yah mandi.”(P8)
3) Regiment Pengobatan
Latihan meremas-remas
bola/ mengepal-ngepalkan
tangan
Perawatan
Akses
Memeriksa desiran Vaskuler
Cimino
Tidak mengangkat
benda berat
Pemenuhan
Self-care
Kebutuhan
Cimino tidak terjepit atau Management
Fisik
tertindih
Merawat bekas
Perawatan akses
tusukan, minum
vaskuler femoral
obat dan herbal
sebagai berikut :
“Bapak agak latihan ajah,.........nah itu bapak sering latihan pakai bola
terus. Jadi ciminonya agak gerak. Jadi gerak, agak membesar.
Getarannya jadi agak besar karena latihan..pakai bola ajah gini
(gerakan meremas-remas bola), pake bola tensi gitu. Jadi disini
getarannya ada terus, jangan sampe ilang.”(P1)
”Eee...nggak boleh ngangkat lebih dari 3 kg, kalo ngangkat lebih dari
3 kg dia mati, desirannya nggak ada, hilang. Kalau masih ada
desirannya masih berfungsi dia.” (P7)
Hal lain yang juga perlu dilakukan sebagai upaya untuk merawat
akses vaskuler cimino yakni menjaga agar cimino tidak ketidihan atau
“Perlu dihindari jangan sampe ketindihan. Kalo tidur kan bisa ituh
ketindihan, makanya harus hati-hati jangan sampe ketindihan.”(P1)
Selain istirahat/tidur hal lain yang juga menjadi bagian dari self-
b. Kondisi Psikologis
Aspek kondisi psikologis pada self care management pasien GGK meliputi
asa), dan banyak aktifitas yang dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
68
Mampu
Self Efficacy
Belum mampu dalam
pelaksanaan self-
Ada yang care management
mampu dan ada
yang tidak
Pengaturan
Nutrisi
Kepatuhan
Pembatasan Cairan terhadap
regiment
pengobatan
Keteraturan minum
obat
Ketidakdisiplinan
dalam pengaturan
Kondisi Self-Care
nutrisi dan
Psikologis Management
makanan pantangan
Ketidakmampuan
dalam membatasi Ketidakpatuhan
minum terhadap
regiment
pengobatan
Ketidakteraturan
dalam minum obat
Keputusaan Koping
terhadap Maladaptif (Putus
keadaan Asa)
Memperbanyak Banyak
aktifitas aktifitas
berikut :
“Yah mungkin ada yang mampu ...ada yang tidak mampu. Yang
ringan-ringan tuh mampu, kalau berat yah nggak mampu misalnya
sekarang saya berangkat ke rumah sakit jalan sendiri yah nggak
70
mampu selain itu kan juga takut juga. Ibu juga nggak tega ngelepasin
saya. Kalau bapak maunya yah mandiri. Maunya ke rumah sakit
sendiri maunya.” (P1)
hingga sore dan 3 cc untuk sore hingga pagi keesokan hari. Satu
“Ini cuman 3 cc dari magrib sampe pagi yah segini , dari pagi sampe
sore., dari subuh sampai sore yah segini . Menurut kita kurang tapi itu
kan anjuran dokter juga. Nggak boleh banyak air. Ntar kalo banyak air
ginjalnya nggak kuat...nggak kuat bekerjanya.” (P3)
“Kalau saya itu kalau pagi tuh minum teh manis, trus selanjutnya yah
satu botol aqua itu lah. Itu sampe sore lah...sampe malem lah. Kalau
sekarang ini saya ingin menjaga kondisi saya. Cuman kalau minumnya
terlalu banyak yah cepet anu sesak napas .”(P4)
“Takarannya paling banyak itu 1,5 liter, dalam tempo 3 hari harusnya.
minumnya segitu (1,5 L untuk 3 hari) karena kita udah nggak
mengeluarkan air seni..ya kan. Jadi kita harus minumnya segitu. Nanti
kalo kita lebih dari segitu misalnya bisa 4 atau 3 nanti perut kita akan
buncit (memperagakan bentuk perut buncit) dan bengkak kayak kaki
gini (menunjuk pada kaki). Karena tidak mengeluarkan cairan.”(P6)
mengungkapkan bahwa diri mereka rutin dan teratur minum obat serta
“Teratur...teratur itu ketika kita diresepkan sama dokter itu obat darah
tinggi harus minum 1 hari 3 kali , minum 1 hari 3 kali..iya
kan......”(P6)
72
“Obat rutin itu ada 3 asam folat. B12, CaCo3..itulah yang rutin.........
Itu diminum 3 kali sehari...... kita ajah yang ngatur.”(P7)
dalam makan, dan tidak ada pantangan dalam makan. Berikut ungkapan
“Cuman pas kena yah apa boleh buat, 2 gelas tapi itu pun saya nggak
yakin dengan dua gelas itu, karena saya masih minum obat 3 kali
sehari.nah itu ajah dah pasti kena air, nggak boleh nggak ya kan. Lom
saya makan cemilan, lom saya harus sarapan, makan siang, makan
malem...gitu...........Maka saya nggak yakin dengan 2 gelas air tu saya
nggak yakin. Saya lebih dari itu pasti.” (P2)
“Yah pokoknya sehari harus bisa satu botol aqua yang sedeng itu. kalo
bisa mah...ya kan susah namanya minum haus, nggak bisa lah.
Harusnya sebenarnya minumnya dijaga, tapi nggak bisa segelas lebih
lah. Ada kali sebotol aqua yang sedeng itu..lebih kali. Belum minum
obatnya. Yah sesuai dia..orang minumnya nggak bisa dianuin sih
dia.Gimana yah. Memang harusnya dijaga minumnya.” (P5)
“Kalau boleh minum tuh paling banyak sehari itu sedikit, sebotol
..segelas itu lah (menunjuk ke gelas taperware) sehari...kalau boleh,
kalau sanggup. Tapi saya nggak sanggup. nggak bisa ditentukan ajah.
Minum-minum ajah.”(P7)
malas, bosen, lupa, dan seingatnya saja dalam minum obat. Hal tersebut
“..........kalo lagi males yah juga males saya nggak bakal minum....itu
lupa yah sering, kalo lagi males yah sering. Yah bosen...ada rasa ...
ada rasa bosen. Kalo nggak bosen mungkin pasti saya minum. Ada
rasan bosen. Yah kadang-kadang lupa, ada rasa bosen lah gitu lah .”
(P2)
5) Banyak aktifitas
berikut :
c. Spiritual
dari Tuhan ; 3) Aktifitas ibadah sholat yang dapat dilihat pada bagan di
bawah iniSub
: Kategori Kategori Subtema Tema
Berserah diri,
menjalani
dengan ikhlas
Kepasrahan
Pasrah pada yang terhadap Tuhan
Maha Kuasa
Lepas kepada
Allah
Berdoa untuk
kesehatan
Keyakinan akan
Yakin dengan kesembuhan dari Self-care
Spiritual
izin Allah Tuhan Management
Tawakal kepada
Allah
Sholat dengan
duduk
Aktifitas ibadah
sholat
Sholat seperti
biasa
diri, menjalani dengan ikhlas, pasrah terhadap Tuhan, dan tidak terlalu
“............yaa mungkin yaa saya juga sudah pasrah ya pada yang kuasa
ya, kalau cuci darah ini kan ya nggak bisa sembuh ya kan?”(P4)
“5 waktu kita jalanin. Kan dengan ibadah itu menyerahkan diri kepada
Tuhan dan minta kesembuhan..................Itulah obat yang paling
mujarab meminta kepada Allah 5 waktu, kalau obat-obatan kan hanya
penghubung, syarat, penunjang…….”(P6)
partisipan untuk sholat dengan berdiri seperti biasa. Kondisi yang tidak
sholat dirinya seperti biasa yakni dengan berdiri karena tidak ada
internal dan ekternal yang dapat dilihat dalam bagan di bawah ini :
Ekonomi Eksternal
a. Hambatan Internal
”Ya ada...yah kadang nggak tahan minum itu karena yah tau
sendiri...panas. manusia kan nggak lepas dari air. Sedangkan dia harus
dijaga airnya. Kan berlawanan. Berat lah itu. Masih mendingan makan
bisa dijaga ”(Suami P8)
“karena tenaga nggak ada ajah cuman. Dari duduk ke berdiri itu yang
payah. Ini rasanya nggak ada tenaga.”(P7)
b. Hambatan Ekternal
“Jamkesda saya hanya dapat 4 kali. Ini sebulan lebih dari sejuta, belum
lagi obatnya.....sejuta, 5 juta sebulah..yah dari anak-anak ajah. Telat
sehari ajah sudah kambuh.”(Istri P7)
sumber social support yang dimiliki partisipan utama dalam pelaksanaan self-
dari dukungan dari pasangan (suami/istri), keluarga, dan sesama pasien yang
a. Pasangan (Suami/Istri)
“Yah istrilah, nomer satu Istri karena dia yang tahu persis kondisi saya.
yah selalu nasehatin, itu suatu dukungan juga. Jangan makan ini, jangan
makan itu yang sekiranya nggak boleh.”(P2)
“.......sekarang kan saya kondisinya itu obat ...dia (istri) itu obat beli obat
nebus obat. Kedua kalo saya lagi check lab, dia nganter. Kalau saya jalan
sendiri , dia kan khawatir, jalan ajah sempoyongan.”(P4)
“Semangat lah . Emang mau diapain wong udah sakit. Yah paling saya
ngasih semangat.....semangat, Yah, orang sakit jangan dipikirin,
maksudnya istilahnya jangan dipikirin, jangan dibikin stress lah, emang
udah ada mau diapain terima aja..ya kan.......” (Partisipan pendukung P6)
”Tetep semangat lah karena penyakit kan salah satu bagian dari orang.
Kita harus terima, ikhlas ajah lah.”(Partisipan pendukung P8)
b. Keluarga
:
82
“Dukungan yah banyak. Dukungan dari adek-adek saya, orang tua saya,
yah mungkin biaya, untuk saya berobat atau untuk transportasi. Yah
sangat mendukung.”(P2)
”Yah semua-semuanyalah, kalo nggak siapa lagi. Orang tua udah nggak
ada. Kan saya bilang tadi..sodara terbang semua. Keluarga ajah
lah...anak Biaya dibantu anak.”(P7)
“Deket yah deket. Kalo saya tergantung individu orangnya yah. Kalo
individu orangnya diem ajah yah diajak ngobrol diem ajah yah diem
bapak. Tapi alhamdulillah samping bapak sering sharing gitu kan. Dia
kebetulan udah 3-5 tahun an lah. Kadang bapak juga suka teriak gitu ke
yang orang Irian..”makan pak”....yah saling ngasih spirit. Ada tuh orang
Parung nggak mau makan , Istrinya sampe nangis. Saya juga suka teriak
ke Bapak itu. malah kadang bapak kalau makan makan wahhh...kayak
nikmat ajah tuh. Dia kan jadi sering ngeliatin bapak. Sengaja bapak
perlihatkan biar ketularan makan........”(P1)
PEMBAHASAN
dalam proses penelitian yang telah dilalui dengan proses yang seharusnya
penelitian sesuai dengan hasil penelitian yang telah diperoleh bagi pelayanan
pasien GGK yang menjalani hemodialisis sesuai dengan analisa data yang peneliti
lakukan. Tiga tema tersebut teridentifikasi sesuai dengan tujuan penelitian yakni
83
84
penting untuk diperhatikan (Curtin dkk, 2005). Orem percaya bahwa manusia
pasien GGK (Curtin, Svarstad & Keller, 1999 dalam Richard, 2006) namun
hubungan yang langsung dan signifikan antara kualitas hidup pasien gagal
Selain itu ditemukan pula hubungan yang langsung dan signifikan antara
kemampuan self-care dengan dimensi fisik, psikologi dan sosial. Oleh karena
itu prinsip dari self-care untuk pasien GGK penting untuk dipelajari dan
spiritual.
olahraga. Hal tersebut sesuai dengan O’Brien (1980), Richard (1986) dan
kondisi kesehatan yang optimal bagi kita (Wardlaw, 2004). Jika seseorang
status gizi pasien GGK. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya
2013). Pasien GGK harus selalu menjaga pola makan. Mereka tidak bisa
mengonsumsi buah dan sayur sesuka hatinya layaknya orang sehat karena
86
(sodium), diet rendah fosfat, diet protein yang berbeda jumlahnya antara
stadium 1-4 dengan stadium 5 (dalam gram protein per kilogram berat
dimana banyak makanan yang tidak boleh dimakan seperti susu, lemak,
dan tidak boleh serta alasan tidak boleh seperti kandungan dalam makanan
pasien GGK.
Pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis hal lain yang perlu
dibatasi. Pembatasan cairan ini merupakan isu utama untuk pasien GGK
pasien GGK. Intake cairan bagi pasien GGK yang menjalani hemodialisis
yaitu total urine output dalam sehari (24 jam) ditambah dengan cairan
yang keluar melalui keringat dan pernafasan (IWL) kurang lebih 500 ml
mengalami gangguan dalam eliminasi urin yang mana sudah tidak dapat
mereka minum kurang lebih 500-600 ml dalam sehari. Salah satu strategi
dengan minum melalui gelas kecil yang sama dan menggunakan sedotan
(IDWG). IDWG dihitung dari perbedaan berat badan pada akhir setelah
selanjutnya. Pada dasarnya tidak ada standar unit khusus untuk mengukur
3) Regiment Pengobatan
self-care management.
yang dibuat untuk keperluan terapi dialisis harus dirawat untuk melindungi
darah maupun pengukuran darah. Suara bising (bruit) atau getaran (thrill)
di daerah akses vena harus dievaluasi paling sedikit setiap 8 jam sekali
cimino berada di tangan kanan, namun karena tidak adanya desiran maka
pada pembuluh darah area vaskuler atau ciminonya. Selain itu mereka juga
benda berat dan juga agar tidak terjepit atau tertindih saat tidur. Berman
dan Gentile (2010) dalam Richard (2008) melaporkan bahwa pasien harus
fistula mereka. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa cara perawatan
penelitian yang ada seperti dalam Richard (2008) yang melaporkan bahwa
cara merawat akses vaskuler mereka dengan menjaga agar tidak terinfeksi
memang harus dijaga dari infeksi karena pasien GGK mudah sekali
91
Akses vaskuler melalui akses vena femoralis berbeda dengan akses cimino
hambatan untuknya.
frekuensinya sering pada pasien GGK secara umum. Gangguan tidur ini
satu tahun (Rai dkk, 2011). Hal tersebut dialami juga oleh partisipan dalam
yang mengganggu kenyamanannya. Selain itu masalah haus dan rasa panas
Sebuah penelitian oleh Painter, Ward, & Nelson (2011) melaporkan 95,9%
aktifitas fisik secara reguler. Dalam penelitian ini sendiri ada partisipan
yang melaksanakan olahraga dan ada juga yang tidak berolahraga karena
merasa mudah lelah dan merasa tidak mampu. Hal ini sesuai dengan
penelitian Painter, Ward, & Nelson (2011) juga yang menyebutkan alasan
mood, mengurangi kram, dan lebih stabilnya tekanan darah selama dialisis.
diri dan harga diri pasien GGK (Storer, 1999). Pasien GGK dianjurkan
untuk melakukan olahraga secara rutin semisal jalan kaki selama kurang
peningkatan kontrol.
pembatasan cairan dan diet yang dilaporkan respondennya. Hal ini sejalan
dalam hal ini terkait regimen diet, pembatasan cairan, dan minum obat.
kondisi mereka.
untuk cairan atau rasa haus (43,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh
John (2012) yang melaporkan bahwa bagi pasien GGK yang derajad
rendah dibandingkan dengan yang tidak merasa haus. Oleh karena itu
mandi dan kumur. Dengan tidak merasa haus maka dirinya tidak akan
memang sebuah hal yang sulit mengingat kebutuhan akan air merupakan
agar stabil. Penelitian oleh John (2012) melaporkan bahwa bagi pasien
GGK yang merasa memiliki energi yang lebih baik maka tingkat
minum obat pada pasien GGK yang dilaporkan secara pribadi maupun
obat yang mereka butuhkan karena tidak tersedia pada layanan kesehatan
mengingat untuk minum (16,7%), dan reaksi obat yang merugikan (12,5).
lupa minum obat. Hal ini sesuai dengan alasan utama pasien dalam
Hal tersebut sejalan dengan partisipan ketujuh dengan self efficacy yang
aktif bekerja. Penelitian Kack (2010) juga melaporkan bahwa aktifitas fisik
kemampuannya untuk aktif secara fisik (self efficacy), dan status nutrisi.
2005).
subjektif terhadap kualitas hidup pasien GGK. Hal tersebut sudah banyak
1991 dalam Thomas, 2003). Aspek spiritual atau religiusitas yang yang
psikologis dan elemen sosial sehingga tidak bisa dihilangkan begitu saja
tinggi terhadap kualitas hidup (Bragazzi dan Puente, 2013). Ada pula hasil
Aspek spiritual dan agama juga dapat menjadi salah satu strategi
sebagai bentuk dukungan. Koping strategi lain dalam segi spiritual adalah
keyakinan kepada Tuhan dan berdoa yang dilakukan paling sering ketiga
spiritual beban terhadap penyakit dan keputusasaan dapat terjadi dan hal
pengaturan nutrisi, pembatasan cairan, dan beraktifitas. Hal ini sesuai dengan
dalam memenuhi self-care pasien GGK meliputi faktor internal dan eksternal
meliputi faktor ekonomi, mental, dan pengelolaan asupan cairan dan nutrisi
pembatasan cairan merupakan masalah yang sulit pada pasien GGK. Hal ini
lagi-lagi terkait dengan kepatuhan sesuai dengan anjuran dokter dan motivasi
mengontrol lagi jumlah intake cairan sehari-hari karena tidak mampu untuk
rasa tidak bertenaga dalam dirinya sehingga tidak mampu membantu dalam
regimen tersebut.
Hambatan eksternal adalah ekonomi atau biaya untuk pasien dimana hal
tersebut merupakan sesuatu tidak asing mengingat biaya untuk cuci darah
yang tidak sedikit. Pemerintah telah memberikan bantuan biaya terkait dengan
jaminan tersebut mungkin pasien merasa terbantu dan juga tidak karena
dirinya hanya gratis biaya terapi hemodialisis sebanyak dua kali sedangkan
sisanya dengan biaya sendiri. Ini yang sangat memberatkan dan membuat
beban penyakit dirasakan partisipan (P7). Kemudian untuk biaya obat untuk
karena Hb nya rendah juga memerlukan biaya. Istri partisipan (P7) juga
sosial dari orang terdekat. Dukungan sosial menurut Pender (1996) dalam
Wells dan Anderson (2011) adalah kebutuhan dasar manusia. Dukungan sosial
(Wells dan Anderson, 2011). Tobvin dkk (2003) dalam penelitiannya pada 48
antara dukungan sosial dengan kualitas hidup. Pada penelitian Wells dan
Anderson (2011) melaporkan bahwa tingkat atau level self efficacy dan
tinggi. Peningkatan level self efficacy dan dukungan sosial dalam penelitian
mereka.
GGK yang menjalani hemodialisis dalam penelitian ini diperoleh dari pasangan
satu bentuk dukungan sosial yakni dapat berasal dari keluarga, pihak sosial
responden (96,3%) merasa puas dengan bantuan yang diterima dari sumber
GGK. Seperti dilaporkan oleh Kara dkk (2007) dimana responden dengan
faktor lain seperti motivasi dari diri pasien sebagai faktor dalam kepatuhan
yang baik sebesar 83,1% dengan tidak depresi sebesar 71,2%. Adapun
maupun istrinya dimana mereka sudah seperti keluarga dengan sesama yang
Dictionary, 2013). Mengingat bahwa pasien dengan gagal ginjal kronis harus
menjalani hemodialisis secara rutin 2-3 kali dalam seminggu hendaknya NCP
keperawatan yang muncul pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
belum ada.
outcomes dari pasien setelah memulai dialisis (Devins et al, 2003 dalam
pada fase awal pasien terdiagnosa GGK dan menjalani hemodialisis sehingga
untuk menyediakan edukasi untuk pasien GGK ini seperti perawatan pasien
yang kompleks, waktu tenaga medis yang mendesak, dan juga kemampuan
yang terbatas untuk menyediakan edukasi pasien yang adekuat. Penelitian oleh
sebagai edukator yang tepat untuk pasien GGK. Selain itu persepsi pasien
tentang pengetahuan dari terapi GGK yang bervariasi dan pemahaman mereka
hubungan yang erat dimana tidak adanya pengetahuan tentang variasi terapi
keuntungan dan kerugian dari pilihan terapi yang ada. Fox & Kohn (2008)
terapi baik dialisis ataupun terapi yang lain dan ketiadaan akan pengetahuan
terhadap hal tersebut dapat menjadi dampak nyata untuk pasien. Edukasi
yang lebih baik, pencapaian yang lebih tinggi, dan integrasi sosial yang lebih
(Bandura, 1977 dalam Schwarzer & Fuchs, 1995). Hal tersebut sejalan
105
dengan partisipan penelitian yang memiliki self efficacy yang positif. Self
efficacy ini dapat membedakan cara seseorang dalam berfikir dan bertindak
Seseorang dengan self efficacy tinggi memilih untuk melakukan tugas yang
menantang dan mentargetkan tujuan yang tinggi untuk diri mereka sendiri
(Locke & Latham, 1990 dalam Schwarzer & Fuchs, 1995). Penelitian oleh
John (2012) pada pasien gagal ginjal kronis telah melaporkan bahwa terdapat
B. Keterbatasan Penelitian
keterbatasan seperti :
hemodialisis.
komunitas meliputi :
Self efficacy terbukti menjadi salah satu aspek kondisi psikologis dalam
self care management dimana pasien GGK merasa mampu, tidak mampu
ataupun ada yang mampu dan tidak terkait upaya dalam self-care.
BAB VII
Bab ini menguraikan hasil kesimpulan dari penelitian ini dan saran dari
peneliti terkait hasil yang telah diperoleh yang akan diuraikan berikut ini.
A. Kesimpulan
sikap spiritual.
perawatan akses vaskuler baik cimino dan akses vena femoral, serta
3. Aspek kondisi psikologis self care managemet pasien gagal ginjal kronis
sholat.
108
109
6. Sumber social support juga merupakan salah satu bagian yang tak
hemodialisis.
management.
B. Saran
masyarakat umum.
109
110
telah dianjurkan.
hemodialisis.
110
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, Martha Raille & Ann Mariner Tomey,. Nursing Theorists and Their
Work Seventh Edition. United Stated Of America : Mosby Elsevier . 2010
Anonim,. 87,5 Persen Penderita Gagal Ginjal Pasrah Karena Biaya Cuci Darah
Mahal http://www.pelita.or.id/baca.php?id=160. 2013. diakses pada
tanggal 07 Maret 2013
Ariyanto, Eko Fuji, Dewi Marhaeni Diah Herawati, dan GagaIrawan Nugraha.
Penatalaksanaan Nutrisi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis. http://pustaka.unpad.ac.id/archives/126766/ diakses pada
tanggal 6 September 2013
Bakta, I Made & I Ketut Suastika,. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Jakarta : EGC. 1999
Bağ, E., & Mollaoğlu, M. The evaluation of self-care and self-efficacy in patients
undergoing hemodialysis. Journal of Evaluation in Clinical Practice, 16(3),
605-610. 2010
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc.
2005
Bragazzi, Nicola Luigi & Giovanni Del Puente. Chronic Kidney Disease,
Spirituality and Religiosity: A Systematic Overview With the List of Eligible
Studies. 2013
Bulechechek, Gloria M, Howard K. Butcher, Joannne MsCloskey Dotcherman.
Nursing Intervention Classification (NIC) Fifth Edition. USA : Mosby
Elsevier. 2008
Burns, Nancy & Susan K. Grove. The Practice of Nursing Research : Conduct,
Critique, and Utilization 5th Edition. USA : Elsevier Saunders. 2004
Curtin, Roberta Braun & Donna L. Mapes. Health Care Management Strategies
of Long Term Dialisis Supervivors. Nefrologi Nursing Journal. 2001
Curtin, Roberta Braun dkk. Self Management in Patient with End Stage Renal
Disease : Exploring Domains and Dimensions. Nephrology Nursing
Journal. 2005
Fox, Chester and Linda S. Kohn. The Importance of Patient Education in The
Treatment of Chronic Kidney Disease. Kidney International. 2008
Hidayat, Aziz Alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika. 2007
John, Ansy. The Relationship Between Self-Efficacy and Fluid and Dietary
Compliance in Hemodialysis Patients. 2012
Kara, Belguzar Caglar, & Kayser Kilic, Selim Nonadherence With Diet and Fluid
Restrictions and Perceived Social Supporting Patients Receiving
Hemodialysis Journal of Nursing Scholarship; Third Quarter 2007; 39, 3;
ProQuest Research Library pg. 243. 2007
Ko, Benjamin, Dkk. Religious Beliefs and Quality of Life in An American Inner-
City Haemodialysis Population. 2007
Kolewaski, Carrie D. Dkk. Quality of Life and Exercise Rehabilitation in End
Stage Renal Disease. The CANNT Journal Volume 15. 2005
Moorhead, Sue dkk. Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth Edition. USA
: Mosby Inc
Muhlisin, Abi dan Indarwati. Teori Self Care dari Orem dan Pendekatan dalam
Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan Vol 2. 2010
Potter, Patricia A & Anne Griffin Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktek Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC. 2005
Polit, Denise F., Cheryl Tatano Beck and Bernadette P. Hungler. Essentials of
Nursing Research : Methodes, Appraisal, and Utilization Fifth Edition.
2001
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002
Richard, Cleo J.. Living With An Arterio-Venous Fistula For Hemodialysis. 2008
Rubenstain, David, David Wayne & John Bradley. Lecture Notes Kedokteran
klinis Edisi Keenam. Jakarta : penerbit Erlangga. 2007
Sherwood, Lauralle. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC.
2001
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006
Suyono, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2001
Swanburg, Russel. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan Untuk
Perawat Klinis. Jakarta : EGC.2000
Taylor, Susan Gebhardt & Katherine Renpenning. Self care Science, Nursing
Theory and Evidence-Based Practice. New York : Springer Publishing
Company,LLC. 2011.
Thomas, Claudie J.. The Impact of Religiosity, Social Support and Health Locus
of Control on the Health-Related Quality o f Life of African-American
Hemodialysis Patients. 2003
USRDS Annual Data Report : Atlas of End Stage Renal Disease in United Stated
Volume 2 tahun 2012
White, Rita Yim Fong. Spirituality and Health Related Quality of Life in
Hemodialysis Patients. 2005
Wells, Janie R and Staci J. Anderson. Self Efficacy and Social Support in African
Americans Diagnosed with End Stage Renal Disease. ABNF Journal Tucker
Publication. 2011
Assalamu’alaikum, Wr. Wb
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang saya hormati,
Sehubungan dengan tugas akhir dalam penyelesaian studi untuk mendapatkan
gelar sarjana (S.Kep), saya sebagai peneliti:
Nama : Faulya Nurmala Arova
NIM : 109104000046
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Kontak : 085714525108
Mohon kiranya Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat menjadi informan dalam
penelitian saya dengan judul Gambaran Self Care Management pada Pasien Gagal
Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Wilayah Tanggerang Selatan.
Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan sebagai responden sangat
berharga dalam penelitian ini. Jika ada pertanyaan berkaitan penelitian ini
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat menghubungi peneliti.
Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, peneliti
mengucapkan terima kasih. Wassalamu’alaykum, Wr. Wb.
Saya telah diminta dan memberikan izin untuk terlibat dalam penelitian ini
dan berperan serta sebagai partisipan atau informan dalam penelitian yang
berjudul Gambaran Self Care Management pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang
dan wawancara mendalam berlangsung selama satu jam. Saya mengetahui bahwa
Saya mengerti bahwa rekaman dan catatan mengenai penelitian ini akan
keperluan pengelolaan data dan bila sudah tidak digunakan lagi akan dihapus.
Hanya peneliti dan pembimbing peneliti yang dapat mengetahui data tersebut.
Demikian dengan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,
Informan
...........................
Lampiran 2
PARTISIPAN UTAMA
A. Petunjuk Umum
1. Tahap Perkenalan
2. Tahap Pencairan
seorang pencatat.
kerahasiannya.
1. Nama peneliti :
2. Tanggal wawancara :
3. Waktu wawancara :
4. Tempat wawancara :
D. Identitas Partisipan
1. Inisial ;
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Riwayat pekerjaan :
6. Agama :
E. Self-Care Management
bapak/ibu sendiri?
Tidak....mengapa?
menjalani hemodialisis.
Tembusan:
Dekan FKIK
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAI\
DII{AS KESEHATAN
Jl. Witana Harja Komp. Sasmita Jaya No. 27
Telp. 02 1 - 7 441 557, Fax. 02 I - 7 441236 - Pamulang
di -
TEMPAT
Sehubungan dengan adanya surat dari UIN Svarif Hida-vatullah Jakarta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Nomor : Un.0l/ FI0/KM.01.2/ 318712012, perihal :
NIM :109104000046
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Tema : "Gambaran Self Care Management pada Pasien Ciagal Ginjal
Pada dasarnya kami tidak keberatan untuk memberikan Izin Studi Pendahuluan
yang dilakukan oleh Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, adapun dalam hal
pelaksanaannya harap untuk berkoordinasi kepada Kepala Bidang yang akan dikunjungi.
Kffi
a-/ K
* | ,;:tis {:sifii4t I *
DIN
NG NG SELATAN
I,
KEStr]HATAN I^
e&;l# -r---.-,--
Assalarru'alaikum, Wr. Wb
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang saya hormati, sehubungan dengan tugas
akhir dalam penyelesaian studi rmtukmendapatl€n gelar sarjana (S.Kep) saya,
saya sebagai peneliti :
Nama FaulyaNurmalaArova
NIM 109104000046
Jurusan Prograrn Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Kontak 085714525108
s"{
FaulyaNurmala Arova
PIMERNMH KOM TANGERANG SETATAN
DII{AS KES,ET..IITIAN
n. Witana llarja Komp: Sasmia Jaya No. 27
Telp. 021 - 7 44:1551/,Fax. 021 - 7441236- Pamulang m
Famulang, 07 Juni 2013
Nomor | 800l@6slDinkes M 12A13 Kepada Yth,
Lampiran Dekan
Perihal : Pemberian Izirr Perrelitia4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu I(esehatan
di -
.TEMPAT
Sehubungar dengan adanya surat dari LJIN Syarif Flidayatullah Jakafta Fakultas
I(edokteran dan Ilmu I(esehatan, Nomor : tJn.0l/ Fl0/l(M.01.21 95112013, periihal :
Pada dasamya karli tidak keberatan untuk memberikarr Izin Penelitian yang
dilakukan oleh Mahasiswa UIN Syarif I'lidayatullah .lakafia, adapun dalam hal
pelaksanaannya lrarap untuk berkoord,inasi kepada l(epata tJPT Puskesmas yang al<an
dil<unj urrgi.
KESEHATAN
NG SELATAN',IJ
Ei
{t.J
S.I
irk I
NIP. 19690204 1990031
Tembusan :Yth
l. Wali Kota Tangerang Selatan, (sebagai laporan) ;
2. Kepala UPII' Puskesrnas Cipulat Tirnur di l(ota 'langerang Selatarr;
3. Kepala UPT Puskesrnas Pisangan di l(ota Tangerang Selatan;
4. Yang Bersangkutan.
Tabel Tema, SubTema, Kategori, Sub Kategori, dan Statement
Manajemen Nutrisi
“Makan sih apah ajah saya makan, nggak ada pantangan Makan bebas
apalagi kalo makan, apah ajah saya makan, kecuali yang Menghindari
pernah saya makan itu nyesek saya berenti. 1-2 bulan ngikut makanan yang
pantangan. Tapi kesininya apa ajah saya makan. Kalau ikut membuat sesak
pantangan yah itu...jadi susah makan..... Apalagi saya kan
jaga, Hb saya kan harus..harus..harus stabil. Karna kalo
nggak gituh, gampang ngedropnya masalahnya kalo ginjal
tuh. Apalagi kalo udah nggak pengen makan, waaduhhhh itu
paling cepet turun Hb. Makan....mah yang sekiranya
...sekiranya tuh nyesek yah cukup lah sekali ajah”(P2)
Makan tu dari dr. A makan buah nggak boleh, kecuali pepaya. Menghindari
Makan saya hanya pagi sarapan, siang, malem nggak makan makan buah
nasi, udah makan yang lain, makan ubi, makan tales, roti-roti. kecuali sepotong
Pagi nyusu..susu apa...susu neprisol.”(P3) pepaya
Makan yah yang teratur.... kadang-kadang saya paling pagi Makan teratur
paling ada cemilan..roti, siang baru makan....agak susah itu Menghindari
makannya, makan juga mantang emang. Seperti sayuran itu sayuran timun
timun, kangkung saya nggak makan udah. buah..buah- dan kangkung
buahan itu paling pepaya lah...paling ini sepotong lah sekali Menghindari buah
untuk pencernaan saya. Kalau buah saya suah sama sekali kecuali sepotong
enggak. Paling pepaya lah. . Nggak berani..Karna bukannya pepaya
ini ...badan timbulnya nggak enak gitu makan buah.” (P4)
Dulu sekali minum bisa 2 gelas, sekali minum, makanya 3-4 Membatasi
jam saya kencing, 3-4 jam kencing . Cuman pas kena yah apa minum namun
boleh buat, 2 gelas tapi itu pun saya nggak yakin dengan dua tidak terukur
gelas itu, karena saya masih minum obat 3 kali sehari.nah itu
Mengurangi
ajah dah pasti kena air, nggak boleh nggak ya kan. Lom intake cairan dari
saya makan cemilan, lom saya harus sarapan, makan siang, sayur berkuah
makan malem ...gitu. Kadang pas makan saya nggak minum,
minum obatnya...eeee minumnya itu pas mau minum obat,
saya minum habis segelas, bisa segelas setengah. Maka saya
nggak yakin dengan 2 gelas air tu saya nggak yakin.Saya
lebih dari itu pasti. saya nggak yakin 2 gelas sehari saya
nggak yakin bisa 3 gelas mah ada. 3-4 gelas. kalo udah ada
sayurnya umpamanya yang berkuah jangan kalo bisa air
ininya jangan terlalu banyak. Yah..saya iya aja. Saya iyain
ajah. Karena saya nggak..nggak bisa sich saya seperti itu
(P2)
.......minum yah teratur gitu. Cuman emang tidak terlalu Minum teratur,
banyak minumnya. Sehari jadi satu botol. Kalo perlu yah Membatasi
dikurangi lah kalo nggak yah perut bisa ....(mempergakan minum
perut membuncit) sesak napas. kalau saya itu kalau pagi tuh
minum teh manis, trus selanjutnya yah satu botol aqua itu lah.
Itu sampe sore lah...sampe malem lah. Kalau sekarang ini
saya ingin menjaga kondisi saya. Cuman kalau minumnya
terlalu banyak yah cepet anu sesak napas (P4)
Paling segelas kecil. kan, tapi lebih lah...pagi ajah harus teh Membatasi
manis. Nggak bisa sehari segitu. minum
Pagi minum teh manis kan istilahnya, siang belum beli Minum teh di
minuman aqua yang sedeng itu. Pokoknya lebih lah pokoknya pagi hari
sehari itu. (P5)
Kalau boleh minum tuh paling banyak sehari itu sedikit, Minum tidak
sebotol ..segelas itu lah (menunjuk ke gelas taperware) berbatas
sehari...kalau boleh, kalau sanggup. Tapi saya nggak
sanggup.
Mandi biasa ajah. Kadang jam 3 malam mandi kalau lagi Menurunkan suhu
panas. Kalo lagi gerah jam 3 sebelum adzan udah mandi. dengan mandi
Mandinya lihat situasi ajah. Karena kurang minum bisa 6 kali
sehari, mandi guyur..guyur udah, kalo lagi panas. Kan
minumnya sedikit. Tengah malam kan karena panas karena
minumnya sedkit, keringat nggak ada kan panas yah mandi.
(P7)
yah paling cuman dia jaga minum. Yang nomer satu itu jaga Membatasi
minum. Minumnya jangan banyak. Kalau minumnya banyak minum
yah dia sesak napas.. sebenernya dulu kan ditaker yah satu
apa itu...600 ml.Tapi kelama-lamaan yah capek juga kan,
nggak tahan juga, panas. Jadi yah sebisanya ajah, pake
perasaan ajah udah. Jangan ampe kebanyak, ampe kelewatan
itu ajah (P8)
“Bekas tusukannya yah kalau kita rajin merawatnya daripada Merawat bekas Perawatan Aktifitas
kesehatan dan kebersihannya saya rasa baik kondisinya, tusukan, minum akses vaskuler pemenuhan Gambaran Self-
minum obat yang bagus. Trus mengenai di tusuk di paha itu obat dan herbal femoral kebutuhan fisik Care
memang disitu kan ada pembuluh darah besar kan memang Management
bahaya, itu kan tergantung keterampilan perawatnya...gitu.
Kita kan harus menjaga kondisi kita juga, kalau kondisi kita
kurang bagus di paha juga kurang bagus juga” (P6)
“Yah mungkin ada yang mampu ...ada yang tidak mampu. Ada yang
Yang ringan-ringan tuh mampu, kalau berat yah nggak mampu dan ada
mampu misalnya sekarang saya berangkat ke rumah sakit yang tidak
jalan sendiri yah nggak mampu selain itu kan juga takut juga.
Ibu juga nggak tega ngelepasin saya. Kalau bapak maunya
yah mandiri. Maunya ke rumah sakit sendiri maunya.” (P1)
“Ini cuman 3 cc dari magrib sampe pagi yah segini , dari Pembatasan
pagi sampe sore., dari subuh sampai sore yah segini . cairan sesuai
Menurut kita kurang tapi itu kan anjuran dokter juga. Nggak dengan anjuran
boleh banyak air. Ntar kalo banyak air ginjalnya nggak tenaga medis
kuat...nggak kuat bekerjanya.” (P3)
“Kalau saya itu kalau pagi tuh minum teh manis, trus
selanjutnya yah satu botol aqua itu lah. Itu sampe sore
lah...sampe malem lah. Kalau sekarang ini saya ingin
menjaga kondisi saya. Cuman kalau minumnya terlalu banyak
yah cepet anu sesak napas .”(P4)
“Kalau bapak yang dilarang, bapak gak makan, ya tapi Ketidakdisiplina Ketidakpatuhan
kadang-kadang bapak suka beli, kadang-kadang nanas, n dalam terhadap
makan bapak, nyuri-nyuri lah, kalau disiplin banget kan pengaturan regiment
bapak nanti bukan malah gemuk, kurus malahan. Bapak nutrisi dan pengobatan
malah gak kuat HD.” (P1) makanan
pantangan
“Ngikutin pantangan. 1-2 bulan ngikut pantangan . Tapi
kesininya apa ajah saya makan, kalau ikut pantangan yah
ituh. Jadi susah makan. Kalau sekarang ini makan apa ajah
kita makan. Apalagi saya kan jaga, Hb saya kan
harus..harus..harus stabil. .............Makan aja ...sekiranya tuh
nyesek yah cukup lah sekali ajah. Juga kita makan nggak
terlalu membabi buta juga sich, kira-kira. Jangan sampe
kebanyakan juga takutnya ada masalah, kurang juga jangan
sampe karena saya harus jaga Hb, jangan sampe ngedrop
gitu.” (P2)
“Cuman pas kena yah apa boleh buat, 2 gelas tapi itu pun Ketidakmampua
saya nggak yakin dengan dua gelas itu, karena saya masih n dalam
minum obat 3 kali sehari.nah itu ajah dah pasti kena air, membatasi
nggak boleh nggak ya kan. Lom saya makan cemilan, lom minum
saya harus sarapan, makan siang, makan
malem...gitu...........Maka saya nggak yakin dengan 2 gelas air
tu saya nggak yakin. Saya lebih dari itu pasti.” (P2)
“Yah pokoknya sehari harus bisa satu botol aqua yang sedeng
itu. kalo bisa mah...ya kan susah namanya minum haus, nggak
bisa lah. Harusnya sebenarnya minumnya dijaga, tapi nggak
bisa segelas lebih lah. Ada kali sebotol aqua yang sedeng
itu..lebih kali. Belum minum obatnya. Yah sesuai dia..orang
minumnya nggak bisa dianuin sih dia.Gimana yah. Memang
harusnya dijaga minumnya.” (P5)
“Kalau boleh minum tuh paling banyak sehari itu sedikit,
sebotol ..segelas itu lah (menunjuk ke gelas taperware)
sehari...kalau boleh, kalau sanggup. Tapi saya nggak
sanggup. nggak bisa ditentukan ajah. Minum-minum
ajah.”(P7)
“..........kalo lagi males yah juga males saya nggak bakal Ketidakteraturan
minum....itu lupa yah sering, kalo lagi males yah sering. Yah dalam minum
bosen...ada rasa ... ada rasa bosen. Kalo nggak bosen obat
mungkin pasti saya minum. Ada rasan bosen. Yah kadang-
kadang lupa, ada rasa bosen lah gitu lah .” (P2)
“.......Dengan gejalanya kita punya penyakit ginjal supaya Memperbanyak Banyak aktifitas
kita tidak mengalami gangguan-gangguan mengenai penyakit aktifitas
kita harus banyak aktifitas .................”(P6)
Aspek Spiritual
“............yaa mungkin yaa saya juga sudah pasrah ya pada Pasrah pada yang
yang kuasa ya, kalau cuci darah ini kan ya nggak bisa Maha Kuasa
sembuh ya kan?”(P4)
“Kalau masalah penyakit, itu penyakit jangan sampe dipikirin Lepas kepada
terlebih dahulu sampai ke mendetail sekali, lebih baik kita Allah
lepas ajah penyakit itu. Hanya lepas kepada Allah karena
Allah yang menentukan hidup mati manusia. Penyakit yang
diberikan oleh Allah, harus kita kembalikan lagi kepada Yang
Maha Kuasa gitu.”(P6)
“Kalau sekarang lebih berdoa untuk kesehatan ajah , jadi Berdoa untuk Keyakinan
minta diberikan kesehatan ajah. Sekarang juga doanya untuk kesehatan akan
minta kesembuhan, kebanyakan minta kesembuhan.”(P1) kesembuhan
dari Tuhan
“.................Tapi saya yakin dengan kesembuhan saya yakin. Yakin dengan izin
Dengan izin Allah saya yakin. Tetep minta.”(P2) Allah
“Jadi kalau kita tidak bertawakal kepada Tuhan nanti ya Tawakal kepada
Wallahua’lam yah nggak akan sembuh. Yah walaupun sudah Allah
ngobatin pake herbal tapi kalo nggak ngadu sama Yang
Maha Kuasa nggak kan dapat kesembuhan. Masalah
kesembuhan wallahua’lam, tapi kita kan sudah berusaha,
manusia harus berusaha, mengahadap Ilahi agar
disembuhkan dari segala penyakit dan diangkat
penyakitnya.”(P6)
“Saya yaa alhamdulillah sich, duduk sholatnya, karena kalau Sholat dengan
...ini terasa disini (menunjukan kaki) pegel, nggak kuat, itu duduk
tengkuk nggak kuat, berdiri bangun, berdiri-bangun...paling
saya gini..duduk (meperagakan posisi duduk dengan kaki
diluruskan).”(P4)
“Sholatnya gitu..asal itu..katanya pusing, sakit kepalanya.
Kalo ini... kadang sakit ininya (menunjukkan lutut).
Seingetnya dia dah..hehe(tertawa). Sholatnya kalo berdiri,
kakinya kadang suka ngilu”
”Ya ada...yah kadang nggak tahan minum itu karena yah tau Motivasi Diri dalam
sendiri...panas. manusia kan nggak lepas dari air. Sedangkan dia Pembatasan Cairan
harus dijaga airnya. Kan berlawanan. Berat lah itu. Masih
mendingan makan bisa dijaga ”(Suami P8)
“karena tenaga nggak ada ajah cuman. Dari duduk ke berdiri itu Motivasi Diri dalam
yang payah. Ini rasanya nggak ada tenaga.”(P7) Beraktifitas
“Jamkesda saya hanya dapat 4 kali. Ini sebulan lebih dari sejuta, Ekonomi Eksternal
belum lagi obatnya.....sejuta, 5 juta sebulah..yah dari anak-anak
ajah. Telat sehari ajah sudah kambuh.”(Istri P7)
Tema III : Sumber Social Support dalam Pelaksanaan Self Care Management
“.......sekarang kan saya kondisinya itu obat ...dia( Istri) itu obat Pasangan membeli
beli obat nebus obat. Kedua kalo saya lagi check lab, dia nganter. obat dan mengantar
Kalau saya jalan sendiri , dia kan khawatir, jalan ajah
sempoyongan.”(P4)
“Dukungan yah banyak. Dukungan dari adek-adek saya, orang tua Biaya dan Keluarga
saya, yah mungkin biaya, untuk saya berobat atau untuk transportasi
transportasi. Yah sangat mendukung.”(P2)
“.....anak-anak saya. Semenjak sakit anak saya gantian nginep di Bergantian menjaga
rumah saya tiap malem.”(P3)
”Yah semua-semuanyalah, kalo nggak siapa lagi. Orang tua udah Biaya
nggak ada. Kan saya bilang tadi..sodara terbang semua. Keluarga
ajah lah...anak. Biaya dibantu anak”(P7)
“Deket yah deket. Kalo saya tergantung individu orangnya yah. Sharing dan saling Sesama pasien
Kalo individu orangnya diem ajah yah diajak ngobrol diem ajah memberikan yang menjalani
yah diem bapak. Tapi alhamdulillah samping bapak sering sharing semangat hemodialisis
gitu kan. Dia kebetulan udah 3-5 tahun an lah. Kadang bapak juga
suka teriak gitu ke yang orang Irian..”makan pak”....yah saling
ngasih spirit. Ada tuh orang Parung nggak mau makan , Istrinya
sampe nangis. Saya juga suka teriak ke Bapak itu. malah kadang
bapak kalau makan makan wahhh...kayak nikmat ajah tuh. Dia kan
jadi sering ngeliatin bapak. Sengaja bapak perlihatkan biar
ketularan makan........”(P1)
“Kalo ketemu aja ngobrol-ngobrol. Kayak keluarga dah kita Mengobrol dan
disana”(P2) seperti keluarga