Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS BEBAN DAN BIAYA INSTALASI LAMPU DAN KOTAK


KONTAK PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

Disusun Oleh:

Muhammad Bagas Syaatnuartoro

NIM 20150120142

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PT. LEN INDUSTRI (PERSERO)

Sehubungan dengan Kerja PRAKTIK yang dilaksanakan pada tanggal 26


Juni 2018 sampai dengan 04 September 2017 di PT. PILAR GARBA INTI, maka
saya:

Nama : Muhammad Bagas Syaatnuartoro

NIM : 20150120142

Jurusan/Fakultas : Teknik Elektro/Fakultas Teknik

Dengan ini telah menyelesaikan laporan kerja prakek dan disetujui oleh
pembimbing selama kerja PRAKTIK.

Mengetahui,

SITE MANAGER 1

Imam Ghozali
Disahkan oleh:

Dosen pembimbing kerja PRAKTIK

Iswanto, ST., M.Eng.


NIK. 19810902221010 123 057

Ketua Jurusan Teknik Elektro

Dr. Ramadoni Syahputra, S.T., M.T


NIK. 19741010201010 123 056
LEMBAR PENILAIAN KERJA PRAKTIK

Yang bertandatangan dibawah ini, pembimbing dari mahasiswa:

Nama : Muhammad Bagas Syaatnuartoro

NIM : 20150120142

Asal Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Program Studi : Teknik Elektro

Masa Kuliah Kerja PRAKTIK : 02 Oktober – 04 September 2017

Judul Laporan : ANALISIS BEBAN DAN BIAYA


INSTALASI LAMPU DAN KOTAK
KONTAK PEMBANGUNAN GEDUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’Ala yang


telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Kerja PRAKTIK di PT. PILAR GARBA INTI dan dapat menulis
hasil kerja PRAKTIK dalam bentuk laporan. Shalawat serta salam senantiasa
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, yang
telah membimbing dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang
seperti sekarang ini.

Pada kegiatan Kerja PRAKTIK ini, penulis mengambil tempat dibidang


Mechanical dan Electrical dengan judul laporan “ANALISIS BEBAN DAN
BIAYA INSTALASI LAMPU DAN KOTAK KONTAK PEMBANGUNAN
GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AHMAD
DAHLAN”.

Dalam pelaksanaan Kerja PRAKTIK dan penulisan laporan, penulis


mendapat banyak saran, informasi, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah Subhanahu wa Ta’Ala, yang telah memberikan karunia dan


rahmatnya sehingga penulis mampu menyelesaikan Kerja PRAKTIK.
2. Kedua Orang Tua yang selalu mendukung dan mendoakan
3. Bapak Imam Ghozali, selaku Site Manager 1 PT. PILAR GARBA INTI
4. Bapak Dr. Ramadoni Syahputra, S.T., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
5. Bapak Karisma Trinanda Putra, S.T., M.T, selaku dosen pembimbing
Kerja PRAKTIK penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan laporan ini, dengan harapan laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun rekan-rekan yang membacanya.
Akhirnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’Ala juga penulis berserah diri,
karena tiada satupun yang dapat tejadi jika tidak ada kehendak dari-Nya. Semoga
bantuan dan kebaikan semua pihak menjadi catatan Allah Subhanahu wa Ta’Ala
sebagai amal ibadah.

Yogyakarta, _____________
Penulis

Muhammad Bagas Syaatnuartoro


NIM 20150120142
BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Ilmu adalah hal penting yang yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Tanpa
adanya ilmu maka kehidupan manusia tidak akan berjalan dengan baik. Ilmu
pengetahuan yang dimiliki setiap individu berbeda-beda. Di era globalisasi saat ini
menuntut setiap individu untuk mampu bersaing dalam mempertahankan
eksistensi dalam hal karir. Tidak hanya ilmu dalam bentuk teori yang dibutuhkan
namun ilmu dalam hal penerapan dilapangan juga diperlukan. Di dalam segala
aspek bidang, ilmu yang khususnya berhubungan dengan Instalasi pada gedung
bertingkat membutuhkan suatu pengalaman dan jam terbang dalam bekerja.
Berkembangnya ilmu baik itu teknologi, informasi, dan metode pada bidang
pekerjaan yang berhubungan dengan Instalasi pada gedung bertingkat tetaplah
dibutuhkan karena dengan hanya mengikuti kuliah dan praktikum tidaklah cukup
sehingga diperlukan terjun dan terlibat langsung dalam kegiatan Mechanical,
electrical, dan Plumbing dalam hal ini saya bergabung dengan PT. PILAR
GARBA INTI Mechanical dan Electrical Contractor di pembangunan gedung
Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan.
Dari latar belakang diatas maka dalam laporan ini diambil judul: ANALISIS
BEBAN DAN BIAYA INSTALASI LAMPU DAN KOTAK KONTAK
PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
2.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana perancangan instalasi lampu pada Gedung FK UAD?
2. Bagaimana perancangan instalasi Kotak Kontak pada Gedung FK
UAD?
2.3 Batasan Masalah
Sesuai rumusan masalah yang ada, maka laporan ini dibatasi dan
diutamakan pada:
1. Software yang digunakan adalah Simulink Matlab 2013a.
2. Spesifikasi gelombang/sinyal yang akan diproses: bandwidth 2MHz,
pulse width 1μs, PRI (Pulse Repetition Interval) 1ms.

2.4 Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan dari penulisan laporan ini adalah:
a. Menganalisis beban dan biaya instalasi lampu
b. Menganalisis beban dan biaya Instalasi Kotak Kontak
2. Manfaat dari penulisan laporan ini antara lain:
a. Dapat mengetahui perkiraan beban dan biaya instalasi lampu pada
pembangunan gedung FK UAD
b. Dapat mengetahui perkiraan beban dan biaya instalasi Kotak Kontak
pada pembangunan gedung FK UAD
2.5 Metode Penelitian
Metode-metode yang dilakukan dalam penelitian antara lain:
1. Studi pustaka yaitu dengan membaca buku dan standar yang
berhubungan dengan pengolahan sinyal pada radar.
2. Wawancara yaitu berkonsultasi dengan pembimbing mengenai proses
pengolahan sinyal pada radar.
3. PRAKTIK yaitu langsung melakukan perancangan dan pengujian
pengolahan sinyal pada radar dengan menggunakan software Simulink
Matlab.
4. Browsing internet yaitu mencari informasi yang berkaitan dengan
pengolahan sinyal pada radar melalui internet.

2.6 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan laporan kerja PRAKTIK ini, penulis mendapat masukan
ilmu dari buku, literature, intruksi kerja perusahaan dan standar nasional maupun
internasional. Oleh karena itu, maka dalam sistematika penulisannya, penulis
membagi tulisannya kedalam setiap bab yang berisikan:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas tentang:
latar belakang masalah dan analisis masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
metode penelitian dan sistematika penulisan laporan kerja
PRAKTIK.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


Menjelaskan tentang organisasi dan sejarah perusahaan,
visi dan misi perusahaan, ruang lingkup serta bidang kerja,
deskripsi kerja dan jadwal kerja.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan
pembahasan dari laporan Kerja PRAKTIK.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan penjelasan tentang perancangan blok


pengolahan sinyal pada radar dengan menggunakan
software Simulink Matlab, pelaksanaan simulasi, dan hasil
dari simulasi yang dilakukan.
BAB II

PROFILE PERUSAHAAN

2.1 Logo Perusahaan

2.2 Data Proyek

Proyek pembangunan gedung Gedung Fakultas Kedokteran UAD memiliki data-


data proyek sebagai berikut :
1. Nama Proyek : Proyek Gedung Fakultas Kedokteran UAD
2. Lokasi Proyek :
3. Luas Bangunan:
4. Pemilik proyek : Universitas Ahmad Dahlan
5. Konsultan Perencana
a. Konsultan perencana
b. Arsitektur
c. Struktur
d. M&E

2.3 Alamat Proyek

Proyek ini berada di Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan


2.4 Review Perusahaan

PT. PILAR GARBA INTI merupakan jawaban dari kebutuhan akan


kualitas dan kecepatan layanan terhadap pelanggan. Berawal dari layanan
service, maintenanceuntuk keperluan AC (air condition),Electrical,Plumbing dan
sampai saat ini berkembang dengan diversifikasi layanan pendukung. PT. PILAR
GARBA INTI merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa kontraktor
yang berbasis di Jakarta sejak 1997. PT. Pilar Garba Inti juga menyediakan jasa,
memperbaiki dan merawat dan segala pelayanan untuk memberikan kontribusi
penting bagi pelanggan. Diantaranya adalah jasa service, kontraktor umum,
mekanikal dan elektrikal. Adapun Sebagian dari beberapa project kami: Hotel Le
Meridien thn 2012 ; Permata Bank WTC II 2012 ; Inchasi Raya Group Office
Building 2012 ; Giant Harapan Indah 2011 ; Trans Hotel Bandung 2011 ; Sekolah
BPK Penabur Harapan Indah Bekasi 2011 ; Rumah sakit Bali Indonesia Medika
Citra(BIMC) 2011 ; Hotel Terrace Mock Up Bali 2011 ; Cibinong City Mall 2013
; Margo city mall Depok 2013 , dan msh banyak lagi beberapa project kami yg
sedang berjalan di thn 2013 ini. Untuk lebih jelas dan lengkap dapat dilihat di
Website kami: http://ift.tt/1PcTCQL

2.5 Visi dan Misi

VISI

Menjadi kontraktor Mekanikal dan Elektrikal nasional yang terpercaya oleh


masyarakat luas di Indonesia.

MISI

 Berperan serta secara aktif dalam pembangunan, pemeliharaan dan


pengembangan infrastruktur di Indonesia.
 Berperan serta secara aktif dalam pengembangan Sumber Daya Manusia
khususnya yang terkait dengan jasa konstruksi.
 Berperan serta secara aktif dalam pengembangan metodologi pelaksanaan jasa
konstruksi.
 Berperan serta secara aktif dalam pengembangan dan pelaksanaan regulasi jasa
konstruksi baik yang ditetapkan oleh pemerintah maupun yang ditetapkan
asosiasi.
 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
 Memegang teguh komitmen terhadap semua pihak.
2.6 Struktur Organisasi Perusahaan

2.7 Jumlah Karyawan


TENAGA KERJA/MAN POWER
Untuk jumlah tenaga kerja/man power di kantor pusat adalah
sebagai berikut:
1. Tabel Jumlah Karyawan Berdasarkan Gender
Gender 2014 2015 2016
Pria 438 420 407
Wanita 80 78 77
Jumlah 518 498 484

2. Tabel Jumlah Karyawan Berdasarkan Usia


Usia 2014 2015 2016
<30 174 146 125
30-39 134 161 185
40-40 97 77 72
50-55 113 114 102
Total 518 498 484
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 RADAR (Radio Detection and Rangging)


Suatu system gelombang elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi,
mengukur jarak, ketinggian, arah atau kecepatan suatu benda. Hal tersebut dapat
digunakan untuk mendeteksi pesawat, kapah, pesawat ruang angkasa, peluru
kendali, kendaraan bermotor dan informasi cuaca. Radar beroperasi dengan
memancarkan sinyal dan mendeteksi sinyal echo yang dipantulkan oleh objek atau
target. Panjang gelombang yang dipancarkan oleh radar bervariasi mulai dari
millimeter hingga meter. Gelombang radio atau sinyal yang dipancarkan dan
dipantulkan dari suatu benda tertentu akan ditangkap oleh radar. Dengan
menganalisa sinyal yang dipantulkan tersebut, pemantul sinyal dapat ditentukan
lokasinya dan kadang dapat juga ditentukan jenisnya. Meskipun sinyal yang
diterima relative lemah atau kecil, namun sinyal radio tersebut dapat dengan
mudah dideteksi dan diperkuat oleh radar.
Radar dapat melakukan fungsinya pada jarak jauh maupun dekat, dan tahan
terhadap sensor optic maupun inframerah, dapat beroperasi dalam kegelapan,
embun, kabut, hujan, maupun salju. Kemampuannya dalam mengukur jarak
dengan akurasi tinggi pada segala cuaca merupakan salah satu peran penting radar.
Radar dikembangkan oleh beberapa Negara sebelum dan selama Perang
Dunia II. Istilah radar diciptakan pada tahun 1940 oleh Angkatan Laut Amerika
Serikat sebagai akronim untuk radio dan deteksi. Penggunaan modern rafar sangat
beragam mulai dari control lalu lintas udara, astronomi radar, system pertahanan
udara, system antiroket, radar laut untuk menemukan landmark dan kapal lainnya,
dan masih banyak lagi. Informasi yang diberikan oleh radar mencakup bantalan
dan jangkauan obyek dari pemindai. Hal demikian digunakan diberbagai bidang
dimana kebutuhan untuk posisi tersebut sangat penting. Penggunaan pertama dari
radar adalah untuk keperluan militer diantaranya adalah untuk mencari target yang
ada diudara, laut, maupun darat. Kemudian penggunaan tersebut berkembang
dibidang sipil seperti aplikasi untuk pesawat, kapal maupun lalu lintas dijalan.
Prinsip kerja dari radar secara umum adalah mengukur jarak dari sensor ke
target. Ukuran jarak tersebut didapat dnegan cara mengukur waktu yang
dibutuhkan gelombang elektromagnetik selama penjalarannya mulai dari sensor
ke target dan kembali lagi ke sensor.
Ada tiga komponen utama yang tersusun didalam system radar yakni
antenna, transmitter (pemancar sinyal), dan receiver (penerima sinyal).

3.1.1. Antenna
Merupakan suatu alat listrik yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi
gelombang elektromagnetik kemudian memancarkannya ke ruang bebas atau
sebaliknya yaitu menangkap gelombang elektromagnetik dari ruang bebas dan
mengubahnya menjadi sinyal listrik.
Antenna yang terletak pada radar merupakan suatu antenna reflector
berbentuk piring parabola yang menyebarkan energy elektromagnetik dari titik
fokusnya dan dipantulkan melalui permukaan yang berbentuk parabola. Antenna
radar memiliki dua kutub. Input sinyal yang masuk dijabarkan dalam bentuk
phased-array (bertingkat atau bertahap). Ini merupakan sebaran unsure-unsur
objek yang tertangkap antenna dan kemudian diteruskan ke pusat system radar.

3.1.2. Transmitter (Pemancar Sinyal)


Pada system radar, transmitter berfungsi untuk memancarkan gelombang
elektromagnetik melalui antenna. Hal ini dilakukan agar sinyal objek yang berada
didaerah tangkapan radar dapat dikenali. Pada umumnya, transmitter memiliki
bandwidth dengan kapasitas yang besar, selain itu transmitter juga memiliki
power yang cukup kuat, efisien, ukurannya juga tidak terlalu besar dan tidak
terlalu berat serta mudah dalam hal perawatannya.

3.1.3. Receiver (Penerima Sinyal)


Pada system radar, reciver berfungsi sebagai penerima kembali pantulan
gelombang elektromagnetik dari sinyal objek yang tertangkap oleh radar melalui
reflector antenna. Pada umumnya, receiver memiliki kemampuan untuk
menyaring sinyal yang diterimanya agar sesuai dengan pendeteksian yang
diinginkan, dapat memperkuat sinyal objek yang lemah dan meneruskan sinyal
objek tersebut ke pemroses data dan sinyal dan kemudian menampilkan
gambarnya di layar monitor.

Selain ketiga komponen utama diatas, radar juga terdiri dari beberapa
komponen pendukung lainnya, yaitu:
3.1.4. Waveguide
Merupakan komponen pendukung yang berfunsi sebagai penghubung
antara antenna dengan transmitter.

3.1.5. Duplexer
Merupakan komponen pendukung yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran atau peralihan antara antenna dan penerima atau pemancar sinyal
ketika antenna digunakan dalam kedua situasi tersebut.

3.1.6. Software
Merupakan suatu bagian elektronik yang berfungsi untuk mengontrol
kerja seluruh perangkat dan antenna ketika melakukan tugasnya masing-masing.

3.2 Jenis-jenis Radar


Radar diklasifikasikan dengan beberapa criteria, misalnya berdasarkan
tipe transmitter dan receiver, kegunaan, frekuensi operasi, tipe sinyal yang
dipancarkan, dan polarisasi. Secara umum, jenis atau tipe radar telah dinamai
dengan radar monostatic, bistatic, pulse, continuous wave (CW), Doppler, non
Doppler, weather radar, air surveillance radar, mobile radar, dan lain-lain.
Beberapa dari jenis radar tersebut seperti dijelaskan secara singkat dibawah ini.
3.2.1. Bentuk gelombang
3.2.1.1 Continuous Wave/CW
Merupakan radar yang menggunakan transmitter dan receiver secara
terpisah, dimana radar ini terus menerus memancarkan gelombang
elektromagnetik. Radar CW tidak termodulasi dapat mengukur kecepatan
target melalui posisi sudut target secara akurat. Radar CW yang tidak
termodulasi biasanya digunakan untuk mengetahui kecepatan target dan
menjadi pemandu rudal.

3.2.1.2 Pulse Radar/PR


Merupakan radar yang gelombang elektromagnetiknya diputus secara
berirama. Frekuensi denyut radar (Pulse Repetition Frequency) dapat
diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu, PRF high, medium dan low

3.2.2. Jumlah Antenanya


3.2.2.1 Monostatic Radar
Adalah jenis radar yang hanya memiliki sebuah antenna yang digunakan
untuk memancarkan maupun menerima sinyal. Radar ini memiliki suatu
bagian yang disebut duplexer yang berfungsi untuk memisahkan antara
penerima dengan pemancar. Radar monostatic biasanya menggunakan
bentuk gelombang (waveform) namun dapat juga menggunakan CW.
Untuk desain radar monostatic CW digunakan suatu alat yang dinamakan
circulator untuk memisahkan antara gelombang yang dipancarkan dengan
yang diterima. Radar jenis ini mendominasi jenis-jenis radar yang ada
saat ini.

3.2.2.2 Bistatic/Multistatic Radar


Merupakan suatu jenis system radar yang komponennya terdiri dari
transmitter dan satu atau lebih receiver, dimana kedua komponen tersebut
dipisahkan oleh jarak yang dapat dibandingkan dengan jarak target atau
objek. Objek dapat dideteksi berdasarkan sinyal yang dipantulkan oleh
objek tersebut ke pusat antenna. Berdasarkan pemancarnya radar
Bi/Multistatic dapat dibagi lebih lanjut menjadi 2 macam yaitu:
1. Radar Bistatic kooperatif yaitu radar bistatic yang pemancarnya
sudah terintegrasi dengan unit radarnya. Contoh dari radar ini cukup
banyak, diantaranya adalah radar OTH (Over The Horizon) seperti
Jindalee dan radar Struna-1MU buatan Rusia.
2. Radar bistatic non kooperatif yaitu radar bistatic yang pemancarnya
tidak terintegrasi dengan unit radarnya, misalnya adalah Silent Sentry
buatan Lockheed martin yang memanfaatkan pemancar seperti station
televisi atau radio.

3.3 Maximum Unambigous Range


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, radar beroperasi dengan
memancarkan sinyal dan mendeteksi sinyal echo yang dipantulkan oleh objek atau
target. Sinyal pantul yang kembali ke radar tidak hanya menindikasikan
keberadaan target. Dengan membandingkan sinyal echo yang diterima dengan
sinyal yang ditransmisikan, lokasi objek dapat ditentukan berikut informasi
lainnya yang berkaitan dengan target.
Ketika sinyal dipancarkan oleh radar, waktu yang cukup harus dilalui
untuk memberi kesempatan semua sinyal echo kembali ke radar sebelum pulsa
berikutnya dipancarkan. Kecepatan transmisi pulsa ditentukan oleh range terjauh
dimana target diharapkan berada. Jika waktu antar pulsa (Tp) terlalu pendek,
sinyal echo dari target yang jauh akan tiba setelah pulsa sinyal bertikutnya
dipancarkan oleh radar. selanjutnya sinyal echo tersebut dapat dikaitkan dengan
pulsa kedua, bukan pulsa sebelumnya.
Hal tersebut akan menyebabkan kesalahan atau ambiguous measurement
terhadap range target. Sinyal echo yang tiba setelah transmisi pulsa berikutnya
disebut second-time-arround-echos atau multiple-time-around-echoes. Terjadinya
echo jenis ini akan menyebabkan range seolah-olah lebih dekat daripada
sebenarnya, dan pengukuran range menjadi menyesatkan jika saja echo tersebut
tidak dikenali sebagai second-time-around echoes. Range dimana target tidak
muncul sebagai second-time-around-echoes disebut dengan maximum
unambiguous range (Run) yang dinyatakan sebagai berikut:
cTp c
R un = =
2 2fp
3.4 Pulse Repetition Frequency (PRF)
Adalah jumlah pulsa yang dipancarkan oleh radar setiap detik. PRF
biasanya ditentukan oleh Maximum Unambigous Range dimana target tidak
diharapkan berada dalam range tersebut, dan didefinisikan sebagai berikut:
fp = c/2R un
Beberapa tipe radar seperti pulse Doppler radar selalu beroperasi dengan
PRF yang dapat berdampak pada range ambiguities. Range ambiguities ditoleransi
pada pulse Doppler radar untuk memperoleh keuntungan dari PRF yang tinggi
dalam mendeteksi target bergerak ditengah-tengah keberadaan clutter.
Menyelesaikan permasalahan range ambiguities merupakan bagian penting dari
operasi pulse Doppler radar. Keberadaan multiple-time-around echoes tidak dapat
langsung diketahui saat digunakan gelombang dengan PRF konstan.

Gambar 3.4.1 Echo pada interval unambiguouh range

Sebagaimana gambar diatas, terdapat tiga target yaitu A, B, C. Target A


berada dalam interval unambiguous range Run , target B berada pada jarak lebih
besar dari Run , sementara C berada pada jarak lebih besar dari 2Run tetapi kurang
dari 3Run . Target B merupakan second-time-around echoe, sedangkan target C
merupakan multiple-time-around echo. Ketika ketiga PRF tersebut ditampilkan
pada display radar seperti pada gambar dibawah ini, maka ambiguous echo (B dan
C) tampak tidak berbeda dari unambiguous range echo target A.
Gambar 3.4.2 Tampilan target A, B, C pada display radar
Pada gambar tersebut hanya echo target A yang benar, akan tetapi tidak
dapat ditentukan dari display radar bahwa kedua target lainnya tidak berada pada
range yang ditampilkan. Ambiguous range echoes dapat dikenali dengan
mengubah-ubah PRF radar. Ketika PRF diubah, unambiguous echo yang berada
pada range kurang dari Run tetap berada pada range yang benar, sementara
ambiguous range echo tampak berada pada range yang berbeda untuk masing-
masing PRF yang berbeda. Dengan demikian, ambiguous target dapat
diindentifikasi. Secara teori, 2 PRF dapat menyelesaikan permasalahan ambiguity,
tetapi pada PRAKTIKnya biasanya diperlukan 3 PRF untuk meningkatkan akurasi
dan menghindari kesalahan.

Gambar 3.4.3 Tampilan ketiga target echo dengan PRF yang bervariasi

3.5 Doppler Shift


Doppler shift atau efek Doppler, dinamakan mengikuti tokoh fisika
Cristian Andreas Doppler, adalah perubahan frekuensi atau panjang gelombang
dari sebuah sumber gelombang yang diterima oleh pengamat, jika sumber suara
atau gelombang tersebut bergerak relative terhadap pendengar atau pengamat.
Dalam aplikasi radar, jika radar dan objek bergerak relative terhadap satu sama
lain, frekuensi echo yang diterima (fr) akan berbeda dari frekuensi yang
dipancarkan (f) karena adanya efek Doppler.
Misalkan ada sebuah objek bergerak dengan kecepatan v mendekati radar
monostatic dimana transmitter dan receiver berada pada lokasi yang sama dan
tidak bergerak satu sama lain, maka frekuensi yang diterima adalah:
1+ v⁄
c
fr = ( v⁄ ) f
1− c
Sehingga target yang mendekat menyebabkan peningkatan frekuensi
yang diterima. Jika target bergerak menjauh, artinya target bergerak dengan
kecepatan berlawanan, maka v pada formula diatas disubstitusi dengan –v
frekuensi yang diterima menurun. Perbedaan antara frekuensi yang dipancarkan
dengan frekuensi yang diterima disebut Doppler frequency atau Doppler Shift,
dimana:
2v 2v
fr = f=
c λ
V yang positif sebagaimana formula diatas menandakan bahwa target
bergerak mendekati radar.
Dalam kondisi nyata, selain echo dari target, radar juga menerima echo
dari alam seperti tanah, laut dan cuaca. Echo tersebut disebut dengan clutter
karena dapat mengacaukan tampilan radar. Echo dari clutter dapat beberapa kali
lebih besar dibandingkan dengan echo dari target seperti pesawat. Ketika echo
dari pesawat dab echo dari clutter muncul pada cell yang sama, keberadaan
pesawat bisa jadi tidak terdeteksi. Metode paling ampuh untuk mendeteksi target
bergerak dalam clutter yang besar adalah dengan memanfaatkan efek Doppler.
Doppler shift dapat dimanfaatkan oleh radar untuk mendeteksi echo dari
target bergerak ditengah-tengah keberadaan echo clutter tidak bergerak yang jauh
lebih kuat. Echo clutter dapat lebih besar dari echo target sebanyak 60-70 dB, hal
tersebut tergantung dengan tipe radar dan lingkungan sekitar. Karena kecepatan
target jauh lebih kecil daripada kecepatan cahaya, maka Doppler shift jauh lebih
kecil daripada frekuensi radar.

3.6 Radial Velocity


Radial velocity atau kecepatan radial merupakan kecepatan relative
sepanjang line of sight (LOS) antara radar dengan target, dan didefinisikan
sebagai
v = vr cos φ
Sehingga
2v
fd = cos φ
λ
Dimana Doppler shift ditentukan oleh komponen radial dari kecepatan
relative antara target dengan radar.
3.7 Blind Speed
Merupakan kondisi dimana magnitude dari radial velocity tidak dapat
diukur oleh radar. Semakin rendah PRF, maka kemungkinan terjadinya range
ambiguities juga semakin rendah. Akan tetapi, hal tersebut berdampak pada
terjadinya Doppler ambiguities atau blinda speed. Radar yang tidak memiliki
range ambiguities dikarenakan nilai PRF-nya rendah menjadi metode yang baik
dalam mendeteksi target bergerak dengan adanya clutter, akan tetapi dengan
syarat jika efek blind speed dapat ditoleransi.
Dalam kondisi tertentu, penyebaran blind speed dapat mengeleminasi
sebagian besar Doppler space yaitu area Doppler dimana target bergerak yang
diinginkan dapat dideteksi. Berkurangnya Doppler space yang tersedia
menyebabkan hilangnya target bergerak yang terdeteksi. Blind speed dapat terjadi
jika PRF atau kelipatannya sama dengan frekuensi Doppler. Hubungan antara
PRF dengan frekuensi Doppler adalah:
2vr n
fd = = = nfp
λ Tp
Sehingga
nλ nλfd
vn = =
2Tp 2
Dimana vr digantikan dengan vn, yaitu blind speed ke-n. Biasanya hanya
blind speed pertama (v1) yang dipertimbangkan, karena blind speed lainnya
merupakan kelipatan dari v1. Dari hubungan tersebut dapat dijelaskan bahwa
factor yang mempengaruhi blind speed adalah PRF dan panjang gelombang yang
ditransmisikan oleh radar.
3.8 Pengolahan Sinyal
Sinyal adalah suatu besaran fisik yang berubah-ubah tergadap satu atau
beberapa variabel bebas yang dimaksud dengan variable bebas disini adalah sinyal
dapat dikatakan sebagai sinyal kontinyu/analog maupun sinyal diskrit/digital dan
lain-lain. Sinyal analog adalah sinyal kontinyu yang mempunyai puncak positif
dan puncak negative dimana karakteristik dari sinyal tersebut akan berubah-ubah
sesuai dengan informasi yang dibawanya. Karakteristik yang akan berubah-ubah
adalah amplitude dan frekuensi. Pada umumnya sinyal analog digambarkan dalam
bentuk gelombang sinus dimana mempunyai tiga variable yaitu amplitude,
frekuensi dan fasa. Sedangkan sinyal digital adalah sinyal tak kontinyu yang
memiliki dua kemungkinan keadaan yaitu logika 0 dan logika 1. Inilah alasan
mengapa disebut sinyal tak kontinyu. Selain itu sinyal digital juga mempunyai
istilah tepi naik dan tepi turun, tepi naik merupakan transisi dari negative ke
positif sedangkan tepi turun merupakan transisi dari positif ke negative.
Sedangkan pengolahan sendiri merupakan operasi-operasi tertentu terhadap
suatu sinyal, baik operasi-operasi elementer maupun operasi-operasi kompleks.
Operasi elementer terdiri dari penjumlahan dengan konstanta, penjumlahan sinyal,
perkalian dengan konstanta, perkalian sinyal, penundaan dan pembalikan waktu.
Sedangkan contoh dari operasi kompleks antara lain adalah pemodulasian,
penyaringan, konvolusi, korelasi, kompresi, dan sebagainya.

3.8.1. Sampling
Proses sampling adalah proses pencuplikan nilai dari suatu sinyal
kontinyu/analog yang dilakukan dengan cara mengukur amplitudonya secara
periodik diwaktu-waktu tertentu. Output dari proses sampling ini adalah untuk
mendapatkan sinyal waktu diskrit yang mampu mewakili sifat aslinya, proses
sampling harus memenuhi syarat Nyquist dari teori Shannon, yaitu frekuensi
sampel setidaknya harus dua kali lebih besar dari sinyal inputnya (fs > 2fi).
Hal tersebut merupakan batas minimum dari frekuensi sampel agar
nantinya cuplikan yang diambil menunjukkan bentukan sinyal yang asli (analog).
Lebih besar maka akan lebih baik, karena cuplikan akan menggambarkan sinyal
yang asli. Apabila criteria Nyquist tidak dipenuhi maka akan menimbulkan
aliasing dimana aliasing merupakan hasil dari sampling secara diskrit pada suatu
sinyal yang terlalu rendah sehingga memberikan resolusi yang rendah pula, selain
itu efek tersebut disebut aliasing karena frekuensi tertentu terlihat sebagai
frekuensi yang lain (menjadi alias dari frekuensi lain).
Setelah dilakukan proses tersebut maka terbentuklah suatu sinyal analog-
diskrit yang bentuknya menyerupai aslinya namun hanya diambil diskrit-diskrit
saja.

3.8.2. Quantisasi (Perhitungan)


Quantisasi merupakan proses pembandingan level-level tiap diskrit sinyal
hasil sampling dengan tetapan level tertentu. Level-level tersebut adalah tetapan
angka-angka yang dijadikan bilangan biner. Sinyal-sinyal diskrit yang ada akan
disesuaikan levelnya dengan tetapan yang ada. Jika lebih kecil akan dinaikan dan
jika lebih besar maka akan diturunkan. Prosesnya hampir sama dengan
pembulatan angka.
Tetapan level yang ada tergantung pada resolusi dari alat, karena tetapan
level merupakan kombinasi angka biner, maka jika bit-nya lebih besar
kombinasinya akan lebih banyak dan tetapan akan lebih banyak pula. Quantisasi
membuat pembulatan level sinyal diskrit menjadi tidak jauh dengan level aslinya,
dan bentukan sinyal akan lebih bervariasi sehingga akan terbentuk seperti aslinya.
Proses tersebut membuat sinyal lebih baik karena bentukkannya lebih tetap.
Proses ini juga dapat mengecilkan error dari suatu sinyal.

3.8.3. Konvolusi
Proses konvolusi merupakan proses yang berfungsi untuk menentukan
sinyal output y[n] dari sebuah input tertentu x[n] dengan fungsi transfer tertentu
h[n]. Konvolusi dapat memiliki input berupa sinyal kontinyu, maupun sinyal
diskrit. Deretan input x[n] ini berupa impuls satuan yang dilambangkan dengan
δ[n], sedangkan deretan output berupa respon system deretan yang disimbolkan
dengan h[n]. Proses konvolusi dapat didefinisikan atau dilambangkan dengan:
y[n] = x[n] ∗ h[n]
Dengan perubahan variable, maka berlaku pula:

y[n] = ∑ x[k] ∗ h[n − k]


k=−∞

Rumus diatas merupakan rumus konvolusi dengan fungsi transfer h[k]


dari sebuah sinyal dikalikan dengan pencerminan sinyal dari sinyal input yang
digeser sejauh n(x[n-k]).
Proses konvolusi dapat dilakukan dengan cara grafis/lansung dengan
menggambar deretan sinyal input, transfer dan output maupun dengan cara
computational atau menggunakan perhitungan pada computer.

3.8.4. Pulse Compression


Kompresi pulsa adalah metode pemrosesan sinyal yang biasa digunakan
oleh radar, sonar, echography yang memanfaatkan pulsa yang panjang untuk
mencapai energy radiasi yang besar namun secara bersamaan mendapatkan
resolusi rentang pulsa pendek. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan
resolusi jangkauan serta signal to noise ratio (SNR). Terdapat beberapa tipe
modulasi yang dapat digunakan pada kompresi pulsa. Dan yang paling sering
digunakan adalah metode Linear Frequency Modulation (LFM) dan phase coded
pulse modulation.
Linear Frequency Modulation Pulse Compression
Bentuk gelombang kompresi pulsa LFM dapat diproses dan dihasilkan
pada tingkat daya rendah dengan menggunakan metode digital apabila tersedia
ADC dengan rangkaian suara dan jumlah bit yang dibutuhkan. Hal ini
dikarenakan metode digital merupakan metode yang stabil dan dianggap dapat
menangani bentuk gelombang dengan durasi yang panjang. Berikut adalah
beberapa metode implementasi untuk LFM pulse compression:
1. Direct Convolution in Time Domain
Kompresi pulsa yang dilakukan dengan melakkukan konvolusi dua
sinyal (sinyal yang dikirim dan sinyal yang diterima yang belum
dikompres).

2. Frequency Domain Implementation


Kompresi pulsa yang dilakukan dengan mentransformasikan kedua
sinyal (sinyal yang diterima dan belum dikompresi dengan sinyal
yang dikirimkan) kemudian kedua hasil transformasi tersebut
dikalikan dan balik.

3.8.5. Matched Filter


Pada pengolahan sinyal, matched filter diperoleh dengan cara
menghubungkan sinyal atau template yang diketahui dengan sinyal yang tidak
diketahui untuk mendeteksi adanya tempelan pada sinyal yang tidak diketahui
tersebut. Dalam system radar, filter diterapkan pada sinyal yang diterima untuk
memaksimalkan SNR pada suatu titik waktu sesuai dengan penundaan ke target.
Filter yang digunakan biasanya memiliki tipe low-order misalnya finite impulse
respon (FIR).
Filter FIR adalah suatu system yang mempunyai tanggapan terhadap
impuls dengan pangjang terhingga. Dengan kata lain, saat filter tersebut diberi
masukan berupa impuls maka keluarannya hanya ada sampai waktu tertentu. Hal
ini disebabkan karena tidak adanya feedback. Contohnya jika memasukkan
sebuah impuls (sinyal 1 diikuti dengan banyak sinyal 0) maka sinyal 0 akan keluar
setelah sinyal 1 melewati semua delay line dengan koefosoennya. Diagram blok
dari filter FIR dapat dilihat pada gambar berikut:

Sebuah finite respon filter (filter FIR) memiliki hubungan imput output
dalam domain waktu diskrit sebagai berikut:
𝐌

y[𝐧] = ∑ 𝐛𝐤 𝐱[𝐧 − 𝐤]
𝐤=𝟎
dimana:
bk = koefisien feed forward
M = orde filter FIR
Keuntungan fil
ter FIR antara lain adalah stabil dan memiliki phasa yang linier.
Sedangkan kerugiannya adalah filter FIR terkadang membutuhkan lebih banyak
memori dan atau perhitungan untuk mencapai karakteristik respon filter yang
diberikan. Terdapat beberapa metode dalam melakukan perancangan filter FIR
untuk mendapatkan fase linier antara lain: windowing, metode frekuensi cuplik,
dan metode pendekatan chebyshev.

3.8.6. Delay Line Canceller


BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum
Proses pengolahan sinyal, diawali dengan proses pencuplikan sinyal
masukan yang berupa sinyal kontinyu/analog. Proses ini mengubah representasi
sinyal yang tadinya berupa sinyal kontinyu/analog menjasdi sinyal diskrit/digital.
Proses tersebut dilakukan oleh suatu unit yang bernama ADC (Analog to Digital
Converter). Unit ADC terdiri dari sebuah bagian sample/hold dan quantiser.
Unit sample/hold merupakan bagian yang melakukan pencuplikan orde ke-0,
yang berarti nilai masukan selama kurun waktu T dianggap memiliki nilai yang
sama. Pencuplikan dilakukan setiap satu satuan waktu yang lazim disebut dengan
waktu cuplik (sampling time). Kemudian bagian quantiser akan merubahnya
menjadi beberapa level nilai. Pembagian level nilai ini dapat dilakukan secara
uniform maupun secara non-uniform seperti pada Gaussian quantiser.

Gambar 4.1.1 Proses Sampling


(http://setiawan.blog.uns.ac.id/files/2009/09/gambar-1-300x110.jpg)
Sinyal input asli yang tadinya berupa sinyal analog, x(T) akan dicuplik dan
diquantise sehingga berubah menjadi sinyal digital x(kT). Dalam representasi baru
inilah sinyal diolah. Keuntungan dari metode ini adalah pengolahan menjadi
mudah dan dapat memanfaatkan program sebagai pengolahnya. Dalam proses
sampling ini diasumsikan kita menggunakan waktu cuplik yang sama dan konstan,
yaitu Ts. Parameter cuplik ini menentukan dari frekuensi harmonis tertinggi dari
sinyal yang masih dapat ditangkap oleh proses cuplik ini. Frekuensi sampling
minimal adalah 2 kali dari frekuensi harmonis dari sinyal.
Untuk mengurangi kesalahan cuplik maka lazimnya digunakan filter anti-
aliasing sebelum dilakukan pencuplikan. Filter ini digunakan untuk meyakinkan
bahwa komponen sinyal yang dicuplik adalah benar-benar yang kurang dari batas
tersebut. Sebagai ilustrasi, proses pencuplikan suatu sinyal digambarkan pada
gambar berikut ini.

Gambar 4.1.2 Pengubahan dari sinyal kontinyu ke sinyal diskrit


(http://setiawan.blog.uns.ac.id/files/2009/09/gambar-2-300x68.jpg)

Setelah sinyal diubah representasinya menjadi deretan data diskrit,


selanjutnya data tersebut dapat diolah oleh prosesor menggunakan suatu algoritma
pemrosesan yang diimplementasikan dalam program. Hasil pemrosesan akan
dilewatkan ke suatu DAC (Digital to Analog Converter) dan LPF (Low Pass
Filter) untuk kemudian diubah menjadi sinyal analog kembali.

4.2 Simulasi dan Analisa Hasil Pengamatan


4.2.1 Ketentuan atau spesifikasi
Sebelum melakukan perancangan maupun simulasi, terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan yakni ketentuan atau spesifikasi dari sinyal yang akan
diolah. Ketentuan sinyalnya adalah sebagai berikut:
1. Bandwidth : 2MHz
2. Pulse width : 1μs
3. PRI : 1ms

Dari ketentuan diatas maka dapat diperoleh:

1. Frekuensi sampling
Fs = 2 * fi
= 2 * 2MHz
= 4MHz
2. Pulse Repetition Frequency
1
PRI =
PRF
1
1e−3 =
PRF
1
PRF = −3
1e
PRF = 1e3 = 1000

4.2.2 Simulasi rangkaian pengolahan sinyal


Berikut adalah diagram blok rangkaian proses pengolahan sinyal pada
radar dengan menggunakan software Simulink Matlab sebelum rangkaian tersebut
disimulasikan.

Gambar 4.2.2.1 Diagram blok rangkaian proses pengolahan sinyal pada


radar

Rangkaian tersebut memiliki beberapa komponen, mulai dari komponen


ChirpSig yang berfungsi untuk membuat gelombang hasil kompresi pulsa sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan, RefSig yang berfungsi untuk membuat
gelombang referensi yang sesuai dengan ketentuan, kemudian ada komponen
matched filter serta delay line canceler, yang kemudian hasil dari proses tersebut
akan ditampilkan pada scope. Angka-angka yang ada pada gambar diatas
menunjukkan mode yang digunakan saat rangkaian diuji.
Berikut adalah gambar yang menunjukkan diagram blok rangkaian proses
pengolahan sinyal pada radar dengan menggunakan softaware Simulink Matlab
setelah rangkaian tersebut disimulasikan.

Gambar 4.2.2.2 Diagram blok rangkaian proses pengolahan sinyal pada


radar setelah disimulasikan

Simulasi dilakukan dengan waktu pemberhentian simulasi untuk


pengambilan sampel sebesar 1e-1 atau 0,1s kemudian dengan posisi target sebesar
60e3 dan kecepatan target 0. Angka 4000 dan 400 merupakan nilai dari dimensi
sinyal yang dihasilkan oleh ChirpSig dan Refsig. Berikut adalah hasil yang
diperoleh setelah dilakukan simulasi.

Gambar 4.2.2.3 Hasil simulasi proses pengolahan sinyal pada radar


Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa delay line canceler akan
menggeser sinyal yang diterima oleh radar sesuai dengan komponen delay yang
digunakan, misalnya apabila delay line canceler hanya menggunakan satu
komponen delay, maka sinyal yang diterima akan digeser sekali. Jika
menggunakan dua komponen delay maka sinyal yang akan diterima akan digeser
dua kali dan seterusnya.

4.2.3 Analisa hasil pengamatan


Pengamatan akan dilakukan dengan menguji rangkaian proses pengolahan
sinyal tersebut. Pada pengujian rangkaian, untuk bagian matched filter mode yang
digunakan adalah mode 3 dimana adder 1 dan 2 bernilai ++. Pengujian dilakukan
dengan nilai simulation stop time sebesar 1e-1. Berikut adalah tabel pengujian
yang akan dilakukan:
4.2.3.1 Pengujian Velocity Target (kecepatan)
Kecepatan Posisi Target Posisi Radar
0 60e3 0
5 60e3 0
20 60e3 0
50 60e3 0
75 60e3 0
100 60e3 0
Dari pengujian dengan ketentuan seperti diatas, diperoleh hasil data
sebagai berikut:
1. Kecepatan 0

Gambar 4.2.3.1.1 Hasil pengujian pada kecepatan 0

2. Kecepatan 20

Gambar 4.2.3.1.2 Hasil pengujian pada kecepatan 20


3. Kecepatan 50

4. Kecepatan

Gambar 4.2.4.5.1.3 Hasil pengujian pada kecepatan 50, mode 1-garis merah,
mode 2-garis biru
5. Kecepatan 75

Gambar 4.2.4.5.1.4 Hasil pengujian pada kecepatan 75, mode 1-garis merah,
mode 2-garis biru

6. Kecepatan 100

Gambar 4.2.4.5.1.5 Hasil pengujian pada kecepatan 100, mode 1-garis merah,
mode 2-garis biru

Dari pengujian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh dapat dilihat
bahwa pada saat target berada pada kecepatan 0, gelombang sinyal yang muncul
adalah garis vertikal yang menandakan bahwa sinyal informasi tersebut ditunda
atau digeser sesuai dengan delay yang digunakan dan kemudian garis horizontal
yang menyatakan bahwa target yang dideteksi adalah tidak bergerak atau diam.
Sedangkan untuk kecepatan 50 dan 100, gelombang yang dihasilkan keduanya
sama dengan saat kecepatan 0 hal ini dikarenakan delay line canceller memiliki
karakteristik filter yang menolak atau mengabaikan d-c component yang
disebabkan oleh adanya clutter (n=0) namun juga menolak target bergerak yang
memiliki frekuensi Doppler yang sama dengan PRF dan kelipatannya. Hal ini
ditunjukkan pada gambar berikut:

Nilai T pada gambar diatas sama dengan nilai PRI maka,


1 1
= −3 = 1000
PRI 1e
Karena 1000 merupakan kelipatan dari 50 dan 100, maka kedua nilai
kecepatan tersebut diatas sinyal keluarannya akan diabaikan atau ditolak. Selain
itu sebuah radar memiliki kondisi dimana magnitude dari radial velocity tidak
dapat diukur, kondisi tersebut disebut dengan blind speed atau Doppler
ambiguities.
Untuk kecepatan 75 gelombang sinyal yang muncul setelah sinyal yang
terdelay tampak tegak lurus sejajar satu sama lainnya. Hal ini dikarenakan

4.2.3.2 Pengujian Posisi Target


Kecepatan Posisi Target Posisi Radar
0 10e3 0
5 20e3 0
20 30e3 0
50 40e3 0
75 50e3 0
100 60e3 0

Anda mungkin juga menyukai