Anda di halaman 1dari 5

Teknik Menulis Press Release1

Pendahuluan
Dalam jurnalisme, press release adalah salah satu teknik untuk mengumpulkan
fakta. Ia diartikan wartawan sebagai siaran pers yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga,
sebuah organisasi atau seorang individu secara tertulis untuk media massa. Dengan
pengertian semacam ini, ia dipandang wartawan sebagai kumpulan fakta yang mewakili
kepentingan lembaga, organisasi atau individu. Tidak berlebih-lebihan bila tidak banyak
media massa yang bersedia menyiarkan press release secara utuh.
Sebagai sebuah teknik pengumpulan fakta, kedudukan press release sama saja
dengan kedudukan teknik pengumpulan fakta yang lain, seperti wawancara, observasi
dan konperensi pers. Artinya, tidak ada keharusan bagi sebuah media massa untuk
menyiarkan semua fakta yang tercantum dalam press release. Lebih dari itu, tidak ada
keharusan bagi sebuah media massa untuk menyiarkan press release. Jika sebuah media
massa merasa bahwa press release yang ia terima dari sebuah lembaga, sebuah organisasi
atau seorang individu sarat dengan kepentingan atau tidak mengandung makna bagi
banyak orang2, media massa tersebut tidak akan sungkan “melupakan” press release yang
diterimanya. Ini menunjukkan bahwa tidak mudah menulis press release yang bisa
disiarkan media massa.
Untuk bisa menulis sebuah press release yang “berharga” buat media massa,
diperlukan latihan yang cukup. Apa saja yang harus dilatihkan? Bagaimana melatihnya?
Uraian berikut akan mendiskusikan jawabnya.
Artikel
Sebenarnya format sebuah press release lebih condong kepada artikel ketimbang
berita. Sebagaimana lazimnya sebuah artikel, press release hendaklah dimaknai sebagai
karangan yang menguraikan, menganalisis dan memberikan argumentasi untuk pendapat
(topic idea) yang diajukan. Ia mengajak orang yang membacanya untuk mengikuti jalan

1 Kuliah ketiga.
2 Rumusan yang umum tentang bermakna buat banyak orang meliputi: (i) mempengaruhi
kehidupan banyak orang; (ii) bagian dari kehidupan banyak orang; dan (iii) menimbulkan
keharuan banyak orang.
pikiran lembaga, organisasi atau individu yang mengeluarkannya 3. Dengan kata lain,
press release bertujuan untuk mempengaruhi pendapat khalayak.
Agar bisa mempengaruhi pendapat khalayak, sebuah press release, paling tidak
harus memiliki: (i) fakta, sebagai pangkal tolak pengembangan ide; (ii) ide, pendapat atau
pandangan pihak yang mengeluarkan press release; (iii) data dan fakta yang mendukung
ide, pendapat atau pandangan pihak yang menerbitkan press release; dan (iv) kesimpulan.
Fakta yang menjadi pangkal tolak pengembangan ide harus ditulis lengkap. Ia harus bisa
menjawab pertanyaan standard jurnalisme, mulai dari apa yang terjadi, siapa yang terlibat
dalam kejadian, mengapa kejadian itu timbul, di mana kejadian itu, kapan terjadinya dan
bagaimana duduk perkaranya4.
Ide, pendapat atau pandangan pihak yang mengeluarkan press release hendaklah
berkaitan dengan cita-cita institusional lembaga, organisasi atau individu yang
mengeluarkan press release tersebut. Karena itu, ia selalu bersifat positif. Dengan ide,
pendapat atau pandangan yang positif tersebut, lembaga, organisasi atau individu yang
mengeluarkan press release akan memperoleh citra positif dari khalayak.
Data dan fakta yang mendukung ide, pendapat atau pandangan pihak yang
mengeluarkan press release harus tegas dan lengkap. Artinya, data dan fakta tersebut
tidak malah menjadikan khalayak bertanya-tanya lagi tentang mengapa ide, pendapat atau
pandangan itu perlu diperhatikan. Sebaliknya, data dan fakta itu harus bisa meyakinkan
khalayak bahwa ide, pendapat atau pandangan pihak yang mengeluarkan press release
masuk akal dan layak untuk didukung.
Kesimpulan sebuah press release harus menimbulkan kesan kuat di pikiran dan
hati khalayak. Untuk itu, kadang-kadang orang menempatkan klimaks peristiwa pada
kesimpulan sebuah press release. Dengan terbentuknya kesan yang kuat di pikiran dan
hati khalayak, kita harapkan khalayak bisa memberikan pemaknaan yang kuat pula.

3 Artikel berbeda dengan kolom. Kolom cenderung menyiapkan suasana dan


menciptakan peluang bagi pembacanya untuk mengembangkan gagasannya. Karena itu,
seperti ditulis Ignas Kleden, sifat kolom bukan analitis, melainkan sugestif dan reflektif
(2001:xxx).
4 Keenam pertanyaan ini, secara populer disingkat menjadi 5W + 1H (what, who, why,
when, where, dan how) dan merupakan konvensi jurnalistik yang universal. Artinya,
setiap berita yang disiarkan media massa wajib menyajikan fakta yang bisa menjawab
keenam kata tanya ini.

2
Keseluruhan proses penulisan press release di atas bisa digambarkan lewat skema
berikut:

Fakta, sebagai pangkal Menjawab pertanyaan


tolak pengembangan ide 5W + 1H

Ide, pendapat atau Berkaitan dengan cita-cita


pandangan institusional pihak yang
mengeluarkan press release

Data dan fakta yang


Tegas dan lengkap
mendukung ide, penda-
pat atau pandangan

Kesimpulan Menimbulkan kesan yang kuat

Proses pelatihan
Unsur-unsur press release di atas hendaklah diorganisasikan sehingga menjadi sebuah
karangan yang enak dibaca dan mengandung makna. Agar enak dibaca, bahasa yang
digunakan hendaklah bahasa jurnalistik. Ciri-ciri bahasa jurnalistik antara lain: (i)
sederhana. Ini diangankan untuk menjangkau khalayak yang sebanyak-banyaknya, mulai
dari tingkat pendidikan yang paling rendah hingga yang tertinggi; (ii) padat. Ini
dimaksudkan untuk menyampaikan informasi secara lengkap kepada khalayaknya.
Konsekuensinya, penyajian informasi tidak berkepanjangan, melainkan langsung ke
pokok persoalan; (iii) jelas. Ini dimaksudkan untuk memudahkan khalayak memahami
informasi yang disampaikan, mulai dari latar belakang ide, ide, data yang mendukung ide
hingga kesimpulan; (iv) jernih. Ini dimaksudkan untuk memperlihatkan hubungan antar
fakta secara jelas, yang pada gilirannya membantu khalayak menerima kesimpulan
dengan sadar; (v) singkat. Ini diangankan untuk mempermudah khalayak mencerna
informasi yang disampaikan; (vi) ekonomis. Ini dimaksudkan untuk memberikan
informasi yang lebih spesifik kepada khalayak; dan (vii) menarik. Ini dimaksudkan

3
untuk menggugah khalayak, yang pada gilirannya mau meneruskan membaca press
release tersebut.
Agar sebuah tulisan bermakna, ia hendaklah memberikan suatu wacana yang
kemudian dideskripsikan oleh data dan fakta yang dilaporkan. Artinya, wacana
tersebut tidak bercerita sendiri, melainkan diceritakan oleh data dan fakta yang
dilaporkan. Dalam konteks ini, data yang kecil selalu menjadi bagian dari wacana. Fakta
yang kelihatan sepele hendaklah dijadikan sebagai bagian dari wacana. Dengan begitu,
penulis press release perlu memiliki pengetahuan dan penguasaan yang cukup tentang
data dan fakta.
Barangkali timbul pertanyaan, apakah ini berarti bahwa penulis press release tidak
sekadar menulis data dan fakta? Idealnya begitu. Seorang penulis press release
hendaklah menulis press release di atas dan melalui fakta-fakta. Kalau sudah begitu,
barulah kita berharap ada makna yang kelak bisa ditangkap oleh khalayak. Kalau
kemudian timbul kesan bahwa tidak mudah menjadi penulis press release, kesan itu juga
benar. Bukankah di awal tulisan sudah disampaikan bahwa tidak mudah untuk menulis
press release yang dihargai madia massa?
Bertolak dari keterangan di atas, maka yang perlu dilatihkan adalah penggunaan bahasa
jurnalistik dan pengungkapan wacana lewat deskripsi data dan fakta. Latihan bisa
berjalan baik bila kemampuan mendeskripsikan (descriptive skill) cukup memadai5.
Itulah sebabnya latihan ini perlu dimulai dari latihan mendeskripsikan sesuatu, apakah itu
sebuah kejadian, sebuah benda atau sebuah proses.
Penalaran
Untuk mendeskripsikan sesuatu diperlukan metode. Ada orang yang menyukai metode
induksi. Ada pula yang menyukai metode deduksi. Apa pun metode yang dipilih itu sah-
sah saja. Yang jelas, metode induksi dan deduksi termasuk bagian dari penalaran.
Penalaran induktif, seperti ditulis Ashadi Siregar dkk, adalah “penalaran yang berawal
pada yang khusus atau yang spesifik dan berakhir pada yang umum”(1982:37). Artinya,
kesimpulan induktif selalu berupa generalisasi yang bersifat umum. Pernyataan tentang
kesimpulan selalu meliputi sejumlah peristiwa yang khusus.

5 Descriptive skill, bagi Rosihan Anwar, adalah senjata yang paling penting yang harus
dipunyai seorang penulis dan ia dibangun oleh kesederhanaan, kehati-hatian, dan
ketepatan menyingkap detail (1983:43).

4
Sementara itu, penalaran deduktif merupakan kebalikan penalaran induktif. Ia sering
disebut penalaran yang bergerak dari yang umum ke yang khusus. Karena itu, ia
merupakan penerapan generalisasi pada peristiwa yang khusus untuk kesimpulan. Dalam
konteks ini, kesimpulan yang diambil harus berdasarkan deduksi. Di sinilah kemudian
kita mengenal premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Bagi para calon penulis press release, seyogyanya persoalan penalaran ini sudah selesai.
Artinya, mereka tidak mengalami kesulitan lagi dalam menentukan kapan harus
menggunakan metode induksi dan kapan pula harus menggunakan metode deduksi.
Dengan demikian, mereka betul-betul sudah siap berlatih untuk menggunakan bahasa
jurnalistik dan mengungkapan wacana lewat deskripsi data dan fakta.***
Referensi
Anwar, Rosihan. 1983. Menulis Dalam Air: Sebuah Otobiografi. Jakarta: Penerbit Sinar
Harapan.
Kleden, Ignas. 2001. “Jurnalisme Fakta dan Jurnalisme Makna (Untuk Jakob Oetama 70
Tahun)”. Dalam Jakob Oetama, Pers Indonesia: Berkomunikasi Dalam
Masyarakat Tidak Tulus. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Siregar, Ashadi, Siregar, Amir Effendi, Asy’arie, Musa, Soekarno, Makmouri dan Saleh,
Imam Ansori. 1982. Bagaimana Menjadi Penulis Media Massa: Paket Penalaran.
Jakarta: PT Karya Unipress.

Anda mungkin juga menyukai