Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

MOLA HIDATIDOSA

PEMBIMBING
dr. Ihsan Oetama, Sp.OG

PENULIS
Raka Suantadina
030.10.230

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO
PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 30 APRIL – 21 JULI 2018
Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus : RABU, 04 JULI 2017
SMF OBSTETRI& GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT : RS TNI AL DR. MINTOHARDJO

Nama Mahasiswa : Raka Suantadina Tanda Tangan


NIM : 030.10.230 ....................

Dr. Pembimbing/Penguji: dr. Ihsan Oetama, Sp.OG ....................

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.YT Jenis kelamin : Perempuan


Umur : 43 tahun Suku bangsa : Jawa
Status pernikahan : menikah (G4P2A1) Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : S1
Alamat :Jl. Garuda VI/80 Taman Wisma Masuk Rumah Sakit : 06 Juni 2018
Pukul: 13:02:22
Asri Kel. Teluk Pucung Kec. Bekasi Utara,
Kota Bekasi, Jawa Barat

A. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis, tanggal: 07 Juni 2018, Jam: 11.07

Keluhan Utama
Perdarahan berupa flek-flek sejak 1 minggu SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Keluar flek sejak 1 minggu SMRS. Warna merah kecoklatan, dan tidak disertai gumpalan.
Pasien mengaku ganti pembalut hanya sekali sehari.Lendir, air-air, ataupun keputihan
disangkal.Selain itu, pasien mengeluh muntah dirasakan pasien sejak 1 minggu SMRS. Selain
itu pasien mengatakan ada mual dan sedikit pusing.Keluhan demam disangkal.Bab dan bak
dirasakan lancar. Pasien juga mengeluh sering merasa mules hilang timbul dan di pinggang
bagian kanan sering terasa pegal. Pasien merasa lebih nyaman saat istirahat.Sebelumnya
pasien melakukan test kehamilan pada tanggal 01 Juli 2018 dan hasilnya positif.

Riwayat Penyakit Dahulu

(-) Cacar (-) Malaria (-) Batu ginjal / Saluran kemih


(-) Cacar air (-) Disentri (-)Hernia
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Penyakit prostat
(-) Batuk rejan (-) Tifus Abdominalis (-) Wasir
(-) Campak (-) Skrofula (-) Diabetes
(-) Influenza (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor
(-) Korea (-) Hipertensi (-) Penyakit Pembuluh
(-) Demam Rematik Akut (-) Ulkus Ventrikuli (-) Perdarahan otak
(-) Pneumonia (-) Ulkus Duodeni (-) Psikosis
(-) Pleuritis (-) Gastritis (-) Neurosis
(-) Tuberkulosis (-) Batu Empedu Lain Lain: () Operasi

Riwayat Keluarga

Adakah kerabat yang menderita :

Penyakit Ya Tidak Hubungan


Alergi 
Asma 
Tuberkulosis 
Penyakit yang sama 
Keganasan 
Hipertensi 
Jantung 
Ginjal 
Lambung 
Riwayat Haid
Haid pertama umur: 14 tahun.
Siklus: teratur, 26-27 hari.
Lamanya: 5 hari
HPHT 14-4-2018

Riwayat Pernikahan
Menikah: sudah menikah
Menikah: 1x Dengan suami sekarang sudah 22 tahun.

Riwayat Kehamilan
G4P2A1 hamil 7 minggu
HPHT 14-4-2018
Kehamilan I: Perempuan, BBL 3000 gram, PB 49 cm, lahir spontan di puskesmas dibantu
oleh bidan pada usia kehamilan 39 minggu.
Saat ini sudah berusia 21 tahun.
kehamilan II: Laki-laki, BBL 2900 gram, PB 49 cm, lahir spontan di puskesmas dibantu oleh
bidan pada usia kehamilan 38 minggu.
Saat ini sudah berusia 15 tahun.
kehamilan III: Abortus, pada tanggal 22 maret 2018 Kuret
Saat ini sudah berusia 15 tahun.
kehamilan IV: Hamil ini

Riwayat Kontrasepsi
Pasien memakai KB suntik 1 bulan sekali, selama 2 tahun

BMI
Tinggi badan (Cm) :160 cm
Berat badan sebelum (Kg) : 80 kg
Berat badan sekarang (Kg) : 82 kg
BMI : 32,0
Tetap ( ) Turun ( ) Naik ()

B. PEMERIKSAAN FISIK (Physical Examinations)


Dilakukan tanggal 07 Juni2018, jam 11.30 WIB
Keadaan umum

Keadaan umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Composmentis
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 82 kg
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,6° C
Pernapasan (Frekuensi dan tipe) : 20 kali/menit, torakoabdominal
Keadaan gizi : Obesitas
Sianosis :-
Edema :-
Cara berjalan : normal
Mobilisasi (Aktif / Pasif) : aktif

Riwayat Psikososial dan Spiritual


Status psikologis : Baik
Status Mental : Sadar dan Orientasi Baik
Status Sosial : Tinggal di rumah, dan hubungan dengan keluarga baik

Mata
Icterus : (-) ya () tidak
Cekung : (-) ya () tidak
Anemis : (-) ya () tidak
Oedem : (-) ya () tidak
Leher
Pembesaran KGB : (-) ya () tidak
Pembendungan Vena Jugularis : (-) ya () tidak
Kulit
Warna : sawo matang Effloresensi :-
Jaringan parut : tidak ada Pigmentasi : normal
Pertumbuhan rambut : merata
Suhu raba : merata Lembab / kering : Lembab
Keringat : Umum :- Turgor : Baik
Setempat :- Ikterus : Tidak ada
Lapisan lemak : banyak Edema : Tidak ada
Lain-lain :-

Thoraks
Mammae simetris : () ya (-) tidak
Puting Susu : () menonjol (-) Rata (-) Masuk ke dalam
Asi keluar : (-) ya () tidak
Benjolan : (-) ya () tidak
Hyperpigmentasi areola : (-) ya () tidak
Suarea napas : Vesikuler
Suara jantung : S1 S2 tunggal

Perut
Inspeksi : perut cembung, tidak ada bekas operasi
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU + Normal, DJJ (-)

Genitalia Luar
Labia mayora dan minora
 Varises : (-) ya () tidak
 Cairan ( warna, jumlah, konsistensi dan bau ) : (-) ya () tidak

Perineum
 Bekas jahitan :(-) ya () tidak

Hemoroid : (-) ya () tidak

Vulva / Vagina
Perdarahan : () ya (-) tidak
Flour Albus : (-) ya () tidak

Tungkai dan Kaki


Luka :-
Varises :-
Edema :-
Deformitas :-

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 05Juni 2018 10:45
Darah Rutin
Leukosit : 7.600
Eritrosit : 4,37
Hemoglobin : 13,0
Hematokrit : 39
Thrombosit : 221.000

Hemostasis
BT : 2’30
CT : 11’00
Kimia Klinik
GDS : 88
Imunoserologi
Hepatitis Marker (HbsAg) : Negatif
Anti HIV : Non Reaktif

Pemeriksaan Penunjang Lain


USG tangal 5 Juni 2018 pukul 10:37:47
RINGKASAN (RESUME)
Ibu G4P2A1 mengeluh Keluar flek sejak 1 minggu SMRS. Warna merah kecoklatan, dan
tidak disertai gumpalan. Pasien mengaku ganti pembalut hanya sekali sehari.Lendir, air-air,
ataupun keputihan disangkal.Selain itu pasien mengatakan ada mual dan sedikit
pusing.Keluhan demam disangkal.BAB dan BAK dirasakan lancar. Pasien juga mengeluh
sering merasa mulas hilang timbul dan di pinggang bagian kanan sering terasa pegal. Pasien
merasa lebih nyaman saat istirahat. Sebelumnya pasien melakukan test kehamilan pada
tanggal 1 Juni 2018 dan hasilnya positif. Keadaan umum tampak sakit ringan dankesadaran
compos mentis. Tekanan dari 130/90 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu36,6° C, frekuensi napas
20 kali/menit. Pada pemeriksaan fisik pada vulva dan vagina terlihat adanya perdarahan
berupa flek, tidak ada nyeri tekan bagian perut. Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang
yaitu USG dan di dapatkan gambaran snowstorm appereance.

Diagnosis Kerja
Ibu G4P2A1gravid 7 minggu dengan mola hidatidosa
Diagnosis Banding
Abortus

Pemeriksaan yang Dianjurkan


1. B-HCG serum
2. Pemeriksaan PA

Rencana Pengelolaan
1. Non farmakologi
a. Rawat inap
b. Observasi perdarahan
c. Kuretase pada tanggal 7 juni 2018
2. Farmakologi
a. Pasang infus RL + Drip synto 2 ampul 30 tpm pro kuret
b. Terapi post kuret :
i. Cefadrocil 2 x 500
ii. Metil Ergometrin 3 x 1
iii. Asam Tranexamat 3 x 1

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam :dubia ad bonam
Ad sanationam :dubia ad bonam

Follow up
 Kontrol poli tanggal 11 Juni 2018

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian
Mola Hidatidosa merupakan bagian dari penyakit tropoblas dan dimasukan dalam
Gestasional Trophoblastic Disease. Sel trofoblas hanya ditemukan pada wanita hamil, apabila
ditemukan pada wanita tidak hamil pada teratoma ovarium disebut Non Gestasional
Trophoblastic Disease. Pada umumnya kehamilan diharapkan berakhir dengan sempurna
tetapi sering kali terjadi kegagalan, maka dapat kita simpulkan bahwa penyakit trofoblas
dimana Mola Hidatidosa termasuk di dalamnya pada hakekatnya adalah kegagalan konsepsi
kehamilan.
Mola berasal dari bahasa latin yang berarti massa dan hidatidosa berasal dari kata
Hydats yang berarti tetesan air. Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak
wajar ( konsepsi yang patologis) dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili
korialis mengalalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian disebut Mola Hidatidosa atau
Complete mole sedangkan bila disertai janin atau bagian janin disebut sebagai Mola Parsialis
atau Partial mole. Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan adanya villi
korialis yang tidak normal secara histologis yang terdiri dari beberapa macam tingkatan
proliferasi trofoblastik dan edema pada stroma villus. Biasanya kehamilan mola terjadi di
dalam uterus, tetapi kadang - kadang terdapat juga di saluran telur ataupun ovarium. Mola
hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah
anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini
merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 238).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang
membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah
sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339) Mola hidatidosa
adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan
hidrofobik. Kehamilannya yang berkembang tidak wajar, tidak ditemukan janin, hampir
seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik, bila disertai janin atau bagian janin
disebut mola parsial, pembuahan sel telur yang kehilangan intinya atau inti tidak aktif lagi.

Etiologi
Penyebab dari mola belum sepenuhnya diketahui dengan pasti tetapi ada beberapa
dugaan yang bisa menyebabkan terjadinya mola :
 Faktor ovum memang sudah patologik, tetapi terlambat untuk dikeluarkan
 Imunoselektif dari trofoblas
 Keadaan sosioekonomi yang rendah
 Malnutrisi, defisiensi protein, asam folat, karoten, vitamin A, asupan lemak hewani
yang rendah
 Paritas tinggi
 Umur, resiko tinggi kehamilan dibawah 20 atau diatas 40 tahun
 Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
 Sosio ekonomi rendah
Faktor Resiko :
 Defek pada ovarium
 Abnormalitas pada uterus
 Defisiensi nutrisi antara lain defisiensi protein, asam folat, karoten
 Umur dibawah 20 tahun atau
 Usia diatas 40 tahun : memiliki peningkatan resiko 7x dibanding perempuan yang
lebih muda

Epidemiologi
Mola Hidatidosa yang dikenal awam sebagai hamil anggur, mempunyai frekuensi
insiden yang cukup tinggi. Frekuensi insiden di Asia menunjukan lebih tinggi daripada di
negara barat. Di Indonesia 1 : 51 sampai 1 : 141 kehamilan, di Jepang 1 : 500 kehamilan, di
USA 1 : 1450 sementara itu di Inggris 1 : 1500. Secara umum sebagian besar negara di dunia
1 : 1000 kehamilan. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar negara Asia mempunyai
jumlah penduduk yang masih di bawah garis kemiskinan ( status sosio ekonomi yang
rendah ) yang menyebabkan tingkat gizi yang rendah khususnya defisiensi protein, asam folat
dan karoten. Menurut penelitian umur memegang peranan, umur di bawah 20 tahun dan
diatas 40 tahun mempunyai resiko lebih tinggi menderita kehamilan mola ini.

Klasifikasi
Mola hidatidosa/komplet
Mola hidatidosa komplet lebih sering daripada mola hidatidosa parsial. Resiko untuk
berkembang menjadi tumor trofoblas dari mola sekitara 20 %. Mola hidatidosa merupakan
hasil konsepsi tanpa adanya embrio. Ditandai dengan gambaran seperti sekelompok buah
anggur. Villi khorialis yang berkembang menjadi massa vesikel yang jernih vesikel tersebut
tumbuh besar dan mengisi seluruh cavum uteri. Vesikel tersebut terdiri dari berbagai ukuran
yang hampir tidak terlihat sampai beberapa centimeter diameternya struktur histologis nya
bersifat sebagi berikut :
 Degenerasi hidropik dan edema/pembengkakan stroma villi
 Tidak adanya pembuluh darah pada villi yang edema
 Proliferasi dari epitel tropoblas mencapai beberapa tingkatan/derajat beragam
 Tidak adanya fetus atau amnion
Berbagai penelitian sitogenetik terhadap kehamilan mola komplit, menemukan
komposisi kromosom yang paling sering 46, XX, dengan kromosom sepenuhnya berasal dari
ayah. Ovum dibuahi oleh sebuah sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi
kromosomnya sendiri setelah meiosis. Kromosom ovum bisa tidak terlihat atau tampak tidak
aktif. Tetapi semua mola hidatidosa komplit tidak begitu khas dan kadang-kadang pola
kromosom pada mola komplit bisa 46, XY. Dalam keadaan ini, dua sperma membuahi satu
ovum yang tidak mengandung kromosom. Variasi lain juga pernah dikemukakan yaitu 45,X.
Resiko neoplasia trofoblastik yang terjadi pada mola komplit kurang lebih sebesar 20%.

Mola hidatidosa parsial


Jika perubahan hidatidosa bersifat fokal dan belum begitu jauh dan masih terdapat
janin dan sedikitnya kantong amnion keadaan ini disebut sebagai mola parsialis. Pada
sebagian villi yang biasanya avaskuler terjadi pembengkakan hidatidosa yang berjalan lambat
sementara villi yang lainnya yang vaskuler dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang
berfungsi tidak mengalami perubahan . Hiperplasia tropoblastik yang terjadi lebih bersifat
fokal daripada generalisata, kariotipe secara khas triploid yang bisa 69,xxy atau 69,xyy
dengan satu komplemen maternal tapi biasanya dengan dua komplemen haploid paternal.
Janin secara khas menunjukan stigmata triploid yang mencakup malformasi kongenital
multipel dan retardasi pertumbuhan. Resiko terjadinya koriokarasinoma sangatlah kecil

Patofisiologi
Pada Mola Hidatidosa atau Complete mole tidak ada jaringan fetus/janin. 90%
merupakan kromosom 46,XX dan 10% merupakan kromosom 46, XY. Semua kromosom
berasal dari paternal. Sebuah enukliasi telur dibuahi oleh sperma haploid (yang kemudian
berduplikasi menjadi masing-masing kromosom), atau sel telur dibuahi oleh dua sperma.
Pada mola hidatidosa, vili korion menyerupai anggur dan hiperplasia trofoblastik muncul.
Pada Mola parsialis atau Partial mole jaringan fetus/janin dapat ditemukan. Eritrosit dan
pembuluh darah janin pada vili dapat ditemukan. Komplemen kromosom nya 69,XXX atau
69 XXY. Kromosom tersebut merupakan hasil dari pembuahan sel telur haploid dan duplikasi
dari kromosom haploid paternal. Seperti pada Complete mole, jaringan hiperplasia
trofoblastik dan vili korion yang lunak pun muncul pada mola ini. Ada beberapa teori yang
diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :
 Teori missed abortion Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu
terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim
dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembunggelembung.
 Teori neoplasma dari Park Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi
yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi
sehigga timbul gelembung.
 Studi dari Hertig Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa
semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak
adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi
maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast
berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. (Silvia,
Wilson, 2000 : 467)
Adanya faktor ovum yang mengalami keterlambatan dalam pengeluaran
menyebabkan kematian terhadap ovum itu sendiri di dalam tubuh, setelah mengalami
kematian ovum mengalami degenerasi, yang kemudian tubuh jonjot – jonjot korion berganda
mengandung cairan, jonjot ini berupa kista berbentuk seperti anggur dan dinamai mola
hidatidosa. Ada beberapa penanganannya, ketika dilakukan tindakan invasif kurtase,
terjadilah perdarahan sehingga timbulah risiko tinggi kekurangan volume cairan. Pada mola
hidatidosa terdapat jaringan ulkus, dan bakteri mudah masuk kedalamnya, adanya bakteri
yang masuk mengakibatkan risiko tinggi infeksi. Jaringan ulkus menstimulasi reseptor nyeri
sehingga menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien. Dalam tindakan invasif ini
faktor pengetahuan pasien juga berpengaruh terhadap prosedur perawatan, kurangnya
pengetahuan pasien atau keluarga akan menimbulkan kecemasan pada pasien itu sendiri.

Gejala Klinis
1. Amenore dan tanda – tanda kehamilan
2. Perdarahan vaginal
Merupakan gejala yang mencolok dan dapat bervariasi mulai spotting sampai
perdarahan yang banyak. Biasanya terjadi pada trisemester pertama dan merupakan gejala
yang paling banyak muncul pada lebih dari 90% pasien mola. Tiga perempat pasien
mengalami gejala ini sebelum usia kehamilan 3 bulan. Hanya sepertiga pasien yang
mengalami perdarahan hebat. Sebagai akibat dari perdarahan tersebut, gejala anemia agak
sering dijumpai lebih jauh.
3. Kadang-kadang terdapat perdarahan tersembunyi yang cukup banyak di dalam uterus.
4. Hiperemesis gravidarum Pasien biasanya mengeluh mual muntah hebat.
Hal ini akibat dari proliferasi trofoblas yang berlebihan dan akibatnya
memproduksi terus menerus B HCG yang menyebabkan peningkatan B HCG hiperemesis
gravidarum tampak pada 15 -25 % pasien mola hidatidosa. Walaupun hal ini sulit untuk
dibedakan dengan kehamilan biasa. 10% pasien mola dengan mual dan muntah cukup
berat sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit.
5. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tropoblastik yang berlebihan, volume
vesikuler vilii yang besar rasa tidak enak pada uterus akibat regangan miometrium yang
berlebihan. Pada sebagian besar pasien ditemukan tanda ini tetapi pada sepertiga pasien
uterus ditemukan lebih kecil dari yang diharapkan.
6. Tidak adanya aktifitas janin
Meskipun uterus cukup besar untuk mencapai simfisis secara khas tidak ditemukan
aktifitas janin sekalipun dideteksi dengan instrumen yang paling sensitif tidak teraba
bagian janin dan tidak teraba gerakan janin.
7. Pre-eklamsia
Tanda tanda pre-eklamsia selama trisemester pertama atau awal trisemester kedua
muncul pada 10-12%. Pada trisemester kedua sekitar 27 % pasien mola hidatidosa komplit
berlanjut dengan toksemia yang dicirikan oleh tekanan darah > 140 /90 proteinuria > 300
mg/dl dan edema generalisata dengan hiperrefleksi. Pasien dengan konvulsi jarang.
8. Hipertiroid
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering meningkat
(10%), namun gejala hipertiroid jarang muncul. Terjadinya tirotoksikosis pada mola
hidatidosa berhubungan erat dengan besarnya uterus. Makin besar uterus makin besar
kemungkinan terjadi tirotoksikosis. Oleh karena kasus mola dengan uterus besar masih
banyak ditemukan, maka dianjurkan agar pada setiap kasus mola hidatidosa dicari tanda-
tanda tirotoksikosis secara aktif dan memerlukan evakuasi segera karena gejala-gejala ini
akan menghilang dengan menghilangnya mola. Mola yang disertai tirotoksikosis
mempunyai prognosis yang lebih buruk, baik dari segi kematian maupun kemungkinan
terjadinya keganasan. Biasanya penderita meninggal karena krisis tiroid. Peningkatan
tiroksin plasma mungkin karena efek dari estrogen seperti yang dijumpai pada kehamilan
normal. Serum bebas tiroksin yang meningkat sebagai akibat thyrotropin – like effect dari
Chorionic Gonadotropin Hormon. Terdapat korelasi antara kadar hCG dan fungsi endogen
tiroid tapi hanya kadar hCG yang melebihi 100.000 iu/L yang bersifat tirotoksis. Sekitar 7
% mola hidatidosa komplit datang dengan keluhan seperti hipertensi, takikardi, tremor,
hiperhidrosis, gelisah emosi labil dan warm skin.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : Karakteristik yang terpenting pada penyakit ini adalah
kemampuan dalam memproduksi hCG, sehingga jumlahnya meningkat lebih tinggi
dibandingkan kadar β-hCG seharusnya pada usia kehamilan yang sama. Hormon ini dapat
dideteksi pada serum maupun urin penderita dan pemeriksaan yang lebih sering dipakai
adalah β-hCG kuantitatif serum. Pemantauan secara hati-hati dari kadar β-hCG penting untuk
diagnosis, penatalaksanaan dan tindak lanjut pada semua kasus penyakit trofoblastik. Jumlah
β-hCG yang ditemukan pada serum atau pada urin berhubungan dengan jumlah sel-sel tumor
yang ada. Untuk pemeriksaan Gallli mainini 1/300 suspek mola hidatiosa dan jika 1/200
kemungkinan mola hidatidosa atau gemelli. Pengukuran β-hCG pada urin dengan kadar
>100.000 mIU /ml/24 jam dapat dianggap sebagai mola.
USG : Gambaran berupa badai salju tanpa disertai kantong gestasi atau janin USG ini
merupakan pemeriksaan penunjang yang spesifik antar kehamilan dengan mola hidatiosa.
Pada kelainan mola, bentuk karakteristik berupa gambaran seperti badai salju dengan atau
tanpa kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada setiap pasien
yang pernah mengalami perdarahan pada trimester awal kehamilan dan memiliki uterus lebih
besar dari usia kehamilan. USG dapat menjadi pemeriksaan yang spesifik untuk membedakan
antara kehamilan normal dengan mola hidatidosa. Pada 20- 50% kasus dijumpai adanya
massa kistik di daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka lutein.
Amniografi : Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan ke dalam uterus secara trans
abdominal akan memberikan gambaran radiografik khas pada kasus mola hidatidosa kavum
uteri ditembus dengan jarum untuk amniosentesis. 20 ml Hypaque disuntikkan segera dan 5-
10 menit kemudian dibuat foto anteroposterior. Pola sinar X seperti sarang tawon, khas
ditimbulkan oleh bahan kontras yang mengelilingi gelombanggelombang korion. Dengan
semakin banyaknya sarana USG yang tersedia teknik pemeriksaan amniografi ini sudah
jarang dipakai lagi. Bahan radiopaq yang dimasukan ke dalam uterus akan memberikan
gambaran seperti sarang tawon.

Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan kehamilan mola hidatidosa adalah evakuasi dan evaluasi.
1. Jika perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, maka atasi syok dan perbaiki
keadaan umum terlebih dahulu
2. Kuretase dilakukan setelah diagnosis dapat ditegakkan secara pasti
3. Pemeriksaan dan pemantauan kadar hCG pasca kuretase perlu dilakukan mengingat
kemungkinan terjadi keganasan
4. Penundaan kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar hCG normal
5. Pemberian kemoterapi pada mola hidatidosa dengan resiko tinggi.
Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu
1. Perbaiki keadaan umum
2. Pengeluaran jaringan mola
3. Terapi dengan profilaksis dengan sistostatika
4. Follow up

KESIMPULAN

Kesimpulan
Mola hidatidosa adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian
dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) Hasil pembuahan yang gagal
tersebut lalu membentuk gelembung-gelembung menyerupai buah anggur. Pertumbuhan
gelembung semakin hari semakin banyak bahkan bisa berkembang secara cepat.Hal ini yang
membuat perut seorang ibu hamil dengan Molahidatidosa tampak cepat besar. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan GM titrasi) atau
dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit HGG pada ibu hamil tinggi. Pemeriksaan
USG kandungan akan terlihat keadaan kehamilan yang kosong tanpa ada janin dan tampak
gambaran seperti badai salju dalam bahasa medis di sebut ”Snow storm”.
Hamil anggur atau Molahidatidosa hanya dapat dialami oleh wanita yang pernah
melakukan hubungan suami istri. Jadi tidak benar bahwa hamil anggur bisa terjadi begitu saja
tanpa ada pertemuan sel sperma dan sel telur melalui hubungan seksual.
Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masih belum diketahui
secara pasti. Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan kondisi sosial ekononi yang
rendah, kurang gizi, ibu yang sering hamil dan gangguan peredaran darah dalam rahim.
Tindakan kuretase menjadi pilihan untuk membersihkan rahim dari gelembung-
gelembung hamil anggur. Kuretase dilakukan dapat berulang beberapa kali tergantung
kondisi kehamilan Molahidatidosa. Dokter akan memeriksa kadar hormon Hcg dalam tubuh
ibu dan memastikan bahwa sudah sungguh-sungguh bersih. Pada keadaan yang dianggap
berbahaya bagi kesehatan ibu dapat pula dilakukan tindakan pengangkatan rahim, namun
keputusan ini juga mempertimbangkan faktor umur ibu dan jumlah anak yang sudah dimiliki.
Tindakan terakhir ini sangat jarang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Martaadisoebrata dr, Bratakoesoema dr, Wirakusumah dr, dkk. Penyakit trofoblas
gestational: Obstetri patologi. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2017.h.
12-4.

2. Cuningham FG,Gant NF,MacDonald PC. Penyakit trofoblastik gestational: Obstetri


williams. Edisi ke-23. Jakarta: EGC; 2015.h. 271-280.
3. Gambar diunduh dari http://www.mdguidelines.com/images/Illustrations/hyda_mol.jpg,
9 Juni 2018
4. Berek, Jonathan S. Hydatidiform Mole. Berek & Novak's Gynecology, 14th Edition2007;
hlm 1582-20.
5. Prawirohardjo S, Winkjosastro H. Mola Hidatidosa. In: Rauf S, Soraya D, Sunarno I,
editor. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014.
p.211-214
6. Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI
LAB/UPF. KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN. RSUD DOKTER
SOETOMO SURABAYA. 1994. Hal 25-28.
7. Martaadisoebrata D. Buku Pedoman Pengelolaan Penyakit Trofoblas Gestasional.
Jakarta: EGC; 200.hlm 7 – 42.
8. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku
Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.
9. Mola Hidatidosa. Diunduh dari www. medicastore.com/penyakit/2006/mola_hidatidosa,
9 Juni 2017.
10. Winknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Gangguan Bersangkutan Dengan Konsepsi; ed 2;
Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2008; hlm 246-268.

11. Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta. 2001. hlm 265-267.

12. Cunningham FG, Hauth JC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Wenstrom KD. Obstetri
Williams. Vol.2. 21th ed. Jakarta. EGC; 2006.

Anda mungkin juga menyukai