Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM DENGAN SECTIO


CAESAREA

1.1 Tinjauan Teori


1.1.1 Pengertian Post Partum

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).

1.1.2 Adaptasi Psikologis

Menurut Hamilton, adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase
yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan
dimana ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan,
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir
pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama
fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang
membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia
dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran.
Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru.
Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

1.1.3 Perubahan Klinik Periode Post Partum

Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode

1
ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan
(Bobak, 2004).
1.1.3.1 Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh
baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500
gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir.
Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada
minggu keenam, beratnya menjadi 50-60gr. Pada masa pasca partum
penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan
yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi
vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang
meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas
menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan
jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi
endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum,
kecuali pada bekas tempat plasenta.
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna
merah, kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra
terutama mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik.
Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa

2
terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10
hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba
mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri.
Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
1.1.3.2 Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan
kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik
kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna
pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun
secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen
berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra
seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui
dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada
wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena
kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui
dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap
stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat
1.1.3.3 Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,
abdomenya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak
seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding
abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
1.1.3.4 Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya
hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal
kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
1.1.3.5 Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan,
ibu merasa sangat lapar.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.

3
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan.
1.1.3.6 Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara
selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik
gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat
setelah bayi lahir.
a) Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang
tidak menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi
dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat
pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri
bila ditekan, dan hangat jika di raba.
b) Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba
hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar
48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
1.1.3.7 Sistem kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran
cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan
volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi
perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume darah
menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi
lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum
lahir.
b. Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah
yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi
umum (Bowes, 1991).

4
c. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam
keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan
darah sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar
empat hari setelah wanita melahirkan
1.1.3.8 Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma
yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
1.1.3.9 Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa
hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran rahim.
1.1.3.10 Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah
tersebut akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang
seluruhnya.

1.1.4 Pengertian Sectio Caesarea

Mochtar (1998: 117) mengatakan “seksio sesarea adalah suatu cara


melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut atau vagina, atau seksio sesarea adalah suatu histeretomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim”. Sedangkan menurut Farrer (1999: 161) “
seksio sesarea merupakan pembedahan obstetrik untuk melahirkan janin yang
viabel melalui abdomen”. Pendapat lain mengatakan bahwa “seksio sesarea
adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding uterus” (Wiknjosastro, 2002: 863).
Dapat disimpulkan bahwa seksio sesarea merupakan suatu cara melahirkan
janin dengan membuat sayatan pada dinding perut untuk membuka dinding
uterus.

5
1.1.5 Etiologi

Indikasi SC :
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea
adalah :
1. Prolog labour sampai neglected labour.
2. Ruptura uteri imminen
3. Fetal distress
4. Janin besar melebihi 4000 gr
5. Perdarahan antepartum
(Manuaba, I.B, 2001)
Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan
sectio:
1. Malpersentasi janin
a. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan
/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak
lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida
dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun
tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang
dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
b. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
2. Plasenta previa sentralis dan lateralis
3. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.
4. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama
letak lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the
twins), distosia karena tumor, gawat janin dan sebagainya.
5. Partus lama
6. Partus tidak maju
7. Pre-eklamsia dan hipertensi
8. Distosia serviks

6
2 Jenis seksio sesarea

Ada beberapa jenis operasi seksio sesarea (Mochtar, 1998: 119), yang terdiri
dari:
1. Seksio sesarea abdominalis, ada dua macam yaitu seksio sesarea
transperitonealisasi dan seksio sesarea ekstraperitonealisasi. Seksio
sesarea transperitonealisasi sendiri terdiri dari dua cara. Pertama seksio
sesarea klasik dengan insisi memanjang pada korpus uteri yang
mempunyai kelebihan mengeluarkan janin lebih cepat, tidak
mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bisa
diperpanjang proksimal atau distal. Sedangkan kekurangan dari cara ini
adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik dan untuk persalinan berikutnya lebih sering
terjadi ruptura uteri spontan. Yang kedua seksio sesarea ismika atau
profunda dengan insisi pada segmen bawah rahim dengan kelebihan
penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi
yang baik, perdarahan kurang dan kemungkinan ruptura uteri spontan
kurang/lebih kecil. Dan memiliki kekurangan luka dapat melebar ke kiri,
bawah dan kanan sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak serta
keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi.
2. Sedangkan seksio sesarea ekstraperitonealisasi, yaitu tanpa membuka
peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum
abdominal.
3. Seksio sesarea vaginalis, menurut arah sayatan pada rahim, seksio
sesarea dapat dilakukan dengan sayatan memanjang (longitudinal),
sayatan melintang (transversal) dan sayatan huruf T (T-incision).

1.1.6 Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang


menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan

7
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan
insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah
insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka
post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah
risiko infeksi.
Pada ibu post partum baik normal maupun dengan sectio caesarea,
terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron, yang kemudian
merangsang peningkatan sekresi hormon prolaktin yang merangsang
sekresi kelenjar susu. Selain itu disekresikan pula hormon oksitosin yang
merangsang pengeluaran air susu dari kelenjar yang disebut proses laktasi.
Pengeluaran ASI yang efektif akan memenuhi kebutuhan nutrisi pada
bayi, sedangkan ejeksi atau pengeluaran ASI yang tidak efektif akan
membuat payudara bengkak dan mengeras sehingga menimbulkan
masalah kurang pengetahuan teknik menyusui.

1.1.7 Tekhnik penatalaksanaan

1.1.7.1 Bedah Caesar Klasik/ Corporal.


a. Buatlah insisi membujur secara tajam dengan pisau pada garis tengah
korpus uteri diatas segmen bawah rahim. Perlebar insisi dengan gunting
sampai sepanjang kurang lebih 12 cm saat menggunting lindungi janin
dengan dua jari operator.
b. Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah. Janin dilahirkan
dengan meluncurkan kepala janin keluar melalui irisan tersebut.
c. Setelah janin lahir sepenuhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan
dipotong diantara kedua klem tersebut.
d. Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan
uterotonika kedalam miometrium dan intravena.
e. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
1) Lapisan I

8
Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara silang
dengan menggunakan benang chromic catgut no.1 dan 2
2) Lapisan II
Lapisan miometrium diatasnya dijahit secara kasur horizontal
(lambert) dengan benang yang sama.
3) Lapisan III
Dilakukan reperitonealisasi dengan cara peritoneum dijahit secara
jelujur menggunakan benang plain catgut no.1 dan 2
f. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa
darah dan air ketuban
g. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
1.1.7.2 Bedah Caesar Transperitoneal Profunda
a. Plika vesikouterina diatas segmen bawah rahim dilepaskan secara
melintang, kemudian secar tumpul disisihkan kearah bawah dan samping.
b. Buat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen bawah rahim kurang
lebih 1 cm dibawah irisan plika vesikouterina. Irisan kemudian diperlebar
dengan gunting sampai kurang lebih sepanjang 12 cm saat menggunting
lindungi janin dengan dua jari operator.
c. Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah dan janin dilahirkan
dengan cara meluncurkan kepala janin melalui irisan tersebut.
d. Badan janin dilahirkan dengan mengaitkan kedua ketiaknya.
e. Setelah janin dilahirkan seluruhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan
dipotong diantara kedua klem tersebut.
f. Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan uterotonika
kedalam miometrium dan intravena.
g. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
1) Lapisan I
Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara silang dengan
menggunakan benang chromic catgut no.1 dan 2
2) Lapisan II
Lapisan miometrium diatasnya dijahit secara kasur horizontal
(lambert) dengan benang yang sama.
3) Lapisan III
Peritoneum plika vesikouterina dijahit secara jelujur menggunakan
benang plain catgut no.1 dan 2
h. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah
dan air ketuban

9
i. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
1.1.7.3 Bedah Caesar Ekstraperitoneal
a. Dinding perut diiris hanya sampai pada peritoneum. Peritoneum kemudia
digeser kekranial agar terbebas dari dinding cranial vesika urinaria.
b. Segmen bawah rahim diris melintang seperti pada bedah Caesar
transperitoneal profunda demikian juga cara menutupnya.
1.1.7.4 Histerektomi Caersarian ( Caesarian Hysterectomy)
a. Irisan uterus dilakukan seperti pada bedah Caesar klasik/corporal demikian
juga cara melahirkan janinnya.
b. Perdarahan yang terdapat pada irisan uterus dihentikan dengan
menggunakan klem secukupnya.
c. Kedua adneksa dan ligamentum rotunda dilepaskan dari uterus.
d. Kedua cabang arteria uterina yang menuju ke korpus uteri di klem (2) pada
tepi segmen bawah rahim. Satu klem juga ditempatkan diatas kedua klem
tersebut.
e. Uterus kemudian diangkat diatas kedua klem yang pertama. Perdarahan
pada tunggul serviks uteri diatasi.
f. Jahit cabang arteria uterine yang diklem dengan menggunakan benang
sutera no. 2.
g. Tunggul serviks uteri ditutup dengan jahitan ( menggunakan chromic
catgut ( no.1 atau 2 ) dengan sebelumnya diberi cairan antiseptic.
h. Kedua adneksa dan ligamentum rotundum dijahitkan pada tunggul serviks
uteri.
i. Dilakukan reperitonealisasi sertya eksplorasi daerah panggul dan visera
abdominis.
j. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak
yang tidak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.

10
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
5. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah

1.1.9 Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
dibagi menjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.

1.1.10 Penatalaksanaan

1. Perawatan awal
a. Letakan pasien dalam posisi pemulihan
b. Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d. Transfusi jika diperlukan

11
e. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca
bedah
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Fungsi gastrointestinal
a. Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
b. Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
c. Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
d. Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik
5. Perawatan fungsi kandung kemih
a. Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau
sesudah semalam
b. Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih
c. Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang
sampai minimum 7 hari atau urin jernih.
d. Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin 100 mg
per oral per hari sampai kateter dilepas
e. Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

12
6. Pembalutan dan perawatan luka
a. Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut
b. Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkan
c. Ganti pembalut dengan cara steril
d. Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
e. Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit
dilakukan pada hari kelima pasca SC
7. Jika masih terdapat perdarahan
a. Lakukan masase uterus
b. Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau
RL) 60 tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
8. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien
bebas demam selama 48 jam :
a. Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
b. Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
c. Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
9. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a. Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting
b. Supositoria = ketopropen sup 2x/ 24 jam
c. Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
d. Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu
10. Obat-obatan lain
a. Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
11. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
a. Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi
berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi
b. Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
c. Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut
ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.
d. Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
e. Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi
f. Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.

13
g. Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat
menaikkan tekanan intra abdomen
h. pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas, karena bila terjadi
obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang mungkin
disebab-kan karena pengaruh obat-obatan, anestetik, narkotik dan
karena tekanan diafragma. Selain itu juga penting untuk
mempertahankan sirkulasi dengan mewaspadai terjadinya hipotensi dan
aritmia kardiak. Oleh karena itu perlu memantau TTV setiap 10-15
menit dan kesadaran selama 2 jam dan 4 jam sekali.
i. Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri dan
kenya-manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya
orientasi dan bimbingan kegi-atan post op seperti ambulasi dan nafas
dalam untuk mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
j. Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah,
frekuensi nadi dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin
Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya
penyimpangan
k. Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia; regional
atau general Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.
Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi. Pemberian oksitosin sesuai
indikasi. Tanda vital per protokol ruangan pemulihan, Persiapan kulit
pembedahan abdomen, Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter
fole

1.1.11 Pengkajian
1. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantumg, udema pulmonal, penyakit vaskuler
perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).
2. Intregritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya fakto-faktor stress
multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tandatidak
dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.
3. Makanan/cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang keringpembatasn puasa pra operasi
insufisiensi pancreas/DMpredesposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis.
4. Pernapasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok

14
5. Keamanan

a. Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan


larutan
b. Adanya defisiensi imun
c. Munculnya kanker/adanya terapi kanker
d. Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi
e. Riwayat penyakit hepatic
f. Riwayat tranfusi darah
g. Tanda munculnya proses infeksi
1.1.12 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen cedera fisik (prosedur bedah SC)
2. Resiko infeksi b.d. prosedur invasif
3. Defisit perawatan diri b.d gangguan mobilitas fisik
1.1.13 Intervensi keperawatan

Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut b.d. agen cedera fisik (prosedur bedah )
NOC : Tingkat Nyeri……………………………………….Kode: 2102
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak
Berat ada
SKALA COME
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
OUT KESELURUHAN
HAN
KESELURU
H
INDIKATO
R
210201 Nyeri yang 1 2 3 4 5 NA
dilaporkan
210204 Penjangnya 1 2 3 4 5 NA
episode nyeri
210221 Menggosok area 1 2 3 4 5 NA
yang terkena
dampak
210217 Mengerang dan 1 2 3 4 5 NA
menangis

15
210206 Ekspresi nyeri 1 2 3 4 5 NA
wajah
210208 Tidak bisa 1 2 3 4 5 NA
beristirahat
210222 Agitasi 1 2 3 4 5 NA

210223 Iritabilitas 1 2 3 4 5 NA

210224 Mengernyit 1 2 3 4 5 NA

210225 Mengeluarkan 1 2 3 4 5 NA
keringat
210226 Berkeringat 1 2 3 4 5 NA
berlebihan
210218 Mondar mandir 1 2 3 4 5 NA

210219 Focus menyempit 1 2 3 4 5 NA

210209 Ketegangan otot 1 2 3 4 5 NA

210215 Kehilangan nafsu 1 2 3 4 5 NA


makan

210227 Mual 1 2 3 4 5 NA

210228 Intoleransi 1 2 3 4 5 NA
makanan

210210 Frekuensi nafas 1 2 3 4 5 NA

210211 Denyut jantung 1 2 3 4 5 NA


apical

210220 Denyut nadi 1 2 3 4 5 NA


radikal

210212 Tekanan darah 1 2 3 4 5 NA

16
210214 Berkeringat 1 2 3 4 5 NA

NIC
Manajemen Nyeri

Definisi : pengurangan ataau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyemanan yang
dapatditerima oleh pasien

Aktivitas-aktivitas  Kurangi atau eliminasi faktor-


 Lakukan pengkajian nyeri faktor yang dapat
komprehensif yang meliputi mencetuskan atau
lokasi , karekteristik, onset/durasi, meningkatkan nyeri(misalnya,
frekuensi, kualitas, intensitas atau ketakutan , kelelahan,keadaan
beratnya nyeri dan faktor pencetus monoton dan kurang
 Observasi adanya petunjuk pengetahuan)
nonverbal mengenai ketidak-  Pertimbangkan keinginann
nyamanan terutama pada mereka pasien untuk berpartisipasi,
yang tidak bisa berkomunikasi kemampuan berpaartisipasi,
secara efektif kecenderungan, dukungan
 Pastikan perawatan analgesic bagi dari orang terdekat terhadap
pasien dilakuka dengan dan kontraindikasi ketika
pemantauan yang ketat memilih strategi penurunan
 Gunakan strategi komunikasi nyeri
terapeutik untuk mengetahui  Pilih dan implementasikan
pengalaman nyeri dan sampaikan tindakan yang beragam
penerimaan pasien terhadap nyeri (misalnya,farmakologi,
 Gali pengetahuan dan nonfarmakologi,
kepercayaan pasien mengenai interpersonal) untuk
nyeri memfasilitasi penurunan
 Perhatikan pengaruh budaya nyeri, sesuai dengan
terhadap respon nyeri kebutuhan
 Tentukan akibat dari pengalaman  Ajarkan prinsip-prinsip
nyeri terhadap kualitashidup manajemen nyeri
pasien (misalnya, tidur, nafsu  Pertmbangkan tipe dan
makan, pengertian, perasaan , sumber nyeri ketika memilih
hubungan peforma kerja, dan strategi penurunn nyeri

17
tanggung jawab peran)  Dorong pasien untuk
 Gali bersama pasien faktor-faktor memonitor nyeri dan
yang dapat menurunkan atau menangani nyerinya dengan
memperberat nyeri tepat
 Evalasi pengalaman nyeri  Ajarkan penggunaan teknik
dimasalaluyang meliputi riwayat nonfarmakologi (seperti,
nyeri kronik individu atau biofeed back. TENS,
keluarga atau nyeri yang hypnosis, relaksasi,
menyebabkan bimbingan antisipasif, terapi
disability/ketidakmampuan/kecac music, terapi bermain,, terapi
atan, dengan tepat aktifitas, akupressur, aplikasi
 Evaluasi bersama pasien dan tim panas/dingin dan pijatan,
kesehatan lain mengenai sebelum , sesudah dan jika
efektivitas tindakan pengontrolan memungkinkan , ketika
nyer yang pernah di lakukan melakukan aktifitas yang
sebelumnya menimbulkan nyeri, sebelum
 Bantu keluarga dalam mencari nyeri terjadi atau meningkat
dan menyediakan dukungan dan bersamaan dengan
 Gunakan metode penilaian yang tindakan penurunan rasa nyeri
sesuai dengan tahapan lainnya)
perkembangan yang  Gali penggunaan metode
memungkinkan untuk farmakologi yang di pakai
meonitoring perubahan nyeri yang pasien saat ini untuk
akan dapat membantu menurunkan nyeri
mengidentifikasi faktor pencetus  Ajarkan metodefarmakologi
actual dan potensial (missal, untuk menurunkan nyeri
catatan perkembangan dan catatan  Dorong pasien menggunakan
harian) obat-oobatan penurun nyeri
 Tentukan kebutuhan frekuensi yang adekuat
untuk melakukan pengkajian  Kolaborasi dengan pasien,
ketidaknyamanan pasien dan orang terdekat dan tim
mengimplementasikan rencana kesehatan lainnya untuk
monitor memilih dan
 Berikan informasi mengenai nyeri mengimplementasikan
, seperti penyebab nyeri, berapa tindakan penurunan nyeri
lama nyeri akan dirasakan , dan nonfarmakologi sesuai

18
antisipasi dari ketidak-nyamanan kebutuhan
akibat prosedur  Beriakn individu penurun
 Kendalikan faktor lingkungan nyeri yang optimal dengan
yang dapat mempengaaruhi peresepan analgesic
respon pasien terhadap  Implementasikan penggunaan
ketidaknyamanan (misalnya, pasien – -terkontrol analgesic
suhu, ruangan , pencaahayaan, (PCA), jika sesuai
suara bising)  Gunakan tindakan pengontrol
 Informasikan tim kesehatan lain nyeri sebelum nyeri
atau anggota keluarga mengenai bertambah berat
strategi nonfarmakologi yang  Berikan obat sebelum
sedang di gunakan untuk melakukan aktivitas untuk
mendorong pendekatan preventif meningkatkan partisipasi,
terkait dengan manajemen nyeri namun (lakukan) evaluasi
 Gunakan pendekata multi disiplin (mengenai) bahaya dari sedasi
untu manajemen nyeri , jika  Pastikan pemberian analgesic
sesuai dan atau strategi
 Pertimbangkan untuk merujuk nonfarmakologi sebelum
pasien keluarga dan orang dilakukan prosedur yang
terdekat pada kelompok menimbulkan nyeri
pendukung dan sumber-sumber  Periksa tingkat ketidak
lainnya sesuai kebutuhan nyamanan bersama pasien ,
 Berikan informasi yang akurat catat perubahan pada catatan
untuk meningkatkan pengetahun medis pasien , informasikan
dn respon keluarga terhadap petugas kesehatan lain yang
pengalaman nyeri merawat pasien
 Libatkan keluarga dalam  Evaluasi keefektifan dan dari
modalitas penurunan nyeri, jika tindakan pengontol nyeri yang
memungkinkan di pakai selama pengkajian
 Monitor kepuasan pasien terhadap nyeri dilakukan
manajeman nyeri dalam interval  Mulai dan modifikasi
yang spesifik tindakan pengontrolan nyeri
berdasarkan respon pasien
 Dukung istirahaat atau tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri

19
 Dorong pasien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya sesuai kebutuhan
 Beri tahu dokter jika tindakan
tidak berhasil dan jika keluhan
pasien saat ini berubah
signifikan dari pengalaman
nyer sebelum nya

Diagnosa Keperawatan : Resiko infeksi b.d. prosedur invasif


NOC : Keparahan Infeksi..................................................................Kode : 073

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


Berat ada

SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
KESELURUHAN
INDIKATOR
INDIKATOR

070301 Kemerahan 1 2 3 4 5 NA

070302 Vesikel yang 1 2 3 4 5 NA


tidaak
mengeras
permukaan nya
070303 Cairan (luk) 1 2 3 4 5 NA
yang berbau
busuk
070304 Sputum 1 2 3 4 5 NA
purulen
070305 Dainase 1 2 3 4 5 NA
purulen
070306 Piuria/nanah 1 2 3 4 5 NA
dalam urin
070307 Demam 1 2 3 4 5 NA

070329 Hipotermia 1 2 3 4 5 NA

070330 Ketidakstabilan 1 2 3 4 5 NA

20
suhu
070333 Nyeri 1 2 3 4 5 NA

070334 Jaringan lunak 1 2 3 4 5 NA

070309 Gejala-gejala 1 2 3 4 5 NA
gastroimtestinal
070310 Limfadenopati 1 2 3 4 5 NA

070311 Malaise 1 2 3 4 5 NA

070312 Menggigil 1 2 3 4 5 NA

070313 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
kognisi yang
tidak bisa
diperjalankan
070331 Lethargi 1 2 3 4 5 NA

070332 Hilang nafsu 1 2 3 4 5 NA


makan
070319 Infiltrasi x-ray 1 2 3 4 5 NA
dada

070320 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
kultur darah
kolonisasi
kultur darah
Kolonisasi
(pada) alat
bantu
aksesvaskuler
070335 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
(pada) alat
bantu
aksesvaskuler
070321 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
kultur sputum

21
070322 Kolonissi 1 2 3 4 5 NA
cairan-cairan
serebrospinal
070323 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
kultur area luka

070324 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
kultur urin
Peningkatan
jumlah sel
darah putih
070325 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
kultur feses
070326 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
jumlah sel
darah putih
070327 Depresi jumlah 1 2 3 4 5 NA
sel darah putih

NIC
Perlindungan Infeksi
6550
Definisi : pencegahan dan deteksi dini infeksi pada pasien beresiko

Aktivitas-aktivitas :  Tingkatkan asupan nutrisi yang


 Monitor adanya tanda dan cukup
gejala infeksi sistemik dan  Anjurkan asupan cairan dengan
local tepat
 Monitor kerentanan terhadap  Anjurkan istirahat
infeksi  Pantaau adanya perubahan
 Tinjau riwayat (dilakukannya) tingkat energy atau malaise
perjalanan internasional dan  Anjurkan peningkatan mobilitas
global dan latihan dengan tepat
 Monitor hitung mutlak  Anjurkan pernafasan dalam dan
granulosit, WBC, dan hasil- batuk dengan tepat

22
hasil diferensial  Berikan agen imunisasi dengan
 Ikuti pencegahan neutropenia, tepat
yang sesuai  Instruksikan pasien untuk minum
 Hindari kontak dekat dengan antibiotic yang di resepkan
hewan peliharaan hewan dan  Jaga penggunaan antibotik denga
penjamu dengan imunitas yang bijaksana
membahayakan (immune-  Jangan mencoba pengobatan
compromised) antibiotic untuk infeksi-infeksi
 Skrining semua pengunjung virus
terkait penyakit menular  Ajarkan pasien dan keluarga
 Pertahan kan asepsis untuk pasien mengenai berbedaan-
pasien beresiko perbedaan infeksi virus dan
 Pertahankan teknik-teknik baterai
isolasi, yang sesuai  Ajarkan pasien dan keluarga
 Berkikan perawatan kulit yang mengenai tanda dan gejala
tepay untuk (area yang infeksi kapan harus
memngalami edema) melaporkannya kepada pemberi
 Periksa kulit dan selaput layanan kesehatan
lender untuk adanya  Ajarkan pasien dan keluarga cara
kemerahan kehangatan ekstrim untuk menghindari infeksi
atau drainase  Kurangi buah-buahan segar dan
 Periksa kondisi setiap sayatan sayur-sayuran , dan merica dalam
bedah atau luka diet pasien dengan neutropenia
 Dapatkan kultur yang di  Singkirkan bunda-bunga segar
perlukan dan tanaman-tanaman dari area
 Lapor dugaan infeksi pada pasien dengan tepat
personil pengendali infeksi  Berikan ruang pribadi yang
 Lapor kultur positif pada diperlukan
persnil pengendali infeksi  Pastikan keamanan air dengan
mengajukan hiperklorinasi dan
pemanasan lebih dengan tepat

23
Diagnosa keperawatan : Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri
NOC : Perawatan Diri : Kebersihan……………………………(KODE : 0305)
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak
Berat ada

SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
KESELURUHAN

INDIKATOR

030501 Mencuci tangan 1 2 3 4 5 NA

030503 Membersihkan 1 2 3 4 5 NA
area perineum
030515 Menggunakan 1 2 3 4 5 NA
pembalut
030504 Membersihkan 1 2 3 4 5 NA
telinga
030505 Menjaga hidung 1 2 3 4 5 NA
untuk
kemudahan
bernafas dan
bersih
030506 Mempertahankan 1 2 3 4 5 NA
kebersihan mulut
030508 Mengeramas 1 2 3 4 5 NA
rambut
030509 Menyisir rambut 1 2 3 4 5 NA

030510 Mencukur 1 2 3 4 5 NA
rambut
030511 Menggunakan 1 2 3 4 5 NA
rias wajah
030512 Memperhatikan 1 2 3 4 5 NA
kuku jari tangan
030516 Memperhatikan 1 2 3 4 5 NA
kuku kaki
030513 Menggunakan 1 2 3 4 5 NA
kaca rias

24
030514 Mempertahankan 1 2 3 4 5 NA
penampilan yang
rapi
030517 Mempertahankan 1 2 3 4 5 NA
kebersihan tubuh

NOC : Perawatan Diri Mandi………………………………(KODE : 0301)


Sanga Banya Cuku Sediki Tida
t k p t k
terga- tergan tergan tergan terga
nggu ggu ggu ggu nggu

SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
KESELURUHAN
INDIKATOR

030101 Masuk dan keluar dari 1 2 3 4 5 NA


kamar mandi
030102 Mengambil alat mandi 1 2 3 4 5 NA

030103 Mendapat air mandi 1 2 3 4 5 NA

030104 Menyelakan kran 1 2 3 4 5 NA

030105 Mengatur air 1 2 3 4 5 NA

030106 Mengatur aliran air 1 2 3 4 5 NA

030107 Mendi di bak cuci 1 2 3 4 5 NA

030108 Mandi di bak mandi 1 2 3 4 5 NA

030109 Mendi dengan bersiram 1 2 3 4 5 NA

030113 Mencuci wajah 1 2 3 4 5 NA

030114 Mencuci badan bagian atas 1 2 3 4 5 NA

030115 Mencuci badan bagian 1 2 3 4 5 NA


bawah
030116 Menbersihkan area 1 2 3 4 5 NA
perineum
030111 Mengeringkan badan 1 2 3 4 5 NA

25
NIC
Memandikan 1610
Definisi : membersihkan tubuh untuk mendapatkan relaksasi, kebersihan dan
kesembuhan
Aktivitas-aktivitas  Bantu dalam hal perawatan
Bantu memandikan pasien dengan kursi perineal jika memang
untuk mandi, bak tempat mandi, mandi diperlukan
dengan berdiri , dengan menggunakan  Bantu dalam hal kebersihan
cara yang tepat atau sesuai dengan (misalnya, deodorant, parfum)
keinginan (pasien), cuci rambut sesuai  Berikan fasilitas merendam
dengan kebutuhan atau keinginan kaki, sesuai dengan kebutuhan
 Mandi dengan air yang  Cukur pasien sesuai dengan
mempunyai suhu yang nyaman indikasi
 Gunakan teknik mandi yang  Berikan rubrikan dan krim pada
menyenangkan pada anak area kulit yang kering
(misalnya, memandikan boneka,  Tawarkan mencuci tangan
berpura-pura dalam kapal setelah eliminasi dan setelah
selam, membuat lubang di dasar makan
cangkir plastik, penuhi air dan  Berikan bedak kering pada
biarkan sensai hujan jatuh pada lipatan kulit yang dalam
anak)  Monitor kondissi kulit saat
mandi
 Monitor fungsi kemampuan saat
mandi

Bantuan Perawatan Diri : Mandi/ kebersihan 1801


Definisi : membantu pasien melakukan kebersihan diri
Aktivitas-aktivitas  Monitor kebersihan kuku,
 Pertimbangkan budaya pasien sesuai dengan kemampuan
saat mempromosiakan aktivitas merawat diri pasien
perawatan diri  Monitor integritas kulit pasien
 Pertimbangkan usia pasien saat  Jaga ritual kebersihan
mempromosikan aktivitas  Fasilitasi untuk mempertahan
perawatan diri kan rutinitas waktu tidur psien
 Tentukan jumlah dan tipeterkait yang biasanya, tanda sebelum

26
bantuan yang diperlukan tidur dan objek yang familiar
 Letakkan handuk, sabun , untuk pasien(misalnyaa, untuk
deodorant, alat bercukur, dan anak-anaka, selimut atau
aksesoris lain yang di perlukan mainan favorit, ayunan , dot,
di sisi tempat tidur atau kamar atau bercerita ; untuk orang
mandi dewasa, buku untuk di baca
 Sediakan barang pribadi yang di atau bantaldari rumah), dengan
inginkan (misalnya, deodorant, tepat
sikat gigi, sabun mandi, sampo,  Dukung orang tua/keluarga
lotion, dan produk aroma terapi) berpartisipasi dalam ritual
 Sediakan lingkungan yang menjelang tidr yang biasa
terapeutik dengan memastikan dilakukan dengan tepat
kehangatan, suasana rileks,  Berikan bantuan sampai pasien
privasi, dan pengalaman pribadi benar-benar mampu merawat
 Fasilitasi pasien untuk diri secara mandiri
menggosok gigi dengan tepat  Fasilitasi pasien untuk mandi
sendiri dengan tepat

27
DAFTAAR PUSTAKA

Doenges, M E. 2000. Rencana Askep Pedoman Untuk Perencanaan Dan


Pendokmentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC
Carpenito L. J. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
SarwonoPrawirohardjo
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-2-
babii.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai