Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan
karunianya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang pengawasan dalam mata kuliah
manajemen ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Hj. Aprianti yang telah memberikan tugas ini
sehingga kami dapat menambah pemahaman kami tentang pengantar manajemen. Terima kasih
pula kami ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam menyusun makalah
ini.

Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Hj.
Aprianti. Banyak kendala yang kami alami dalam menyusun makalah ini. Namun, itu semua
tidak menyurutkan niat kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami telah berupaya menyempurnakan makalah ini, namun seperti kata pepatah, “Tak
ada gading yang tak retak” maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari ibu Hj. Aprianti , teman-teman dan orang lain yang berkenan meluangkan waktunya untuk
menyimak isi dari makalah ini.

Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
pembuatan makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Kasus-kasus yang sering terjadi dalam banyak organisasi adalah tidak
diselesaikannnya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu penyelesaian
(deadline), suatu anggaran yang berlebihan, dan kegiatan-kegiatan lain yang
menyimpang dari rencana. Makalah ini akan membahas proses pengawasan
manajerial, melalui pengawasan manajemen berusaha memperoleh jaminan
bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai dengan yang direncanakan.
Ada banyak sebutan bagi fungsi pengawasan (controlling), antara lain
evaluating, appraising, atau correcting. Sebutan controlling lebih banyak
digunakan karena lebih mengandung konotasi yang mencakup penetapan standar,
pengukuran kegiatan, dan pengambilan tindakan korektif.

1.2 Rumusan masalah


1) Apa yang dimaksud dengan pengawasan ?
2) Apa saja tujuan dan bidang-bidang pengawasan ?
3) Ada berapa fungsi, tipe, dan proses pengawasan dalam manajemen ?
4) Ada berapa macam dan jenis-jenis pengawasan jika ditinjau dari setiap segi?
5) Apa saja asas-asas yang menyangkut tentang pengawasan ?
6) Bagaimana sifat dan waktu dalam pengawasan ?
7) Bagaimana karakteristik sistem pengawasan yang lebih efektif ?
8) Bagaimana cara-cara melakukan pengawasan yang baik ?
9) Bagaimana langkah-langkah dan proses pengawasan ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1) Dapat mengetahui dan memahami pengertian pengawasan.
2) Dapat mengetahui tujuan-tujuan dan bidang-bidang pengawasan.
3) Dapat mengetahui beberapa fungsi, tipe, dan proses pengawasan dalam
manajemen
4) Dapat mengetahui macam dan jenis-jenis pengawasan jika ditinjau dari setiap segi
5) Dapat mengetahui asas-asas yang menyangkut tentang pengawasan
6) Dapat mengetahui sifat dan waktu dalam pengawasan
7) Dapat mengetahui karakteristik sistem pengawasan yang lebih efektif
8) Dapat menerapkan sistem pengawasan yang baik
9) Dapat mengetahui langkah-langkah dan proses pengawasan.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENGAWASAN (CONTROLLING)
Controling merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh
seorang controller (pengawas). Pengawasan dilakukan untuk menemukan dan mengoreksi
adanya penyimpangan-penyimpangan dari hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan rencana
kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada setiap tahap-tahap kegiatan perlu dilakukan
pengawasan. Sebab apabila terjadi penyimpangan akan lebih cepat melakukan koreksi atau
perbaikan.

Seorang controller ( pengawas ) harus menyelaraskan tingkat jaminan sumber daya


dengan kebutuhan rencana-rencana yang pasti dengan proses mencatat atau dengan pengendalian
perkembangan ke arah tujuan pokok dan sasaran serta metode pencapaiannya yang
memungkinkan seorang pengawas melihat lebih awal adanya penyimpangan. Oleh karena itu,
pengawasan berkaitan erat dengan perencanaan.

Pengawasan ( Controlling ) dapat diartikan secara negatif, positif, dan dalam arti luas.
Dalam arti negatif pengawasan dapat diartikan sebagai tindakan mencari-cari kesalahan
kemudian memberikan sanksi, dan melakukan larangan-larangan. Dalam arti positif pengawasan
ialah tindakan-tindakan agar organisasi atau perusahaan berjalan terarah, tidak terjadi kesalahan-
kesalahan, penyimpangan atau kebocoran di segala bidang. Sedangkan dalam arti luas,
pengawasan adalah aktifitas controller untuk melakukan pengamatan, penelitian dan penilaian
dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi atau perusahaan yang sedang atau telah berjalan
untuk mencapain tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun pengertian pengawasan menurut beberapa pakar ekonomi, antara lain :


a. Earl P Strong: Pengawasan adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.
b. Haroold Koontz: Pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja
bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaah
dapat terselenggara.
c. C. G. R. Terry: Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus
dicapai yaitu, standar apa yang sedang dijalankan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan
dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana
yaitu selaras dengan standar.
2.2 TUJUAN DAN BIDANG-BIDANG PENGAWASAN
Griffin menjelaskan bahwa terdapat empat tujuan dari pengawasan :
1) Adaptasi Lingkungan, maksudnya adalah agar perusahaan dapat terus beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi dilingkungan perusahaan, baik lingkungan yang bersifat internal
maupun lingkungan eksternal.dengan demikianfungsi pengawasan tidak saja dilakukan
untuk memastikan agar kegiatan perusahaan berjalan sebagaimana rencana yang telah
ditetapkan, akan tetapi juga agar kegiatan yang dijalankan sesuai dengan perubahan
lingkungan, karena sangat memungkinkan perusahaan juga merubah rencana perusahaan
disebabkan terjadi berbagai perubahan dilingkungan yang dihadapi perusahaan.
2) Meminimumkan Kegagalan, maksudnya adalah ketika perusahaan melakukan kegiatan
produksi, misalnya perusahaan berharap agar kegagalan seminimal mungkin.oleh karena itu
perusahaaan perlu menjalankan fungsi pengawasan agar kegagalan-kegagalan tersebut dapat
diminimumkan.
3) Meminimumkan Biaya, maksudnya adalah ketika perusahaan mengalami kegagalan maka
akan ada pemborosan yang tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan.maka untuk
meminimumkan biaya sangat diperlukan adalah pengawasan.
4) Antisipasi Kompleksitas Organisasi, maksudnya adalah agar perusahaan dapat
mengantispasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks.kompleksitas tersebut mulai dari
pengelolaan terhadap produk, tenaga kerja hingga berbagai prosedur yang terkait
denganmanajemen organisasi.
Sesuai dengan pengertian pengawasan dalam arti luas, maka pengawasan bertujuan :
1. Menemukan dan menghilangkan kemacetan yang mungkin timbul.
2. Melakukan pencegahan dan perbaikan kesalahan yang ada.
3. Mencegah penyimpangan
4. Mengadakan koreksi apakah hasil sesuai rencana,
5. Memperoleh efisiensi dan efektifitas.
6. Mendidik pegawai dan mempertebal rasa tanggung jawab.
Dalam kenyataannya pengawasan tidak hanya dilakukan bagi para pekerja di perusahaan,
namun mencakup hampir semua bidang dalam perusahaan. Secara singkat pengawasan dapat
dilakukan pada bidang :
2.2.1 Produksi
Di bidang ini pengawasan dimulai saat menerima pesanan dari pembeli, kemudian
melakukan pembelian bahan sampai dengan produk selesai dibuat. Hal ini meliputi pula
pengawasan persediaan barang dan pengawasan kualitas serta kuantitas produk.
2.2.2 Pemasaran
Tugas bagian ini dimulai saat produk akan dikirim ke pasar atau konsumen. Oleh
karena itu biasanya pengawasan berawal dari sini, tetapi adakalanya bagi perusahaan
yang cukup besar sebelumnya sudah dimulai dengan riset dan mengumpulkan informasi
dari pasar.
2.2.3 Keuangan
Bidang ini harus ditangani dengan cepat, tepat, dan akurat. Pengolahan dan
pengawasan yang kurang teliti akan berakibat terjerumusnya perusahaan di dalam
masalah keuangan yang bertujuan agar perusahaan dapat menekan biaya-biaya yang
digunakan.
2.2.4 Personalia
Bidang ini merupakan factor penting yang akan ikut menentukan tercapainya
tujuan suatu organisasi sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tugas dari
bidang ini adalah mengatur, membina, menggerakkan, mengarahkan, serta
mengembangkan pegawai agar mampu menyelesaikan tugas-tugasnya secara efektif dan
efisien guna menunjang tercapainya tujuan perusahaan atau organisasi.
2.2.5 Administrasi (Perkantoran)
Bidang ini merupakan penerapan fungsi manajemen dibidang perkantoran, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan kantor agar tujuan
perusahaan dapat tercapai dan karyawan merasa puas.

2.4 FUNGSI PENGAWASAN


Fungsi pengawasan dimaksudkan untuk mengawasi kegiatan-kegiatan organisasi agar
pelaksanaan kegiatan tersebut sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Begitu pula dengan seluruh
unsur yang ada didalamnya agar saling mendukung dan bekerja bersama-sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, Secara singkat, dapat dikatakan bahwa fungsi ini berusaha untuk
menjamin kegiatan organisasi bergerak ke arah tujuannya.

Fungsi pengawasan meliputi beberapa tindakan, antara lain :


1. Menetapkan standar prestasi.
2. Mengukur prestasi yang sedang berjalan dan membandingkannya dengan standar yang telah
ditetapkan.
3. Mengambil tindakan untuk memperbaiki prestasi yang tidak sesuai dengan standar.
Pengawasan merupakan suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan
organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan manajemen adalah usaha sistematik
untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, membandingkan
kegiatan nyata dengan tujuan perencanaan, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyipangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan dipergunakan untuk menjamin bahwa semua sumber
daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisiensi dalam
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.

Ada tiga tipe pengawasan, berdasarkan proses kegiatan yaitu :


2.4.1 Pengawasan Pendahuluan (Feedforward Control’s)
Dirancang untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dari standar atau tujuan
dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.

2.4.2 Pengawasan Berjalan (Concurrent Control’s)


Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan Merupakan
proses di mana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu atau syarat
tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan - kegiatan bisa dilanjutkan, untuk
menjadi semacam peralatan "double check" yang telah menjamin ketepatan pelaksanaan
kegiatan.
2.4.3 Pengawasan Umpan Balik (Postaction Control’s)
Pengawasan ini adalah untuk memastikan bahwa output yang dihasilkan sesuai
dengan standar dengan kata lain sebagai pengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah
diselesaikan.

Ada beberapa tahap proses pengawasan antara lain :


1. Penetapan standard kegiatan
2. Penentuan pengukuran kegiatan
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata
4. Membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan.
5. Mengambil tindakan pengoreksian bila dianggap perlu
2.5 MACAM DAN JENIS – JENIS PENGAWASAN
Ada beberapa macam pengawasan ditinjau dari beberapa segi antara lain:
2.5.1 Menurut Ruang Lingkupnya
1. Pengawasan Administrasi yaitu pengawasan yang meliputi seluruh aktifitas
organisasi atau perusahaan.
2. Pengawasan Manajerial yaitu pengawasan yang bersifat khusus yang berlaku
hanya untuk suatu bagian atau unit tertentu saja.
2.5.2 Menurut Obyek Pengawasan
1. Pengawasan keuangan
2. Pengawasan kepegawaian
3. Pengawasan pemasarann
4. Pengawasan produksi
5. Pengawasan kualitas
6. Pengawasan persediaan
2.5.3 Menurut Pihak yang Mengawasi
a. Internal control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan yang ada
dalam organisasi atau perusahaan itu sendiri.
b. External control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan dari luar
organisasi atau perusahaan.
c. Direct Control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan yang bersangkutan
( pengawasan langsung ).
d. Indirect Control, yaitu pengawasan yang dilakukan bukan oleh atasan langsung,
misalnya pengawasan oleh kepala biro, atau kepala bagian ( pengawasan tidak
langsung).
e. Formal Control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat ( sosial
control),misalnya oleh berbagai media.
2.5.4 Menurut Waktu
a. Preventif Control, yaitu pengawasan yang bersifat pencegahan sebelum terjadinya
kesalahan atau penyimpangan.
b. Reprensif Control, yaitu pengawasan setelah terjadinya penyimpangan atau
kesalahan.

Selain macam pengawasan di atas, ada beberapa jenis dari pengawasan, diantaranya :
a) Pengawasan Kemudi (Steering Control) atau disebut pula pengawasan umpan maju (feed
forward control), pengawasan ini dirancang untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari
tujuan yang telah ditetapkan dan memperbolehkan mengambil tindakan koreksi sebelum
kegiatan selesai dikerjakan.
b) Pengawasan Skrening (Screening Control), bisa disebut pengawasan ya atau tidak (yes or no
control). Tipe pengawasan ini merupakan proses yang terlebih dahulu menyetujui aspek
tertentu dari sebuah prosedur, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan
dilanjutkan. Disini segi keamanan merupakan faktor kunci dan bahkan dapat memberikan
keamanan ekstra kepada manajer.
c) Pengawasan Purnakarya (Post Action Control) atau disebut pengawasan umpan balik (Feed
Back Control), jenis pengawasan ini mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah
diselesaikan.
2.6 PENGAWASAN MERUPAKAN ASPEK PENTING DALAM MANAJEMEN
Dalam hal ini, terdapat beberapa alasan akan pentingnya pengawasan di dalam setiap
organisasi :

a. Adanya perubahan di lingkungan organisasi

Menyebabkan fungsi pengawasan harus dilaksanakan agar dampak dari perubahan-


perubahan tersebut segera dapat dideteksi sehingga manajemen akan mampu menghadapi
tantangan dan peluang yang disebabkan oleh perubahan itu. Misalnya timbulnya perubahan
teknologi, adanya pesaing-pesaing baru yang muncul.

b. Organisasi menjadi semakin kompleks

Pada umumnya organisasi saat ini cenderung bercorak desentralisasi, maka kegiatan
perusahaan menjadi terpisah-pisah secara geografis, lebih luas dan kompleks. Demikian juga
jika banyak dipakai penyalur dalam penjualan produk, maka untuk menjaga kualitas dan
profitabilitas, perlu system pengawasan yang lebih teliti.
c. Timbulnya kesalahan-kesalahan dalam bekerja

Untuk mendeteksi adanya kesalahan yang mungkin diperbuat oleh pelaku organisasi,
maka digunakan fungsi pengawasan, semakin jarang pekerja melakukan kesalahan, semakin
sederhana manajemen melakukan fungsi pengawasan.

d. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang

Mengimplementasikan sistem pengawasan merupakan cara yang tepat untuk memeriksa


pelaksanaan tugas-tugas pekerja yang telah didelegasikan. Namun demikian, manajer harus
dapat menjaga keseimbangan antara pengawasan dengan kebebasan pribadi dari pekerja
supaya tidak mematikan kreatifitas.

2.7 PENGAWASAN MERUPAKAN ASPEK PENTING DALAM MANAJEMEN


Dalam hal ini, terdapat beberapa alasan akan pentingnya pengawasan di dalam setiap
organisasi :

a. Adanya perubahan di lingkungan organisasi

Menyebabkan fungsi pengawasan harus dilaksanakan agar dampak dari perubahan-


perubahan tersebut segera dapat dideteksi sehingga manajemen akan mampu menghadapi
tantangan dan peluang yang disebabkan oleh perubahan itu. Misalnya timbulnya perubahan
teknologi, adanya pesaing-pesaing baru yang muncul.

b. Organisasi menjadi semakin kompleks

Pada umumnya organisasi saat ini cenderung bercorak desentralisasi, maka kegiatan
perusahaan menjadi terpisah-pisah secara geografis, lebih luas dan kompleks. Demikian juga
jika banyak dipakai penyalur dalam penjualan produk, maka untuk menjaga kualitas dan
profitabilitas, perlu system pengawasan yang lebih teliti.

c. Timbulnya kesalahan-kesalahan dalam bekerja

Untuk mendeteksi adanya kesalahan yang mungkin diperbuat oleh pelaku organisasi,
maka digunakan fungsi pengawasan, semakin jarang pekerja melakukan kesalahan, semakin
sederhana manajemen melakukan fungsi pengawasan.

d. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang

Mengimplementasikan sistem pengawasan merupakan cara yang tepat untuk memeriksa


pelaksanaan tugas-tugas pekerja yang telah didelegasikan. Namun demikian, manajer harus
dapat menjaga keseimbangan antara pengawasan dengan kebebasan pribadi dari pekerja
supaya tidak mematikan kreatifitas.

2.8 ASAS – ASAS PENGAWASAN


Harold Kontz dan Cyril O Donnel menetapkan asas pengawasan sebagai berikut:
1. Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective). Pengawasan harus ditujukan
ke arah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan perbaikan (koreksi) untuk
menghindarkan penyimpangan-penyimpangan / deviasi dari perencanaan.
2. Asas efisiensi dan pengawasan (Principle of efficiency and control). Pengawasan itu
efisien bila dapat menghindarkan deviasi dari perencanaan, sehingga tidak menimbulkan
hal-hal lain di luar dugaan.
3. Asas tanggung jawab pengawasan (Principle of control responsibility). Pengawasan hanya
dapat dilaksanakan apabila manajer bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan
rencana.
4. Asas pengawasan terhadap masa depan (Principle of future control). Pengawasan yang
efektif harus ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan perencanan yang akan terjadi
baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang.
5. Asas pengawasan langsung (Principle of direct control). Teknik kontrol yang paling
efektif ialah mengusahakan adanya manajer yang berkualitas baik. Pengawasan itu
dilakukan manajer atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat salah. Cara yang paling
tepat demi pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan ialah mengusahakan agar petugas
memiliki kualitas yang baik.
6. Asas refleksi perencanaan (Principle of replection of plans). Pengawasan harus disusun
dengan baik, sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan perencanaan.
7. Asas penyesuaian dengan organisasi (Principle of organizational suitability). Pengawasan
harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manajer dan bawahannya merupakan
sarana untuk melaksanakan rencana. Dengan demikian pengawasan yang efektif harus
disesuaikan dengan besarnya wewenang manajer, sehingga mencerminkan struktur
organisasi.
8. Asas pengawasan individual (Principle of individuality of control). Pengawasan dan teknik
pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan manajer, teknik kontrol harus ditujukan
terhadap kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap manajer, ruang lingkup informasi
yang dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung tingkat dan tugas manajer.
9. Asas standar (Principle of standard). Kontrol yang efektif dan efisien memerlukan standar
yang tepat, yang berguna sebagai tolok ukur pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai.
10. Asas pengawasan terhadap strategis (Principle of strategic point control). Pengawasan
yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-
faktor yang strategis dalam perusahaan.
11. Asas kekecualian (The exception principle). Efisiensi dalam kontrol membutuhkan adanya
perhatian yang ditujukan terhadap faktor kekecualian. Kekecualian ini dapat terjadi dalam
keadaan tertentu ketika situasi berubah atau tidak sama.
12. Asas pengendalian pleksibel (Principle of flexibility of control). Pengawasan harus luwes
untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana.
13. Asas Peninjauan Kembali (Principle of review). Sistem kontrol harus ditinjau berkali-kali,
agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas tindakan (Principle of action). Pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran-
ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing dan
directing.

2.9 SIFAT DAN WAKTU PENGAWASAN.


Sifat dan waktu pengawasan/ control dibedakan atas :
2.9.1 Preventif Control
Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dikerjakan dengan maksud supaya
tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara, yaitu :
a. Membuat peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tata cara suatu kegiatan
atau dibuat tata tertib.
b. Membuat pedoman – pedoman kerja.
c. Menetapkan sanksi – sanksi terhadap pembuat kesalahan.
d. Menentukan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab.
e. Mengorganisasikan segala macam kegiatan.
f. Menentukan system koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.
2.9.2 Represive Control
Pengawasan yang dilakukan setelah terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan
kegiatan, agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga sasaran dapat tercapai. Hal
ini bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Membandingkan antara hasil-hasil kegiatan dengan rencana yang telah ditentukan.
b. Mencari penyebab-penyebab terjadinya penyimpangan dan mencari solusinya.
c. Memberikan penilaian terhadap hasil kegiatan, termasuk kegiatan para
penanggungjawabnya.
d. Melaksanakan sanksi yang telah ditentukan terhadap pembuat kesalahan.
e. Menilai kembali prosedur-prosedur yang telah ditentukan.
f. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat para petugas pelaksana.
2.9.3 Pengawasan yang dilakukan di tengah proses penyimpangan terjadi.
Pengawasan ini dilakukan di tengah proses penyimpangan yang terjadi untuk
menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana.
2.9.4 Pengawasan berkala
Pengawasan berkala yaitu pengawasan yang dilakukan secara berkala sebulan
sekali atau satu kuartal sekali atau satu tahun sekali.
2.9.5 Pengawasan mendadak
Pengawasan mendadak ialah pengawasan yang dilakukan secara mendadak tanpa
ada pemberitahuan terlebih dahulu.
2.10 KARAKTERISTIK SISTEM PENGAWASAN YANG EFEKTIF
1) Akurat ; setiap data harus akurat, jika tidak mengakibatkan organisasi tidak tepat dalam
mengambil keputusan untuk mengoreksi suatu penyimpangan.
2) Tepat waktu ; informasi segera dikumpulkan, diarahkan dan dievaluasi jika hendak
diambil tindakan yang tepat pada waktunya untuk perbaikan.
3) Obyektif dan Komprehensif ; informasi dalam sistem pengawasan harus dapat dipahami
dan dianggap obyektif oleh individu yang menggunakannya.
4) Dipusatkan pada titik pengawasan strategis ; sistem pengawasan sebaiknya dipusatkan
pada daerah yang paling banyak kemungkinan akan terjadi penyimpangan dari standar.
5) Ekonomis ; biaya untuk implementasi sistem sebaiknya lebih kecil daripada keuntungan
yang diperoleh dari sistem itu.
6) Fleksibel ; sistem harus fleksibel agar organisasi lebih mudah bertindak untuk
mengatasi perubahan yang kurang menguntungkan atau memanfaatkan kesempatan-
kesempatan baru.
7) Dapat diterima oleh seluruh anggota organisasi ; idealnya jika sistem tersebut dapat
menghasilkan prestasi yang tinggi diantara para anggota organisasi dengan
membangkitkan perasaan bahwa mereka memiliki otonomi, tanggung jawab dan
kesempatan untuk mencapai tujuan.
8) Dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan organisasi. Hal ini disebabkan oleh:
Setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan seluruh operasi.
Informasi pengawasan harus sampai kepada orang yang memerlukannya.
2.11 CARA – CARA PENGAWASAN YANG BAIK
1. Pengawasan harus mendukung sifat atau kebutuhan dari kegiatan. Untuk masing-masing
kegiatan cara pengawasannya pun berbeda – beda, antara organisasi kecil dan besar juga
berbeda.
2. Pengawasan harus segera melaporkan setiap ada penyimpangan, jika ada penyimpangan
yang terlambat diatasi maka hal itu akan menjadi parah dan memperumit tindakan
korektif yang akan dilakukan.
3. Pengawasan harus berorientasi jauh ke depan. Manajemen perlu membuat perkiraan
situasi yang mungkin akan terjadi pada organisasi di masa depan.
4. Pengawasan harus akurat dan obyektif. Agar pengawasan menjadi obyektif, maka mutlak
diperlukan suatu ukuran sebagi pedoman pelaksanaannya.
5. Pengawasan harus fleksibel. Dalam melakukan pengawasan, perlu dicari alternatif-
alternatif rencana untuk situasi yang memungkinkan.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi. Jika satu bagian membuat kekeliruan,
maka hal itu harus diatasi bersama- sama dengan kegiatan lain yang merupakan satu
kesatuan organisasi.
2.12 Langkah-langkah dan Proses Pengawasan
1) Menetapkan standard and metode untuk mengukur prestasi. Misalkan beberapa target
yang harus dicapai/ beberapa jumlah produksi yang harus dicapai.
2) Mengukur prestasi kerja, hal ini merupakan proses yang berkesinambungan dan
berulang-ulang yang frekuensinya tergantung pada jenis aktiitasnya, sebaiknya dilakukan
dengan segera agar waktunya tidak terlalu panjang.
3) Menentukan apakah prestasi kerja memenuhi standar
4) Merupakan kelanjutan dari kedua langkah terdahulu yaitu membandingkan antara
langkah pertama dan langkah kedua.
5) Mengambil tindakan korektif, apabila tidak ada penyimpangan pada langkah pertama
dan kedua maka manajemen tidak perlu melakukan tindakan apa-apa. Tapi jika
sebaliknya, maka manajemen perlu melakukan tindakan korektif. Tindakan ini dapat
berupa perubahan aktifitas organisasi atau pada standar kerja yang telah ditetapkan
semula.
BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan makalah , maka dapat disimpulkan bahwa


controlling atau pengawasan adalah fungsi manajemen dimana peran dari personal yang
sudah memiliki tugas, wewenang dan menjalankan pelaksanaannya perlu dilakukan
pengawasan agar supaya berjalan sesuai dengan tujuan, visi dan misi perusahaan.
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu
organisasi. Semua fungsi manajemen yang lain, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi
pengawasan. Dan pelaksanaan pengawasan dalam manajemen dibutuhkan manajer atau
orang yang melakukan pengawasan. Kegiatan pengawasan merupakan kegiatan
membandingkan rencana yang telah disiapkan dengan kegiatan yang telah berlangsung,
apakah sesuai atau tidak.

3.2 Saran

Untuk itu kami mengharapkan saran dan masukan dari pembaca demi perbaikan
penyusunan selanjutnya. Dan semoga dengan makalah ini dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya untuk membantu kelancaran perkuliahan.

Anda mungkin juga menyukai