Anda di halaman 1dari 9

GEOLOGI KELAUTAN

“Sedimen Bawah Laut dan CTD”

Oleh

Jamjam Mursyidin Garliska

(1015006)

Jurusan Teknik Geologi


Sekolah Tinggi Teknologi Mineral Indonesia
Bandung
2018
SEDIMEN DASAR LAUT

Definisi Sedimen Laut


Dalam kehidupan sehari-hari kata sedimen banyak sekali pengertiannya disini
diterangkan tentang beberapa pengertian sedimen dan sedimentasi. Dalam kaitannya dengan
sedimen dan sedimentasi beberapa ahli mendefinisikan sedimen dalam beberapa pengertian.
Pipkin (1977) menyatakan bahwa sedimen adalah pecahan, mineral, atau material
organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es,
atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang
melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia.
Sedangkan Gross (1990) mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari
mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan
tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang
terjadi di laut.
Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen
atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya
pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau,
delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.
Menurut Bhatt (1978), sedimen yaitu lepasnya puing-puing endapan padat pada
permukaan bumi yang dapat terkandung di dalam udara, air, atau es dibawah kondisi normal.
Sedimentasi adalah proses yang meliputi pelapukan, transportasi, dan pengendapan. Batuan
sedimen adalah batuan yang dibentuk oleh sedimen. Tekstur sedimen yaitu hubungan bersama
antara ukuran butir dalam batuan dan pada umumnya ukuran butir ini dapat diamati dengan
menggunakan mikroskop. Komposisi sedimen merupakan acuan terhadap mineral-mineral dan
struktur kimia dalam batuan. Batuan klastik adalah batuan dimana material penyusun utamanya
berupa material detrital (misalnya batupasir dan serpihan). Batuan nonklastik adalah batuan
dimana material penyusun utamanya berupa material organik dan unsur kimia (misalnya
batugamping terumbu, halit, dan dolomit)
Selain pengertian sedimen di atas ada pengertian lain tentang sedimen yaitu batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh proses sedimentasi. Sedangkan sedimentasi adalah
proses pengendapan sedimen oleh media air, angin, atau es pada suatu cekungan pengendapan
pada kondisi suhu dan tekanan tertentu.
Dalam batuan sedimen dikenal dengan istillah tekstur dan struktur. Tekstur adalah suatu
kenampakan yang berhubungan erat dengan ukuran, bentuk butir, dan susunan kompone
mineral-mineral penyusunnya. Studi tekstur paling bagus dilakukan pada contoh batuan yang
kecil atau asahan tipis.
Struktur merupakan suatu kenampakan yang diakibatkan oleh proses pengendapan
dan keadaan energi pembentuknya. Pembentukannya dapat pada waktu atau sesaat setelah
pengendapan. Struktur berhubungan dengan kenampakan batuan yang lebih besar, paling
bagus diamati di lapangan misal pada perlapisan batuan. (Sugeng Widada : 2002)
Asal Sedimen Laut
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang
menurut Reinick (Dalam Kennet, 1992) dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi
daerah up land. Material ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat, hal ini terjadi
karena adanya kondisi fisik yang ekstrim, seperti adanya proses pemanasan dan pendinginan
yang terjadi berulang-ulang di padang pasir. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui
proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan
jika energi tertransforkan telah melemah. Saat sedimen sampai pada laut penyebarannya
ditentukan oleh sifat fisik dari partikel-patikel itu sendiri. Khusunya oleh lama dan ukuran
partikel tersebut melayang di lapisan air. Partikel yang berukuran besar akan cepat tenggelam
daripada partikel yang kecil di mana partikel yang berukuran besar misalnya pasir akan cepat
diendapkan ketika sampai dilaut dan cenderung mengumpul di daerah dekat daratan (pantai).
Sedangkan partikel yang berukuran kecil seperti lumpur dan tanah liat diangkut lebih jauh ke
tengah laut dan akan mengendap di daerah Continental Shelf dan partikel-partikel yang
berukuran sangat kecil diendapkan pada dasar laut yang paling dalam. Beberapa sungai di
dunia yang mengalir di daerah daratan yang begitu luas akan memindahkan sejumlah besar
sedimen ke laut.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti
cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.
Sedimen ini berasal dari sisa-sisa kerangka organisme hidup yang akan membentuk endapan
partikel-partikel halus yang dinamakan ooze yang mengendap pada daerah yang jauh dari
pantai. Sedimen ini digolongkan menjadi 2 tipe. yaitu: Calcareous dan Siliseous Ooze. Hal ini
tergantung oleh organisme darimana mereka berasal.
Tipe Calcareous
a. Globerigina ooze
Globerigina adalah dari salah satu group organisme yang bersel tunggal yang dikenal sebagai
poraminifera. Sisa-sisa organisme ini membentuk ooze yang menutupi 35% bagian
permukaan dasar laut yang kebanyakan dijumpai pada daerah-daerah panas di dunia.
b. Pteropod ooze
Pteropod adalah golongan mollusca yang bersifat sebgai plankton dimana tubuh mereka
meiliki kulit yang mengandung zat kapur. Ooze ini menutupi hanya 1% permukaan laut
walaupun terkadang mereka sudah tercampur dengan ooze yang dari jenis lain.
Tipe Silleceous
a. Diatom ooze
Diatom adalah golongan tumbuhan yang bersel tunggal memiliki kulit yang mengandung
silica, ooze yang terbentuk menutupi 9% dasar laut. Mereka banyak dijumpai pada daerah
dingin yang bersalinitas rendah seperti daerah laut Hindia pada bagian paling selatan.
b. Radiolaria ooze
Merupakan golongan protozoa bersel satu yang endapannya menutupi 1-2% permukaan dasar
laut.
c. Red Clay ooze
Bentuk ooze ini mempunyai kandungan silica yang tinggi, tapi asalnya sampai saat ini belum
diketahui. Diduga butiran halus ooze yang terdapat di laut dalam berasal dari sedimen
biogenous tetapi mengalami perubahan yang besar di dalam laut karena pengaruh tinggi
tekanan dan konsentrasi Carbon acid. Endapan red clay ini banyak dijumpai di timur laut
Hindia.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air
laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar
laut. Sebagai contoh manganese nodules (bongkahan-bongkahan mangan) berasal dari endapan
lapisan oksida dan hidroksida dari besi dan mangan yang terdapat di dalam sebuah rangkaian
lapisan konsentris di sekitar pecahan batu atau runtuhan puing-puing. Jenis logam-logam lain
seperti copper (tembaga), cobalt dan nikel juga tergabung di dalamnya. Reaksi kimia yang
terjadi di sini bersifat sangat lambat, di mana untuk membentuk sebuah nodule yang besar
diperlukan waktu berjuta-juta tahun dan proses ini akan berhenti sama sekali jika nodule telah
terkubur dalam sedimen. Sebagai akibatnya nodule-nodule ini menjadi begitu banyak dijumpai
di Lautan Pasifik daripada di Lautan Atlantik. Hal ini disebabkan karena tingkat kecepatan
proses sedimentasi untuk mengukur nodule-nodule yang terjadi di Lautan Pasifik lebih lambat
jika dibandingkan dengan di Lautan Atlantik.
4. Cosmogenous sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut
melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, aktifitas
gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang berasal dari luar
angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen
yang berasal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanik, atau
berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang berasal dari partikel di darat dan
terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun
demikian dapat juga terjadi pada daerah subtropis saat musim kering dan angin bertiup kuat.
Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-
sumber yang lain. (Sugeng Widada)
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi
sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang
kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-
layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan
terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan
tersuspensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi
reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan
reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran
mineral. (Agus Supangat dan Umi muawanah)

Sebaran Sedimen Laut


Sedimen yang masuk ke dalam laut dapat tersebar pada :
1. Daerah perairan dangkal, seperti endapan yang terjadi pada paparan benua (Continental Shelf)
dan lereng benua (Continental Slope).
Dijelaskan oleh Hutabarat (1985) dan Bhatt (1978) bahwa ‘Continental Shelf’ adalah
suatu daerah yang mempunyai lereng landai kurang lebih 0,4% dan berbatasan langsung
dengan daerah daratan, lebar dari pantai 50 – 70 km, kedalaman maksimum dari lautan yang
ada di atasnya di antara 100 – 200 meter.
Pada umumnya ‘Glacial Continental Shelf’ dicirikan dengan susunan utamanya campuran
antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan ‘Non Glacial Continental Shelf’’ endapannya
biasanya mengandung lumpur yang berasal dari sungai. Di tempat lain (continental shelf)
dimana pada dasar laut gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material batuan kasar dan
kerikil biasanya akan diendapkan.
‘Continental Slope’ adalah daerah yang mempunyai lereng lebih terjal dari continental
shelf, kemiringannya anatara 3 – 6 %. Sebagian besar pada ‘Continental slope’ kemiringannya
lebih terjal sehingga sedimen tidak akan terendapkan dengan ketebalan yang cukup tebal.
Daerah yang miring pada permukaannya dicirikan berupa batuan dasar (bedrock) dan dilapisi
dengan lapisan lanau halus dan lumpur. Kadang permukaan batuan dasarnya tertutupi juga oleh
kerikil dan pasir.

2. Daerah perairan dalam, seperti endapan yang terjadi pada laut dalam.
Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan
Sedimen Biogenik Pelagis.
1. Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai
struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan
zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu
bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air
untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor
lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,
keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan
produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
2. Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang
berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama
dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi
glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang
mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak
beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.

Transport Sedimen Laut


Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara dari batuan induknya ke tempat pengendapannya,
yakni supensi (suspendedload), bedload transport dan saltation.
Suspensi
Pada umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil ukurannya (seperti lempung)
sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin yang ada. Sifat sedimen hasil pengendapan
suspensi ini adalah mengandung prosentase massa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak
mengambang dalam masa dasar dan umumnywa disertai memilahan butir yang buruk. Ciri lain
dari jenis ini adalah butir sedimen yang diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran.

Bedload transport
Terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil, kerakal, bongkah)
sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-
partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya
aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan
sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen
yang satu dengan lainnya.
Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat dibagi menjadi:

 endapan arus traksi


 endapan arus pekat (density current) dan
 endapan suspensi.
Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen didasarnya. Pada umumnya
gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti angin atau pasang-surut air laut.
Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya berupa pasir yang berstruktur silang
siur, dengan sifat-sifat:

 pemilahan baik
 tidak mengandung masa dasar
 ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah
(coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).
Di lain fihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi dan suspensi.
Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran antara pasir, lanau, dan
lempung dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan perlapisan bersusun. Arus pekat
(density) disebabkan karena perbedaan kepekatan (density) media. Ini bisa disebabkan karena
perlapisan panas, turbiditi dan perbedaan kadar garam. Karena gravitasi, media yang lebih
pekat akan bergerak mengalir di bawah media yang lebih encer. Dalam geologi, aliran arus
pekat di dalam cairan dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam
udara dikenal dengan nuees ardentes atau wedus gembel, suatu endapan gas yang keluar dari
gunungapi. Endapan dari suspensi pada umumnya berbutir halus seperti lanau dan lempung
yang dihembuskan angin atau endapan lempung pelagik pada laut dalam. Selley (1988)
membuat hubungan antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan, sebagai
berikut (Tabel IV.1).

Kenyataan di alam, transport dan pengendapan sedimen tidak hanya dikuasai oleh mekanisme
tertentu saja, misalnya arus traksi saja atau arus pekat saja, tetapi lebih sering merupakan
gabungan berbagai mekanisme. Malahan dalam berbagai hal, merupakan gabungan antara
mekanik dan kimiawi.

Saltation
Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada sedimen berukuran
pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir
sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir
tersebut ke dasar.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam membawa sedimen-
sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau mungkin tertahan akibat gaya
gravitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu
mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu batuan sedimen.
Pada dasarnya butir-butir sedimen bergerak di dalam media pembawa, baik berupa cairan
maupun udara, dalam 3 cara yang berbeda: menggelundung (rolling), menggeser (bouncing)
dan larutan (suspension) seperti Gambar III.2.
Conductivity Temperature Depth (CTD)

CTD adalah alat yang digunakan dalam sampling oseanografi untuk mengukur salinitas air
laut, suhu serta kedalaman air
laut pada tempat dan
kedalaman yang
diinginkan. Alat ini terdiri dari
3 sensor utama, yaitu sensor
tekanan untuk pengukuran
kedalaman, thermistor sebagai
sensor suhu, dan sel induktif
(conductivity) sebagai sensor
salinitas, juga dapat diberikan
sensor tambahan seperti sensor
klorofil, kekeruhan, oksigen
dsb. Umumnya ada 3
komponen utama dalam
pengoperasian CTD yaitu :
CTD, perangkat komputer
dengan software-nya, dan
perangkat interface sebagai unit
penghubung antara CTD dan
komputer (Gambar 1).

Anda mungkin juga menyukai