Sedimen Dasar Laut
Sedimen Dasar Laut
Oleh
(1015006)
2. Daerah perairan dalam, seperti endapan yang terjadi pada laut dalam.
Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan
Sedimen Biogenik Pelagis.
1. Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai
struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan
zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu
bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air
untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor
lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,
keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan
produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
2. Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang
berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama
dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi
glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang
mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak
beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
Bedload transport
Terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil, kerakal, bongkah)
sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-
partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya
aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan
sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen
yang satu dengan lainnya.
Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat dibagi menjadi:
pemilahan baik
tidak mengandung masa dasar
ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah
(coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).
Di lain fihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi dan suspensi.
Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran antara pasir, lanau, dan
lempung dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan perlapisan bersusun. Arus pekat
(density) disebabkan karena perbedaan kepekatan (density) media. Ini bisa disebabkan karena
perlapisan panas, turbiditi dan perbedaan kadar garam. Karena gravitasi, media yang lebih
pekat akan bergerak mengalir di bawah media yang lebih encer. Dalam geologi, aliran arus
pekat di dalam cairan dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam
udara dikenal dengan nuees ardentes atau wedus gembel, suatu endapan gas yang keluar dari
gunungapi. Endapan dari suspensi pada umumnya berbutir halus seperti lanau dan lempung
yang dihembuskan angin atau endapan lempung pelagik pada laut dalam. Selley (1988)
membuat hubungan antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan, sebagai
berikut (Tabel IV.1).
Kenyataan di alam, transport dan pengendapan sedimen tidak hanya dikuasai oleh mekanisme
tertentu saja, misalnya arus traksi saja atau arus pekat saja, tetapi lebih sering merupakan
gabungan berbagai mekanisme. Malahan dalam berbagai hal, merupakan gabungan antara
mekanik dan kimiawi.
Saltation
Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada sedimen berukuran
pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir
sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir
tersebut ke dasar.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam membawa sedimen-
sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau mungkin tertahan akibat gaya
gravitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu
mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu batuan sedimen.
Pada dasarnya butir-butir sedimen bergerak di dalam media pembawa, baik berupa cairan
maupun udara, dalam 3 cara yang berbeda: menggelundung (rolling), menggeser (bouncing)
dan larutan (suspension) seperti Gambar III.2.
Conductivity Temperature Depth (CTD)
CTD adalah alat yang digunakan dalam sampling oseanografi untuk mengukur salinitas air
laut, suhu serta kedalaman air
laut pada tempat dan
kedalaman yang
diinginkan. Alat ini terdiri dari
3 sensor utama, yaitu sensor
tekanan untuk pengukuran
kedalaman, thermistor sebagai
sensor suhu, dan sel induktif
(conductivity) sebagai sensor
salinitas, juga dapat diberikan
sensor tambahan seperti sensor
klorofil, kekeruhan, oksigen
dsb. Umumnya ada 3
komponen utama dalam
pengoperasian CTD yaitu :
CTD, perangkat komputer
dengan software-nya, dan
perangkat interface sebagai unit
penghubung antara CTD dan
komputer (Gambar 1).