Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN THYPOID

1. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut (Inawati, 2009). Definisi lain
dari demam tifoid atau Typhus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang
biasaya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).
Demam tifoid disebarkan melalui jalur fekal-oral dan hanya menginfeksi
manusia yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri Salmonella typhi. Ada dua sumber penularan Salmonella typhi, yaitu
penderita demam tifoid dan karier. Seseorang yang karier adalah orang yang
pernah menderita demam tifoid dan terus membawa penyakit ini untuk beberapa
waktu atau selamanya (Nadyah, 2014)
2. Etiologi
Demam tifoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella
yaitu Salmonella thypi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Bakteri
tersebut memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan (Inawati, 2009).
Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakit tersebut, baik ketika ia sedang sakit atau
sedang dalam masa penyembuhan. Pada masa penyembuhan, penderita masih
mengandung Salmonella spp di dalam kandung empedu atau di dalam ginjal.
Sebanyak 5 persen penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara,
sedangkan 2 persen yang lain akan menjadi karier yang menahun. Sebagian besar
dari karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain
termasuk urinary type.
3. Manifestasi klinis
3.1. Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah
10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas,
berupa :
- anoreksia
- rasa malas
- sakit kepala bagian depan
- nyeri otot
- lidah kotor
- gangguan perut (perut kembung dan sakit)
3.2. Gejala Khas
3.2.1. Minggu Pertama
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada
awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam
tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala,
pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi
antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat
dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak
enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu
pertama, diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah
kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor.
3.2.2. Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat
setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian
meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu, pada minggu kedua
suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam).
Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari
berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang
semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini
relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala
toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang
mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah
tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan
tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang
kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan.
3.2.3. Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir
minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila
keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai
turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan
dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari
ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia
memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau
stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia
urin.
3.2.4. Minggu Keempat
Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan untuk demam
tifoid.
4. Patofisiologi
Penyakit typhoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi, salmonella
paratyphi A, Salmonella paratyphi B, Salmonella paratyphi C, yang masuk ke
dalam tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar.
Selanjutnya akan ke dinding usus halus melalui aliran limfe ke kelenjar
mesentrium menggandakan/multiplikasi (bacterium). Biasanya pasien belum
tampak adanya gejala klinik (asimptomatik) seperti mual, muntah, tidak enak
badan, pusing karena segera diserbu sel sistem retikulo endosetual. Tetapi kuman
masih hidup, selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke dalam peredaran
darah mengalami bakterimia sehingga tubuh merangsang untuk mengeluarkan sel
piogon akibatnya terjadi lekositopenia. Dari sel piogon inilah yang
mempengaruhi pusat termogulator di hipotalamus sehingga timbul gejala demam
dan apabila demam tinggi tidak segera diatasi maka dapat terjadi gangguan
kesadaran dalam berbagai tingkat. Setelah dari peredaran darah, kuman menuju
ke organ-oragan tubuh (hati, limfa, empedu) sehingga timbul peradangan yang
menyebabkan membesarnya organ tersebut dan nyeri tekan, terutama pada
folikel limfosid berangsur-angsur mengalami perbaikan dan apabila tidak
dihancurkan akan menyebar ke seluruh organ sehingga timbul komplikasi dan
dapat memperburuk kondisi pasien (Juwono,1999).
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses (tinja). Feses dan muntah pada penderita
demam tifoid dapat menularkan salmonella thypi kepada orang lain. Bakteri yang
masuk ke dalam lambung, sebagian akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini
kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
5. Pathway

Minuman dan makanan


yang terkontaminasi

Mulut

Saluran pencernaan

Typhus Abdominalis

Peningkatan asam lambung Usus

Proses infeksi Limfoid plaque penyeri di


Perasaan tidak enak pada
perut, mual, muntah ileum terminalis
Merangsang peningkatan
(anorexia)
peristaltic usus Perdarahan dan
perforasi intestinal
Diare
Kuman masuk aliran
Ketidakseimbangan limfe mesentrial
nutrisi: Kurang dari
kebutuhan tubuh Menuju hati dan limfa

Kuman berkembang biak

Kekurangan
volume cairan Jaringan tubuh (limfa) Hipertrofi
(hepatosplenomegali)

Peradangan Penekanan pada saraf di hati


Kurang intake cairan

Pelepasan zat pyrogen Nyeri ulu hati Nyeri Akut

Pusat termogulasi tubuh


Hipertermia
6. Penatalaksanaan (Inawati, 2009)
6.1. Tirah baring absolut minimal 7-14 hari sampai bebas demam
6.2. Terapi suportif misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan
keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan
kortikosteroid untuk mempercepat penurunan demam.
6.3. Obat
6.3.1. Kloramfenikol
6.3.2. Tiamfenikol
6.3.3. Ko-trimoksazol
6.3.4. Ampisilin dan Amoksisilin
6.3.5. Sefalosporin
6.3.6. Fluorokinolon
6.3.7. Furazolidon
7. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan serologi yang masih dikerjakan pada pasien yang dirawat
dengan demam typhoid di Rumah Sakit adalah tes Widal. Nilai diagnostik tes
Widal adalah melihat adanya kenaikan titer antibodi yang bermakna dalam darah
terhadap antigen O (somatik) dan/atau antigen H (flagellar) Salmonella enterica
serotype typhi pada 2 kali pengambilan spesimen serum dengan interval waktu
10-14 hari.
Interpretasi hasil tes widal yaitu terjadinya aglutinasi menandakan tes
Widal positif dan jika reaksi positif diobservasi dalam 20ul sampel tes, hal ini
mengindikasikan adanya level klinis yang signifikan dari respon antibodi pada
serum pasien. Tidak terjadinya aglutinasi menandakan hasil tes Widal negatif dan
mengindikasikan tidak adanya level klinis yang signifikan dari respon antibody
(Wardana, 2014)
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.
Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan,
tanggal MR.
2. Keluhan Utama
Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung,
nafsu makan menurun, panas dan demam.
3. Riwayat Keluhan Penyakit
a. Riwayat Keluhan Utama
Pada kasus thypoid umumnya klien datang dengan keluhan mual dan
kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia,
mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri
kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa
somnolen sampai koma.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau
sakit yang lainnya
4. Kebutuhan Dasar
a. Rasa nyaman nyeri
Kaji suhu dan aji nyeri, skala nyeri 1-3 (ringan), 4-6 (sedang), 7-10 (berat).
b. Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah
dalam kesehatannya.
c. Pola nutrisi dan metabolism
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor,
dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi
berubah.
d. Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta
pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
e. Pola tidur dan aktifitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang
meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
f. Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena
panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
g. Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah
akan terjadi perubahan.
h. Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi
pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
penyakitnya.
j. Pola penanggulangan stress
Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
penyakitnya.
k. Pola hubungan interpersonal
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal
dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama
sakit.
l. Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi
cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual,
perut tidak enak, anorexia.
b. Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal,
konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering,
lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher
simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen
ditemukan nyeri tekan.
d. Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat
cuping hidung.
e. Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang
meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh.
f. Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
g. Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih
pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg
BB/jam.
h. Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada
gangguan.
i. Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan
tonsil.
j. Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita
penyakit thypoid.
6. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah dan
hilang nafsu makan
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
d. Kekurangan volume cairan (kurang dari kebutuhan) behubungan dengan
kehilangan volume cairan
e. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/
tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial
f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas
g. Diare berhubungan dengan proses inflamasi
h. Konstipasi berhubungan dengan intake serat dan cairan kurang
7. Perencanaan tindakan keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhi
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
Peningkatan suhu tubuh NOC : NOC :
berhubungan dengan  Termoregulasi :  Terapi demam
infeksi Salmonella Typhii keseimbangan antara  Kewaspadaan
DO : produksi panas, hipertermia maligna
 Kulit merah peningkatan panas, dang  Perawatan bayi baru
 Suhu tubuh meningkat kehilangan panas lahir
diatas rentang normal  Termoregulasi:  Regulasi suhu
 Kejang atau konvulsi Neonatus:  Pemantauan tanda
 Kulit terabah hanyat keseimbangan antara vital
 Takikardia produksi panas,
 Takipnea peningkatan panas dan
kehilangan panas selama
28 hari pertama
kehidupan
 Tanda tanda vital: nilai
suhu, denyut nasi ,
prekuemso pernapasan
dan tekanan darah dalam
normal
Setelah dilakukan tindakan
selama..... rasa gatal hilang
dengan kriteria hasil :
 Pasien akan menunjukan
termoregulasi, yang
dibuktikan oleh indikator
gangguan atau gangguan
sebagai berikut (sebutkan
1-5 : gangguan
extem,berat, sedang,
ringan, atau tidak
gangguan):
1. Peningkatan suhu
kulit
2. Hipertermia
3. Dehidrasi
4. Mengantuk
 Pasien akan menunjukan
termoregulasi, yang
dibuktikan oleh indikator
gangguan atau gangguan
sebagai berikut (sebutkan
1-5 : gangguan
extem,berat, sedang,
ringan, atau tidak
gangguan):
1. Berkeringat saat
panas
2. Denyut radialis
3. frekuensi
pernafasan

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah dan
hilang nafsu makan
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
Nutrisi kurang dari NOC: NIC:
kebutuhan tubuh  Selera makan:  Mempersiapkan ibu
berhubungan dengan mual keinginan untuk baru untuk menyusui
muntah dan hilang nafsu makan ketika dalam bayinya
makan keadaan sakit  Mencegah dan
DS :  Pembentukan pola menangani
 Kraim abdomen menyusu: bayi: bayi pembatasan diet yang
 Nyeri abdomen melegat dan mengisap sayngat ketat dan
 Menolak makan payudara ibu untuk aktifitas berlebihan
 Indegesti memperoleh nutrisi atau memasukan
 Presepsi ketidak selama 3 minggu makanan dan dalam
mampuan untuk pertama menyusu julah banyak kemudian
mencerna makanan  Status gizi: tingkat berusaha
 Melaporkan ketersediaan zat gizi mengeluarkan
perubahan sensasi untuk memenuhi semuanya
rasa kebutuhan metaboli  Meningkatkan
 Melaporkan  Status keseimbangan
kurangnya gizi:pengukuran electrolik pencegahan
makanan biokimia: komponen komplikasi akibat dari
 Merasa cepat dan kimia cairan kadar elektrolit serum
tubuh yang yang tidak normal atau
kenyang setelah mengidentasikan di luar harapan
mengunsumsi status nutrisi  Mengumpulkan dan
makanan  Status gizi: asupan menganalisis data
DO : makanan dan pasien untuk mengatur
 Pembulu kapiler rapuh cairan:jumlah keseimbangan
 Diare makanan dan cairan elektrolit
 Adanya bukti yang di komsumsi  Pengumpulan dan
kekurangan makanan tubuh selama waktu analiss data pasien
 Kehilangan rambut 24 jam untuk mengatur
yang berlebihan  Status gizi : asupan keseimbangan cairan
 Bising usus hiper aktif gizi: keadekuatan  Mengtur dan mencegh
 Kurang informasi pola asupan zat gizi komplikasi akibat
 Kurangnya minat yang biasanya perubahan kadar cairan
terhadap makanan  Perawatan diri: dan elektroplit
 Salah paham makan:  Membantu individu
 Membran mukosa pucat kemampuanuntuk untuk makan
 Menolak untuk mkan
mempersiapkan dan  Membantu atau
menginginesti menyediakan asupan
 Rongga mulut terluka
makanan dan cairan makanan dan cairan
 Kelemahan otot yang secarah mandiri diet seimbang
berfungsi untuk
menelan dan
dengan atau tampa  Memfasilitasi
alat bantu pencapaian kenaikan
mengunyah
 Berat badan : massa berat badan
tubuh : tingkat
kesusian berat badan,
otot, dan lemak
dengan tinggi badan,
rangka tubuh, jenis
kelamin, dan usia.
Setelah dilakukan
tindakan selama..... rasa
gatal hilang dengan
kriteria hasil :
 Memperlihatkan
status gizi: asupan
makanan dan cairan,
yang dibuktikan
indikator sebagai
berikut(sebutkan 1
sampai 5: tidak
adekuat, sedikit
adekuat, cukup
adekuat, adekuat,
sangat adekuat):
makana oral,
memberikan makanan
lewat selang atau
nutrisi pareteral total

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
Intoleransi aktivitas NOC: NIC :
berhubungan dengan  Toleransi aktifitas: respon  Memberi anjuran
kelemahan umum fisiologis terhadap gerakan tentang dan bantuan
DS : memakan energi dalam dalam aktivitas
 Ketidak nyamanan aktifitas sehari hari fisik, kognitif,
 Melaporkan keletihan  Ketahanan : kapasitas untuk sosial, dan spiritual
aatau kelemahan menyelesaikan aktivitas yang spesifik unutk
secar verbal  Penghematan energi: meningkatkan
DO : tindakan individu dalam rentang, frekuensi,
 Frekuensi jantung mengelula energi untuk atau durasi aktivitas
atau tekanan memulain dan individu (atau
darahtidaknormal menyelesaikan aktivitas kelompok)
sebagai respon  Kebugaran fisik: pelaksaan  Mengatur
terhadap aktifitasan aktifitas fsik yang penuh penggunaan energi
 Perubahan EKG yang anktifitas untuk mengatasi
menunjukan aritmia  Perawatan diri: aktivitaas atau mencegah
kehidupan sehari hari: kelelahan dan
kemampuan untuk mengoptimalkan
melakukan tugas tugas fisik fungsi
yang paling dasar dan  Mmemanipulasi
aktifitas perawatan pribadi lingkungan
secara mandiri dengan atau disekitar pasien
tampa alat bantu untuk memperoleh
Setelah dilakukan tindakan manfaat terapeutik,
selama..... rasa gatal hilang stimulasi sensorik,
dengan kriteria hasil : dan kesejahtraan
 Menoleransi aktivitas yang psikolgis
biasa dilakukan, yang  Menggunakan
dibuktikan oleh toleransi gerakan tu buh aktif
aktivitas, ketahanan, atau pasih untuk
penghematan ehergi, mempertahankan
kebugaran fisik, energi atau memperbaiki
psikometrik dan perawatan flesibilitas sendi
diri : kehidupan sehari-hari  Menggunakan
(dan AKSI) aktifitas atau
 Menunjukkan toleransi protokal latihan
aktivitas yang dibutuhkan yang spesifik untuk
oleh indikator sebagai meningkatkan atau
berikut (sebutkab 1-5: memulihkan
gangguan extrem, berat, gerakan tubuh yang
sedang, ringan, atau tidak terkontrol
mengalami gangguan) :  Memfasilitasi
1. Saturasi oksigen saat latihan otot resisitif
beraktivitas secara rutin untuk
2. Frekuensi pernafasan mempertahankan
saat beraktivitas atau meningkatkan
3. Kemampuan berbicara kekuatan otot
saat beraktivitas fisik  Membantu pasien
 Mendemonstrasikan untuk menjaga
penghematan energi, yang rumah sebagai
dibuktikan oleh indikator tempat tinggal yang
sebagai berikut (sebutkan bersih, aman, dan
1-5: tidak pernah, jarang, menyenangkan
kadang-kadang, sering,  Mmeberi rasa
atau selalu ditampilkan) : keamanan,
1. Menyadari keterbatasan stabilisasi,
energi pemulihan, dan
2. Menyeimbangkan pemeliharaan
aktivitas istirahat pasien yang
3. Mengatur jadwal mengalami
aktivitas untuk disfungsi alam
menghemat energi perasaan baik
depresi maupun
peningkatan alam
perasaan
 Membantu individu
untuk melakukan
AKS
 Membantu dan
mengarahkan
individu untuk
melakukan aktivitas
kehidupan sehari-
hari (aksi) yang
diperlukan untuk
berfungsi dirumah
atau dikomunitas

d. Kekurangan volume cairan (kurang dari kebutuhan) behubungan dengan


kehilangan volume cairan
Diagnosa dRencana Keperawatan
Keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
Kekurangan volume NOC : NIC :
cairan (kurang dari  Keseimbangan  Meningkatkan
kebutuhan) behubungan elektrolit dan non keseimbangan asam
dengan kehilangan elektrolit dalam basa dan mencegah
volume cairan kompatemen intrasel komplikasi akibat
DS : dan ekstrasel tubuh ketidakseimbangan
 Haus  Keseimbangan air air asam basa
DO : dalam kompartemen  Meningkatkan
 Perubahan status intrasel dan ekstrasel keseimbangan elektrolit
mental tubuh dan mencegah
 Penurunan turgor kulit  Jumlah air dalam komplikasi akibat dari
lidah kompartemen intrasel kadar elektrolit serum
 Penurunan keluaran dan ekstrasel tubuh yang tidak normal atau
urine yang adekuat yang tidak diharapkan
 Penurunan pengisian  Jumlah makanan dan  Mengumpulkan dan
vena cairan yang masuk menganalisa data
 Kulit dan membran kedalam tubuh selama pasien untuk mengatur
mukosa kering periode 24 jam keseimbangan elektrolit
 Hematokrit meningkat Setelah dilakukan tindakan  Men9ngkatkan
 Suhu tubuh meningkat selama..... rasa gatal hilang keseimbangan cairan
 Peningkatan frekuensi dengan kriteria hasil : dan mencegah
saat ini  Kekurangan volume komplikasi akibat kadar
 Penurunan TD cairan akan teratasi, cairan yang abnormal
 Penurunan volume dibuktikan olehe atau yang itdak
 Konsentrasi urine keseimbangan cairan, diaharpkan
meningkat keseimbangan elektrolit  Mengumpulkan dan
 Penurunan BB yang dan asam basa, hidrasi mengtanalisa data
tiba-tiba (kecuali pada yang adekuat, dan status pasien untuk mengatur
ruang ketiga) nutrisi: Asupan keseimbangan cairan
 Kelemahan makanan dan cairan  Mengatur dan menceha
yang adekuat komplikasi akibat
 Keseimbangan elektrolit perubahan kadar cairan
asam basa akan dicapai, dan elektrolit
dibuktikan oleh  Mengembangakan
indikator ganggaun volume cairan intra
berikut (sebutkan 1-5: vaskular pada pasien
gangguan ekstrem, yang mengalami
berat, sedang, ringan, penurunan volume
atau tidak ada cairan
gangguan) :  Membeikan dan
1. Frekuensi dan irama membantu cairan dan
jantung apkial obat intravena
2. Frekuensi dan irama  Mmebantu atau
napas menyediakan asupan
3. Kewaspadaan mental makanan dan cairan
dan orientasi kognitif dalan diet seimbang
4. Elektrolit serum  Mengumpulkan dan
menganalisa data
pasien untuk mencegah
dan meminimalkan
malnuttisi
 Meningkatkan
keadekuatan perfusi
jarinagn untuk pasien
yang mengalami
gangguan volume
intravaskuler yang berat
e. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan
syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil
Nyeri (akut/kronis) NOC : NIC :
berhubungan dengan stress  Pain level  Lakukan pengkajian
dan ketegangan, iritasi/  Pain control nyeri secara
tekanan syaraf,  Comfort level komprehensif termasuk
vasospressor, peningkatan Setelah dilakukan lokasi, karakteristik,
intrakranial tindakan selama..... rasa durasi, frekuensi,
DS : nyeri hilang dengan kualitas dan faktor
 Laporan secara verbal kriteria hasil : presipitasi
DO :  Mampu mengontrol  Observasi reaksi
 Posisi untuk menahan nyeri (tahu penyebab nonverbal dari
nyeri nyeri, mampu ketidaknyamanan
 Tingkah laku berhati-hati menggunakan  Bantu pasienndan
 Gangguan tidur (mata tekhnik keluarga untuk mencari
sayu, tampak capek, sulit nonfarmakologi dan menemukan
atau gerakan kacau, untuk mengurangi dukungan
menyeringai) nyeri, mencari  Kontrol lingkungan
 Terfokus pada diri bantuan) yang dapat
sendiri  Melaporkan bahwa mempengaruhi nyeri
 Fokus menyempit nyeri berkurang seperti suhu ruangan,
(penurunan persepsi dengan menggunakan pencahayaan dan
waktu, kerusakan proses manajemen nyeri kebisingan
berpikir, penurunan  Mampu mengenali  Kurangi faktor
interaksi dengan orang nyeri (skala, presipitasi nyeri
dan lingkungan) intensitas, frekuensi  Kaji tipe dan sumber
 Tingkah laku distraksi, dan tanda nyeri) nyeri untuk menentukan
contoh : jalan-jalan,  Menyatakan rasa intervensi
menemui orang lain nyaman setelah nyeri  Ajarkan tentang tekhnik
dan/atau aktivitas, berkurang non farmakologi: napas
aktivitas berulang-ulang)  Tanda vital dalam dada, relaksasi,
 Respon autonom (seperti rentang normal distraksi, kompres
diaphoresis, perubahan  Tidak mengalami hangat/dingin
tekanan darah, gangguan tidur  Berikan analgetik untuk
perubahan nafas, nadi mengurangi nyeri
dan dilatasi pupil)  Tingkatkan istirahat
 Perubahan autonomic  Berikan informasi
dalam tonus otot tentang nyeri seperti
(mungkin dalam rentang penyebab nyeri, berapa
dari lemah ke kaku) lama nyeri akan
 Tingkah laku ekspresif berkurang dan antispasi
(contoh : gelisah, ketidaknyamanan dari
merintih, menangis, prosedur
waspada, iritabel, nafas  Monitor vital sign
panjang/ berkeluh kesah) sebelum dan sesudah
 Perubahan dalam nafsu pemberian analgesik
makan dan minum pertama kali

f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas


Defisit perawatan diri NOC : NIC :
berhubungan dengan  Self care : Activity of  Self Care assistane :
intoleransi aktivitas Daily Living (ADLs) ADLs
DO : Setelah dilakukan  Monitor kemempuan
 ketidakmampuan untuk tindakan keperawatan klien untuk perawatan
mandi selama …. Defisit diri yang mandiri.
 ketidakmampuan untuk perawatan diri teratas  Monitor kebutuhan
berpakaian dengan kriteria hasil: klien untuk alatalat
 ketidakmampuan untuk  Klien terbebas dari bantu untuk kebersihan
makan bau badan diri, berpakaian, berhias,
 ketidakmampuan untuk  Menyatakan toileting dan makan.
toileting kenyamanan terhadap  Sediakan bantuan
kemampuan untuk sampai klien mampu
melakukan ADLS secara utuh untuk
 Dapat melakukan melakukan self-care.
ADLSdengan  Dorong klien untuk
bantuan melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
 Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
 Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien Tidak
mampu untuk
melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin
sehari- hari
 sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

g. Diare berhubungan dengan proses inflamasi


Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil
Diare berhubungan dengan NOC: NIC :
proses inflamasi  Bowl Elimination Diare Management
DS:  Fluid Balance  Kelola pemeriksaan
 Nyeri perut  Hidration kultur sensitivitas feses
 Urgensi  Electrolit and Acid  Evaluasi pengobatan
 Kejang perut Base Balance yang berefek samping
DO: Setelah dilakukan gastrointestinal
 Lebih dari 3 x BAB tindakan keperawatan  Evaluasi jenis intake
perhari selama …. diare pasien makanan
 Bising usus hiperaktif teratasi dengan kriteria  Monitor kulit sekitar
hasil: perianal terhadap
 Tidak ada diare adanya iritasi dan
 Feses tidak ada ulserasi
darah dan mukus  Ajarkan pada keluarga
 Nyeri perut tidak ada penggunaan obat anti
 Pola BAB normal diare
 Elektrolit normal  Instruksikan pada
 Asam basa normal pasien dan keluarga
 Hidrasi baik untuk mencatat warna,
(membran mukosa volume, frekuensi dan
lembab, tidak panas, konsistensi feses
vital sign normal,  Ajarkan pada pasien
hematokrit dan tehnik pengurangan
urin output dalam batas stress jika perlu
anormaL  Kolaburasi jika tanda
dan gejala diare
menetap
 Monitor hasil Lab
(elektrolit dan leukosit)
 Monitor turgor kulit,
mukosa oral sebagai
indikator dehidrasi
 Konsultasi dengan ahli
gizi untuk diet yang
tepat

h. Konstipasi berhubungan dengan intake serat dan cairan kurang


Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil
Konstipasi berhubungan NOC: NIC :
dengan intake serat dan  Bowl Elimination Manajemen konstipasi
cairan kurang  Hidration  Identifikasi faktor-
DS: Setelah dilakukan faktor yang
 Nyeri perut tindakan keperawatan menyebabkan
 Ketegangan perut selama …. Konstipasi konstipasi
 Anoreksia pasien teratasi dengan  Monitor tanda-tanda
 Perasaan tekanan pada kriteria hasil: ruptur bowel/peritonitis
rektum  Pola BAB dalam  Jelaskan penyebab dan
 Nyeri kepala batas normal rasionalisasi tindakan
 Peningkatan tekanan  Feses lunak pada pasien
abdominal  Cairan dan serat  Konsultasikan dengan
 Mual adekuat dokter tentang
 Defekasi dengan nyeri  Aktivitas adekuat peningkatan dan
DO:  Hidrasi adekuat penurunan bising usus
 Feses dengan darah  Kolaburasi jika ada
segar tanda dan gejala
 Perubahan pola BAB konstipasi yang
 Feses berwarna gelap menetap
 Penurunan frekuensi  Jelaskan pada pasien
BAB manfaat diet (cairan dan
serat) terhadap eliminasi
 Penurunan volume feses
 Jelaskan pada klien
 Distensi abdomen
 Feses keras konsekuensi
 Bising usus menggunakan laxative
hipo/hiperaktif dalam waktu yang lama
 Teraba massa abdomen  Kolaburasi dengan ahli
atau rektal gizi diet tinggi serat dan
 Perkusi tumpul cairan
 Sering flatus  Dorong peningkatan
 Muntah aktivitas yang optimal
 Sediakan privacy dan
keamanan selama BAB
DAFTAR PUSTAKA

Behrman., Kliegman., dan Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: EGC, 1999

Feby, Ayu Bulan dan Zulfito Marendra. Smart Paretnts. Jakarta: Gagas Media, 2010

Inawati. (2009). Demam Tifoid. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. Edisi
Khusus. Hal 31-36.

Nadyah. (2014). Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi insidens penyakit


demam tifoid di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
2013. Jurnal Kesehatan, Vol VII, No 1, 305-321.

Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC

Nelawan, RHH. Tata Laksana Terkini Demam Tifoid. Vol. 39., No. 4. Jakarta:
FKUI/RSCM, 2014.
http://www.kalbemed.com/portals/6/05_192cme_1%20tata%20laksana%20terkini%2
0demam%20tifoid.pdf (1 Novemcber 2015, pukul 22.05)

Rakhman, Arief., dkk. Faktor – Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Demam Tifoid Pada Orang Dewasa. Vol. 25., No. 4. Yogyakarta: Berita Kedokteran
Masyarakat, 2009. http://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/3550 (13 November 2018,
pukul 22.25)

Tambayong, Jan. Patofisiologi untuk Keperawatan.Jakarta: EGC, 2000

Wardana, I. M. T. L., et al. (2014). Diagnosis demam thypoid dengan pemeriksaan


widal. Bali: Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah

Wilkinson, Judith dan Nancy R. Ahern. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC, 2011.

Anda mungkin juga menyukai