A. Momen Gaya
Momen gaya atau torsi (𝜏) adalah ukuran keefektifan sebuah gaya yang bekerja pada
suatu benda untuk memutar benda terserbut terhadap suatu titik poros tertentu. Momen
gaya dapat didefinisikan sebagai suatu vektor yang merupakan hasil perkalian vektor 𝑟
dan 𝐹 yang dapat dituliskan prsamaannya sebagai berikut:
𝜏 =𝑟×𝐹
𝐹 : Gaya (N)
Contoh soal:
Jika titik B berada di tengah batang AC, tentukan besar momen gaya yang terjadi pada
batang AC, dalam kasus ini massa batang diminta untuk diabaikan.
Pembahasan
Momen gaya dengan poros di titik A:
τ = F1 AC sin 60° − F2 AB sin 60°
τ = 20 (4) (1/2 √3) − 12 (2) (1/2 √3)
τ = 28√3 Nm
B. Momen Inersia
Besaran yang menyatakan ukran kelembaman benda yang mengalami gerak rotasi adalah
momen inersia (analog dengan massa pada gerak translasi).
𝐼 = 𝑚𝑟 2
𝐼 = ∑ 𝑚𝑖 𝑟𝑖 2 = 𝑚1 𝑟1 2 + 𝑚2 𝑟2 2 + 𝑚3 𝑟3 2 + ⋯
𝑖
Benda tegar memiliki pola distribusi massa yang kontinu yang terdiri dari sejumlah besar
elemen massa 𝑑𝑚 yang berjarak 𝑟 terhadap sumbu rotasi seperti
tampak pada gambar disamping. Momen inersia benda tegar dihitung
dengan metode integrasi, yaitu
𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚
𝐼 = 𝐼𝑝𝑚 + 𝑀𝑑
𝐹 = 𝑚𝑎𝑡
𝜏 = 𝑟 × 𝐹 = 𝑟(𝑚𝑎𝑡 ) = 𝑟[𝑚(𝑟𝛼)]=𝑚𝑟 2 𝛼
C. Momentum Sudut
Dalam gerak translasi kita mengenal momentum yang didefinisikan sebagai hasil kali
antara massa dan kecepatan (𝑝 = 𝑚𝑣). Pada gerak rotasi besaran yang analog dengan
momentum ini adalah momentum sudut. Momentum sudut 𝐿 suatu partikel yang berputar
terhadap suatu sumbu rotasi didefinisikan sebagai:
𝐿 = 𝑟×𝑝
Dengan 𝑟 adalah vektor posisi partikel sumbu rotasi dan 𝑝 adalah momentum liniar
partikel.
𝐿 =𝑟×𝑝
=|𝑟||𝑝| sin 𝜃 𝑘
= 𝑚𝑟 2 𝜔𝑘
LIA LORENZA |5
= 𝐼𝜔𝑘 . . . .(1)
Apabila kita hanya ingin menentukan besarnya momentum sudut, maka persamaan (1)
dapat kita tuliskan sebagai
𝐿 = 𝐼𝜔 . . . .(2)
Pada gerak linier kita telah mempelajari bahwa implus sama dengan perubahan
momentum yang dinyatakan sebagai
𝐹 𝑑𝑡 = 𝑑𝑝
Secara analogi kita peroleh hubungan pada gerak rotasi sebagai berikut.
𝜏 𝑑𝑡 = 𝑑𝐿
𝑑𝐿
𝜏= . . . . (3)
𝑑𝑡
Apabila tidak ada momen gaya luar yang bekerja pada sistem ∑ 𝜏 = 0 maka menurut
persamaan (3), momentum sudut 𝐿 akan konstan.
∑𝜏 = 0
𝑑𝐿
=0
𝑑𝑡
𝐿 = konstan
Ini merupakan prinsip kekekalan momentum sudut. Jika kita tinjau terhadap beda tegar
yang berotasi dengan dua keadaan momentum sudut yang berbeda, maka hukum
kekekalan momentum sudut dapat dituliskan sebagai
𝐿1 = 𝐿2 atau 𝐼1 𝜔1 = 𝐼2 𝜔2
LIA LORENZA |6
a. Penari Balet
Seorang penari balet akan menarik tangannya kedepan badannya untuk
berputar lebih cepat dan mengembangkan kdeua tangannya untuk berputar
lebih lambat. Ketika penari menarik kedua tangannya kedekat badannya,
momen inersia sistem berkurang sehingga kecepatan sudut penari semakin
besar. Sebaliknya, ketika kedua tanga mengembang, momen ineria sistem
meningkat sehingga kecepatan sudut penari semakin kecil.
b. Pelompat Indah
Pada saat pelompat indah hendak melakukan putaran diudara, ia akan
menekuk tubuhnya. Hal ini akan mengurangi momen inersianya sehingga
kecepatan sudutnya menjadi lebih besar, dan ia dapat berputar satu setengah
putaran. Pada tahap akhir lompatannya, pelompat memanjangkan lagi
tubuhnysn sehingga ia dapat terjun keair dengan kecepatan sudut yang lebih
rendah.
Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk akibat pengaruh
gaya atau momen gaya.
Setelah mengetahui bahwa ∑ 𝐹 = 0 bisa berarti benda terus diam atau benda
bergerak lurus beraturan. Keseimbangn yang dimaksud dalam hal ini adalah
keseimbangan statis sistem partikel, yang berarti ∑ 𝐹 = 0 dan benda terus diam.
Jika ∑ 𝐹 = 0 tetapi benda bergerak lurus beraturan, ini adalah keseimbangan
kinetis.
LIA LORENZA |7
Suatu benda tegar berada dalam keseimbangan statis bila mula-mula benda
dalam keadaan diam dan resultan gaya pada benda sama dengan nol, serta torsi
terhadap titik sembarang yang dipilh sebagai poros sama dengan nol.
Secara matematis, syarat keseimbangan statis benda tegar yang terletak pada
suatu bidang datar dapat dinyatakan sebagai berikut:
∑ 𝐹𝑋 = 0
Resultan gaya harus nol ∑𝐹 = 0
∑ 𝐹𝑌 = 0
Resultan torsi harus nol ∑𝜏 = 0
3. Titik Berat
Setiap benda terdiri atas partikel-partikel yang masing-masing memiliki berat.
Resultan dari seluruh berat partikel ini disebut gaya berat benda. Titik tangkap
gaya berat benda inilah yang dinamakn titik berat.
Dengan menggunakan tali, benda kita gantung dari sebuah titik 𝐴 pada
tepinya. Pada saat benda dalam keadaan seimbang, maka titik berat harus
dibwah titik gantung, yaitu pada garis 𝐴𝐴′ , karena hanya pada keadaan ini
momen gaya akibat tegangan tali dan berat benda sama dengan nol. Kemudian
benda kita gantungkan lagi dari titik lain, misalnya itik 𝐵. Dalam hal ini titik
berat harus berada pada garis 𝐵𝐵 ′. Suatu titik pada garis 𝐴𝐴′ , dan juga garis
𝐵𝐵 ′ adalah titik 𝑂, yaitu titik perpotongan kedua garis tersebut sehingga titik
𝑂 ini merupakan titik berat benda. Jika sekarang benda kita gantungkan lagi
LIA LORENZA |8
pada titik sembarang, misalnya titik 𝐶, maka garis vertikal 𝐶𝐶 ′ pasti akan
melalui titik 𝑂. Jadi, titik berat benda terletak dititik 𝑂.
𝑤1 𝑥1 + 𝑤2 𝑥2 + 𝑤3 𝑥3 + ⋯ 𝑤𝑛 𝑥𝑛 ∑ 𝑤𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 = =
𝑤1 + 𝑤2 + 𝑤3 + ⋯ 𝑤𝑛 ∑ 𝑤𝑛
𝑤1 𝑦1 + 𝑤2 𝑦2 + 𝑤3 𝑦3 + ⋯ 𝑤𝑛 𝑦𝑛 ∑ 𝑤𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 = =
𝑤1 + 𝑤2 + 𝑤3 + ⋯ 𝑤𝑛 ∑ 𝑤𝑛
Massa benda berdimensi tiga (𝑚) dapat ditentukan dari hasil kali massa jenis
benda (𝜌) dengan volume benda (𝑉). Oleh karena itu, persamaan (1) dapat
ditulis menjadi
𝜌1 𝑉1 𝑥1 + 𝜌2 𝑉2 𝑥2 + 𝜌3 𝑉3 𝑥3 + ⋯ + 𝜌𝑛 𝑉𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 =
𝜌2 𝑉2 + 𝜌2 𝑉2 + 𝜌2 𝑉2 + ⋯ + 𝜌𝑛 𝑉𝑛
𝜌(𝑉1 𝑥1 + 𝑉2 𝑥2 + 𝑉3 𝑥3 + ⋯ + 𝑉𝑛 𝑥𝑛 )
𝑥0 =
𝜌(𝑉2 + 𝑉2 + 𝑉2 + ⋯ + 𝑉𝑛 )
LIA LORENZA |9
𝑉1 𝑥1 + 𝑉2 𝑥2 + 𝑉3 𝑥3 + ⋯ + 𝑉𝑛 𝑥𝑛
=
𝑉2 + 𝑉2 + 𝑉2 + ⋯ + 𝑉𝑛
𝑉1 𝑥1 + 𝑉2 𝑥2 + 𝑉3 𝑥3 + ⋯ + 𝑉𝑛 𝑥𝑛 ∑ 𝑉𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 = =
𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + ⋯ + 𝑉𝑛 ∑ 𝑉𝑛
𝑉1 𝑦1 + 𝑉2 𝑦2 + 𝑉3 𝑦3 + ⋯ + 𝑉𝑛 𝑦𝑛 ∑ 𝑉𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 = =
𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + ⋯ + 𝑉𝑛 ∑ 𝑉𝑛
𝐴1 𝑥1 + 𝐴2 𝑥2 + 𝐴3 𝑥3 + ⋯ + 𝐴𝑛 𝑥𝑛 ∑ 𝐴𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 = =
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + ⋯ + 𝐴𝑛 ∑ 𝐴𝑛
𝐴1 𝑦1 + 𝐴2 𝑦2 + 𝐴3 𝑦3 + ⋯ + 𝐴𝑛 𝑦𝑛 ∑ 𝐴𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 = =
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + ⋯ + 𝐴𝑛 ∑ 𝐴𝑛
Benda berbentuk garis atau berdimensi satu merupakan benda yang lebar dan
tebalnya dapat diabaikan sehingga berat benda sebanding dengan panjangnya
(𝑙). Dngan demikian, koordinat titik berat gabungan beberapa benda homogen
berbentuk garis dapat dituliskan sebagai berikut.
L I A L O R E N Z A | 11
𝑙1 𝑥1 + 𝑙2 𝑥2 + 𝑙3 𝑥3 + ⋯ + 𝑙𝑛 𝑥𝑛 ∑ 𝑙𝑛 𝑥𝑛
𝑥0 = =
𝑙1 + 𝑙2 + 𝑙3 + ⋯ + 𝑙𝑛 ∑ 𝑙𝑛
𝑙1 𝑦1 + 𝑙2 𝑦2 + 𝑙3 𝑦3 + ⋯ + 𝑙𝑛 𝑦𝑛 ∑ 𝑙𝑛 𝑦𝑛
𝑦0 = =
𝑙1 + 𝑙2 + 𝑙3 + ⋯ + 𝑙𝑛 ∑ 𝑙𝑛
L I A L O R E N Z A | 12
Jenis-jenis keseimbangan
L I A L O R E N Z A | 13