Anda di halaman 1dari 42

AKTIVITAS ANTIPROLIFERASI BERBAGAI TANAMAN

PADA SEL MCF-7 DAN KAJIAN KORELASI AKTIVITAS


DENGAN PROFIL SPEKTRUM INFRAMERAHNYA

BAIQ AMELIA RIYANDARI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Aktivitas


Antiproliferasi Berbagai Tanaman pada Sel MCF-7 dan Kajian Korelasi Aktivitas
dengan Profil Spektrum Inframerahnya” adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Baiq Amelia Riyandari


NIM G44100006
ABSTRAK

BAIQ AMELIA RIYANDARI. Aktivitas Antiproliferasi Berbagai Tanaman pada


Sel MCF-7 dan Kajian Korelasi Aktivitas dengan Profil Spektrum Inframerahnya.
Dibimbing oleh LATIFAH K DARUSMAN dan WULAN TRI WAHYUNI.

Berbagai tanaman herbal telah banyak digunakan sebagai obat antikanker


untuk pengobatan yang ekonomis dengan efek samping yang rendah pada
manusia. Penelitian ini bertujuan menganalisis toksisitas tanaman murbei (Morus
alba), salam (Syzygium polyanthum), rumput mutiara (Oldenlandia corymbosa),
alpukat (Persea americana), mengkudu (Morinda citrifolia), pacing (Costus
speciosus), jarong (Stachytarpheta indica), dadap, dan huni (Antidesma bunius),
serta menentukan korelasi aktivitas antiproliferasi pada sel kanker MCF-7 dari
ekstrak terbaik dengan profil spektrum inframerahnya. Uji toksisitas dengan
metode letalitas larva udang menunjukkan ekstrak metanol murbei, etanol rumput
mutiara, dan etanol dadap memiliki nilai LC50 terkecil dengan nilai berturut-turut
134, 22, dan 152 µg/mL. Uji lanjutan pada proliferasi sel MCF-7 menunjukkan
bahwa tidak ada korelasi positif antara konsentrasi ekstrak dan persen inhibisi
sehingga nilai IC50 tidak dapat ditentukan. Analisis korelasi dengan teknik PLS
antara spektrum inframerah dan persen inhibisi ekstrak menghasilkan nilai R2
yang rendah dengan nilai RMSEC dan RMSEP yang cukup tinggi.

Kata kunci: analisis korelasi, antiproliferasi, spektrum inframerah, Sel MCF-7

ABSTRACT
BAIQ AMELIA RIYANDARI. Antiproliferation Activities of Several Plants in
MCF-7 Cells and Study of Correlation between Activities and Their Infrared
Spectra Profiles. Supervised by LATIFAH K DARUSMAN and WULAN TRI
WAHYUNI.

Herbal plants have been used as anticancer for low-cost treatment with
minimum side effects for human. The objective of this study is to analyze toxicity
leaves of mulberry (Morus alba), salam (Syzygium polyanthum), rumput mutiara
(Oldenlandia corymbosa), avocado (Persea americana), mengkudu (Morinda
citrifolia), pacing (Costus speciosus), jarong (Stachytarpheta indica), dadap, and
huni (Antidesma bunius), and to determine correlation between antiproliferation
activities in MCF-7 cells produced by best extracts and their infrared profiles.
Toxicity assay using brine shrimp lethality test showed that mulberry methanol
extract, rumput mutiara ethanol extract, and dadap ethanol extract showed low
LC50 values of 134 µg/mL, 22 µg/mL, and 152 µg/mL, respectively. Proliferation
assay in MCF-7 cells did not show positive correlation between concentration of
extracts and inhibition percent, therefore the IC50 values could not be determined.
Correlation analysis using PLS technique showed that correlation between
infrared spectra and percent inhibition of extracts revealed low R2 values with high
RMSEC and RMSEP values.

Key words: antiproliferation, correlation analysis, infrared spectra, MCF-7 cells


AKTIVITAS ANTIPROLIFERASI BERBAGAI TANAMAN
PADA SEL MCF-7 DAN KAJIAN KORELASI AKTIVITAS
DENGAN PROFIL SPEKTRUM INFRAMERAHNYA

BAIQ AMELIA RIYANDARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Aktivitas Antiproliferasi Berbagai Tanaman pada Sel MCF-7
dan Kajian Korelasi Aktivitas dengan Profil Spektrum
Inframerahnya.
Nama : Baiq Amelia Riyandari
NIM : G44100006

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Latifah K Darusman, MS Wulan Tri Wahyuni, SSi MSi


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul
“Aktivitas Antiproliferasi Berbagai Tanaman pada Sel MCF-7 dan Kajian
Korelasi Aktivitas dengan Profil Spektrum Inframerahnya”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof Dr Ir Latifah K
Darusman, MS selaku pembimbing pertama dan Ibu Wulan Tri Wahyuni, SSi,
MSi selaku pembimbing kedua yang senantiasa memberikan bimbingan dan
dorongan semangat kepada penulis selama melaksanakan penelitian ini. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada ayah, ibu, adik, dan seluruh keluarga atas doa
dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Fahmi
Hasim, Anisyah Is Purwati, Mirma Prameswari, Karina Dania, dan Raodatul
Jannah yang turut membantu selama penelitian berlangsung. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada staf Kependidikan Laboratorium Kimia
Analitik, yaitu Bapak Eman Suherman, Ibu Nunung, Bapak Dede, dan Bapak
Kosasih. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2014

Baiq Amelia Riyandari


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 3
Alat dan Bahan 3
Preparasi Sampel 3
Kadar Air 3
Uji Fitokimia 3
Ekstraksi Tanaman 4
Uji Toksisitas dengan Metode BSLT 4
Uji Proliferasi Sel MCF-7 5
Pengukuran Spektrum IR 6
Analisis Korelasi Spektrum IR dengan Aktivitas 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Preparasi Sampel, Kadar Air, dan Rendemen ekstrak 6
Uji Fitokimia dan Uji Tosisitas 8
Uji Proliferasi Sel MCF-7 10
Pengukuran Spektrum IR 11
Analisis Korelasi Spektrum IR dengan Aktivitas 12
SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 28
DAFTAR TABEL

1 Kadar air dan rendemen sampel tanaman 8


2 Uji fitokimia sampel tanaman 9
3 Uji fitokimia ekstrak terpilih 9
4 Nilai LC50 ekstrak sampel dan nilai R2 persamaan regresinya 9
5 Serapan FTIR gugus-gugus fungsi ekstrak tanaman 11
6 Persen inhibisi ekstrak pada konsentrasi 31,25 µg/mL 13
7 Hasil Kebaikan Analisis Korelasi dengan PLS 13
8 Prediksi sampel dengan model PLS 14

DAFTAR GAMBAR
1 Sampel tanaman yang digunakan 7
2 Mekanisme reaksi MTT menjadi MTT formazan 10
3 Pola spektrum asli ekstrak tanaman 11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian 17
2 Hasil determinasi sampel tanaman 18
3 Hasil kadar air sampel tanaman 19
4 Rendemen ekstrak tanaman terpilih 20
5 Hasil uji toksisitas dengan metode BSLT 23
6 Hasil uji proliferasi sel MCF-7 25
7 Hasil analisis PLS pada spektrum asli 26
8 Hasil analisis PLS pada spektrum dengan proses pendahuluan 27
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kanker atau karsinoma merupakan jenis penyakit yang ditandai dengan


terjadinya pembelahan sel secara tidak terkendali (King dan Robin 2006).
Penyebab utama kanker tidak diketahui, tetapi faktor genetik dan faktor
lingkungan diduga sebagai pencetus terjadinya kanker. Para peneliti kanker
menyimpulkan bahwa 70-90% kanker pada manusia disebabkan oleh faktor
lingkungan seperti makanan, konsumsi alkohol, polusi udara, air, bahan kimia di
tempat kerja, radiasi, dan sinar ultraviolet (Djajanegara dan Wahyudi 2010).
Sampai saat ini terus terjadi lonjakan penderita kanker di dunia termasuk di
Indonesia. Salah satu kanker yang terus mengalami peningkatan jumlah penderita
ialah kanker payudara yang menyerang wanita. Menurut WHO (2011), kanker
payudara menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang paling
banyak menyerang wanita di seluruh dunia. Berdasarkan data dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2012 jumlah penderita kanker
payudara merupakan jumlah tertinggi di antara penderita kanker yang lain di
Indonesia, yaitu sebesar 28.7% (Kemenkes 2013).
Selama ini pengobatan kanker yang menggunakan teknologi modern seperti
kemoterapi telah banyak dilakukan. Kemoterapi dilakukan dengan cara
menghambat pertumbuhan kanker, menghambat proliferasi atau membunuh sel
kanker tersebut. Namun, adanya kesulitan dalam mendesain senyawa kemoterapi
yang aktivitas antikankernya tinggi dengan efek samping yang rendah terhadap sel
normal menyebabkan metode ini menjadi kurang efektif sehingga berbagai
alternatif pengobatan dilakukan, baik melalui obat konvensional maupun obat
yang berasal dari bahan alam. Penggunaan obat yang berasal dari bahan alam
diharapkan menjadi solusi terbaik dalam mengobati kanker.
Beberapa tanaman yang telah diteliti sebelumnya dan diketahui memiliki
aktivitas antikanker antara lain huni/Antidesma bunius (Puspitasari dan Ulfa 2009),
mengkudu/Morindra citrifolia (Thani et al. 2010), jarong/Stachytarpheta indica
(Indriyani et al. 2006), rumput mutiara/Oldenlandia corymbosa (Haryanti et al.
2009), salam/Syzygium polyanthum(Emylia et al. 2008), murbei/Morus alba (Kim
et al. 2000), dan alpukat/Persea americana(Marlinda et al. 2012). Kandungan
senyawa metabolit dalam tanaman-tanaman tersebut seperti flavonoid dan
alkaloid diduga sebagai senyawa yang menghasilkan aktivitas antikanker. Zhang
et al. (2012) telah menguji beberapa senyawa golongan flavonoid dan diketahui
bahwa senyawa golongan flavonoid memiliki aktivitas antikanker pada sel kanker
payudara MCF-7 dan sel kanker kolon (LoVo). Pacing dan dadap merupakan
tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat namun belum ada laporan ilmiah
mengenai pemanfaatannya sebagai antikanker. Adanya senyawa flavonoid yang
terdapat dalam dua tanaman tersebut memiliki kemungkinan berpotensi sebagai
antikanker sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk diteliti sebagai
antikanker.
Spektrofotometer Inframerah Transformasi Fourier (FTIR) dapat digunakan
untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. Pengukuran menggunakan FTIR akan
menghasilkan data berupa spektrum. Penggunaan FTIR dalam analisis tumbuhan
2

masih terbatas karena spektrum yang dihasilkan cukup kompleks. Dukungan


kemometrik dapat memperluas potensi spektroskopi FTIR sebagai alternatif untuk
menganalisis komponen tumbuhan. Penggunaan kemometrik yang memanfaatkan
ciri serapan IR dari setiap molekul dapat digunakan untuk mengklasifikasi contoh
atau membuat model kalibrasi multivariat yang dapat digunakan dalam
memprediksi hasil pengukuran suatu contoh (Naes et al. 2002). Aplikasi
kombinasi spektrum FTIR dengan metode kemometrik telah banyak digunakan
seperti metode deteksi pemalsuan atau otentikasi komposisi obat herbal (Saleh et
al. 2008), prediksi kadar flavonoid total tempuyung (Rohaeti et al. 2011), dan
penentuan profil kadar xantorizol dan aktivitas antioksidan temulawak
(Widiastuty 2006).
Kalibrasi multivariat digunakan untuk menentukan hubungan antara
variabel prediksi x dan variabel aktual y. Dalam penelitian ini, metode
kemometrik dengan analisis multivariat digunakan untuk menentukan korelasi
statistik antara data spektrum FTIR dan informasi yang telah diketahui dari
sampel yaitu aktivitas hambatan tehadap proliferasi sel kanker payudara
menggunakan teknik kuadrat terkecil parsial (partial least square, PLS). PLS
digunakan untuk memprediksi serangkaian variabel tak bebas dari variabel bebas
(prediktor) yang jumlahnya sangat banyak, memiliki struktur sistematik linier atau
nonlinier, dengan atau tanpa data yang hilang, dan memiliki kolinearitas yang
tinggi. Pada model PLS, kombinasi linier dari variabel prediksi dipilih dari yang
memiliki korelasi tinggi dengan variabel respon, dan juga dapat menjelaskan
variasi dalam variabel prediksi. Kelebihan utama PLS yaitu kemampuannya untuk
membangun korelasi antara spektra FTIR dengan analit meskipun tidak terlihat
adanya perbedaan teramati secara visual pada data spektra FTIR (Brereton 2002).

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan menganalisis toksisitas dan aktivitas antiproliferasi


tanaman huni, murbei, pacing, rumput mutiara, mengkudu, jarong, dadap, salam,
dan alpukat terhadap sel kanker payudara MCF-7 serta menganalisis korelasi
antara profil spektrum FTIR ekstrak tanaman dan aktivitas antiproliferasi
menggunakan kemometrik.

Ruang Lingkup Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan diberikan pada diagram alir di Lampiran


1. Tahapan penelitian meliputi preparasi sampel, penentuan kadar air, uji
fotokimia, ekstraksi sampel dengan teknik maserasi, uji toksisitas ekstrak tanaman
dengan metode uji letalitas larva udang (BSLT), uji proliferasi sel MCF-7, dan
pengukuran spektrum FTIR ekstrak terpilih. Selanjutnya, dilakukan analisis
korelasi antara aktivitas antiproliferasi ekstrak tanaman terpilih dan hasil
pengukuran spektrum FTIR menggunakan program Minitab 14 dengan teknik
partial least square (PLS).
3

METODE

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah kain blacu, kertas saring, oven, desikator,
neraca analitik, cawan porselen, peralatan kaca dan spektrofotometer Inframerah
Transformasi Fourier (FTIR). Bahan-bahan yang digunakan adalah 9 sampel
tanaman yaitu tanaman rumput mutiara (Oldenlandia corymbosa), daun huni
(Antidesma bunius), daun pacing (Costus specious), daun murbei (Morus alba),
buah mengkudu (Morinda citrifolia), daun jarong (Stachytarpheta indica), daun
dadap, daun salam (Syzygium polyanthum), dan daun alpukat (Persea americana),
akuades, etanol 70%, metanol, larva udang A. salina, pelarut dimetil sulfoksida
(DMSO), sel kanker michigan cancer foundation (MCF-7), media roswell park
memorial institute-1640 (RPMI-1640), dan KBr.

Preparasi Sampel

Sampel tanaman berupa daun yang sudah dikeringkan dijadikan serbuk


dengan ukuran 60 mesh. Sampel yang telah dijadikan serbuk disimpan untuk
penetapan kadar air dan uji fitokimia. Tanaman yang digunakan juga
dideterminasi terlebih dahulu.

Kadar Air (AOAC 2005)

Cawan porselin dikeringkan pada suhu 105⁰C selama 3 jam kemudian


didinginkan di dalam desikator dan ditimbang bobotnya. Sebanyak 3 gram sampel
ditimbang di dalam wadah yang telah diketahui bobotnya. Wadah berisi sampel
dikeringkan di dalam oven pada suhu 105⁰C selama 3 jam kemudian didinginkan
di dalam desikator dan ditimbang bobotnya. Proses pengeringan dilakukan hingga
bobot konstan. Rumus kadar air sebagai berikut:

W1 = bobot sampel sebelum pengeringan (g)


W2 = bobot sampel setelah pengeringan (g)

Uji Fitokimia (Marlinda et al. 2012)


Uji Alkaloid
Sebanyak 1 g sampel ditambahkan kloroform secukupnya, selanjutnya
ditambahkan 2.5 mL amoniak dan 2.5 mL kloroform. Kemudian larutan disaring
ke dalam tabung reaksi dan filtrat ditambahkan 5 tetes H2SO4 2 N. Campuran
dikocok dengan teratur, dibiarkan beberapa menit sampai terbentuk 2 lapisan.
Lapisan atas dipindahkan ke dalam tiga tabung reaksi masing-masing sebanyak 1
4

mL. Kemudian masing-masing tabung tersebut ditambahkan beberapa tetes


pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorff. Apabila terbentuk endapan
menunjukan bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid, dengan pereaksi Mayer
memberikan endapan putih, pereaksi Wagner memberikan endapan berwarna
coklat dan pereaksi Dragendorff memberikan endapan berwarna jingga.

Uji Triterpenoid dan Steroid


Sebanyak 50-100 mg sampel ditambahkan asam asetat glasial sampai semua
sampel terendam, dibiarkan selama 15 menit kemudian 6 tetes larutan
dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat.
Adanya triterpenoid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah, jingga atau ungu,
sedangkan steroid ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru.

Uji Tanin
Sebanyak 20 mg sampel ditambah etanol sampai sampel terendam
semuanya. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau.

Uji Flavonoid
Sebanyak 200 mg sampel diekstrak dengan 5 mL etanol dan dipanaskan
selama 5 menit di dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambah beberapa tetes HCl
pekat. Kemudian ditambahkan 0.2 g bubuk Mg. Hasil positif ditunjukkan dengan
timbulnya warna merah tua selama 3 menit.

Uji Saponin
Sebanyak 0.5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan akuades hingga seluruh sampel terendam dan dididihkan selama 2-3
menit. Setelah didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil.

Ekstraksi Tanaman

Serbuk sampel tanaman ditimbang sebanyak 10 g kemudian dimaserasi


menggunakan dua pelarut yaitu etanol 70% dan metanol dengan perbandingan 1:5
lalu didiamkan selama 24 jam. Sampel disaring dan diambil filtratnya. Ampas
tanaman direndam kembali dengan pelarut semula dan diulangi langkah yang
sama hingga perendaman dilakukan 3 kali ulangan. Setelah itu, semua maserat
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan penguap putar.

Uji Toksisitas dengan Metode BSLT (Juniarti et al. 2009)

Penetasan telur Artemia salina


Telur A. salina direndam di dalam 30 ml air laut. Suhu penetesan yang
digunaka adalah ± 25-30⁰C. Telur akan menetas setelah 24 jam dan larvanya
disebut nauplius. Larva ini selanjutnya diambil untuk uji BSLT setelah berumur
48 jam.
5

Penyiapan Larutan Sampel


Larutan induk sampel 5000 ppm dibuat dengan menimbang 50 mg ekstrak
tiap tanaman lalu dilarutkan dalam pelarut dimetil sulfoksida (DMSO). Setelah itu,
ditambahkan air laut hingga menjadi 10 ml. Larutan sampel dengan konsentrasi
20, 200, 400, 1000, dan 2000 ppm dibuat dengan mengencerkan larutan induk.

Uji Toksisitas
Sebanyak 10 ekor larva A. salina dimasukkan ke dalam sumur (multiwell)
yang telah berisi air laut 1 mL. Lalu larutan ekstrak ditambahkan larutan ekstrak 1
mL dengan total volume sumur 2 mL. Setelah 24 jam, jumlah larva yang mati
dihitung dengan bantuan kaca pembesar. Parameter yang digunakan adalah
jumlah larva udang yang mati 50% dari total larva uji kemudian dihitung nilai
LC50 (50% kematian larva uji). Dengan mengetahui kematian larva A. salina
kemudian dibuat persamaan garis y= a+bx dengan y= % kematian dan x= log
konsentrasi. Bila pada kontrol ada larva yang mati maka persen kematian
ditentukan dengan rumus:

Keterangan :
A = jumlah larva uji yang mati
B = jumlah larva kontrol yang mati
C = jumlah larva uji

Uji Proliferasi Terhadap Sel MCF-7

Pengujian dilakukan pada plat dengan 96 sumur. Sel MCF-7 yang sudah
dikultur dalam media roswell park memorial institute-1640 (RPMI-1640)
disiapkan terlebih dahulu. Sebanyak 100 µL suspensi sel MCF-7dimasukkan ke
dalam masing-masing sumur dan ditambahkan 5×103 sel dalam tiap sumur lalu
diinkubasi di inkubator CO2 pada suhu 37°C selama 24 jam.. Setelah itu, 100 µl
larutan uji dimasukkan ke dalam masing-masing sumur dengan konsentrasi 31.25,
62.5, 125, 250, dan 500 µg/ml sebanyak 5 kali ulangan. Kontrol negatif untuk tiap
ulangan juga disiapkan tetapi tidak ditambahkan larutan uji. Selanjutnya dinkubasi
selama 48 jam dan ditambahkan 10 µL larutan MTT pada setiap sumur dan
diinkubasi kembali pada suhu yang sama selama 4 jam hingga terbentuk formazan
yang berwarna biru pada sel hidup. Selanjutnya ditambahkan larutan etanol 70%
sebanyak 100 µL/sumur, digoyang secara stabil selama 10 menit dan diukur
serapannya dengan ELISA Plate Reader pada panjang gelombang 595 nm.
Serapan berbanding lurus dengan jumlah yang sel hidup. Persentase inhibisi untuk
setiap konsentrasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
6

Pengukuran Spektrum IR (Rohaeti et al. 2011)

Sebanyak 2 mg serbuk sampel dicampur dengan 200 mg KBr lalu dijadikan


pelet. Pelet dibuat menggunakan hand press Shimadzu dengan tekanan sebesar 8
ton selama 10 menit. Pengukuran spektrum dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer FTIR. Sebuah komputer personal yang dilengkapi dengan
perangkat lunak OPUS digunakan untuk mengatur kerja spektrometer pada
kisaran 4000 sampai 400 cm-1.
Tampilan data spektrum diubah ke dalam format data point table (DPT) dan
dibuka dengan program Microsoft Excel. Selanjutnya data dengan sejumlah titik
yang telah dihilangkan serapan CO2-nya pada 2399-2252 cm-1 dan pada beberapa
daerah serapan yang tidak berarti lalu diolah dengan program Minitab1 4. Selain
data spektrum asli, dihasilkan pula data dengan perlakuan pendahuluan berupa
koreksi garis dasar, normalisasi, dan penghalusan dengan metode Savitsky-Golay.

Analisis Korelasi Spektrum IR dengan Aktivitas

Korelasi dibuat menggunakan program Minitab 14 dengan metode regresi


PLS. Analisis korelasi antara profil aktivitas dilakukan menggunakan teknik PLS
dengan melibatkan variabel x (hasil pengukuran FTIR) dan variabel y (data
aktivitas hambatan dari uji proliferasi). Keakuratan hasil dilihat dari nilai korelasi
atau koefisien determinasi, dan nilai kesalahan yang dihasilkan yang meliputi nilai
Root Mean Square Error of Prediction (RMSEP) dan Root Mean Square Error of
Calibration (RMSEC).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Preparasi Sampel, Kadar Air, dan Rendemen Ekstrak

Sampel daun tanaman murbei, jarong, pacing, dadap, rumput mutiara, salam,
alpukat, huni, dan mengkudu diperoleh dari kebun Biofarmaka Bogor (Gambar 1).
Sampel tanaman tersebut diidentifikasi terlebih dahulu di Laboratorium
Herbarium Bogoriens, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor.
Identifikasi ini bertujuan menentukan jenis dan suku dari sampel tanaman yang
digunakan. Hasil identifikasi sampel tanaman menunjukkan hasil yang sesuai,
terdapat pada Lampiran 2. Simplisia tanaman yang digunakan selanjutnya digiling
sehingga menjadi serbuk berukuran 60 mesh. Penggilingan sampel bertujuan
memperluas permukaan sampel agar interaksi antara pelarut dan bahan yang
diekstraksi menjadi efektif pada tahap ekstraksi. Hal ini dapat memudahkan
kelarutan komponen bioaktif dan meningkatkan rendemen ekstraksi.
7

Gambar 1 sampel tanaman yang digunakan (IPTEKnet 2005)

Penentuan kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang


terdapat pada sampel sehingga dapat dijadikan sebagai faktor koreksi untuk
menentukan rendemen ekstrak yang diperoleh berdasarkan bobot kering. Selain
itu, penentuan kadar air juga bertujuan mengetahui katahanan sampel terhadap
lama penyimpanan karena mikroorganisme seperti jamur dan kapang dapat
tumbuh pada sampel dengan kadar air tinggi. Menurut Materia Medika Indonesia
(1995), suatu sampel tahan terhadap lama penyimpanan dan dapat terhindar dari
pertumbuhan jamur yang cepat apabila memiliki kadar air < 10%. Nilai kadar air
dari 9 sampel tanaman dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil pada Tabel 1
menunjukkan bahwa sampel rumput mutiara, dadap, murbei, salam, alpukat, dan
mengkudu dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama sedangkan jarong,
pacing, dan huni tidak dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama karena
memiliki kadar air >10%.
Komponen bioaktif sampel atau bahan alam dapat diperoleh melalui proses
ekstraksi. Proses ekstraksi dilakukan dengan teknik maserasi yaitu dengan
merendam sampel pada pelarut yang sesuai sehingga terjadi interaksi antara
pelarut dengan sampel. Pada penelitian ini, pelarut yang digunakan yaitu etanol
70% dan metanol dengan rendemen yang diperoleh berdasarkan bobot keringnya
disajikan pada Tabel 1. Pemilihan teknik maserasi ini bertujuan menghindari
rusaknya komponen senyawa akibat panas karena kandungan senyawa dalam
sampel belum diketahui ketahanannya terhadap panas.
8

Tabel 1 Kadar air dan rendemen sampel tanaman


Rendemen (%b/b)
Sampel tanaman Kadar air (%)
Metanol Etanol 70%
Rumput mutiara 9.71 ± 0.18 8.43 ± 0.16 12.28 ± 0.43
Jarong 13.49 ± 0.16 12.56 ± 0.31 16.99 ± 0.43
Pacing 10.06 ± 0.06 11.58 ± 0.26 8.56 ± 0.32
Dadap 9.94 ± 0.03 10.24 ± 0.49 12.62 ± 0.41
Murbei 9.58 ± 0.06 13.56 ± 0.13 17.06 ± 0.49
Salam 7.57 ± 0.11 12.94 ± 0.38 10.29 ± 0.61
Alpukat 9.25 ± 0.02 17.75 ± 0.26 22.07 ± 0.95
Huni 10.97 ± 0.02 6.69 ± 0.13 9.68 ± 0.38
Mengkudu 8.32 ± 0.09 13.72 ± 0.14 18.18 ± 0.62

Data yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan rendemen ekstrak etanol


70% cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen ekstrak metanol
kecuali untuk beberapa tanaman. Hal ini disebabkan oleh penggunaan pelarut
etanol dapat melarutkan secara keseluruhan semua zat aktif yang terkandung
dalam simplisia, baik yang bersifat polar maupun kurang polar (Prasetyorini et al.
2011). Selain itu, adanya air yang terdapat di dalam etanol tersebut akan
menyebabkan meningkatnya kepolaran etanol 70% karena tingginya nilai
konstanta dielektrik (ɛ ) air. Semakin tinggi nilai konstanta dielektrik (ɛ ) yang
dimiliki maka kepolarannya juga akan meningkat. Hal ini menyebabkan semua
komponen polar yang terdapat pada sampel akan terlarut pada etanol 70%
sehingga rendemen juga yang dihasilkan menjadi lebih tinggi (Solomons et al.
2011).

Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas

Uji fitokimia merupakan uji kualitatif untuk menentukan kandungan


senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada sampel. Uji fitokimia yang
dilakukan meliputi uji alkaloid, steroid dan triterpenoid, tanin, flavonoid, dan
saponin. Selain pada simplisia tanaman, uji fitokimia juga dilakukan pada ekstrak
terpilih dari hasil skrining menggunakan metode brine shrimp lethality test
(BSLT).
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa seluruh sampel tanaman
mengandung alkaloid baik pada simplisia maupun pada ekstrak terpilih. Senyawa
flavonoid, tanin, dan saponin juga hampir terdapat pada semua simplisia
sedangkan senyawa triterpenoid dan steroid hanya terdapat pada beberapa
simplisia dengan jumlah yang kecil. Pada ekstrak terpilih, hasil uji fitokimia
menunjukkan terdapat senyawa alkaloid pada ketiganya, lalu senyawaan
triterpenoid, flavonoid, dan saponin menjadi mayoritas kedua pada ekstrak
sedangkan steroid tidak ditemukan dalam ketiga ekstrak. Hasil uji fitokimia
sampel tanaman ditunjukkan pada Tabel 2 dan untuk ekstrak tanaman terpilih
terdapat pada Tabel 3.
9

Tabel 2 Uji fitokimia sampel tanaman


Sampel Senyawa Metabolit Sekunder
Tanaman Alkaloid Triterpenoid Steroid Tanin Flavonoid Saponin
Rumput
+ + - + - -
mutiara
Murbei + + - ++ +++ +
Jarong + - + +++ - +++
Dadap + - - ++ + ++
Salam + + - + ++ +
Pacing + - + - ++ +
Alpukat + - - +++ + ++
Huni + - - + + ++
Mengkudu + - - - - -

Tabel 3 Uji fitokimia ekstrak terpilih


Ekstrak Senyawa Metabolit Sekunder
Tanaman Alkaloid Triterpenoid Steroid Tanin Flavonoid Saponin
Rumput
+ + - - - -
mutiara
Murbei + + - ++ +++ +
Dadap + - - - ++ ++
Keterangan: +++ : intensitas tinggi. ++ : intensitas sedang. + : intensitas rendah.
- : tidak terdeteksi.

Uji toksisitas dengan metode BSLT merupakan uji awal yang digunakan
untuk mengamati aktivitas farmakologi suatu senyawa yang berkaitan dengan
potensinya sebagai antikanker (Juniarti et al. 2009). Toksisitas dari ekstrak etanol
dan metanol sampel tanaman yang digunakan dinyatakan dalam nilai LC50, yaitu
besarnya konsentrasi ekstrak yang dapat membunuh 50% populasi ditunjukkan
pada Tabel 4 dan data lengkapnya terdapat pada Lampiran 5.

Tabel 4 Nilai LC50 ekstrak sampel dan nilai R2 persamaan regresinya

Ekstrak metanol Ekstrak etanol 70%


Sampel Tanaman Nilai LC50 Nilai Nilai LC50 Nilai
(µg/mL) R2 (µg/mL) R2
Rumput mutiara 1920.21 ± 0.00 0.931 22.29 ± 1.87 0.958
Murbei 133.71 ± 1.57 0.938 396.91 ± 21.99 0.848
Jarong 324.58 ± 3.45 0.906 237.23 ± 19.52 0.807
Dadap 376.46 ± 3.36 0.951 151.72 ± 0.09 0.945
Salam 226.63 ± 0.00 0.936 131.90 ± 0.55 0.863
Pacing 206.68 ± 4.44 0.898 434.85 ± 0.29 0.957
Alpukat 478.73 ± 14.24 0.971 265.82 ± 0.00 0.752
Huni 147.30 ± 1.78 0.915 292.94 ± 1.47 0.885
Mengkudu 338.71 ± 18.37 0.907 647.89 ± 0.00 0.876
10

Suatu zat dikatakan memiliki potensi antikanker bila memiliki nilai LC50 ≤
1000 μg/mL untuk ekstrak, sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh ekstrak
sampel tanaman memiliki potensi sebagai antikanker kecuali ekstrak metanol
rumput mutiara yang memiliki nilai LC50 sebesar 1920 µg/mL. Potensi terbaik
dari 18 ekstrak tersebut dimiliki oleh ekstrak etanol rumput mutiara, etanol dadap,
dan metanol murbei karena memiliki nilai LC50 yang paling kecil di antara ekstrak
lainnya. Ekstrak dengan nilai LC50 rendah berkorelasi dengan tingginya sifat
toksisitas sehingga diharapkan dapat membunuh sel kanker (Juniarti et al. 2009).
Selain berdasarkan nilai LC50 terkecil, pemilihan ketiga ekstrak juga dilakukan
berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) antara plot konsentrasi ekstrak
dengan % kematian. Nilai koefisien determinasi (R2) yang semakin tinggi dari
persamaan regresi menunjukkan korelasi yang semakin baik. Nilai standar deviasi
yang rendah juga menjadi pertimbangan pemilihan ekstrak terbaik karena
menunjukkan data dengan keterulangan yang baik.

Uji Proliferasi Sel MCF-7

Proliferasi sel merupakan proses perbanyakan sel yang terjadi melalui


pembelahan sel sebagai respon terhadap antigen atau mitogen tertentu. Pengujian
proliferasi sel dapat dilakukan dengan metode pewarnaan 3-(4,5-dimetiltiazol-2-
il)-2,5-difeniltetrazolium bromida (MTT) yang mengalami reaksi reduksi oleh
suksinat dehidrogenase dalam sel dan membentuk produk formazan (Gambar 2).
Metode ini didasarkan pada adanya pewarnaan untuk menghitung jumlah sel yang
hidup dalam sumur kultur sel. Formazan yang terbentuk akan membentuk warna
biru yang dapat diukur absorbansinya (Freshney 2010).
Pada uji proliferasi yang dilakukan, sel MCF-7 ditumbuhkan pada media
RPMI-1640. Selanjutnya kultur sel diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator
CO2 5% untuk mempertahankan kerja sel sehingga dicapai pH optimal bagi
pertumbuhan (Widowati 2009). Selanjutnya, dilakukan penambahan ekstrak ke
dalam sumur yang telah berisi sel MCF-7 lalu diinkubasi kembali selama 48 jam
dilanjutkan dengan penambahan larutan MTT. Setelah itu, ke dalam sumur
ditambahkan kembali larutan etanol 70% untuk melarutkan kristal-kristal
formazan sehingga akan memudahkan pembacaan serapan menggunakan ELISA
plate Reader.

Gambar 2 Mekanisme reaksi MTT menjadi MTT formazan (Frehney 2010)


11

Berdasarkan hasil uji proliferasi pada Lampiran 6, diketahui bahwa


kenaikan konsentrasi ekstrak tidak memberikan kenaikan % inhibisi pada
proliferasi sel MCF-7. Pada ekstrak dadap, hambatan proliferasi menurun dengan
meningkatnya konsentrasi ekstrak bahkan pada konsentrasi 250 µg/mL dan 500
µg/mL ekstrak dapat memicu pertumbuhan sel. Profil hubungan dari ekstrak
dadap menunjukkan keteraturan pola dibandingkan ekstrak lainnya. Pada ekstrak
murbei, profil hubungan konsentrasi dengan % inhibisi proliferasi juga mirip
dengan ekstrak dadap. Namun, pada konsentrasi 500 µg/mL terjadi perubahan
pola yaitu terjadi kenaikan % inhibisi. Profil hubungan antara konsentrasi ekstrak
dengan % inhibisi tidak diperoleh pada ekstrak rumput mutiara karena pola yang
dihasilkan tidak beraturan. Nilai IC50 dari ketiga ekstrak tidak dapat diperoleh
karena konsentrasi yang digunakan tidak dapat mewakili besarnya hambatan
sebesar 50% pada proliferasi sel MCF-7.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chon et al. (2009), diperoleh
nilai IC50 dari ekstrak metanol daun murbei ± 280 µg/mL sedangkan nilai IC50
ekstrak etanol 96% rumput mutiara sebesar 77 µg/mL (Haryanti et al. 2009).
Perbedaan hasil yang diperoleh dapat disebabkan oleh perbedaan umur dan
kondisi dari daun yang digunakan serta konsentrasi pelarut yang digunakan.

Pengukuran Spektrum IR

Setiap senyawa dalam tanaman obat memiliki peranan penting dalam suatu
sistem campuran karena berpengaruh terhadap khasiat yang dihasilkan oleh
tanaman tersebut. Pola spektrum FTIR yang dihasilkan merupakan serapan dari
berbagai komponen kimia seperti karbohidrat, protein, dan beragam metabolit
sekunder. Hasil identifikasi dengan FTIR menunjukkan kemiripan pola spektrum
dari ekstrak murbei, rumput mutiara, dan dadap seperti terlihat pada Gambar 3.
Absorbans

Bilangan gelombang (cm-1)

Gambar 3 Pola spektrum asli ekstrak tanaman. --- Murbei. ---Rumput mutiara.
---Dadap.
12

Hasil identifikasi dengan FTIR pada ekstrak tanaman memberikan beberapa


puncak serapan yang hampir mirip dari ketiga ekstrak yang menunjukkan
kemungkinan adanya senyawa yang mirip dari ketiga ekstrak seperti yang
dicantumkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Serapan FTIR gugus-gugus fungsi ekstrak tanaman
Ekstrak Bilangan
Literatur Gugus
tanaman gelombang
(cm-1) dugaan
(cm-1)
3369 3200-3400 Regang O-H
2927 2850-3000 Regang C-H
1619 1500-1675 Regang C=C
Metanol murbei
1384 1375 Tekuk C-H
1250 1000-1350 Regang C-N
1053 1000-1300 Regang C-O
3368 3200-3450 Regang O-H
2928 2850-3000 Regang C-H
Etanol rumput 1604 1500-1675 Regang C=C
mutiara 1385 1375 Tekuk C-H
1250 1000-1350 Regang C-N
1076 1000-1300 Regang C-O
3352 3200-3400 Regang O-H
2929 2850-3000 Regang C-H
1609 1500-1675 Regang C=C
Etanol dadap
1385 1375 Tekuk C-H
1250 1000-1350 Regang C-N
1054 1000-1300 Regang C-O
(Sumber: Pavia 2009)

Secara umum, adanya serapan O-H dan C-O dapat diduga berasal dari
senyawa-senyawa flavonoid yang terdapat pada ketiga ekstrak tersebut. Selain itu,
adanya serapan C-N dan C-O juga menunjukkan adanya senyawa alkaloid dari
ketiga ekstrak. Hal ini sesuai dengan hasil uji fitokimia yang menunjukkan adanya
senyawa alkaloid yang terdapat pada ekstrak-ekstrak tersebut. Keberadaan tanin
dapat dicirikan pula dengan keberadaan gugus O-H dan C-O karena tanin
merupakan senyawa polifenol yang terbentuk dari unsur C, H, dan O.

Analisis Korelasi Spektrum IR dengan Aktivitas

Analisis korelasi antara hasil pengukuran FTIR dengan hasil uji proliferasi
dilakukan menggunakan software Minitab14 menggunakan teknik PLS. Model
regresi PLS digunakan untuk menentukan korelasi antara variabel x hasil
pengukuran spektrum sebagai variabel prediktor dan variabel y hasil penampakan
kimiawi atau aktivitas hayati sampel sebagai variabel respon. Data absorbans hasil
analisis FTIR digunakan sebagai variabel x dan data persen inhibisi ekstrak pada
konsentrasi tertentu sebagai variabel y. Variabel prediktor yang digunakan dalam
membuat model regresi hanya pada serapan dari gugus-gugus fungsi ekstrak yang
dianggap berkorelasi dengan respon yaitu serapan pada bilangan gelombang 3375-
13

3340 cm-1, 2940-2920 cm-1, 1632-1600 cm-1, 1400-1380 cm-1, 1252-1220 cm-1,
dan 1080-1050 cm-1. Variabel respon yang digunakan yaitu persen inhibisi pada
konsentrasi 31.25 µg/mL karena memberikan persen inhibisi tertinggi dengan
nilai standar deviasi yang kecil (Lampiran 6). Selain itu, pemilihan nilai respon
berupa persen inhibisi ini dilakukan karena uji proliferasi menghasilkan respon
yang kurang baik. Nilai persen inhibisi dari tiap ulangan pada konsentrasi 31.25
µg/mL ketiga ekstrak disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Persen inhibisi ekstrak pada konsentrasi 31.25 µg/mL
[Ekstrak] % inhibisi ulangan ke-
(µg/mL) 1 2 3 4 5
Dadap 26.07 33.07 25.58 37.40 33.06
Rumput
32.81 39.72 34.62 28.16 26.64
mutiara
Murbei 36.52 36.32 38.26 16.72 21.61

Kebaikan korelasi dapat dilihat dari nilai R2, nilai root mean square error of
prediction (RMSEP), dan nilai root mean square error of calibration (RMSEC)
yang dihasilkan. Nilai R2 yang mendekati 1 dengan nilai RMSEP dan RMSEC
makin mendekati 0 menunjukkan korelasi yang semakin baik. Analisis korelasi
dengan teknik PLS melibatkan data spektrum asli dan spektrum dengan proses
pendahuluan. Spektrum asli merupakan spektrum hasil pengukuran menggunakan
FTIR sedangkan spektrum dengan proses pendahuluan merupakan spektrum yang
diberi perlakuan berupa koreksi garis dasar, normalisasi, dan smoothing dengan
jumlah titik 13. Hasil kebaikan persamaan regresi yang dihasilkan ditunjukkan
pada Tabel 7.
Tabel 7 Kebaikan model regresi dengan teknik PLS
Nilai R2 Nilai RMSEC Nilai RMSEP
Ekstrak
Spektrum Proses Spektrum Proses Spektrum Proses
tanaman
asli pendahuluan asli pendahuluan asli pendahuluan
Dadap 0.6976 0.5694 3.8312 3.4174 4.0211 3.1301
Rumput
0.9805 0.8149 0.8231 1.3777 0.7468 2.9070
mutiara
Murbei 0.5184 0.5252 5.1054 1.8903 3.1729 2.3464

Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa korelasi antara hasil pengukuran


FTIR dengan aktivitas antiproliferasi memberikan nilai R2 yang rendah dengan
nilai RMSEP dan RMSEC yang cenderung tinggi. Korelasi yang baik ditemukan
pada ekstrak rumput mutiara spektrum asli karena menghasilkan nilai R2 tertinggi
dibandingkan dengan ekstrak lainnya dengan nilai RMSEP dan RMSEC yang juga
cenderung rendah. Perlakuan pendahuluan seperti koreksi gais dasar, normalisasi,
derivatisasi, dan smoothing terhadap spektrum mampu meningkatkan tampilan
parameter model melalui pengurangan perubahan latar belakang sehingga akan
menghasilkan model yang lebih baik (Naes et al. 2002). Hal tersebut tidak terjadi
pada spektrum yang diberi perlakuan pendahuluan dalam penelitian ini. Nilai
prediksi pada spektrum asli menghasilkan nilai prediksi yang lebih mendekati
nilai aktualnya (Tabel 8). Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan variabel x
14

yang hanya terdiri atas serapan dari gugus fungsi yang dianggap berkorelasi
dengan nilai respon sehingga meskipun variabel prediktor telah diberi perlakuan
namun model yang dihasilkan kurang baik.
Tabel 8 Prediksi sampel dengan model PLS
Sampel Nilai terukur Nilai prediksi respon (% inhibisi)
tanaman (% inhibisi) Spektrum asli Proses pendahuluan
D1 26.07 32.3579 30.2237
D2 33.70 29.2827 34.7215
D3 25.58 27.7772 25.1354
D4 37.40 32.6951 32.0327
D5 33.06 33.0670 33.0667
RM1 32.81 32.3801 32.9491
RM2 39.72 38.9250 33.8818
RM3 34.62 35.8396 31.9784
RM4 28.16 28.5884 29.2420
RM5 26.64 26.2169 33.8987
M1 36.52 37.9586 38.5361
M2 36.32 38.8379 34.0486
M3 38.26 32.0002 37.7910
M4 16.72 17.6606 20.0672
M5 21.61 22.9727 18.9870

Berdasarkan hasil pada Tabel 8, terlihat bahwa model prediksi spektrum asli
memberikan nilai prediksi yang lebih mendekati nilai aktual dibandingkan
prediksi pada spektrum dengan proses pendahuluan. Intensitas yang berbeda dari
tiap ulangan pada spektrum asli maupun spektrum dengan proses pendahuluan
juga memengaruhi nilai prediksi yang diberikan jika dimasukkan ke dalam
persamaan yang dibentuk. Oleh karena itu, terdapat perbedaan hasil nilai prediksi
untuk tiap ulangan sampel.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Toksisitas tertinggi berdasarkan hasil uji menggunakan metode BSLT


dimiliki oleh ekstrak metanol murbei, ekstrak etanol rumput mutiara, dan etanol
dadap dengan nilai LC50 sebesar 133.71 µg/mL, 22.29 µg/mL, dan 151.72 µg/mL.
Hasil uji proliferasi pada sel MCF-7 menunjukkan profil hubungan yang tidak
beraturan antara konsentrasi ekstrak dan persen inhibisi sehingga nilai IC50 tidak
dapat ditentukan. Hasil analisis dengan teknik PLS menunjukkan korelasi yang
kurang baik antara hasil pengukuran FTIR dengan aktivitas antiproliferasi karena
menghasilkan nilai R2 rendah dengan nilai RMSEC dan RMSEP yang cenderung
tinggi. Korelasi yang cukup baik terdapat pada ekstrak rumput mutiara spektrum
asli yang menghasilkan nilai R2 sebesar 0.9805 dengan nilai RMSEC dan RMSEP
0.8231 dan 0.7468.
15

Saran

Pengujian kembali terhadap sel kanker MCF-7 perlu dilakukan agar nilai
IC50 ketiga ekstrak dapat diketahui. Pembuatan model kalibrasi multivariat dari
profil FTIR menggunakan software yang lain seperti The Unscreamble dari ketiga
ekstrak terbaik juga perlu dilakukan agar dapat digunakan untuk memprediksi
respon tertentu sehingga mempermudah proses skrining potensi aktivitas tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods of


AOAC International Edisi ke-14. Arlington (US): Association of Official
Analytical Chemist.
Brereton RG. 2002. Chemometrics Data Analysis for the Laboratory and
Chemical Plant. Chichester (GB): Jhon Wiley & Son Ltd.
Chon SU, Kim YM, Park YJ, Heo BG, Park YS, dan Gorinstein S. 2009.
Antioxidant and antiproliferative effects of methanol extractsfrom raw and
fermented parts of mulberry plant (Morus alba L.). Eur Food Res Technol
230:231-237. doi: 10.1007/s00217-009-1165-2.
Djajanegara I dan Wahyudi P. 2010. Uji sitotoksisitas ekstrak etanol herba
ceplukan (Physalis angulata Linn.) terhadap sel T47D secara in vitro. Jurnal
Ilmu Kefarmasian Ind 1:41-47.
Freshney RI. 2010. Culture of Animal Cells. A Manual of Basic Technique and
Specialized Applications. Ed ke-6. New Jersey (US): Wiley.
Haryanti S, Junedi S, dan Meiyanto E. 2009. Ethanolic extract of Hedyotis
corymbosa L. Increase cytotoxic activity of doxurubicin on MCF breast
cancer cell. Indonesian Journal of Biotechnology 14(1): 1146-1154.
Indriyani L, Soetjipto H, dan Sihasale L. 2006. Skrining fitokimia dan uji
toksisitas ekstrak daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicencis L. Vahl)
terhadap larva udang Artemia salina Leach. Berk. Penel. Hayati 12: 57-61.
Juniarti, Osmeli D, dan Yuhernita. 2009. Kandungan senyawa kimia. uji toksisitas
(brine shrimp lethality test) dan antioksidan (1.1-diphenyl-2-pikrilhydrazyl)
dari ekstrak daun saga (Abrus precatorius L.). Makara Sains 13(1): 50-54.
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan RI. 2013. Seminar Sehari dalam Rangka
Memperingati Hari Kanker Sedunia 2013. [internet] [diunduh 2014 Januari
13]. Tersedia dari: http//www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2233.
Kim SY, Gao JJ, dan Kang HK. 2000. Two flavonoids from the leaves of Morus
alba induce differentiation of the human promyelocytic leukemia (HL-60)
cell line. Biol. Pharm. Bull 23(4):451-455.
King RJB dan Robin MW. 2006. Cancer Biology. Ed ke-3. London (GB):
Prentice Hall.
16

Marlinda M, Sangi MS, dan Wuntu AD. Analisis senyawa metabolit sekunder dan
uji toksisitas ekstrak etanol biji buah alpukat (Persea americana Mill.).
Jurnal Mipa Usrat online 1(1): 24-28.
Naes T, Isaksson T, Fearn T, dan Davies T. 2002. A User Friendly Guide to
Multivariate Calibration and Classification. Chichester (UK):NIR
Publication.
Puspitasari E dan Ulfa EU. 2009. Uji sitotoksisitas ekstrak metanol buah buni
(Antidesma bunius (L.) spreng) terhadap sel hela. Jurnal Ilmu Dasar 1(2):
181-185.
Prasetyorini, Wiendarlina IY, dan Peron AB. 2011. Toksisitas beberapa ekstrak
rimpang cabang temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) pada larva
udang (Artemia salina Leach.). Fitofarmaka 1(2):14-21.
Rohaeti E, Heryanto R, Rafi M, Wahyuningrum A, dan Darusman LK. 2011.
Prediksi kadar flavonoid total tempuyung (Sonchus arvensis L.)
menggunakan kombinasi spektroskopi IR dengan regresi kuadrat terkecil
parsial. Jurnal Kimia 5(2): 101-108.
Sajuthi D. 2001. Ekstraksi, fraksinasi, karakterisasi, dan uji hayati in vitro
senyawa bioaktlf daun dewa (gynura pseudochina (linn.) Dc.) sebagai
antikanker, tahap II. Buletin Kimia 1:75-79.
Sentra Informasi IPTEK. 2005. Tanaman obat indonesia. [intenet] [diunduh 2013
Oktober 13] Tersedia dari: http//www.iptek.net.id/ind/pd tanobat/view.php?
Solomons TWG dan Fryhle CB. 2011. Organic Chemistry Tenth Edition. New
York (US): Jhon Wiley & Sons Inc.
Thani W, Vallisuta O, Siripong P, dan Ruangwises N. 2010. Anti-proliferative
and antioxidative activities of thai noni/yor (Morinda citrifolia Linn.) leaf
extract. Antiproliferative activity of thai noni 41(2): 482-489.
[WHO] World Health Organization. 2011. Breast cancer: prevention and control.
[internet] [diunduh 2014 Januari 13]. Tersedia dari:
http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html.
Widiastuty W. 2006. Teknik spektroskopi inframerah transformasi fourier untuk
penentuan profil kadar xantorizol dan aktivitas antioksidan temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Widowati L dan Mudahar H 2009. Uji aktivitas ekstrak etanol 50% umbi keladi
tikus putih (Typhonium flagelliforme (Lood) BI) terhadap sel kanker
payudara MCF-7 in vitro. Media litbang kesehatan 19(1): 9-14.
Zhang H, Zhang M, Yu L, Zhao Y, He N, dan Yang X. 2012. Antitumor activities
of quercetin and quercetin-5.8-disulfonate in human colon and breast cancer
cell lines. Food Chem Toxicol. 50:1589-1599. doi:10.1016/j.fct.2012.01.025.
17

Lampiran 1 Diagram alir penelitian


18

Lampiran 2 Hasil determinasi sampel tanaman


19

Lampiran 3 Kadar air sampel tanaman

Bobot (g)
Jenis
Cawan +
sampel Ulangan Cawan Sampel Sampel Kadar air (%)
sampel
tanaman kosong awal kering
kering
1 4.6365 3.0009 7.4071 2.7706 7.67
Salam 2 4.4128 3.0005 7.1858 2.7730 7.58
3 4.2774 3.0029 7.2803 2.7792 7.45
Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 7.57 ± 0.11
1 2.0178 3.0087 4.7472 2.7294 9.28
Alpukat 2 1.8846 3.0005 4.6075 2.7229 9.25
3 1.9698 3.0043 4.6964 2.7266 9.24
Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 9.25 ± 0.02
1 3.8024 3.0047 6.5089 2.7065 9.92
Dadap 2 3.8083 3.0076 6.5174 2.7091 9.92
3 3.8490 3.0059 6.5550 2.7060 9.97
Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 9.94 ± 0.03
1 1.9751 3.0015 4.5687 2.5936 13.59
Jarong 2 1.9611 3.0070 4.5680 2.6069 13.31
3 3.8532 3.0054 6.4501 2.5969 13.59
Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 13.49 ± 0.16
1 1.9187 3.0027 4.6182 2.6995 10.10
Pacing 2 1.9202 3.0037 4.6243 2.7032 10.00
3 1.9698 3.0043 4.6776 2.7007 10.11
Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 10.07 ± 0.06
1 1.9807 3.0031 4.7313 2.7506 8.41
Mengkudu 2 1.9681 3.0017 4.7229 2.7548 8.23
3 1.9160 3.0042 4.6693 2.7533 8.35
Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 8.32 ± 0.09
1 1.9672 3.0036 4.6769 2.7097 9.78
Rumput
2 1.9125 3.0067 4.6230 2.7105 9.85
mutiara
3 1.9530 3.0061 4.6731 2.7201 9.51
Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 9.71 ± 0.18
1 1.9136 3.0019 4.5864 2.6728 10.96
Huni 2 1.9849 3.0055 4.6605 2.6756 10.98
3 1.9462 3.0070 4.6227 2.6765 10.99
Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 10.97 ± 0.02
1 1.9377 3.0030 4.6568 2.7171 9.52
Murbei 2 2.0632 3.0070 4.7802 2.7170 9.64
3 1.9917 3.0021 4.7056 2.7139 9.60
Rerata kadar air ± standar deviasi (SD) 9.58 ± 0.06
20

Contoh perhitungan :

Kadar air (%) salam ulangan 1

= 7.67 %

Rerata kadar air salam

= 7.57 %

-
Standar deviasi kadar air salam -

= 0.11

Lampiran 4 Rendemen ekstrak tanaman

Ekstrak metanol

Jenis Bobot (g)


Rendemen
sampel Ulangan Wadah Sampel Wadah +
Ekstrak (%)
tanaman kosong awal ekstrak
1 37.4777 1.0922 37.6058 0.1281 12.69
Salam 2 37.2608 1.1080 37.3913 0.1305 12.74
3 37.0398 1.1355 37.1803 0.1405 13.38
Rerata rendemen ± standar deviasi 12.94 ± 0.38
1 37.0991 1.0612 37.1815 0.0824 8.55
Rumput
2 37.9809 0.9955 38.0564 0.0755 8.35
mutiara
3 37.4218 1.0140 37.4986 0.0768 8.39
Rerata rendemen ± standar deviasi 8.43 ± 0.16
1 36.1928 0.9923 36.2794 0.0866 9.69
Dadap 2 37.1699 1.0567 37.2687 0.0988 10.38
3 37.1028 1.0342 37.2020 0.0992 10.65
Rerata rendemen ± standar deviasi 10.24 ±0.49
21

1 36.5798 1.0981 36.7132 0.1334 13.44


Murbei 2 37.2517 1.0361 37.3800 0.1283 13.69
3 37.2172 1.0459 37.3455 0.1283 13.57
Rerata rendemen ± standar deviasi 13.56 ± 0.13
1 37.0187 1.0372 37.1282 0.1093 12.20
Jarong 2 37.4279 1.0132 37.5395 0.1116 12.73
3 37.4851 1.0001 37.5954 0.1103 12.75
Rerata rendemen ± standar deviasi 12.56 ± 0.31
1 37.9859 1.0552 38.1196 0.1337 13.82
Mengkudu
2 37.1032 0.9906 37.2269 0.1237 13.62
Rerata rendemen ± standar deviasi 13.72 ±0.14
1 36.9051 1.0099 37.0658 0.1607 17.54
Alpukat 2 38.1149 1.0250 38.2797 0.1648 17.72
3 38.5854 1.0499 38.7571 0.1717 18.02
Rerata rendemen ± standar deviasi 17.75 ± 0.26
1 36.2001 1.0415 36.3103 0.1102 11.77
Pacing
2 37.1779 1.0268 37.2832 0.1053 11.40
Rerata rendemen ± standar deviasi 11.58 ± 0.26
1 37.3767 1.0668 37.4416 0.0649 6.83
Huni 2 37.6263 0.9921 37.6852 0.0589 6.67
3 37.2315 1.0429 37.2930 0.0615 6.57
Rerata rendemen ± standar deviasi 6.69 ± 0.13

Ekstrak etanol 70%

Jenis Bobot (g)


Rendemen
sampel Ulangan Wadah Sampel Wadah +
Ekstrak (%)
tanaman kosong awal ekstrak
1 36.6368 1.0434 36.7385 0.1017 10.55
Salam 2 38.5751 1.0037 38.6641 0.0890 9.59
3 37.4245 1.0783 37.5313 0.1068 10.72
Rerata rendemen ± standar deviasi 10.29 ± 0.61
1 37.0963 1.1259 37.3126 0.2163 21.17
Alpukat 2 38.2666 1.1730 38.5003 0.2337 21.96
3 37.9291 1.2539 38.1918 0.2627 23.09
Rerata rendemen ± standar deviasi 22.07 ± 0.95
1 36.1923 1.0977 36.3204 0.1281 12.96
Dadap 2 37.1694 1.0691 37.2866 0.1172 12.17
3 37.1022 0.9669 37.2130 0.1108 12.72
Rerata rendemen ± standar deviasi 12.62 ±0.41
22

1 37.0887 1.0595 37.1600 0.1513 16.51


Jarong 2 36.5712 1.1507 36.7416 0.1704 17.11
3 38.5774 1.2077 38.7586 0.1812 17.34
Rerata rendemen ± standar deviasi 16.99 ± 0.43
1 37.4228 1.2219 37.5141 0.0913 8.31
Pacing 2 37.9809 1.4440 38.0967 0.1158 8.92
3 37.0987 1.0182 37.1760 0.0773 8.44
Rerata rendemen ± standar deviasi 8.56 ± 0.32
1 37.0835 1.3396 37.2997 0.2162 17.61
Mengkudu 2 37.8700 1.3173 38.0886 0.2186 18.10
3 36.4647 1.3794 36.7030 0.2383 18.84
Rerata rendemen ± standar deviasi 18.18 ±0.62
1 37.8659 1.0671 37.9795 0.1136 11.79
Rumput
2 36.4664 1.1247 36.5944 0.1280 12.61
mutiara
3 37.0838 1.0257 37.1989 0.1151 12.43
Rerata rendemen ± standar deviasi 12.28 ± 0.43
1 37.9782 1.0715 38.0666 0.0884 9.27
Huni 2 36.5690 1.0694 36.6618 0.0924 9.75
3 37.0055 1.1456 37.1077 0.1022 10.02
Rerata rendemen ± standar deviasi 9.68 ± 0.38
1 36.5799 1.5230 36.8074 0.2275 16.52
Murbei 2 37.2517 1.3287 37.4619 0.2102 17.49
3 37.2168 1.3597 37.4279 0.2111 17.17
Rerata rendemen ± standar deviasi 17.06 ±0.49

Contoh perhitungan rendemen ekstrak etanol rumput mutiara (ulangan 1)


23

Lampiran 5 Hasil uji toksisitas dengan metode BSLT


Ekstrak metanol
Nilai
Sampel 2 Rerata nilai
Ulangan Persamaan regresi Nilai R LC50
tanaman LC50 (µg/mL)
(ppm)
1 y = 41.40x – 47.51 0.936 226.628
Salam 226.628
2 y = 41.40x – 47.51 0.936 226.628
Standar deviasi 0.00
1 y = 60.43x – 111.4 0.997 468.661
Alpukat 478.732
2 y = 51.63x – 88.84 0.945 488.803
Standar deviasi 14.24
1 y = 31.93x – 32.33 0.922 378.837
Dadap 376.458
2 y = 35.36x – 40.98 0.979 374.079
Standar deviasi 3.36
1 y = 29.84x – 24.84 0.901 322.139
Jarong 324.582
2 y = 27.09x – 18.12 0.911 327.025
Standar deviasi 3.45
1 y = 59.79x – 87.63 0.826 200.396
Pacing 206.683
2 y = 49.82x – 65.69 0.969 212.969
Standar deviasi 4.44
1 y = 27.94x – 21.14 0.908 351.698
Mengkudu 338.707
2 y = 26.87x – 17.52 0.906 325.716
Standar deviasi 18.372
Rumput 1 y = 32.61x – 57.07 0.931 1920.209
1920.209
mutiara 2 y = 32.61x – 57.07 0.931 19.20.209
Standar deviasi 0.00
1 y = 52.08x – 62.53 0.910 144.782
Huni 147.302
2 y = 50.52x – 59.91 0.920 149.821
Standar deviasi 1.78
1 y = 56.95x – 71.29 0.931 134.823
Murbei 133.712
2 y = 59.08x – 75.40 0.944 132.601
Standar deviasi 1.57

Contoh perhitungan nilai LC50 ekstrak metanol salam (ulangan 1)


<=>y = 41.40x – 47.51
Dengan y : % kematian dan x: Log konsentrasi ekstrak
Maka.
y = 41.40x – 47.51
50 = 41.40x – 47.51
41.40x = 97.51
x = 2.3553
Log-1= 226.628 µg/mL
Jadi nilai LC50 ekstrak metanol salam adalah 226.628 µg/mL
24

Ekstrak etanol 70%

Nilai
Sampel Rerata nilai
Ulangan Persamaan regresi Nilai R2 LC50
tanaman LC50 (µg/mL)
(ppm)
1 y = 45.14x – 45.65 0.862 131.511
Salam 131.901
2 y = 42.46x – 40.08 0.864 132.290
Standar deviasi 0.55
1 y = 46.21x – 62.04 0.752 265.817
Alpukat 265.817
2 y = 46.21x – 62.04 0.752 265.817
Standar deviasi 0.00
1 y = 53.19x – 81.29 0.916 293.982
Huni 292.944
2 y = 54.81x – 85.12 0.854 291.906
Standar deviasi 1.47
1 y = 31.17x – 30.46 0.848 381.354
Murbei 396.909
2 y = 32.24x – 34.32 0.848 412.463
Standar deviasi 21.99
1 y = 67.14x – 96.45 0.954 151.797
Dadap 151.724
2 y = 70.89x – 104.6 0.936 151.650
Standar deviasi 0.10
1 y = 36.49x – 35.72 0.843 223.428
Jarong 237.230
2 y = 36.85x – 38.43 0.770 251.032
Standar deviasi 19.52
1 y = 59.63x – 107.3 0.955 434.444
Pacing 434.850
2 y = 58.02x – 103.1 0.959 435.256
Standar deviasi 0.29
1 y = 41.91x – 67.83 0.876 647.889
Mengkudu 647.889
2 y = 41.91x – 67.83 0.876 647.889
Standar deviasi 0.00
Rumput 1 y = 42.43x – 8.265 0.949 23.616
22.288
mutiara 2 y = 31.69x + 8.125 0.967 20.960
Standar deviasi 1.87

Contoh perhitungan nilai LC50 ekstrak etanol salam (ulangan 1)


<=>y = 45.14x – 45.65
Dengan y : % kematian dan x: Log konsentrasi ekstrak
Maka.
y = 45.14x – 45.65
50 = 45.14x – 45.65
45.14x = 95.65
x = 2.119
Log-1= 131.511 µg/mL
Jadi nilai LC50 ekstrak etanol salam adalah 131.511 µg/mL
25

Lampiran 6 Hasil uji proliferasi pada sel MCF-7

[Ekstrak dadap] Ulangan %


Rerata ± SD
(ppm) OD 1 OD 2 OD 3 OD 4 OD 5 inhibisi
500 0.754 1.052 1.223 0.971 0.692 0.938 ± 0.218 -4.83
250 1.084 0.928 0.884 0.837 0.772 0.901 ± 0.117 -0.65
125 0.865 0.737 0.759 0.688 0.676 0.745 ± 0.075 16.78
62.5 0.717 0.677 0.675 0.655 0.638 0.672 ± 0.029 24.89
31.25 0.658 0.606 0.648 0.569 0.573 0.611 ± 0.041 31.77
Kontrol 0.890 0.914 0.907 0.909 0.856 0.895 ± 0.024 0.00

[Ekstrak murbei] Ulangan %


Rerata ± SD
(ppm) OD 1 OD 2 OD 3 OD 4 OD 5 inhibisi
500 0.054 0.067 0.060 0.035 0.088 0.061 ± 0.019 93.21
250 0.819 0.759 0.764 0.762 0.812 0.783 ± 0.029 12.51
125 0.701 0.670 0.642 0.734 0.745 0.698 ± 0.043 21.98
62.5 0.660 0.593 0.594 0.684 0.657 0.638 ± 0.042 28.78
31.25 0.565 0.582 0.560 0.757 0.671 0.627 ± 0.085 29.96
Kontrol 0.890 0.914 0.907 0.909 0.856 0.895 ± 0.024 0.00

[Ekstrak rumput Ulangan %


Rerata ± SD
mutiara] (ppm) OD 1 OD 2 OD 3 OD 4 OD 5 inhibisi
500 0.795 0.735 0.658 0.696 0.693 0.715 ± 0.052 20.08
250 0.806 0.776 0.747 0.722 0.605 0.731 ± 0.077 18.32
125 0.992 0.875 0.853 0.864 0.673 0.851 ± 0.114 4.89
62.5 0.581 0.571 0.562 0.570 0.719 0.601 ± 0.066 32.91
31.25 0.598 0.551 0.593 0.653 0.628 0.605 ± 0.038 32.46
Kontrol 0.890 0.914 0.907 0.909 0.856 0.895 ± 0.024 0.00

Contoh perhitungan % inhibisi (ekstrak murbei 500 ppm) :


26

Lampiran 7 Hasil analisis dengan teknik PLS pada spektrum asli

PLS Response Plot


(response is C94)
1 components

37,5 Variable
F itted
C rossv al

35,0
Calculated Response

32,5

30,0

27,5

25,0
25,0 27,5 30,0 32,5 35,0 37,5
A ctual Response

(a) Nilai aktual vs nilai prediksi spektrum asli dadap

PLS Response Plot


(response is C94)
2 components
40,0 Variable
Fitted
C rossv al
37,5
Calculated Response

35,0

32,5

30,0

27,5

25,0
25,0 27,5 30,0 32,5 35,0 37,5 40,0
Actual Response

(b) Nilai aktual vs nilai prediksi spektrum asli rumput mutiara

PLS Response Plot


(response is C94)
2 components
45 Variable
Fitted
C rossv al
40
Calculated Response

35

30

25

20

20 25 30 35 40 45
A ctual Response

(c) Nilai aktual vs nilai prediksi spektrum asli murbei


27

Lampiran 8 Hasil analisis dengan teknik PLS pada spektrum proses pendahuluan

PLS Response Plot


(response is C94)
1 components

37,5 Variable
Fitted
C rossv al

35,0
Calculated Response

32,5

30,0

27,5

25,0
25,0 27,5 30,0 32,5 35,0 37,5
A ctual Response

(a) Nilai aktual vs nilai prediksi spektrum dadap

PLS Response Plot


(response is C94)
1 components

45 Variable
Fitted
C rossv al
Calculated Response

40

35

30

25
25 30 35 40 45
A ctual Response

(b) Nilai aktual vs nilai prediksi spektrum rumput mutiara

PLS Response Plot


(response is C94)
1 components

Variable
40
Fitted
C rossv al

35
Calculated Response

30

25

20

15
15 20 25 30 35 40
A ctual Response

(c) Nilai aktual vs nilai prediksi spektrum murbei


28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Praya pada tanggal 10 Juli 1992. Penulis merupakan


anak pertama dari 2 bersaudara, dari pasangan Lalu Karna dan Sukaesih. Tahun
2010, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Selong dan diterima melalui jalur
undangan seleksi masuk IPB (USMI) di Departemen Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Selama masa kuliah, penulis pernah menjadi anggota unit kegiatan
mahasiswa Forum For Scientific Studies (FORCES) dan juga pernah bergabung
menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Kimia (IMASIKA) divisi Peningkatan
Kualitas dan Keprofesian Mahasiswa (PK2M). Selain itu, penulis juga pernah
menjadi asisten praktikum Asas Kimia Analitik pada tahun ajaran 2011/2012,
asisten praktikum Kimia Dasar tahun 2012/2013 dan menjadi asisten Teknik
Pemisahan pada tahun yang sama. Pada bulan Juli-Agustus 2013, penulis
melaksanakan praktik lapangan di Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi
Obat Hewan (BBPMSOH) dengan judul “Verifikasi Metode Pengujian
Albendazol pada Obat Hewan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis”.

Anda mungkin juga menyukai