Anda di halaman 1dari 5

 JUDUL : Taat membayar pajak, perekonomian negara terdongkrak

 KONDISI SAAT INI


Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Bila
masyarakat taat dalam membayar pajak maka akan membantu membiayai pengeluaran
negara. Walaupun tidak dapat dirasakan secara langsung, tetapi pada akhirnya nanti pajak
juga digunakan untuk mensejahterakan masyarakat dan memajukan negara. Manfaat yang
diperoleh dari pajak yaitu seluruh masyarakat dapat menikmati fasilitas umum dan
infrastrukur seperti: jalan, jembatan, rumah sakit, sekolah. Pajak juga digunakan untuk
memberikan subsidi pangan dan bahan bakar minyak yang dibutuhkan oleh masyarakat,
pengembangan alat transportasi massa, dan sebagainya. Kondisi yang terjadi saat ini,
kepatuhan wajib pajak (WP) meningkat dalam dua terakhir yaitu tahun 2017 dan 2018.
Hingga September, penerimaan pajak telah tumbuh 16,5%. Tahun lalu, penerimaan pajak
tumbuh 9,5% (dikutip dari economy.okezone.com). Berdasarkan data Kemenkeu,
penerimaan perpajakan dirinci sebagai berikut:
1. Pajak Penghasilan (PPh) nonmigas mencapai Rp437,4 trilun atau tumbuh 15,7%
dibandingkan periode sama tahun sebelumnya,
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
mencapai Rp307,6 triliun atau tumbuh 15,1% dibandingkan periode sama tahun
sebelumnya,
3. Realisasi cukai hingga akhir Agustus 2018 sebesar Rp78,6 triliun atau tumbuh 14,9%
dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya,
4. Bea masuk mencapai Rp25,1 triliun atau tumbuh 14,7% dibandingkan periode sama
tahun sebelumnya,
5. Bea keluar sebesar Rp4,4 triliun atau tumbuh 14,2% dibandingkan periode sama tahun
sebelumnya,
6. Realisasi PPh migas sebesar Rp42,0 triliun atau tumbuh 19,2% dibandingkan periode
sama tahun sebelumnya.
 PERMASALAHAN
Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga saat ini, masih ada 27% dari total wajib pajak yang
belum patuh, entah tidak membayarkan pajaknya maupun melaporkan surat
pemberitahuan tahunan (SPT). Hal itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam
kegiatan Seminar Perpajakan di Kantor Ditjen Pajak, Rabu (11/7/2018). Meski begitu, Sri
Mulyani menyebut ada peningkatan kepatuhan membayar pajak dalam beberapa tahun
terakhir. Dia mencontohkan, jumlah wajib pajak yang telah patuh saat ini telah mencapai
38,65 juta. Jumlah tersebut naik signifikan bila dibanding 10 tahun lalu, ketika dia juga
menjabat sebagai Menteri Keuangan di tahun 2008. "Dengan jumlah penduduk di
Republik Indonesia di atas 200 juta pada 2008, WP [wajib pajak] tak lebih dari 2 juta
waktu itu. jadi 2 juta harus menghidupi Republik Indonesia untuk tegak," tutur Sri
Mulyani. Sementara itu untuk jumlah WP yang telah membayar pajak, seperti disebutkan
saat ini sudah 73% patuh membayar pajak. Lalu dia membandingkan, pada tahun 2008
hanya ada 33% dari total WP yang membayar pajak. Sri Mulyani pun mengingatkan
betapa pentingnya membayar pajak untuk negara, utamanya dalam kegiatan pembangunan
yang manfaatnya dirasakan kembali oleh masyarakat. Negara sangat membutuhkan
topangan dari fungsi perpajakan yang baik. "Kedaulatan bisa dijaga dan dijalankan dengan
adanya fungsi perpajakan di dalamnya, saya menggunakan istilah pajak sebagai tulang
punggung," ujarnya. Dengan kondisi itu, dia ingin masyarakat untuk semakin sadar dalam
mematuhi kewajiban dalam membayar pajak. Serta di sisi lain mengingatkan Ditjen Pajak
untuk terus meningkatkan kualitas serta mampu meningkatkan jumlah penerimaan pajak
agar mencapai target, semaksimal mungkin.
(Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20180711113640-4-22995/masih-ada-27-
wajib-pajak-yang-belum-patuh)

 TANTANGAN YANG ADA


Walaupun kepatuhan wajib pajak dua tahun terakhir meningkat, tetapi masih banyak juga
wajib pajak yang kurang sadar akan pentingnya melaksanakan kewajiban perpajakannya
baik tidak melaporkan surat pemberitahuan (SPT) tahunan ataupun tidak membayar
pajaknya dan bahkan melakukan pengemplangan pajak. Masih ada juga UKM yang tidak
membayar pajak. Padahal pemerintah sekarang sudah menurunkan tarif pajak untuk UKM
yang mulanya 1% menjadi 0,5%. Karena para UKM sebagian besar berfikir hasil / laba
dari usahanya tersebut akan dipakai lagi untuk lebih memajukan usahanya agar dapat
bersaing di pasar dan memenangkan pasar, tetapi jika digunakan untuk membayar pajak
nantinya malah mengurangi laba mereka. Masyarakat indonesia masih banyak yang tidak
melaksanakan kewajiban perpajakannya karena mereka ada yang belum paham mengenai
pembuatan kartu wajib pajak atau melaporkan pajak pribadinya. Mereka juga tidak mau
membayar pajak karena menurutnya cara pengisian surat pemberitahuan (SPT) tahunan
pajak penghasilan (PPh) dianggap ribet dan sulit. Wajib pajak menganggap jika membayar
pajak mereka menjadi rugi, karena menurut mereka yang bisa menikmati pajak adalah
penguasa atau sumber daya manusia petugas pajak (fiskus). Mereka juga takut jika pajak
yang dibayarkan disalah gunakan oleh pihak-pihak tertentu, misalnya digunakan untuk
korupsi. Pemahaman wajib pajak akan manfaat pembayaran pajak yang salah inilah yang
membuat mereka enggan untuk membayar pajak. Padahal apa yang mereka pikirkan itu
tidak sepenuhnya benar, karena pajak itu berguna untuk mensejahterakan seluruh
masyarakat dan untuk memajukan negara. Sehingga diperlukan cara untuk meningkatkan
kesadaran seluruh wajib pajak dalam melaksanakan dan menjalankan kewajiban
perpajakannya dengan baik yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

 SOLUSI
Solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pajak yaitu:
1. Dengan memberikan sosialisasi secara langsung di masyarakat akan pentingnya
membayar pajak dan cara melakukan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku. Sehingga masyarakat lebih mengetahui manfaat
yang akan didapat dari membayar pajak, dan juga mengetahui cara membayar
pajaknya.
2. Memasang iklan layanan masyarakat di jalan menggunakan spanduk, kemudian di
media cetak seperti koran, majalah, buku, dll atau di media elektronik seperti, televisi,
radio, dan media sosial (Instagram, Line, Facebook, dll).
3. Memberikan sanksi atau hukuman bagi wajib pajak yang tidak membayar pajaknya.
4. Melalui jalur pendidikan (sejak usia sekolah SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi),
dengan mengenalkan dan menanamkan pentingnya pajak untuk kesejahteraan
masyarakat dan kemajuan negara.
5. Pemerintah harus menjamin bahwa pajak yang telah dibayarkan oleh wajib pajak
digunakan sebagaimana mestinya, bukan untuk disalahgunakan pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab. Sehingga wajib pajak memiliki kesadaran untuk menjalakan
kewajiban perpajakannya, karena dengan demikian wajib pajak menjadi yakin dan
percaya bahwa dana penerimaan pajak digunakan untuk mensejahterakan rakyat dan
memajukan negara.

Pemerintah saat ini juga terus melakukan upaya agar penerimaan dari pajak terus
meningkat yaitu dengan melakukan tax amnesty.

 HARAPAN UNTUK KEDEPAN


Harapan untuk kedepan yaitu masyarakat lebih sadar akan pentingnya menjalakan
kewajiban perpajakannya (baik dalam pelaporan surat pemberitahuan (SPT) tahunan
maupun pembayaran pajaknya), karena pajak itu digunakan untuk mensejahterkan
masyarakat dan kemajuan negara. Kemudian tidak ada lagi yang melakukan pengemplang
pajak di negara ini. Karena dengan adanya penerimaan pajak yang tinggi masyarakat dapat
menikmati fasilitas umum yang layak dan terjamin seperti, layanan kesehatan, pendidikan,
infrastruktur, transportasi umum, jalan, jembatan, dan lain sebagainya. Ditjen Pajak harus
selalu meningkatkan kualitas serta mampu meningkatkan jumlah penerimaan pajak agar
mencapai target yang semaksimal mungkin. Kemudian Ditjen Pajak juga harus dapat
mewaspadai dan mengatasi adanya pihak-pihak yang melakukan penyalahgunaan dana
penerimaan pajak, misalnya ada pihak yang melakukan korupsi dana penerimaan pajak.
Pemerintah harus memberikan hukuman dan sanksi yang tegas jika diketahui ada pihak-
pihak yang melakukan penyalahgunaan dana penerimaan pajak. Teknologi yang
digunakan dalam proses administrasi perpajakan harus lebih diperbaiki lagi agar
mempermudah wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Untuk generasi
muda kedepannya saya berharap dapat membudayakan untuk taat membayar pajak dan
melakukan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku,
sehingga dapat menjadi kebiasaan yang baik yang akan ditiru oleh generasi-generasi
penerus selanjutnya. Mulai dari sekarang tanamkanlah jiwa cinta tanah air agar kita sadar
betapa pentingnya membayar pajak bagi kemajuan tanah air tercinta ini.
https://ekbis.sindonews.com/read/1342275/33/sri-mulyani-heran-masih-banyak-
masyarakat-takut-bikin-kartu-wajib-pajak-1538225986
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3907324/ditjen-pajak-masih-ada-ukm-
yang-tak-bayar-pajak
https://www.google.com/search?q=gambar+sadar+pajak&client=firefox-b-
ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjooODs7uvdAhWGWX0KHWvlA5
QQ_AUIDigB&biw=1207&bih=532#imgdii=gD2l2Zn6IkGfXM:&imgrc=IeOD3SIEa1Lq
aM:

Anda mungkin juga menyukai