Anda di halaman 1dari 17

Gangguan Tingkah Laku pada Remaja

Cynthia Tambunan
102016091
Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat, Indonesia

Abstrak
Dalam berjalannya kehidupan manusia, setiap manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain
yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, seperti faktor herediter, lingkungan,
dan internal. Faktor-faktor tersebutlah yang nantinya akan menentukan manusia
tersebut menjadi manusia yang seperti apa. Dalam kehidupan manusia, tahap
perkembangan dan pertumbuhan setiap orang akan berbeda dan juga akan berubah
sesuai dengan tahapan usianya.
Kata Kunci : proses tumbuh kembang, tahap tumbuh kembang, faktor yang berperan
Abstract
In the course of human life, every human growth and development vary from
one another which is influenced by various factors, such as hereditary factors,
environmental, and internal. Factors is exactly what the human will determine what
kind of human being. In human life, stage of development and growth of each person
will be different and will also change according to the stages of his age.
Keywords: growth process, stage of growth and development, factors that play a role

Pendahuluan
Setiap manusia memiliki kehidupan yang berbeda-beda. Kehidupan manusia
berlangsung secara bertahap dan dimulai dari saat terbentuknya janin dalam rahim
ibu, menjadi bayi, balita, anak remaja, dan akhirnya dewasa dan tua. Dalam
berjalannya kehidupan manusia, setiap manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain yang dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor, seperti faktor herediter, lingkungan, dan internal. Faktor-
faktor tersebutlah yang nantinya akan menentukan manusia tersebut menjadi manusia
yang seperti apa. Dalam kehidupan manusia, tahap perkembangan dan pertumbuhan
setiap orang akan berbeda dan juga akan berubah sesuai dengan tahapan usianya.
Akan tetapi semua manusia tidak akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan
yang sempurna. Ada juga beberapa yang memiliki gangguan dalam perkembangan

1
dan pertumbuhannya baik secara fisik, maupun secara perkembangan mental dan
emosinya. Gangguan-gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh berbagai macam
faktor internal maupun eksternal.

Pertumbuhan Remaja
Pada anak perempuan, awal pubertas itu ditandai dengan menstruasi pertama
(menarche), diikuti pertumbuhan payudara, dan pertumbuhan rambut pubis. Pada
anak laki-laki ditandai dengan perubahan suara yang disertai pembentukan tonjolan
kerongkongan (Adam’s apple, pomum adams), perubahan panjang pada penis, dan
tumbuhnya rambut kemaluan.1 Sejak awal usia pubertas sampai usia 18 tahun terjadi
pertumbuhan tinggi badan yang cepat pada pria dan wanita. Sesudah itu, pertumbuhan
mulai melambat justru ketika mereka memasuki usia dewasa muda (adolescent).
Biasanya pertumbuhan tinggi wanita selesai pada usia sekitar 18 tahun dan pada pria
sekitar 24 tahun. Walaupun demikian, angka itu tidak dapat menjadi patokan dan
tidak berlaku bagi semua orang.1 Selain terjadi pertumbuhan tinggi badan atau
pertumbuhan skeleton yang menghasilkan kurang lebih 25% dari tinggi badan
terakhir orang dewasa, pada masa pubertas juga terjadi perubahan pada komposisi
tubuh dimana kenaikan berat badan selama terjadinya growth spurt akan memberikan
40% dari berat badan yang ideal. Pada anak laki-laki, lemak tubuh rata-rata
meningkat dari 4.3% menjadi 11.2% menjelang akhir pubertas dan didistribusikan
terutama di bagian badan. Sedangkan pada anak perempuan, lemak tubuh rata-rata
meningkat dari 15.7% menjadi 26.7% dan tertumbun di daerah pelvis, payudara,
punggung belakang, serta bagian lengan.1
Estrogen terdapat pada kedua jenis kelamin baik pria maupun wanita, namun
terdapat dalam jumlah yang lebih besar pada wanita. Estrogen adalah hormon seks
yang umumnya diproduksi oleh rahim wanita yang merangsang pertumbuhan organ
seks anak perempuan, seperti halnya payudara dan rambut kelamin, dikenal sebagai
karakteristik seks sekunder. Estrogen mengatur siklus menstruasi, menjaga kondisi
dinding vagina dan elastisitasnya, serta dalam memproduksi cairan yang
melembabkan vagina. Selain itu estrogen juga membantu untuk menjaga tekstur dan
fungsi payudara wanita.2

Testosteron adalah hormon seks yang biasanya diproduksi hanya oleh testis
pria, namun juga diproduksi dalam jumlah kecil oleh rahim wanita dan kelenjar
adrenalin yang terdapat pada pria dan wanita. Testosteron membantu memulai

2
perkembangan testis dan penis pada janin laki-laki. Testosteron juga memulai proses
pubertas dan mempengaruhi pertumbuhan rambut pada wajah, tubuh, dan alat
kelamin, mendalamkan suara, pertumbuhan otot, dan karakteristik seks pada pria.2

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Remaja


Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan remaja terdiri atas faktor pola asuh orang
tua, faktor pendidikan, faktor psikologis, faktor moral, dan faktor kognitif.

Faktor Pola Asuh Orang tua


Keluarga sangat mempengaruhi perkembangan tingkah laku sosial remaja.
Remaja telah diperkenalkan tingkah laku-tingkah laku sosial, dan nilai-nilai
bertingkah laku yang dijunjung tinggi oleh keluarga terutama orang tua. Disamping
itu hubungan antara remaja dengan orang tua merupakan hubungan paling akrab
dibandingkan dengan siapapun dalam kehidupan remaja. Hubungan yang mendalam
dan akrab antara remaja dan orang tua memiliki pengaruh yang besar terhadap proses
sosialisasi remaja.
Perlu diketahui bahwa nilai-nilai yang dianut oleh orang tua diadopsi oleh
anak dengan cara meniru. Berikut ini contoh beberapa tipe pola asuh yang dilakukan
oleh orang tua dan bentuk tingkah laku sosial yang akan dimiliki remaja akibat dari
pola asuh yang dilakukan oleh orang tua.3

a. Tipe menunjukkan cinta yang tulus dan sepenuh hati atau cinta tanpa syarat
terhadap anak, maka anak akan memperlihatkan hubungan sosial yang baik
dengan orang lain, cenderung memperlihatkan penilaian yang positif terhadap
orang lain karena ia memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya sendiri.

b. Tipe yang hangat, dalam memberikan batasan-batasan dan disiplin terhadap


anak dan remaja maka dalam bersosialisasi menampakkan tingkah laku yang
sopan santun, mudah bekerja sama, kurang agresif, mandiri dan memiliki sifat
bersaing yang sehat dengan teman sebaya.

c. Tipe yang hangat tetapi terlalu bebas dibandingkan dengan tingkat


perkembangan mereka, anak-anak dan remaja mereka cenderung bertingkah
laku sosial yang tegas. Mereka cenderung agresif dan kurang mampu bekerja
sama.

3
d. Tipe yang menolak atau memusuhi, mengakibatkan remaja bertingkah laku
sosial yang buruk sehingga cenderung menampilkan hubungan sosial yang
buruk dengan teman sebaya, maupun dengan orang dewasa akan bertingkah
laku nakal. Disamping itu, mereka menjadi berprestasi rendah dibandingkan
kemampuan kognitif yang mereka miliki.

e. Tipe yang terlalu membatasi tingkah laku anak, menimbulkan tingkah laku
sosial yang salah karena anak memiliki perasaan yang tidak puas tentang
dirinya. Anak yang dibesarkan dengan pemeliharaan seperti ini mempunyai
dorongan keingintahuan yang rendah, kurang kreatif dan fleksibel dalam
menghadapi masalah.

Faktor Pendidikan

Peran sekolah pada perkembangan remaja dimana sekolah merupakan


lembaga pendidikan resmi yang bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan
kepada semua orang. Pada anak yang berusia remaja banyak menghabiskan waktunya
di sekolah semenjak berumur 4 tahun. Dengan demikian, sekolah mempengaruhi
tingkah laku remaja khususnya tingkah laku sosial remaja. Di sekolah seharusnya
banyak dilakukan kegiatan kelompok untuk mengembangkan tingkah laku sosial
seperti kerjasama, saling membantu, saling menghormati dan saling menghargai
seperti kelompok belajar, kelompok pengembangan bakat khusus seperti kelompok
menyanyi, menari, olahraga dan keterampilan khusus lainnya. Fungsi sekolah lainnya
dalam mengembangkan tingkah laku sosial adalah karena terdapat orang lain yang
dijadikan contoh atau panutan untuk bertingkah laku sosial baik itu guru, petugas
administrasi maupun siswa-siswa lainnya.4

Faktor Perkembangan Moral

Faktor perkembangan moral didasarkan dari perkembangan moralitas yang


dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membedakan yang benar atau baik dan
salah atau buruk. Konsep dari moralitas ini mencakup tiga aspek kemampuan
seseorang yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek perilaku. Kematangan moral
akan tercapai paling cepat pada akhir masa remaja, dan seringkali proses maturasi
masih berlanjut sampai usia dewasa. Panutan pada model sangat mempengaruhi,
karena itu figur-figur percontohan dalam lungkup keluarga dan masyarakat sangat
penting dalam proses perkembangan moral anak.

4
Menurut Kohlberg, perkembangan moral itu terjadi secara gradual melalui 6 fase,
menurut orientasi moralitas yang dominan digunakan:5
 Level pra-konvensional
Pada tahap ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nila-nilai moral-
penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal.
Aturan dikontrol oleh orang lain (eksternal) dan tingkah laku yang baik akan
mendapat hadiah dan tingkah laku yang buruk akan mendapatkan hukuman
 Fase 1 : Orientasi pada hukuman dan ketaatan (Punishment and
Obedience orientation)
Fase ini penalaran moral didasarkan atas hukuman dan anak taat
karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat
 Fase 2 : Orientasi pada pemuasan kebutuhan diri sendiri (Satisfaction
of own needs orientation)
Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap
menghasilkan hadiah.
 Level penalaran Konvensional
Penalaran konvensional menaati standar-standar internal tertentu, tetapi tidak
menaati standar-standar orang lain (eksternal) seperti orang tua atau aturan-
aturan masyarakat
 Fase 3 : Orientasi pada sebutan anak yang baik (Good boy, good girl
orientation)
Seseorang menghargai kebenaran/kepedulian/kesetiaan kepada orang
lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Seorang anak
mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai yang terbaik
 Fase 4 : Orientasi pada hukum dan aturan (Law and Order Orientation)
Mulai ada pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan
kewajiban.
 Level Penalaran Pasca-konvensional
Moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-
standar orang lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif,
menjajaki pilihan-pilihan dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode
 Fase 5 : Orientasi pada kontrak sosial (Social Contract Orientation)

5
Nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar
dapat berbeda dari satu orang ke orang lain
 Fase 6 : Orientasi pada kebaikan universal (Universal Good
Orientation)
Seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak
manusia universal. Bila seseorang menghadapi konflik antara hukum dan suara hati,
seseorang akan mengikuti suara hati.
Faktor Perkembangan Kognitif
Faktor perkembangan kognitif didasarkan pada proses perkembangan kognitif
yang meliputi perubahan dalam pikiran, inteligensi, dan bahasa individu. Menurut
Piaget, anak-anak mencoba berusaha memahami hal-hal baru untuk mengembangkan
pola pikir anak dan jika pemahaman anak tidak tercapai, maka anak akan berusaha
untuk menyesuaikannya dengan cara membatasinya.
Piaget mengidentifikasi 4 (empat) tahapan utama perkembangan kognitif, yaitu:6
 Tahap Sensorimotor (lahir-2 tahun)
Perkembangan kognitif bayi sampai kira-kira berusia 2 tahun pada umumnya
mengandalkan observasi dari panca indera dan gerakan tubuh mereka. Satu
tanda dari perkembangan ini adalah memahami objek tetap / permanen. Bayi
berkembang dengan cara merespon kejadian dengan gerak refleks atau ’pola
kesiapan’. Mereka belajar melihat diri mereka sebagai bagian dari objek yang
ada di lingkungan.
 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
Pra-operasional ditandai oleh adanya pemakaian kata-kata lebih awal dan
memanipulasi simbol-simbol yang menggambarkan objek atau benda dan
keterikatan atau hubungan di antara mereka. Pemikiran atau sifat anak yang
aneh /ganjil menunjukkan fakta bahwa mereka pada umumnya tidak mampu
menunjukkan operations (eksploitasi) atau jika mereka bisa menunjukkan
operation maka keadaannya akan terbatas. Mental operations pada tahap ini
sifatnya fleksibel dan dapat berubah. Tahap pra-operasional ini juga ditandai
oleh beberapa hal, antara lain : egosentrisme, ketidakmatangan pikiran / ide /
gagasan tentang sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan antara simbol dan
objek yang mereka wakili, kemampuan untuk fokus pada satu dimensi pada
satu waktu dan kebingungan tentang identitas orang dan objek.

6
 Tahap Concrete Operational (7-12 tahun)
Pada tahap konkrit operasional, penambahan dan pengurangan dalam hitung-
hitungan bukan merupakan aktivitas yang mudah. Konkrit operasional anak
mengenal bahwa ada hubungan antara angka-angka dan bahwa operasi dapat
dilaksanakan menurut aturan tertentu. Pada tahap ini anak menunjukkan
permulaan dari kapasitas logika orang-orang dewasa. Mereka mengerti aturan
dasar dari logika. Bagaimanapun juga, proses berfikir, atau operasi, pada
umumnya melibatkan objek yang kelihatan (konkrit) daripada ide yang
abstrak. Egosentrisme pada tahap ini sudah mulai berkurang. Kemampuan
mereka untuk menggunakan peran dari orang lain dan melihat dunia, dan
mereka sendiri, dari perspektif orang-orang lain sudah berkembang dengan
pesat. Mereka mengenal bahwa orang melihat sesuatu dengan cara yang
berbeda, karena perbedaan situasi dan perbedaan nilai. Mereka dapat fokus
pada lebih dari satu dimensi pada beberapa waktu. Pada tahap ini juga sudah
menunjukkan pemahaman akan hukum kekekalan (konservasi).
 Tahap Formal Operational ( 12-15 tahun)
Tingkat operasi formal merupakan tahapan terakhir dari skema Piaget, yang
merupakan tingkatan dari kedewasaan kognitif. Formal operational biasanya
dimulai pada masa pubertas, sekitar umur 11 atau 12 tahun. Akan tetapi tidak
semua anak memasuki tingkatan ini pada saat pubertas, dan beberapa orang
tidak pernah mencapainya. Tugas utama pada tahap ini meliputi kemampuan
klasifikasi, berpikir logis, dan kemampuan hipotesis.

Faktor Perkembangan Seksual

Perkembangan seksual menurut Sigmund Freud merupakan dasar dari kebanyakan


teori perkembangan kepribadian yang berorientasi psikoanalitik lainnya. Menurut
teori ini, insting seksual dibawa individu sejak ia dilahirkan namun manifestasinya
tidak dalam bentuk seksualitas yang diartikan orang dewasa melainkan dalam bentuk
pragenital. Teori ini beranggapan bahwa perkembangan ini mempengaruhi
perkembangan kepribadian manusia secara keseluruhan. Insting seksual ini dianggap
sebagai insting yang paling penting diantara insting-insting manusia lainnya karena ia
berada dibawah tabu umat manusia ke dalam nisadar sehingga ia cenderung direpresi,
disangkal, dan karenanya sering menjadi sumber konflik neurotik. Perkembangan

7
psikoseksual menurut Sigmund dibagi menjadi lima tahap, yaitu tahap oral, anal,
falik, laten, dan genital.7

 Tahap oral (bayi-2 tahun), dimana sumber utama untuk mencari kesenangan
berpusat pada aktivitas oral seperti menghisap, menggigit, mengunyah, dan
berbicara. Anak boleh memilih dari salah satu yang disebutkan ini, dan
metode pemuasan kebutuhan oral yang dipilih dapat memberikan beberapa
indikasi kepribadian yang sedang mereka bentuk.
 Tahap anal (2-4 tahun), dimana ketertarikan selama tahun kedua kehidupan
berpusat pada bagian anal saat otot-otot sfingter berkembang dan anak-anak
mampu menahan atau mengeluarkan feses sesuai keinginan. Pada tahap ini
suasana pada saat toilet training dapat menimbulkan efek seumur hidup pada
kepribadian anak.
 Tahap falik (4-6 tahun). Selama tahap ini, genital menjadi alat tubuh yang
menarik dan sensitif. Anak mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi
ingin tahu tentang perbedaan tersebut. Pada periode ini terjadi masalah yang
kontroversi tentang Cedipus dan Electra kompleks, pelvis envy, dan ansietas
pada kastrasi.
 Tahap laten (6-11 tahun). Selama periode laten anak-anak melakukan sifat-
sifat dan keterampilan yang telah diperoleh. Energi fisik dan psikis diarahkan
pada mendapatkan pengetahuan dan bermain.
 Tahap genital (12 tahun keatas). Tahap signifikan yang terakhir dimulai pada
saat pubertas dengan maturasi sistem reproduksi dan produksi hormon-hormon
seks. Organ genital menjadi sumber utama ketegangan dan kesenangan
seksual, tetapi energi juga digunakan untuk membentuk persahabat dan
persiapan pernikahan.
Faktor Sosial
Faktor sosial atau psikososial dicetuskan oleh Erik Erikson yang merupakan
proses perkembangan mental emosional seseorang dalam usahanya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pengalaman-pengalamannya.
Pendekatan tentang kehidupan Erikson terhadap perkembangan kepribadian terdiri
atas delapan tahapan, namun hanya lima yang berkaitan dengan masa anak sampai
remaja, yang akan dijabarkan dalam tinjaun pustaka ini selanjutnya.8

8
 Percaya vs tidak percaya (lahir-2 tahun)
Hal pertama yang paling penting bagi perkembangan kepribadian yang
sehat adalah rasa percaya dasar. Pembentukan rasa percaya dasar ini
mendominasi tahun pertama kehidupan dan menggambarkan semua
pengalaman kepuasan anak pada usia ini. Berkaitan dengan tahap oral
Freud, saat ini merupakan saat untuk mendapatkan dan mengambil
apapun melaui semua indera. Hal ini hanya terjadi dalam kaitannya
dengan sesuatu atau seseorang, oleh karena itu asuhan yang konsisten
dan penuh kasih oleh orang yang berperan sebagai ibu merupakan hal
yang sangat penting bagi perkembangan rasa percaya. Rasa tidak
percaya terjadi jika pengalaman yang meningkatkan tidak terpenuhnya
rasa percaya atau jika kebutuhan dasar tidak dipenuhi secara konsisten
atau adekuat.
Meskipun pecahan-pecahan rasa tidak percaya terjadi di seluruh
kepribadian, namun rasa percaya dasar terhadap orang tua membentuk
rasa pecaya terhadap dunia, orang lain, dan diri sendiri. Hasilnya adalah
kepercayaan dan optimisme.
 Autonomi vs malu-malu dan ragu-ragu (2-4 tahun)
Jika dikaitkan dengan tahap anal Freud, masalah autonomi dapat
diartikan dengan menahan atau merelakan otot sfingter. Perkembangan
autonomi selama periode todler berpusat pada peningkatan kemampuan
anak untuk mengendalikan tubuh mereka, diri mereka dan lingkungan
mereka.
Mereka ingin melakukan hal-hal untuk diri mereka sendiri,
menggunakan keterampilan motorik yang baru mereka peroleh seperti
berjalan, memanjat, dan memanipulasi, serta menggunakan kekuatan
mental mereka dalam memilih dan membuat keputusan. Pembelajaran
yang mereka peroleh sebagian besar didapat dari meniru aktivitas dan
perilaku orang lain. Perasaan negatif seperti ragu dan malu muncul
ketika anak-anak diremehkan, ketika pilihan-pilihan mereka
membahayakan, atau ketika mereka dipaksa untuk bergantung dalam
beberapa hal yang sebenarnya mereka mampu melakukannya. Hasil
yang diharapkan adalah kontrol diri dan ketekunan.

9
 Inisiatif vs rasa bersalah (4-6 tahun)
Tahap inisiatif berkaitan dengan tahap falik Freud dan dicirikan dengan
perilaku yang isntrisif dan penuh semangat, berani berupaya dan
imajinasi yang kuat. Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan
semua indera dan kekuatan mereka. Mereka membentuk suara hati.
Tidak lagi hanya dibimbing oleh pihak luar, terdapat suara dari dalam
yang memperingatkan dan mengancam. Anak-anak terkadang memiliki
tujuan atau melakukan aktivitas yang bertentangan dengan yang dimiliki
orang tua atau orang lain, dan dibuat merasa bahwa aktivitas atau
imajinasi mereka merupakan hal yang buruk sehingga menimbulkan rasa
bersalah. Anak-anak harus belajar mempertahankan rasa inisiatif tanpa
mengenai hak dan hak istimewa orang lain. Hasil akhirnya adalah arahan
dan tujuan.
 Industri vs inferioritas (6-12 tahun)
Tahap industri adalah epriode laten dari Freud. Setelah mencapai tahap
yang lebih penting dalam perkembangan kepribadian, anak-anak siap
untuk bekerja dan berproduksi.
Mereka mau terlibat dalam tugas dan aktivitas yang dapat mereka
lakukan sampai selesai; mereka memerlukan dan menginginkan
pencapaian yang nyata. Anak-anak belajar berkompetisi dan bekerja
sama dengan orang lain, dan mereka juga mempelajari aturan-aturan.
Periode ini merupakan periode pemantapan dalam hubungan sosial
mereka dengan orang lain.
Rasa ketidakadekuatan atau inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak
yang diharapkan dari mereka atau jika mereka percaya bahwa mereka
tidak dapat memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk mereka.
Kualitas ego yang berkembang dari rasa industri adalah kompetensi.
 Identitas vs kebingungan (12-18 tahun)
Berhubungan dengan periode genital Freud, perkembangan identitas
dicirikan dengan perubahan fisik yang cepat dan jelas. Rasa percaya
terhadap tubuh mereka yang sudah terbentuk sebelumnya mengalami
kegoncangan, dan anak-anak menjadi sangat terpaku dengan penampilan
mereka di mata orang lain dibandingkan dengan kosnep diri mereka.

10
Remaja berusaha menyesuaikan diri dengan peran yang mereka mainkan
dan mereka berharap dapat bermain dalam peran dan gaya terbaru yang
dilakukan oleh teman-teman sebaya mereka, untuk mengintegrasikan
konsep dan nilai-nilai mereka terhadap lingkungan, dan pembuatan
keputusan tentang okupasi. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan
konflik ini menyebabkan terjadinya kebingungan peran. Hasil dari
penguasaan yang sukses adalah kesetiaan dan ketaatan terhadap orang
lain serta terhadap nilai-nilai dan ideologi.
Gangguan Kecemasan
Kecemasan timbul saat seseorang merasa bahwa keadaan di sekitarnya tidak
sanggup dia atasi dengan kemampuannya sendiri. Hal ini bergantung kepada individu
itu sendiri dalam menanggapi sesuatu sebagai stressor atau stimulator yang
menyenangkan. Kecemasan dapat ditandai dengan adanya rasa takut, kekhawatiran,
peningkatan kewaspadaan, aktivasi sistem saraf otonom, dan tegangnya otot, yang ada
sebagai bentuk perlindungan diri terhadap keadaan yang dianggap berbahaya.
Keadaan ini normal pada setiap orang, namun apabila kecemasan itu hilang ataupun
terlalu berlebihan akan mengganggu aktifitas sehari-hari. Keadaan ini yang disebut
sebagai gangguan kecemasan. Secara umum, gangguan kecemasan dipengaruhi oleh
faktor genetik dan stressor dari lingkungan sekitarnya. Gangguan kecemasan dapat
terbagi menjadi tiga kategori besar, yakni phobic anxiety disorder, panic disorder,
dan generalised anxiety disorder.9
Phobic anxiety disorder merupakan jenis gangguan kecemasan yang timbul
akibat adanya benda atau keadaan tertentu, yang gejalanya terus berulang. Ciri utama
dari gangguan kecemasan ini adalah tindakan menghindari sesuatu yang apabila tidak
dapat dilakukan akan menyebabkan orang tersebut menjadi “tidak berdaya”. Hal ini
akan diikuti dengan kecemasan yang bersifat mencegah kontak antara sumber
ketakutannya dengan dirinya. Secara umum phobic anxiety disorder dapat dibagi
menjadi tiga jenis, agoraphobia, phobia sosial, dan phobia spesifik.9
Agoraphobia dapat terjadi pada berbagai keadaan, tetapi lebih mengarah
kepada kekhawatiran seseorang terhadap tempat-tempat umum dan ramai seperti
tempat-tempat perbelanjaan yang ramai atau angkutan umum.9 Pada dasarnya
agoraphobia terjadi ketika keadaan-keadaan tak terduga yang tidak menyenangkan
sangat mungkin terjadi, tetapi sulit untuk melepaskan diri dan/atau menerima bantuan
untuk mengatasi keadaan tersebut.10 Contoh ketakutan yang timbul umumnya adalah

11
rasa takut kehilangan kendali terhadap diri sendiri atau tidak dapat keluar dari gedung.
Semakin lama, akan semakin banyak tempat yang dihindari akibat perburukan
keadaan agoraphobia ini, sehingga penderitanya akan cenderung berada di dalam
rumah, bahkan beberapa orang hanya akan keluar apabila ditemani. Rumah menjadi
tempat di mana penderita setidaknya merasa lebih tenang. Prevalensi agoraphobia
sebesar 0,6% pada masyarakat global dan lebih sering terjadi pada wanita, yang
umumnya dimulai pada usia dewasa muda.9

Phobia sosial mengacu kepada kekhawatiran terhadap keadaan sosial baru


yang membuat seseorang merasa menjadi pusat perhatian, seperti berkenalan dengan
orang yang baru dan berbicara di depan umum.10 Keadaan ini cenderung membuat
penderitanya menghindari interkasi dengan orang-orang yang belum dikenalnya, atau
kalaupun mereka menghadapi situsi ini akan disertai dengan stress yang berat.
Tindakan menghindar dan stress yang dialami ini akan mempengaruhi aktifitas sehari-
hari, terutama dalam interaksi sosial. Phobia sosial cenderung muncul pada 3%
populasi global, dan umumnya dimulai pada masa anak-anak atau usia dewasa
muda.10
Phobia spesifik diebabkan oleh suatu obyek tertentu, contohnya petir dan
kecoa. Jenis phobia ini adalah yang paling sering ditemukan pada masyarakat dan
paling tidak serius, walaupun tingkat kekhawatiran dipengaruhi oleh seberapa mudah
obyek tersebut dapat dihindari.9 Beberapa sumber phobia spesifik adalah binatang,
keadaan alam, darah, dan jarum suntik. Phobia spesifik terdapat pada 5-10% jumlah
masyarakat secara umum.10
Panic disorder ditandai dengan adanya serangan panik yang terus berulang
selama beberapa kali dalam satu bulan, dan diikuti oleh adanya kekhawatiran akan
adanya serangan panik berikutnya, khawatir akan akibat dari serangan panik tersebut
(seperti kehilangan kendali diri, serangan jantung, atau “menjadi gila”), dan/atau
perubahan perilaku.9,10 Panic disorder dapat muncul sendiri, atau bersamaan dengan
agoraphobia. Serangan panik yang dirasakan pun bukan berasal dari pengaruh
langsung obat atupun proses pengobatan lainnya.10
Generalised anxiety disorder ditandai dengan adanya kecemasan yang timbul
hampir setiap saat selama dua minggu atau lebih. Penyebab kecemasan ini tidaklah
spesifik pada satu obyek, tetapi dapat berpindah-pindah dan beragam jenisnya.9
Kecemasan yang timbul sulit untuk dikendalikan dan umumya disertai oleh tiga atau

12
lebih gejala ini; gelisah, mudah lelah, kesulitan berkonsentrasi, mudah marah, tegang
otot, dan/atau kesulitan tidur. Hal ini mengganggu kehidupan sehari-hari penderita.10
Kecemasan yang sering terjadi, contohnya, berupa kekhawatiran bahwa dirinya atau
orang-orang dekatnya akan mengalami situasi yang tidak menyenangkan. Generalised
anxiety disorder memiliki prevalensi sebesar 2% dar populasi global, dan lebih sering
terjadi pada wanita pada usia dewasa muda.9

Gejala-gejala pada gangguan kecemasan dipengaruhi oleh beberapa


neurotransmiter seperti norepinefrin, serotonin, dopamin dan asam gamma
aminobutirat (GABA), dan juga corticotropin-releasing factor yang merupakan suatu
hormon peptida. Neurotransmiter ini akan bekerja pada bagian-bagian tubuh melalui
sistem saraf otonom, terutama sistem simpatis, dan dirasakan adanya gejala oleh
pasien. Dari hasil pemeriksaan positron emission tomography (PET), didapatkan
adanya peningkatan aliran darah pada regio parahipokampal kanan dan penurunan
jumlah reseptor serotonin tipe 1A. Pada pemeriksaan MRI juga ditemukan adanya
penurunan volume lobus temporal otak. Sedangkan pada pemeriksaan CSF ditemukan
adanya peningkatan kadar orexin (hipokretin), yakni zat yang berperan dalam
timbulnya rasa panik.11
Pemeriksaan pada penderita gangguan kecemasan diawali dengan anamnesis
psikiatrik secara lengkap untuk menemukan adanya tanda-tanda kecemasan secara
umum dan serangan panik atau tidak. Beberapa hal yang dapat membantu diagnosis
ini adalah informasi mengenai waktu terakhir kali mengalami gajala yang berat, apa
yang menyebabkan gejala itu timbul, keadaan sekitar saat gejala itu timbul, siapa saja
orang yang ada di sekitar penderita, apa yang sedang dipikirkan penderita saat gejala
itu muncul dan bagaimana dia menyelesaikannya. Hal ini juga turut membantu
menemukan faktor pencetus kecemasan penderita dan dapat menentukan perawatan
psikologis yang sesuai. Lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, sesuai dengan
keluhan yang menyertai kecemasan penderita. Pemeriksaan ini cenderung berlanjut
hingga beberapa kali untuk memastikan kebenaran diagnosisnya.9
Tatalaksana penderita gangguan kecemasan dapat dilakukan dengan
menggunakan obat dan perawatan psikologis. Penggunaan obat pada penderita
gangguan kecemasan umumnya dilakukan pada penderita dengan keadaan yang sudah
berat atau kronis.10

13
Drug of choice dari gangguan kecemasan umumnya merupakan antidepresan.
Antidepresan yang dapat digunakan adalah tricyclic antidepressant (TCA),
monoamine oxidase inhibitors (MAOI), serotonine selective reuptake inhibitor
(SSRI), dan selective norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI). TCA merupakan
golongan obat yang mempunyai efek antikolinergik, yang sebenarnya sudah jarang
digunakan akibat toksisitas yang cukup tinggi. TCA bekerja dengan menghambat
proses reuptake dari noradrenalin (salah satu zat yang diduga menyebabkan depresi)
efektif terhadap pasien dengan panic disorder ataupun pada pasien yang tidak cocok
dengan penggunaan SSRI.9-11 MAOI umum digunakan pada pasien dengan phobia
sosial, memiliki efek anti cemas dan anti phobia, dan mengurangi intensitas dan
waktu serangan panik dengan menghambat metabolisme neurotransmiter
monoamin.10,11 SSRI merupakan jenis antidepresan yang paling sering digunakan
karena efek samping yang lebih rendah dan efektivitas yang lebih tinggi, bekerja
dengan mencegah reuptake serotonin. SSRI efektif pada penderita generalized anxiety
disorder, panic disorder, obsessive-compulsive disorder (OCD), dan phobia sosial.10-
11
Bersama dengan SNRI, SSRI menjadi standar pengobatan pada gangguan
kecemasan.10
Terapi psikologis yang dapat diberikan pada pasien dengan gangguan
kecemasan haruslah dijelaskan dan meyakinkan pasien untuk menjalani terapi dengan
tenang. Informasi mengenai apa itu gangguan kecemasan dan bagaimana pasien dapat
menolong dirinya sendiri dapat membantu menenangkan pasien. Adapun terapi yang
diberikan berupa Behavioural therapy dan Cognitive therapy, biasanya dapat
digabung menjadi Cognitive behavioural therapy (CBT). 9
Behavioural therapy bertolak dari teori bahwa phobia berkembang perilaku
yang telah dipelajari. Penjelasan mengenai bagaimana kecemasan timbul dapat
membantu pasien untuk mengerti dan menghadapi kecemasan mereka. Terapi dapat
dimulai dengan mendiskusikan dan membuat daftar dari keadaan-keadaan yang
menimbulkan kecemasan bagi pasien, lalu mengurutkannya dari hal yang dapat
menimbulkan ketakutan yang paling besar. Di saat inilah pemberi terapi dapat
menjelaskan apabila ketakutan yang berkepanjangan akan menyebabkan ketakutan
tersebut menghilang secara berkala, yang apabila dilakukan dari hal yang paling tidak
ditakuti oleh pasien akan membuat kecemasan itu menghilang sedikit demi sedikit.
Apabila hal ini berhasil, pasien akan cenderung meneruskan terapi ini sampai kepada
hal yang paling membuatnya merasa ketakutan.9

14
Cognitive therapy berkembang dari teori bahwa kecemasan timbul ketika
seseorang merasa tidak mampu mengatasi suatu keadaan, yang diakibatkan oleh
alasan-alasan tertentu. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengajarkan
kepada pasien untuk menyadari gejala-gejala yang mereka dapat dan menganalisa apa
yang menyebabkan hal tersebut, bagaimana dia menyikapi keadaan ini, dan apa saja
akibat yang ditimbulkan oleh gejala tersebut. Hal ini akan menunjukan sejumlah
kesalahan pola pikir. Langkah selanjutnya adalah menguji apakah pola pikir pasien
sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Seluruh hal ini dicatat dalam bentuk buku
harian, untuk memantau perkembangan pasien.9
Depresi
Depresi merupakan gangguan mood yang dicirikan dengan adanya buruknya
keadaan mood secara menetap dan mempengaruhi kehidupan seseorang, hilangnya
ketertarikan atau kesenangan tertentu, mudah lelah, penurunan berat badan atau
peningkatan berat badan, gangguan tidur atau tidur yang berkepanjangan, timbulnya
gerakan-gerakan yang tak bertujuan, perasaan rendah diri, dan/atau sulit
berkonsentrasi, yang relatif menetap selama kurang lebih 2 minggu. Depresi dapat
ditemukan pada 2% anak-anak dan 4-8% pada remaja. Namun saat masa pubertas
sudah terlewati, prevalensinya naik hingga 20%. Terjadinya peningkatan resiko pada
wanita lebih besar daripada laki-laki, kurang lebih 2:1, diduga akibat adanya
perubahan kadar hormon estradiol dan testosteron serta masalah sosiokultural yang
terkait dengan perkembangan masa remaja wanita. Secara umum depresi diakibatkan
oleh gen, kejadian-kejadian pada masa awal kehidupan, dan perubahan
neuroendokrin.10
Proses diagnosis depresi dilakukan dengan diagnosa psikiatrik komprehensif.
Sebagai bentuk skrining, dapat digunakan The Mood and Feelings Questionnaire
singkat, yang juga berfungsi untuk memantau perkembangan perawatan. Pada
pemeriksaan laboratorium, ditemukan bahwa sistem noradrenergik, sistem
serotonergik, dan hypothalamic-pituitary adrenal axis, pada penderita yang
sebelumnya mengalami trauma dan stress berat, sudah tidak normal.10
Tatalaksana yang digunakan untuk mengobati penderita depresi dapat
dilakukan dengan menggunakan obat dan psikoterapi. Obat-obat yang digunakan
adalah antidepresan TCA, SSRI, MAOI, SNRI, dan serotonine-dopamine activity
modulators (SDAM).13 Sedangkan psikoterapi yang digunakan adalah CBT, terapi
interpersonal (IPT), dan terapi keluarga. Metode IPT digunakan untuk memperbaiki

15
hubungan penderita dengan lingkungan sosialnya. IPT dilakukan dengan
mendiskusikan tujuan akhir sebuah hubungan sosial, yang menyelesaikan masalah
terhadap perubahan peran sosial, masalah-masalah antara lingkungan sepergaulan dan
keluarga, dan membentuk keterampilan sosial. Sedangkan terapi keluarga mencakup
perbaikan komunikasi dalam keluarga, mengurangi kritik, dan mendukung perbaikan
sikap yang dilakukan oleh penderita.10

Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi secara fisik, mental, dan emosional, dan
berjalan sesuai dengan tahapnya berdasarkan faktor usia. Pada kasusu yang dibahas,
anak perempuan tersebut mengalami gangguan perkembangan secara mental dan
emosional, yang melibatkan berbagai faktor dalam tumbuh kembang seperti faktor
biologis, faktor perkembangan seksual, faktor perkembangan kognitif, faktor sosial,
faktor psikolgis, dan faktor moral yang dapat mempengaruhi aktivitas sosialnya
dimasyarakat.
Daftar Pustaka
1. Wibowo DS. Pertumbuhan janin dan manusia. Anatomi Tubuh Manusia.
Jakarta: Grasindo; 2008.h. 1-12
2. Batubara JRL. Adolescent development (perkembangan remaja) [pdf].
Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS. Dr. Cipto
Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010
[diakses pada 28 Januari 2017]. Tersedia di:
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-1-5.pdf
3. Sarwono, S.W. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2000
4. Soetjiningsih, Ranuh G. Tumbuh kembang anak. Jakarta: ECG; 2003.h.1-
32
5. Elvira D, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Cetakan ke-2.Jakarta:
FKUI; 2013.h. 393-7
6. Suparno P.Teori perkembangan kognitif.Yogyakarta:Kanisius;2011.h.26-
88
7. Arnon S, Shamai S, Ilatov Z. Socialization agents and activities of young
adolescents [pdf]. ProQuest; 2008 [diakses pada 14 Januari 2018].Tersedia
pada:

16
http://search.proquest.com/docview/195950605/fulltextPDF/1A2183D3B7
D24C27PQ/4?accountid=50673
8. Riendravi S. Perkembangan psikososial anak [pdf]. Universitas Udayana:
Denpasar; 2013 [diakses pada 14 Januari 2018]. Tersedia pada:
download.portalgaruda.org/article.php?article=82610&val=970
9. Stevens L, Rodin I. Psychiatry an illustrated coloured text. Ed 2. Elseviere;
2011. H. 56-9
10. Ebert MH, Loosen PT, Nurcombe B, Leckman JF. Current diagnosis &
treatment psychiatry. Ed 2. Mc Graw Hill: United States; 2008.
11. Bhatt MV. Anxiety disorders [pdf]. Medscape; 2016 [diakses pada 24
Januari 2018].Tersedia pada:
http://emedicine.medscape.com/article/286227-overview

17

Anda mungkin juga menyukai